Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
BIOFISIKA
Yang dibina oleh Ibu Vita Ria Mustika, S.Pd., M.Pd.
dan Ibu Novida Pratiwi, S.Si., M.Sc.
Oleh :
Rossa Yunike Rizki Putri 140351601916
Sinta Nur Kholifah 140351605301
A. Latar belakang
Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari materi dan atributnya berdasarkan
cahaya, suara atau partikel yang dipancarkan, diserap atau dipantulkan oleh materi
tersebut. Spektroskopi juga dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
interaksi antara cahaya dan materi. Dalam catatan sejarah, spektroskopi mengacu
kepada cabang ilmu dimana "cahaya tampak" digunakan dalam teori-teori struktur
materi serta analisa kualitatif dan kuantitatif. Dalam masa modern, definisi
spektroskopi berkembang seiring teknik-teknik baru yang dikembangkan untuk
memanfaatkan tidak hanya cahaya tampak, tetapi juga bentuk lain dari radiasi
elektromagnetik dan non-elektromagnetik seperti gelombang mikro, gelombang
radio, elektron, fonon, gelombang suara, sinar x dan lain sebagainya.
Spektroskopi umumnya digunakan dalam kimia fisik dan kimia analisis untuk
mengidentifikasi suatu substansi melalui spektrum yang dipancarkan atau yang
diserap. Alat untuk merekam spektrum disebut spektrometer. Spektroskopi juga
digunakan secara intensif dalam astronomi dan penginderaan jarak jauh.
Kebanyakan teleskop-teleskop besar mempunyai spektrograf yang digunakan
untuk mengukur komposisi kimia dan atribut fisik lainnya dari suatu objek
astronomi atau untuk mengukur kecepatan objek astronomi berdasarkan pergeseran
Doppler garis-garis spektral. Jenis spektroskopi adalah spektroskopi serapan dan
pancaran.
Pada saat ini telah dikembangkan berbagai macam spektrometer baik yang
berbiaya mahal, yang telah di produksi secara umum oleh beberapa perusahaan,
untuk aplikasi medis, astronomi dan yang lain, ada juga berbiaya murah seperti
spektrometer dengan grating yang dikembangkan oleh lighting sciences
canada yang dapat digunakan sebagai instrument pengukuran optik, untuk
mengukur spektrum cahaya dari beberapa sumber cahaya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah
sebagai berikut :
