Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia Sehat 2010 adalah pembangunan berwawasan kesehatan yang
pelaksanaannya di segala sektor harus mempertimbangkan dampak negatif dan
positif terhadap kesehatan individu, keluarga dan masyarakat, serta mendorong
kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Upaya kesehatan yang dilakukan akan
lebih mengutamakan upaya preventif dan promotif tanpa meninggalkan upaya
kuratif dan rehabilitatif. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal.1
Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan upaya pengelolaan berbagai
sumber daya, baik oleh pemerintah maupun masyarakat sehingga dapat tersedia
pelayanan kesehatan yang efisien, bermutu dan terjangkau. Tujuan di atas harus
dilakukan secara terarah dan tepat melalui pelayanan manajemen informasi
kesehatan yang berbasis pada data dan informasi kesehatan yang berkualitas,
terintegrasi dengan baik dan benar yang bersumber dari rekam medis.2
Salah satu unsur utama dalam sistem pelayanan kesehatan yang prima adalah
tersedianya pelayanan medis oleh dokter sesuai dengan amanah Undang-Undang
Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Dalam penyelenggaraan
praktik kedokteran, setiap dokter wajib mengacu pada standar, pedoman dan
prosedur yang berlaku sehingga masyarakat mendapat pelayanan medis secara
profesional dan aman. Sebagai salah satu fungsi pengaturan dalam UU Praktik
Kedokteran yang dimaksud adalah pengaturan tentang rekam medis yaitu pada
Pasal 46 dan Pasal 47. Bagi para tenaga kesehatan yang tidak membuat rekam
medis akan diberikan sanksi hukum, disiplin dan etik.3
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan pasal 22 mengenai standar profesi dan kewajiban hukum bahwa bagi
tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya
berkewajiban untuk membuat dan memelihara rekam medis. Oleh karena itu,
1
pendayagunaan rekam medis sebagai sumber informasi utama menjadi semakin
mampu memproses pengintegrasian data dan informasi secara lebih akurat, valid
dan cepat.2
Rekam Medis termasuk salah satu bahan baku Sistem Informasi Kesehatan
(SIK), yang merupakan sumber daya non fisik manajemen kesehatan, untuk
memperoleh data/informasi yang akurat, lengkap dan mutakhir guna pemantauan
pelayanan medik paripurna, yang merupakan dari Sistem Pencatatan dan
Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP). SP2TP merupakan indikator kinerja dari
suatu puskesmas.1,4
Berdasarkan data dari Puskesmas Banyudono 1 Bulan Juli 2016 jumlah
kunjungan pasien di Balai Pengobatan Puskesmas Banyudono paling besar
dibandingkan dengan jumlah kunjungan di poliklinik lainnya. Melalui observasi
dan wawancara ditemukan pengisisan rekam medis yang tidak lengkap di
Balai Pengobatan Puskesmas Banyudono 1 yaitu sebesar 100% untuk rekam
medis Bulan Juli 2016.
Optimalisasi pengisian rekam medis di balai pengobatan perlu ditingkatkan
guna meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Balai Pengobatan Puskesmas
Banyudono 1 yang pada akhirnya akan berpengaruh dalam meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan Puskesmas Banyudono 1 secara umum. Selain itu, dengan
optimalisasi rekam medis di Balai Pengobatan akan didapatkan SP2TP yang
mencerminkan keadaan yang sebenarnya mengenai keadaan pelayanan kesehatan
di Puskesmas Banyudono 1 khususnya di Balai Pengobatan sehingga perencanaan
program yang diambil berdasarkan informasi dari SP2TP benar-benar tepat.
