You are on page 1of 7

I.

KLARIFIKASI ISTILAH
1. Dukun bayi : (tenaga penolong persalinan tradisional)
merupakan seorang wanita yang membantu kelahiran yang
ketrampilannya didapat secara turun temurun dari ibu ke anak atau
dari keluarga dekat lainnya. Cara mendapatkan ketrampilan
melalui pengalaman sendiri saat melahirkan.

II. ANALISIS MASALAH


1. Sistem rujukan pelayanan kesehatan di Indonesia
Provinsi (RS Tipe A/B)

Kabupaten (RS Tipe C/D)

Kecamatan (Puskesmas/ Balkesmas)

Kelurahan (Pustu)

Posyandu

Masyarakat

2. Peran, fungsi dan tugas bidan desa


a. Mendata ibu hamil
b. Menganalisa masalah kesehatan ibu hamil dan
merencanakan tindak lanjut
c. Menggerakan peran serta masyarakat khususnya ibu
hamil/kelompok peminat KIA
d. Melatih dan membina kader serta dukun bayi
e. Memberikan pertolongan persalinan di rumah penduduk
dan pondok persalinan memberikan pengobatan dini pada
ibu hamildengan resiko
f. Melakukan kunjungan rumah dan melakukan tindak lanjut
g. Melakukan penctatam dan pelaporan
h. Konsultasi kepada dokter puskesmas
i. Membina posyandu (Depkes RI,

III. BERBAGI INFORMASI


1. Mekanisme rujukan dengan sistem JKN
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan
implementasi dari UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) di bidang kesehatan dengan
konsep Universal Health Coverage (UHC) yang memaksa
pesertanya mengikuti sistem rujukan berjenjang untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan komprehensif, murah,
terjangkau, namun berkualitas (Primasari, 2015).
Jaminan kesehatan yang meyeluruh harus mencakup 3
(tiga) akses:
a. Akses Fisik
Di mana ketersediaan layanan kesehatan yang baik,
terjangkau dari segi jarak, jam buka yang tersedia pada saat
dibutuhkan.
b. Keterjangkauan Keuangan
Memperhitungkan kemampuan membayar pasien, tidak
hanya dari biaya pelayanan kesehatan, tapi juga opportunity
cost yang terjadi.
c. Akseptabilitas
Kesediaan orang untuk mencari layanan. Penerimaan
pasien terhadap layanan rendah ketika melihat layanan
tidak efektif atau ketika faktor-faktor sosial dan budaya
seperti bahasa atau usia, jenis kelamin, dan etnis/agama dari
penyedia kesehatan mencegah mereka mencari layanan
tersebut (Primasari, 2015).
Sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan
wujud penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
mengatur pelimpahan tugas-tugas dan tanggung jawab
pelayanan kesehatan secara timbal balik, baik vertikal
maupun horizontal, struktural maupun fungsional terhadap
kasus-kasus penyakit atau masalah penyakit atau
permasalahan kesehatan. Sedangkan rujukan medis adalah
pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk masalah
kedokteran sebagai respon terhadap ketidakmampuan
fasilitas kesehatan untuk memenuhi kebutuhan para pasien
dengan tujuan untuk menyembuhkan dan atau memulihkan
status kesehatan pasien (Primasari, 2015).
Sistem rujukan medis dan karakteristiknya
1. Menurut WHO (pada Referral Health System),
karakteristik rujukan medis adalah:
a. Adanya kerjasama antara fasilitas pelayanan
kesehatan;
b. Kepatuhan terhadap SOP rujukan;
c. Kelengkapan sumber daya pendukung, termasuk
transportasi dan komunikasi;
d. Kelengkapan formulir rujukan;
e. Komunikasi pra rujukan dengan fasilitas tujuan
rujukan; dan
f. Ketentuan rujuk balik (Primasari, 2015).
2. Menurut UNFPA (dalam The Health Referral System
in Indonesia), karakteristik rujukan medis dinyatakan
sebagai berikut:
a. Ketepatan dalam merujuk;
b. Pertimbangan kemampuan bayar pasien;
c. Kelayakan dan keterjangkauan fasilitas rujukan
d. Kepatuhan terhadap kebijakan dan SOP rujukan;
e. Kelengkapan fasilitas kesehatan rujukan lebih
baik daripada perujuk; dan
f. Melakukan rujukan balik dan juga feedback ke
fasilitas perujuk (Primasari, 2015).
3. Menurut KEMENKES dalam Pedoman Sistem
Rujukan Nasional :
a. Rujukan berdasarkan indikasi;
b. Prosedur rujukan pada kasus kegawatan
c. Melakukan rujukan balik ke fasilitas perujuk;
d. Keterjangkauan fasilitas rujukan; dan
e. Rujukan pertama dari fasilitas primer (Primasari,
2015).