A. Spektroskopi Serapan
1. Apa yang dimaksud dengan spektroskopi ?
2. Bagaimana kulit atom ?
3. Apa yang dimaksud dengan spektrum kontinu dan diskontinu ?
4. Apa yang dimaksud serapan cahaya ?
5. Apa yang dimaksud spektroskopi inframerah ?
6. Bagaimana mekanisme aktivitas optis ?
7. Bagaimana aplikasi spektroskopi serapan ?
B. Bagaimana fluoresensi sinar X dalam spektroskopi pancaran ?
1. Bagaimana spektroskopi difraksi sinar X ?
2. Bagaimana aplikasi metode difraksi sinar X ?
3. Apa saja jenis-jenis sinar X ?
4. Bagaimana karakteristik sinar X ?
5. Apa yang dimaksud dengan fluoresensi sinar X ?
6. Bagaimana penerapan fluoresensi sinar X ?
7. Apa yang dimaksud dengan pancaran terangsang ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
A. Spektroskopi Serapan
1. Untuk mengetauhi pengertian spektroskopi
2. Untuk mengetauhi kulit atom dalam spektroskopi serapan
3. Untuk mengetauhi spektrum kontinu dan diskontinu
4. Untuk mengetauhi serapan cahaya dalam spektroskopi serapan
5. Untuk mengetauhi pengertian spektroskopi inframerah
6. Untuk mengetauhi aktivitas optis dalam spektroskopi serapan
7. Untuk mengetauhi aplikasi spektroskopi serapan
B. Spektroskopi Pancaran
1. Untuk mengetauhi spektroskopi difraksi sinar X
2. Untuk mengetauhi aplikasi metode difraksi sinar X
3. Untuk mengetauhi jenis jenis sinar X
4. Untuk mengetauhi karakteristik sinar X
5. Untuk mengetauhi pengertian fluoresensi sinar X
6. Untuk mengetauhi aplikasi fluoresensi sinar X
7. Untuk mengetauhi pengertian pancaran terangsang
BAB II
ISI
A. Spektroskopi Serapan
1. Pengertian Spektroskopi
Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari materi dan atributnya berdasarkan
cahaya, suara atau partikel yang dipancarkan, diserap atau dipantulkan oleh materi
tersebut. Spektroskopi juga dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
interaksi antara cahaya dan materi. Dalam catatan sejarah, spektroskopi mengacu
kepada cabang ilmu dimana "cahaya tampak" digunakan dalam teori-teori struktur
materi serta analisis kualitatif dan kuantitatif. Dalam masa modern, definisi
spektroskopi berkembang seiring teknik-teknik baru yang dikembangkan untuk
memanfaatkan tidak hanya cahaya tampak, tetapi juga bentuk lain dari radiasi
elektromagnetik dan non-elektromagnetik seperti gelombang mikro,gelombang
radio, electron, foton, gelombang suara, sinar x dan lain sebagainya.
Spektroskopi pada umumnya digunakan dalam kimia fisik dan kimia analisis
untuk mengidentifikasi suatu subtansi melalui spectrum yang dipancarkan atau
diserap. Alat untuk merekam spectrum disebut spectrometer. Spektroskopi juga
digunakan secara intensif dalam astronomi dan pengindraan jarak jauh.
Kebanyakan teleskop-teleskop besar mempunyai spektrograf yang digunakan
untuk mengukur komposisi kimia dan atribut fisik lainnya dari suatu objek
astronomi atau untuk mengukur kecepatan objek astronomi berdasarkan pergeseran
Doppler garis-garis spektral (Fessenden & Fessenden, 1986).
Spektroskopi merupakan studi antaraksi radiasi elektromagnetik dengan
materi. Radiasi elektromagnetik adalah suatu bentuk dari energi yang diteruskan
melalui ruang dengan kecepatan yang luar biasa. Dikenal berbagai bentuk radiasi
elektromagnetik dan yang mudah dilihat adalah cahaya atau sinar tampak. Contoh
lain dari radiasi elektromagnetik adalah radiasi sinar gamma, sinar x, ultra violet,
infra merah, gelombang mikro, dan gelombang radio.
2. Kulit Atom dalam Spektroskopi Serapan
Untuk menggambarkan letak elektron-elektron dalam atom dikenalkan istilah
bilangan kuantum. Dalam teori mekanika kuantum, dikenal empat macam bilangan
kuantum, yaitu bilangan kuantum utama (n), bilangan kuantum azimuth (l),
bilangan kuantum magnetik (m), dan bilangan kuantum spin (s).
1. Bilangan kuantum utama (n)
Bilangan kuantum utama (n) menyatakan kulit tempat orbital berada.
Bilangan kuantum utama (n) diberi nomor dari n = 1 sampai dengan n = ~ . Kulit-
kulit tersebut disimbolkan dengan huruf, dimulai huruf K, L, M, N, dan seterusnya.
Bilangan kuantum utama (n) terkait dengan jarak rata-rata lautan elektron
dari inti (jari-jari = r). Jika nilai n semakin besar, maka jaraknya dengan inti semakin
besar pula. Bilangan kuantum utama terdiri atas orbital-orbital yang diberi simbol
s, p, d, f, g, h, i, dan seterusnya, yang kemudian dikenal dengan bilangan kuantum
azimut.
2. Bilangan Kuantum Azimut (l)
Bilangan kuantum azimuth (l) membagi kulit menjadi orbital-orbital yang
lebih kecil (subkulit). Untuk setiap kulit n, memiliki bilangan kuantum azimuth (l)
mulai l = 0 sampai l = (n 1). Biasanya subkulit dengan l = 1, 2, 3, , (n 1) diberi
simbol s, p, d, f, dan seterusnya. Bilangan kuantum azimuth (l) menggambarkan
bentuk orbital. Selain itu, pada atom yang memiliki dua elektron atau lebih bilangan
kuantum azimuth(l) juga menyatakan tingkat energi. Untuk kulit yang sama, energi
subkulit akan meningkat dengan bertambahnya nilai l. Jadi, subkulit s memiliki
tingkat energi yang terendah, diikuti subkulit p, d, f, dan seterusnya.