B. Permasalahan
Dari hasil observasi dan wawancara di bagian rekam medis dan balai
pengobatan, didapatkan beberapa permasalahan yang ada di Puskesmas
Banyudono 1 yakni kurangnya lengkapnya sarana dan prasarana, kurangnya
tenaga profesional kesehatan di Puskesmas Banyudono 1 dan permasalahan
mengenai pengisian rekam medis dan hampir semua rekam medis yang ada tidak
2
terisi dengan lengkap (100%), rinciannya yakni terdapat 30% pasien yang
berkunjung tidak memiliki nomer identitas atau rekam medis; 80% data identitas
rekam medis tidak terisi lengkap; 90% tidak terdapat hasil anamnesis dari
pemeriksa; 90% tidak tercantum hasil pemeriksaan fisik oleh pemeriksa; dan
sekitar 30% tidak tercantum diagnosis dan terapi oleh pemeriksa. Hal tersebut
akan berpengaruh pada mutu pelayanan kesehatan di Balai Pengobatan, dan
selanjutnya akan mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas
Banyudono 1 secara umum.
Selain itu, rekam medis yang tidak lengkap juga akan mempengaruhi SP2TP
di Puskesmas Banyudono 1 sehingga data dan informasi yang diperlukan untuk
perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pemantauan, pengawasan, pengendalian
dan penilaian penampilan Puskesmas Banyudono 1 serta situasi kesehatan
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Banyudono 1 tidak menggambarkan
dengan keadaan sebenarnya mengenai keadaan fisik, tenaga, sarana, dan kegiatan
pokok yang dilakukan serta hasil yang dicapai oleh puskesmas.
Dilihat dari aspek hukum (PP No.32 tahun 1996), dalam melaksanakan tugas
profesinya, tenaga kesehatan berkewajiban untuk membuat dan memelihara rekam
medis. Bagi para tenaga kesehatan yang tidak membuat rekam medis yang baik
akan diberikan sanksi hukum, disiplin dan etik.
C. Tujuan Kegiatan
Adapun tujuan penulisan portofolio ini adalah:
1. Tujuan Umum
Optimalisasi rekam medis sebagai pendukung mutu pelayanan kesehatan
di Puskesmas Banyudono 1
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi masalah pencatatan rekam medis di puskesmas
Banyudono 1
b. Analisis masalah-masalah pencatatan rekam medis di Puskesmas
Banyudono 1
3
c. Mencari strategi pemecahan masalah terkait dengan pencatatan rekam
medis di Puskesmas Banyudono 1
D. Manfaat Kegiatan
1. Bagi Puskesmas
a. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan Puskesmas Banyudono 1
khususnya pelayanan di Balai Pengobatan
b. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran petugas kesehatan Puskesmas
Banyudono 1 khususnya petugas kesehatan di Balai Pengobatan tentang
pentingnya kelengkapan rekam medis dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan
b. Tersedianya standar baku alur pengisian rekam medik di Puskesmas
Banyudono 1
c. Membantu perencanaan evaluasi terhadap rekam medis di Puskesmas
Banyudono 1
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Kekurangannya adalah keterangan sering disusun tidak beraturan, misalnya
keterangan mengenai berbagai masalah medis yang seharusnya terpisah,
dituliskan bersama di dalam satu paragraf yang panjang, sehingga sukar
ditinjau di kemudian hari. Seringkali yang mencolok adalah bahwa hanya
nama penyakit yang dapat dibaca dari rekam medis dan tidak memperlihatkan
masalah sebenarnya yang dikeluhkan pasien.3,4,6
2. Problem Oriented Medical Record (POMR)/Rekam Medis Berorientasi
Masalah (RMBM). POMR diperkenalkan oleh Dr. Lawrence Weed pada
tahun 1970 dengan maksud untuk membuat cara standar (baku) dalam
pengumpulan dan analisis data medis.4,6 POMR sekarang disebut sebagai
Problem Oriented Health Record (POHR)/Rekam Kesehatan Berdasarkan
Masalah. Konsep dasar POHR adalah membuat dokter dapat menjabarkan
setiap masalah klinis secara individual. 5 Salah satu kekhususan RMBM ialah
penonjolan masalah-masalah yang dialami pasien. Keuntungannya adalah
bersifat sangat menyeluruh (komprehensif) dan tiap masalah yang ada dapat
dilihat dengan mudah.4,6
3. Rekam medis terintegrasi. Rekaman dilakukan dengan menggabungkan
dokumentasi yang datang dari berbagai sumber secara saling berkaitan dan
mengikuti urutan kronologis yang ketat atau urutan berbalik arah (reverse
chronological order). Kegunaannya adalah untuk memudahkan pemberi
pelayanan kesehatan dalam mengikuti pemberian pelayanan dan pengobatan
pasien. Sedangkan kelemahannya adalah sulit untuk membandingkan
informasi yang berhubungan.4,5,6
6
tenaga medis dan perawat dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
2. Aspek Medis
Catatan tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan
pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada pasien. Contoh :
a. Identitas pasien, mencakup nama, umur, jenis kelamin alamat, dan status
pernikahan.