Prosedur rujukan :

a. Menjelaskan kepada para pasien atau keluarganya


tentang alasan rujuk;
b. Melakukan komunikasi dengan fasilitas
kesehatan yang dituju sebelum merujuk;
c. Membuat surat rujukan dan juga melampirkan
hasil diagnosis pasien dan catatan medisnya;
d. Mencatat pada register dan juga membuat laporan
rujukan;
e. Stabilisasi keadaan umum pasien, dan
dipertahankan selama dalam perjalanan;
f. Pendampingan pasien oleh tenaga kesehatan;
g. Menyerahkan surat rujukan kepada pihak-pihak
yang berwenang di fasilitas pelayanan kesehatan
di tempat rujukan;
h. Surat rujukan pertama harus berasal dari fasilitas
pelayanan kesehatan primer, kecuali dalam
keadaan ; dan
i. Ketentuan-ketentuan yang terdapat pada Askes,
Jamkesmas, Jamkesda, SKTM dan badan
penjamin kesehatan lainnya tetap berlaku
(Primasari, 2015).

Gambar 4.1 Alur sistem rujukan nasional pada


banyak fasilitas pelayanan kesehatan (Primasari,
2015).
4. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 28 tahun
2014 tentang pedoman pelaksanaan program jaminan kesehatan
nasional, BAB IV tentang pelayanan kesehatan :
1. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL)
penerima rujukan wajib merujuk kembali peserta JKN disertai
jawaban dan tindak lanjut yang harus dilakukan jika secara
medis peserta sudah dapat dilayani di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP) yang merujuk.
2. Program Rujuk Balik (PRB) pada penyakit-penyakit kronis
(diabetes mellitus, hipertensi, jantung, asma, Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK), epilepsy, skizofren, stroke,
danSindroma Lupus Eritematosus) wajib dilakukan bila
kondisi pasien sudah dalam keadaan stabil, disertai dengan
surat keterangan rujuk balik yang dibuat dokter spesialis/sub
spesialis.
3. Rujukan partial dapat dilakukan antar fasilitas kesehatan dan
biayanya ditanggung oleh fasilitas kesehatan yang merujuk
4. Kasus medis yang menjadi kompetensi FKTP harus
diselesaikan secara tuntas di FKTP, kecuali terdapat
keterbatasan SDM, sarana dan prasarana di fasilitas kesehatan
tingkat pertama.
5. Status kepesertaan pasien harus dipastikan sejak awal masuk
Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL)
(Menkes RI, 2014).

Maanfaat JKN adalah :

1. Medis (Pelayanan kesehatan komprehensif)


2. Non-medis (Akomodasi dan ambulan) (Menkes RI, 2014).

Pelayanan kesehatan di FKTP merupakan pelayanan kesehatan


non-spesialistik yang meliputi :

1. Administrasi pelayanan;
2. Pelayanan promotif dan preventif;
3. Pemeriksanaan, pengobatan, dan konsultasi medis
4. Tindakan medis non-spesialistik, baik operatif maupun
5. non-operatif;
6. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
7. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis
8. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat
pratama; dan
9. Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi medis
(Menkes RI , 2014).

Pelayanan Kesehatan di FKRTL/Rujukan Tingkat Lanjutan yang


mencakup:

1. Administrasi pelayanan;
2. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh
dokter spesialis dan subspesialis;
3. Tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun nonbedah
sesuai dengan indikasi medis;
4. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
5. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan
indikasi medis;
6. Rehabilitasi medis;
7. Pelayanan darah;
8. Pelayanan kedokteran forensik klinik;
9. Pelayanan jenazah (pemulasaran jenazah) pada pasien yang
meninggal di fasilitas kesehatan (tidak termasuk peti jenazah);
10. Perawatan inap non-intensif;
11. Perawatan inap di ruang intensif; dan
12. Akupunktur medis (Menkes RI, 2014).

DAFTAR PUSTAKA

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan menteri kesehatan


republik indonesia nomor 28 tahun 2014 tentang pedoman pelaksanaan
program jaminan kesehatan nasional.
http://www.hukor.depkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK%20No.
%2028%20Th%202014%20ttg%20Pedoman%20Pelaksanaan
%20Program%20JKN.pdf
Primasari, Karleanne Lonny. 2015. Jurnal Administrasi Kebijakan Kesehatan.
Analisis Sistem Rujukan Jaminan Kesehatan Nasional
RSUD. Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak. 1 (2). 78-86.

You might also like