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa, untuk subkulit s berjumlah orbital 1,
subkulit p jumlah orbitalnya 3, subkulit d orbitalny sebanyak 5, dan subkulit f
memiliki 7 orbital.
Menurut (Eugene, Ellis, & Williams, 1988) teori kuantum digunakan untuk
menerangkan gejala seperti struktur molekul protein dan asam-asam nukleat,
hubungan energi pada reaksi cahaya dalam fotosintesis, dan struktur serta fungsi
membran. Yang terpenting di antara semuanya adalah bahwa teori kuantum
merupakan dasar pemahaman kualitatif serapan dan pancaran radiasi
elektromagnetik.
Gambar di atas adalah contoh dari radiasi gas hydrogen yang hanya memiliki
beberapa garis warna yang terputus putus, yaitu ungu, biru, merah.
Spektrum atom merupakan salah satu contoh spectrum garis atau diskrit, hal
ini terjadi karena menurut model bohr Atom inti bermuatan positif sedangkan
disekelilingnya terdapat elektron yang bermuatan negative.
Spektrum atom menunjukkan bahwa elektron dalam atom hanya dapat beredar pada
lintasan tertentu dengan tingkat energi tertentu pula. Pada lintasan itu elektron
bersifat tetap (stasioner) tanpa pemancaran atau penyerapan energi. Lintasan
tersebut berupa lingkaran dengan jari jari tertentu yang disebut dengan kulit atom.
Pada keadaan normal elektron menempati kulit terendah, yaitu dimulai dari kulit K,
L, M, dan seterusnya. Keadaan di mana elektron menempati kulit terendah disebut
tingkat dasar (ground state) Elektron hanya dapat berpindah dari satu lintasan ke
lintasan yang lain dengan adanya penyerapan atau pemancaran energi. Keadaan
dimana elektron berpindah dari tingkat yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi
disebut keadaan tereksitasi (excitade state). Namun keadaan tereksitasi merupakan
keadaan yang tidak stabil dan hanya berlangsung sebentar. Elektron akan kembali
pada tingkat energi yang lebih rendah disertai dengan pelepasan energi berupa
gelombang electromagnet, perpindahan elektron ini berlangsung antara kulit yang
sudah tertentu tingkat energinya, maka atom hanya akan memancarkan radiasi
dengan tingkat energi tertentu pula (Giancoli, 2001).
4. Serapan Cahaya dalam Spektroskopi Serapan
Spektroskopi uv-vis adalah pengukuran serapan cahaya di daerah ultraviolet
(200-400 nm) dan sinar tampak (400-800 nm) oleh suatu senyawa. Serapan cahaya
uv atau cahaya tampak mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi elektron-
elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan
tereksitasi berenergi lebih tinggi. Panjang gelombang cahaya uv atau cahaya
tampak bergantung pada mudahnya promosi elektron.
Molekul- molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi
elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul
yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang
yang lebih panjang. Senyawa yang menyerap cahaya dalam daerah tampak
(senyawa berwarna) mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan dari
pada senyawa yang menyerap pada panjang gelombang lebih pendek.
Absorpsi spektrofotometri UV-Vis adalah istilah yang digunakan ketika radiasi
ultraviolet dan cahaya tampak diabsorpsi oleh molekul yang diukur. Alatnya
disebut UV-Vis spektrofotometer. Spektrofotometer UV-Vis (Ultra Violet-Visible)
adalah salah satu dari sekian banyak instrumen yang biasa digunakan dalam
menganalisa suatu senyawa kimia. Spektrofotometer UV-Vis pada umumnya
digunakan untuk:
Menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang terkonyugasi dan ausokrom
dari suatu senyawa organik.
Menjelaskan informasi dari struktur berdasarkan panjang gelombang
maksimum suatu senyawa.