b. Anamnesis, misalnya demam, harus dicantumkan berapa lama, sifat
demam, apakah periodik atau kontinu.
c. Pemeriksaan fisik, misalnya untuk kepala, leher, thorax, abdomen,
extremitas.
d. Pemeriksaan laboratorium ataupun penunjang lainnya.
3. Aspek Hukum
Menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar
keadilan, dalam rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan
tanda bukti untuk menegakkan keadilan.
Dalam Pasal 79 UU Praktik Kedokteran secara tegas mengatur bahwa
setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja tidak membuat rekam
medis dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau
denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Selain
tanggung jawab pidana, dokter dan dokter gigi yang tidak membuat rekam
medis juga dapat dikenakan sanksi secara perdata, karena dokter dan dokter
gigi tidak melakukan yang seharusnya dilakukan (ingkar janji/wanprestasi)
dalam hubungan dokter dengan pasien.
Selain mendapat sanksi hukum juga dapat dikenakan sanksi disiplin dan
etik sesuai dengan Undang-Undang Praktik Kedokteran, Peraturan KKI,
Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) dan Kode Etik Kedokteran Gigi
Indonesia (KODEKGI). Dalam Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia
Nomor 16/KKI/PER/VIII/2006 tentang Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan
Pelanggaran Disiplin MKDKI dan MKDKIP, ada tiga alternatif sanksi
disiplin yaitu :
a. Pemberian peringatan tertulis.
b. Rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktik.
c. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan
kedokteran atau kedokteran gigi.
Sedangkan sanksi etik diberikan oleh organisasi profesi yaitu Majelis
7
Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) dan Majelis Kehormatan Etik
Kedokteran Gigi (MKEKG).
4. Aspek Keuangan
Isi rekam medis dapat dijadikan sebagai bahan untuk menetapkan biaya
pembayaran pelayanan. Tanpa adanya bukti catatan tindakan /pelayanan,
maka pembayaran tidak dapat dipertanggungjawabkan.
5. Aspek Penelitian
Berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena isinya
menyangkut data/informasi yang dapat digunakan sebagai aspek penelitian.
6. Aspek Pendidikan
Berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya
menyangkut data/informasi tentang kronologis dari pelayanan medik yang
diberikan pada pasien.
7. Aspek Dokumentasi
Isi rekam medis menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan
dan dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan sarana kesehatan.
Berdasarkan aspek-aspek tersebut, maka rekam medis mempunyai
kegunaan yang sangat luas yaitu :5
1. Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga kesehatan lainnya
yang ikut ambil bagian dalam memberikan pelayanan kesehatan.
2. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus
diberikan kepada seorang pasien.
3. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan
penyakit dan pengobatan selama pasien berkunjung/dirawat.
4. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian dan evaluasi
terhadap program pelayanan serta kualitas pelayanan.
5. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, sarana kesehatan maupun
tenaga kesehatan yang terlibat.
6. Menyediakan data dan informasi yang diperlukan untuk keperluan
pengembangan program, pendidikan dan penelitian.
7. Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan
kesehatan.
8. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan serta bahan
8
pertanggungjawaban dan laporan.
9
mengambildokumen langsung dari sistem image dan struktur sistem dokumen
yang telah berubah.
5. Pelayanan MIK dengan Rekam Kesehatan Elektronik2
Sistem pendokumentasian telah berubah dari Electronic Medical Record
(EMR) menjadi Electronic Patient Record sampai dengan tingkat yang paling
akhir dari pengembangan Health Information System yakni EHR (Electronic
Health Record) Rekam Kesehatan Elektronik.