Mampu menganalisis senyawa organik secara kuantitatif dengan menggunakan
hukum Lambert-Beer.
Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik
atau kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar
dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini
sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Sinar ultraviolet berada pada
panjang gelombang 200-400 nm, sedangkan sinar tampak berada pada panjang
gelombang 400-800 nm (Dachriyanus, 2004).
Hukum Lambert-Beer
Menurut (Khopkar, 1990) hukum Lambert-Beer (Beer`s law) adalah hubungan
linearitas antara absorban dengan konsentrasi larutan sampel. Konsentrasi dari
sampel di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang
gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer. Biasanya hukum
Lambert-Beer ditulis dengan :
Keterangan :
Keterangan :
(a) Serapan (garis putus-putus) dan dispersi rotasi optis yang sesuai, (garis
penuh) bagi transisi optis aktif ideal. Panjang gelombang pusatnya adalah
0.
(b) Digambarkan serapan dan dikroisme lingkaran bagi transisi ideal yang sama
(Beychok, 1967).
Kendati dapat ditunjukkan bahwa secara teoritis rotasi optis dan keeliptisan itu
dapat dipertukarkan satu sama lain, jadi juga spektrum DPO dan DL-nya, namun
masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan. Mereka saling melengkapi
dan keduanya digunakan untuk mendapatkan informasi tentang lingkungan
molekul makro biologis. Misalnya, struktur ulir dan masing-masing mempunyai
aktivitas optis yang berbeda. Jadi, banyaknya masing-masing dalam protein dapat
diperkirakan dengan pengukuran spektroskopik sederhana daripada teknik uang
lebih banyak melibatkan sinar-X. Lagi pula, teknik spektroskopi itu dilaksanakan
terhadap larutan. Jadi dapat diukur paramerter-parameter dalam kondisi yang lebih
faali daripada dalam kristal. Pengukuran DRO dan DL itu juga cukup cepat
sehingga memungkinkan kajian dinamik perubahan-perubahan yang sesuai dalam
molekul-molekul makro (Eugene, Ellis, & Williams, 1988).
n. = 2.d.sin ; n = 1,2,...
Dengan :
: adalah panjang gelombang sinar-X yang digunakan
d : adalah jarak antara dua bidang kisi
: adalah sudut antara sinar datang dengan bidang normal
n : adalah bilangan bulat yang disebut sebagai orde pembiasan.
Berdasarkan persamaan Bragg, jika seberkas sinar-X di jatuhkan pada sampel
kristal, maka bidang kristal itu akan membiaskan sinar-X yang memiliki panjang
gelombang sama dengan jarak antar kisi dalam kristal tersebut. Sinar yang
dibiaskan akan ditangkap oleh detektor kemudian diterjemahkan sebagai sebuah
puncak difraksi. Makin banyak bidang kristal yang terdapat dalam sampel, makin
kuat intensitas pembiasan yang dihasilkannya. Tiap puncak yang muncul pada pola
XRD mewakili satu bidang kristal yang memiliki orientasi tertentu dalam sumbu
tiga dimensi. Puncak-puncak yang didapatkan dari data pengukuran ini kemudian
dicocokkan dengan standar difraksi sinar-X untuk hampir semua jenis material.
Standar ini disebut JCPDS (Agarwal, 1991).
Keuntungan utama penggunaan sinar-X dalam karakterisasi material adalah
kemampuan penetrasinya, sebab sinar-X memiliki energi sangat tinggi akibat
panjang gelombangnya yang pendek. Sinar-X adalah gelombang elektromagnetik
dengan panjang gelombang 0,5-2,0 mikron. Sinar ini dihasilkan dari penembakan
logam dengan elektron berenergi tinggi. Elektron itu mengalami perlambatan saat
masuk ke dalam logam dan menyebabkan elektron pada kulit atom logam tersebut
terpental membentuk kekosongan. Elektron dengan energi yang lebih tinggi masuk
ke tempat kosong dengan memancarkan kelebihan energinya sebagai foton sinar-
X.
Metode difraksi sinar X digunakan untuk mengetahui struktur dari lapisan tipis
yang terbentuk. Sampel diletakkan pada sampel holder difraktometer sinar X.
Proses difraksi sinar X dimulai dengan menyalakan difraktometer sehingga
diperoleh hasil difraksi berupa difraktogram yang menyatakan hubungan antara
sudut difraksi 2 dengan intensitas sinar X yang dipantulkan. Untuk difraktometer
sinar X, sinar X terpancar dari tabung sinar X. Sinar X didifraksikan dari sampel
yang konvergen yang diterima slit dalam posisi simetris dengan respon ke fokus
sinar X. Sinar X ini ditangkap oleh detektor sintilator dan diubah menjadi sinyal
listrik. Sinyal tersebut, setelah dieliminasi komponen noisenya, dihitung sebagai
analisa pulsa tinggi. Teknik difraksi sinar x juga digunakan untuk menentukan
ukuran kristal, regangan kisi, komposisi kimia dan keadaan lain yang memiliki orde
yang sama (Bragg, 1975).
2. Aplikasi Metode Difraksi Sinar-X
Aplikasi Metode difraksi sinar-x dalam bentuk pola difraksi karakteristik:
1. Penentuan struktur kristal, fase-fase atau senyawa yang ada dalam suatu
bahan atau campuran seperti batuan, lempung, bahan keramik, paduan
logam, produk korosi dll.
2. Dalam bidang kimia, metode ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi
fasa-fasa atau senyawa dalam campuran. Analisis kualitatif dengan
mengidentifikasi pola difraksi, analisis kuantitatif dengan menentukan
intensitas puncaknya dimana intensitas lebih tinggi menunjukkan
konsentrasi lebih tinggi.
3. Bahan logam antara lain analisis struktur kristal produk korosi, tegangan
sisa dan tekstur.
4. Dalam bahan polimer, dapat memberikan informasi untuk menentukan
derajat kristalinitas, orientasi dan menentukan aditif secara kualitatif dan
kuantitatif (Guinier, 1963)
c. Sinar-X Karakteristik
Teori atom Bohr memudahkan perhitungan tentang adanya garis dalam
spektrum suatu unsur. Apabila suatu unsur dipanasi, elektron bagian dalam orbit
atom akan menyerap energi dari luar. Apabila suatu unsur didinginkan, elektron
akan kehilangan energi dan kembali lagi ke orbit semula. Jika peristiwa ini terjadi,
satu atau lebih kuantum energi akan dilepaskan dalam bentuk cahaya. Panjang
gelombang maupun frekuensi cahaya yang dilepaskan bergantung pada kandungan
energi dari kuantum yang dilepaskan. Sebuah elektron di dalam atom dapat
berpindah dari lintasan tertentu ke lintasan lainnya. Lintasan-lintasan yang dilalui
elektron akan menentukan tingkat energi elektron dalam lintasan itu. Lintasan yang
paling stabil adalah yang paling dekat dengan inti, yaitu lintasan dengan n = 1.
Dalam lintasan ini elektron mempunyai energi potensial yang paling rendah.
Apabila elektron menyerap sejumlah energi tertentu dari luar, maka elektron itu
dapat meloncat ke lintasan dengan energi potensial yang lebih tinggi, yaitu lintasan
dengan n = 2, 3, 4 dan seterusnya. Dalam kondisi ini dikatakan bahwa elektron
berada dalam keadaan tereksitasi sehingga tidak stabil. Pada saat elektron kembali
ke keadaan dasarnya (kembali ke lintasan semula), elektron tersebut akan
memancarkan kelebihan energinya dalam bentuk radiasi elektromagnetik.