10
Peraturan Menteri Kesehatan paling lama 5 tahun dan resume rekam medis
paling sedikit 25 tahun.3
G. Pengorganisasian Rekam Medis
Pengorganisasian rekam medis sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang Rekam Medis (saat ini sedang
direvisi) dan pedoman pelaksanaannya.3
11
dibedakan atas dalam wilayah dan luar wilayah
3. Menyusun kartu indeks Penyakit
4. Menyusun sensus harian untuk mengolah data kesakitan
5. Melakukan berbagai perhitungan-perhitungan dengan menggunakan data
denominator.
Buku-buku register yang ada di puskesmas tersebut cukup banyak, seperti:
rawat jalan, rawat inap, bila puskesmas tersebut mempunyai rawat inap,
Kesehatan Ibu dan Anak, Kohort Ibu, Kohort Balita, Gizi, penyakit menular,
Kusta, Kohort kasus Tuberculosa, Kasus Demam berdarah, Pemberantasan Sarang
Nyamuk, Tetanus Neonatorum, Rawat Jalan Gigi, Obat, Laboratorium, Perawatan
Kesehatan Masyarakat, Peran serta Masyarakat, Keseharan Lingkungan, Usaha
Kesehatan Sekolah, Posyandu, dan lain-lain.5
Semua register dikompilasi menjadi laporan bulanan, laporan bulanan
sentinel dan laporan tahunan. Seluruh laporan tersebut merupakan fakta yang
digunakan untuk proses perencanaan Puskesmas demi menunjang peningkatan
pelayanan kesehatan yang bermutu.5
12
Luas tanah/bangunan : 1850 m2/625 m2
Jumlah pelayanan : 10 jenis
Jumlah pegawai : 32 orang
Status akreditasi : 32 orang
Ijin penyelenggaraan : Dalam proses
2) Batas Wilayah
Wilayah kerja Puskesmas Banyudono 1 meliputi 9 desa dari 15 desa yang
ada di Kecamatan Banyudono. Dengan batas wilayahnya meliputi :
Batas Utara : kecamatan Sambi, kecamatan Ngemplak
Batas Selatan : kecamatan Sawit
Batas Barat : kecamatan Teras
Batas Timur : kecamatan Kartasura, kabupaten Sukoharjo
3) Keadaan Lingkungan
Dalam rangka penyehatan lingkungan telah dilaksanakan Program
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), deklarasi desa stop buang
air besar sembarangan (SBABS), inspeksi sanitasi, uji petik pengolahan
makanan dan sanitasi akses air minum layak berkualitas.
4) Sarana dan Prasarana
Puskesmas Induk : 1
Rumah dinas dokter : 1 (Rusak berat dibongkar)
Proses renovasi bangunan Puskesmas Induk Anggaran 2015
Rumah dinas dokter : 1 (Rusak ringan)
Rencana menjadi kantor Puskesmas
Rumah dinas paramedis : 1 (Kondisi baik)
Pustu : 1 (Rusak berat) Desa Trayu
Mobil pusling : 1 (kondisi baik)
Kendaraan bermotor : 9 (7 kondisi baik, 2 rusak ringan)
13
a. Pelayanan BP Umum
b. Pelayanan gigi
c. Pelayanan KIA/KB
d. Pelayanan fisioterapi
e. Pelayanan laborat sederhana
f. Pelayanan kefarmasian
g. Pelayanan klinik IMS/VCT
h. Pelayanan konseling gizi
i. Pelayanan konseling kesehatan lingkungan
j. Pelayanan konseling kesehatan reproduksi remaja
14
spesialis penyakit dalam, 1 dokter spesialis anak, dan 1 dokter spesialis
bedah.
4) Bidan dan perawat praktek mandiri
Salah satu fungsi puskesmas adalah pertanggung jawaban wilayah kerja,
termasuk didalamnya pengawasan dan pembinaan pemberi pelayanan
kesehatan di wilayah kerjanya, termasuk bidan dan perawat praktek
mandiri. Ada 12 bidan praktek mandiri di wilayah kerja puskesmas
banyudono 1, 6 perawat praktek mandiri serta 2 perawat fisioterapi.