Sinar-X dapat pula terbentuk melalui proses perpindahan elektron atom dari
tingkat energi yang lebih tinggi menuju ke tingkat energi yang lebih rendah. Adanya
tingkat-tingkat energi dalam atom dapat digunakan untuk menerangkan terjadinya
spektrum sinar-X dari suatu atom. Sinar-X yang terbentuk melalui proses ini
mempunyai energi sama dengan selisih energi antara kedua tingkat energi elektron
tersebut. Karena setiap jenis atom memiliki tingkat-tingkat energi elektron yang
berbeda-beda, maka sinar-X yang terbentuk dari proses ini disebut sinar-X
karakteristik. Sinar-X bremsstrahlung mempunyai spektrum energi kontinyu yang
lebar, sementara spektrum energi dari sinar-X karakteristik adalah diskrit. Sinar-X
karakteristik terbentuk melalui proses perpindahan elektron atom dari tingkat energi
yang lebih tinggi menuju ke tingkat energi yang lebih rendah. Beda energi antara
tingkattingkat orbit dalam atom target cukup besar, sehingga radiasi yang
dipancarkannya memiliki frekwensi yang cukup besar dan berada pada daerah
Sinar-X. Sinar-X karakteristik terjadi karena elektron atom yang berada pada kulit
K terionisasi sehingga terpental keluar. Kekosongan kulit K ini segera diisi oleh
elektron dari kulit di luarnya. Jika kekosongan pada kulit K diisi oleh elektron dari
kulit L, maka akan dipancarkan sinar-X karakteristik K. Jika kekosongan itu diisi
oleh elektron dari kulit M, maka akan dipancarkan sinar-X karakteristik K. Oleh
sebab itu, apabila spektrum sinar-X dari suatu atom berelektron banyak diamati,
maka di samping spektrum sinar- X bremsstrahlung dengan energi kontinyu, juga
akan terlihat pula garis-garis tajam berintensitas tinggi yang dihasilkan oleh transisi
K, K dan seterusnya. Jadi sinar-X karakteristik timbul karena adanya transisi
elektron dari tingkat energi lebih tinggi ke tingkat energi yang lebih rendah. Adanya
dua jenis sinar X menyebabkan munculnya dua macam spektrum sinar-X, yaitu
spektrum kontinyu yang lebar untuk spektrum bremsstrahlung dan dua buah atau
lebih garis tajam untuk sinar-X karakteristik (Agarwal, 1991).
4. Fluoresensi Sinar-X
Pengukuran radiasi X karakteristik dari atom-atom tertentu menjadi metode
yang semakin penting dalam pengujian-pengujian biomedis. Energi eksitasi
diberikan kepada berbagai unsur stabil dengan stabil dengan salah satu di antara
tiga cara : sinar gama dari sumber radioaktif, tabung sinar-X, atau berkas partikel
bermuatan. Akibatnya terjadinya kekosongan pada kulit elektron terdalam, atau
kulit K (n = 1 dan l = 0 menurut istilah dalam pasal 26.3), sehingga dimungkinkan
terjadinya transisi elektron beruntun. Gambar dibawah memperlihatkan tingkat
energi elektron. Garis-garis pancaran foton yang ditandai dengan K, K dan K itu
disebabkan oleh transisi elektron antara kulit-kulit yang lebih tinggi dan kulit K
yang kosong daam untur itu. Teknik fluoresensi sinar-x tersebut amat khas, karena
spektrum-spektrum pancaran unsur tersebut mudah dibedakan dan sudah
ditabelkan. Pemilihan sumber energi tersebut harus dilakukan dengan cermat agar
foton yang timbul dari efek Compton tidak mengganggu terjadinya K dan sinar-X
lain yang diharapkan. Pendeteksiannya dilakukan dengan detektor padat (misalnya
Li atau Si) yang mempunyai resolusi energi yang dituntut (~ 100 eV)
5. Penerapan Fluoresensi
Salah satu penerapan fluoresensi yang pentin melibatkan kuantisasi setiap
spesies molekul. Misalnya, seperti diramalkan dari penyusun cincin benzenanya,
asam-asam amino aromatik adalah fluoresen dalam larutan berair dan karenanya
dapat diuji secara fotometrik. Analisis kuantitatif asam-asam amino seperti tyrosin,
tryptofan, dan phenylalanin dalam aneka protein dapat diselesaikan secara
hidrolisis.