5) Apotek
Salah satu penunjang pelayanan kesehatan masyarakat adalah keberadaan
apotek yang menyediakan ketersediaan obat dan bahan-bahan terapi
kesehatan lainnya sesuai standart peraturan dan perijinan yang berlaku. Di
wilayah kerja puskesmas banyudono 1 ada 3 apotek yang memberikan dan
menyediakan layanan kefarmasian untuk masyarakat puskesmas
banyudono 1 dan sekitarnya, yang dalam pelaksanaan dan kepemilikan
dikelola oleh swasta/milik perseorangan.
Tenaga kesehatan
No Klasifikasi tenaga Jumlah
L P Tersedia
1 Dokter umum (kepala 1 1
puskesmas)
2 Dokter gigi 1 1
3 Bidan 11 11
4 Perawat umum 6 6
5 Perawat gigi 1 1
6 Sanitarian 1 1
7 Asisten apoteker 1 1
8 Analis laborat 1 1
9 Gizi 1 1
10 Kasubag Tata Usaha 1 1
11 Fisioterapi 1 1
12 Staf tata usaha 3 1 4
13 Penjaga malam & 1 1
kebersihan
14 Sopir
Total 32
15
No Jabatan Pejabat
1 Kepala puskesmas dr Sri Rahayuningtyastuti
2 Kasubag Tata Usaha Sri Lestari
Urusan perencanaan, evaluasi dan Risni Maryugi
pelaporan
Urusan keuangan
Bendahara keuangan Joko saliyo
Bendahara penerimaan Risni maryugi
Bendahara JKN Suyati
Bendahara BOK Desi widiastuti
Pengurus barang Aas Asmalasari
Urusan umum dan kepegawaian Yayan Sendhy Y
3 Ka Unit Fungsional
Koordinator pokja manajemen mutu dan Marjoko
pelayanan
Pendaftaran Sri sureni
Klinik umum dr Sri Rahayuningtyastuti
Wijiati
Wulan Agustina
Risni maryugi
Asri Kusmiyati
Dwi Nurhandayani
Siti Murwani
Klinik gigi Drg Dedeh Sugiarti
Suyati
Klinik ibu dan anak Sartiningsih
Sri Rahayu A
Klinik IMS/VCT dr Sri Rahayuningtyastuti
Wulan agustina
Desi widiastuti
Oktarina
Asri kusmiyati
Laboratorium Desi widiastuti
Farmasi Upik rahmawati
Fisioterapi Aas Asmalasari
Koordinator pokja manajemen program
P2M Asri kusmiyati
KIA/KB Sartiningsih
Penyehatan lingkungan Winarno
Promosi kesehatan Wijiati
Perbaikan gizi masyarakat Marjoko
Usaha kesehatan sekolah Drg Dedeh Sugiharti
P3K Siti murwani dan tim
16
BAB III
PEMBAHASAN
Metode Kegiatan
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode Plan, Do,
Check, and Action (PDCA cycle) dalam rangka optimalisasi pengisian rekam
medis untuk meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas Banyudono 1.
3. Perencanaan/Plan
Kegiatan Plan dimulai pada bulan Juli 2016 melalui kegiatan observasi
dan wawancara kepada petugas pelayanan kesehatan di Puskesmas
Banyudono 1 baik di bagian rekam medis maupun di balai pengobatan. Hasil
17
observasi dan wawancara tersebut kemudian dijadikan acuan untuk
mengidentifikasi permasalahan pengisian rekam medis di Puskesmas
Banyudono 1.
4. Identifikasi Masalah/Do
Proses identifikasi masalah didapatkan melalui metode-metode berikut.
a. Observasi langsung cara pengisian rekam medis di balai pengobatan
Puskesmas Banyudono 1.
b. Wawancara dengan petugas kesehatan balai pengobatan dan rekam medis
di Puskesmas Banyudono 1.