Penerapan fluoresensi kedua melibatkan antaraksi antara zat pewarna yang
akan berfluoresensi di daerah tampak dan yang frekuensinya dapat dipengaruhi oleh
berbagai zat pengikat dan kelompok prostetik dalam protein. Salah satu contoh
kajian seperti hal tersebut adalah penyelidikan ikatan protein-zat pengikat dalam
larutan. Banyaknya cahaya yang dipancarkan oleh zat warna dapat digunakan untuk
mengkuantisasikan jumlah dan jenis hasilnya sepanjang perjalanan reaksi, karena
peluruhan fluoresensinya jauh lebih cepat dibandingkan dengan konstanta laju lain
yang terkait. Penentuan konstanta-konstanta laju ini merupakan salah satu tujuan
kajian. Jumlah dan kekhususan berbagai ikatan dan posisinya dalam kompleks
protein dapat pula dikur dengan fluoresensi zat warnanya atau fluoresensi
proteinnya sendiri (Anam, 2007).
Fluoresensi DNA telah dilaporkan oleh beberpa peneliti, spektrumnya cukup
lebar dimulai dari daerah ultraungu dan maksimumnya meluas ke daerah tampak.
Dahulu tingkat triplet molekul ini dikaitkan dengan residu thymin; kenyatanya
memang asam thymidil (TMP) tersebut memiliki pancaran fosforesen yang hampir
sama dengan DNA sendiri. Pancaran ini belum digunakan dalam penelitian dan
diagnosis secara luas, tetapi seperti pada pancaran protein yang telah dijalaskan
terdahulu, pada akhirnya penggunaan praktisnya untuk pengujian diagnostik akan
dimungkinkan. (Ackerman, 1979)
6. Pancaran Terangsang
a. Koefisien Einstein
Dalam tahun 1905, Einstein menunjukan bahwa proses jenis ketiga dapat
terjadi oleh pengaruh medan elektromagnetik. Dalam proses ini, gelombang datang
menyebabkan suatu tingkat eksitasi kembali ke tingkat energi yang lebih rendah.
Proses ini disebut pancaran terangsang. Frekuensi perangsangnya harus tepat sesuai
dengan selisih energi antara kedua tingkatannya. Rangsangan ini menghasilkan
foton baru tanpa penyerapan foton atang,sehingga memperkuat energi masukannya.
Einstein merumuskan masalah ini dengan probabilitas per satuan waktu dan
per satuan kerapatan energi (E). Cara yang terakhir ini diperlukan karena luasnya
rentang frekuensi yang terdapat dalam sumber radiasi. Dimensi E adalah energi per
satuan volume atau per satuan rentang frekuensi. Kadang-kadang digunakan juga
fungsi kerapatan yang lain sebagai pengganti E, sehingga diperlukan penyesuaian
terhadap koefisien-koefisien Einsteinnya. Sebagai contoh penerapan koefisien
Einstein sederhana, dapat ditinjau dua tingkat energi yaitu tingkat energi yang
rendah ditandai dengan indeks I dan yang tinggi ditandai dengan f. Diperlukan tiga
koefisien untuk jenis transisi radiatif yang memungkinkan dalam sistem dua tingkat
ini, yatu
Bif = Probabilitas serapan terangsang per satuan kerapatan energi per
satuan waktu
Bfi = Probabilitas pancaran terangsang per satuan kerapatan energi per
satuan waktu
Afi = Probabilitas pancaran tak terangsang (spontan) per satuan waktu.
Gambar diatas ini meragkum secara absrak ketiga jenin transisi ini
Apabila sistem dalam keadaan seimbang, maka laju transisi naiknya harus
sama dengan laju transisi turunnya:
ni Bif E = nf Bfi E + nf AB
dengan ni dan nf berturut-turut menyatakan jumlah sistem di tingkat i dan f. Dengan
teori termodinamika dapat ditentukan nisbah nf / ni, sedangkan bentuk mekanika
kuantum fungsi kerapatan energi E dapat diketahui dari rumus radiasi benda hitam
Planck. Jadi dari persamaan diatas dapat dicari probabilitas pancaran terangsangnya
dinyatakan dengan probabilitas peluruhan spontan atau probabilitas penyerapan
spontan :
B fi = 8 /3
B fi = B if
Persamaan diatas memberikan petunjuk bahwa pancaran terangsang
tersebut menjadi lebih mungkin terjadi nisbi terhadap peluruhan spontan apabila
panjang gelombangnya bertambah besar. Hasil petunjuk ini diterapkan dalam
pengembangan penguat bising-rendah pada frekuensi gelombang mikro (misalnya
dalam pendeteksian sumber-sumber gelombang radio bintang). Dalam hal tersebut,
A fi menyatakan bising (peluruhan) dan nisbah B fi / A fi dapat ditafsirkan sebagai
nisbah sinyal terhadap bising. Sistem seperti itu dinamakan maser (singkatan untuk
microwave amplification by stimulated emission of radiation).