18
1. Observasi
langsung
Masih kurang optimalnya
3 Rekam Medis 2. Wawancara
pengisian rekam medis
dengan petugas
kesehatan
19
Kemampuan
No Kriteria masalah Urgensi Solusi Biaya Total Ranking
mengubah
Ruang pemeriksaan
1 1 1 1 1 4 IV
kurang memadai
Kurangnya alat
2 2 2 2 1 7 II
pemeriksaan
Kurangnya jumlah
3 2 1 1 1 5 III
tenaga kesehatan
Kurang
optimalnya
4 3 3 3 3 12 I
pengisian rekam
medis
Berdasarkan penghitungan total skor masing-masing kriteria untuk setiap
masalah, didapatkan prioritas masalah yang menduduki rangking I adalah
kurang optimalnya pengisian rekam medis di balai pengobatan Puskesmas
Banyudono 1.
Berdasar hasil yang diperoleh dari observasi dan wawancara menganai
rekam medis Bulan Juli 2016, setelah dilakukan analisis, diperoleh perkiraan
data sebagai berikut.
20
medis yang telah dibahas dalam tinjauan pustaka di atas.
21
Material Observasi:
1. Tidak adanya standar Tidak
operasional alur pengisian ditemukan
rekam medis di standar
puskesmas operasional
pengisian rekam
medis di
puskesmas
Method Observasi dan
Kurangnya evaluasi terhadap Wawancara:
kelengkapan status rekam Tidak ada
medis evaluasi rekam
medis yang
tidak lengkap
22
Gambar 1 Alur Rekam Medik Dalam Manajemen Pelayanan Medis di
Puskesmas5
Berdasarkan diagram tersebut terlihat bahwa pasien yang datang ke
puskesmas dapat datang sendiri atau membawa surat rujukan. Di Unit
Pendaftaran, identitas pasien dicatat di kartu atau status rekam medis dan
selanjutnya pasien beserta kartu atau status rekam medisnya dibawa ke ruang
pemeriksaan. Oleh tenaga kesehatan, pasien tersebut dianamnesis dan
diperiksa serta kalau dibutuhkan dilakukan pemeriksaan penunjang. Akhirnya
dilakukan penegakkan diagnosa dansesuai kebutuhan, pasien tersebut diberi
23
obat atau tindakan medis lainnya. Ke semua pelayanan kesehatan ini dicatat
dalam kartu atau status rekam medis.
Setiap tenaga kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan dan atau
tindakan medis harus menuliskan nama dan membubuhi tandatangannya
kartu atau status rekam medis tersebut. Semua kegiatan ini merupakan
kegiatan bagian pertama rekam medis (patient record).
Setelah melalui ini semua, pasien dapat pulang atau dirujuk.Namun
demikian kegiatan pengelolaan rekam medis tidak berhenti.Kartu atau status
rekam medis dikumpulkan, biasanya kembali ke ruang pendaftaran untuk
dilakukan codeing penyakit dan juga pendataan di buku-buku register harian
yang telah disediakan. Setelah diolah, kartu atau status rekam medis
dikembalikan ke tempatnya di ruang pendaftaran agar lain kali pasien yang
sama datang, maka kartu atau status rekam medisnya dapat dipergunakan
kembali.
Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan bagian kedua rekam medis yaitu
manajemen berupa rekapitulasi harian, bulanan, triwulanan, semester dan
tahunan dari informasi yang ada di kartu atau status rekam medis pasien.5
24
Tabel 4. Strategi dan Alternatif Pemecahan Masalah
Alternatif
N
Masalah Penyebab Masalah Pemecahan Tujuan Sasaran Kriteria Keberhasilan
o
Masalah
Tidak adanya standar Membuat Rekam medis yang dibuat Tenaga Terdapat standar baku alur
baku alur pengisian standar baku memenuhi standar baku kesehatan pengisian rekam medis
1 rekam medis dan petugas
rekam medis
25
DAFTAR PUSTAKA
5. Depkes RI. Pedoman Kerja Puskesmas, Jilid 1. Jakarta: Depkes RI. 1998
26
LAMPIRAN
27