Dapat ditunjukkan bahwa sitstem dua tingkat dalam keseimbangan
termodinamika tidak dapat digunakan untuk memperkuat sinyal. Hal ini disebabkan
karena laju transisi naik dan turunnya sama sehingga banyaknya foton yang diserap
dan yang dipancarkan sama. Namun, dengan berbagai cara menidakseimbangkan
dapat dibuat suatu keadaan yang tingkat eksitasinya berpopulasi lebih banyak nisbi
terhadap tingkat dasarnya. Kemudian kerapatan energi radiasinya dapat
menimbulkan pancaran terimbas. Jika nf dibuat lebih besar daripada ni dan A fi kecil
(misalnya dalam tingkat eksitasi fosfoferen), maka suku pancaran terangsangnya
menjadi dominan dan terjadilah penguatan. Untuk daerah frekuensi optis, atal
semacam ini disebut laser (singkatan untuk light amplification by stimulated
emission of radiation). (Ackerman, 1979)
b. Laser
Untuk mempercepat proses penguatan, perlu dibuat keadaan tidak
seimbang tiga tingkat (atau lebih). Dalam hal ini ada dua medan radiasi. Mula-
mula, suatu sumber pemompa frekuensi luar menaikkan sistem ke suatu tingkat
eksitasi (E1). Dengan penyerapan terangsang, seperti ditunjukkan oleh gambar
dibawah ini. Oleh transisi tidak radiatif, maka tinkat metastabil atau tingkat
fosfoferen E2 menjadi terpopulasi. Jika terdapat sedikit radiasi yang berenergi
(E2 E0) dalam spektrum pemompaannya, maka terjadilah pembalikan
populasi besar, dengan banyak sistem menempati tingkat yang berenergi E2.
Karena tingkat ini fosfoferen, maka peluruhan spontannya lambat. Kemudian
akan dihasilkan pancaran terangsang jika sistem yang terbalik poulasinya itu
disinari dengan frekunsi v o, yang sama dengan (E2 E0)/h.
Kebanyakan rancangan laser menggunakan pancaran foton spontan
berenergi hvo untuk membuat kerapatan energi terangsang E. Seperangkat
cermin sejajar memantulkan pancaran ini sepanjang arah tertentu sedemikian
rupa sehingga mereka merambat melalui bahan lasernya berulang-ulang. Jika
sebuah foton berenergi hvo menumbuk sebuah atom atau molekul pada tingkat
energi fosfoferen, maka foton sefase sekunder dengan energi yang sama
dipancarkan ke dalam medan radiasinya. Penguatan cahaya serempah ini pada
akhirnya memperkuat medan pasangannya. Jika salah satu cermin tersebut
hanya sebagian terlapisi perak, maka suatu semburan besar foton dapat keluar
melalui ujung tabung laser ini. Dalam keadaan ini alat tersebut dikatakan
terlaserkan.
Proses laser tersebut telah dapat dibangun dalam beragai sistem,
termasuk gas dan zat padat. Biasanya pengeksistensian dilakukan dengan cara
pemompaan optis atau arus listrik yang dialirkan melalui mediumnya. Spesies
yang digunakan dapat berbentuk molekul, atom, atau ion. Salah satu
pengembangan yang paling penting adalah kemampuannya memilih frekuensi
keluaaran laser pita lebar dengan menggunakan berbagai molekul pewarna dan
melaserkannya geometri-geometri rongga. (Ackerman, 1979)
BAB III
PENUTUP