You are on page 1of 11

ANALISA JURNAL

A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang senantiasa
diharapkan dapat memberikan pelayanan perawatan yang baik pada
masyarakat. Penderitaan pasien dan keluarganya berkurang apabila sembuh
dalam waktu yang singkat, terutama pada pasien yang mengalami operasi.
Namun demikian oleh karena adanya infeksi yang terjadi selama dirawat
setelah mengalami operasi, maka keadaan tersebut akan menghambat
penyembuhan luka operasi. Infeksi yang terjadi selama perawatan disebut
dengan infeksi nosokomial (Suriyadi, 2004). Terjadinya infeksi luka operasi
merupakan suatu bentuk kelalaian klinik yang disebabkan oleh mikroba yang
menyerang penderita yang didapat selama di rumah sakit (Moya J Morison,
2004).
Pada penelitian pertama hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis
selama 2 hari di setiap ruangan yakni ruang bedah, ruang kebidanan, dan
paviliun perawatan luka khususnya pada luka pasca operasi belum dilakukan
secara optimal. Manajemen perawatan luka terkait dengan penggunaan
larutan pembersih masih beraneka ragam. Salah satunya adalah penggunaan
Povodine Iodine dan NaCl. Uraian tersebut di atas, menarik untuk dilakukan
suatu penelitian tentang efektifitas antara Povodine Iodine 10% dan NaCl
0,9% dalam penyembuhan luka terutama pada luka pasca prostatektomi yang
membutuhkan waktu perawatan 6-8 hari masa rawat.
Pada penelitian pembanding kejadian infeksi luka operasi dapat dimonitor
sejak dini, dan dilakukan pencegahan dengan segera dengan cara yang efektif
dan efisien. Pencegahan infeksi luka operasi ini dapat dilakukan dengan
memberikan perawatan luka sesuai prosedur dan dengan teknik aseptik serta
memberikan antibiotik yang mempunyai efek toksisitas yang minimal. Dari
hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
pengaruh perbedaan pemberian antibiotik topical dan kompres nacl 0,9 %
terhadap proses penyembuhan luka post operasi di Anggrek 3 Rumah Sakit
Dr. Moewardi Surakarta.
B. TUJUAN
Tujuan penelitian pertama Untuk mengetahui perbedaan perawatan luka
dengan menggunakan Povodine Iodine 10% dan NaCl 0,9% terhadap proses
penyembuhan luka pada pasien post operasi prostatektomi.
Tujuan penelitian pembanding adalah untuk mengetahui pengaruh
perbedaan pemberian antibiotik topical dan kompres nacl 0,9 % terhadap
proses penyembuhan luka post operasi.
C. METODE PENELITIAN
Penelitian pertama ini Subyek pada penelitian ini adalah pasien post
operasi prostatektomi yang dirawat diruang Anggrek RSUD Tugurejo
Semarang. Langkah-langkah dalam pengumpulan data sebelum melakukan
penelitian, terlebih dahulu peneliti mengajukan ijin penelitian pada pihak
Rumah Sakit, setelah itu baru peneliti melakukan penelitian di RSUD
Tugurejo. Pengumpulan data dengan menggunakan 2 formulir penelitian yang
terdiri dari observasi pelaksanaan tindakan perawatan luka dan observasi
pengamatan luka. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti mengadakan
pendekatan kepada responden, menjelaskan maksud, tujuan. Responden
memiliki hak untuk menolak, kepada responden yang bersedia, peneliti
memberikan lembar persetujuan menjadi responden untuk ditandatangani.
Setelah mendapat persetujuan, responden diberi nomor sesuai dengan
nomor urut pasien datang. Yang ganjil untuk kelompok perawatan luka
dengan menggunakan Povodine Iodine 10%, yang genap untuk kelompok
perawatan luka dengan menggunakan NaCl 0,9%. Kemudian kedua
kelompok diobservasi penyembuhan luka sebelum diberikan perawatan luka
(pretest) pada pertama kali balutan dibuka (hari ke-3 post operasi). Setelah
hasilnya dikumpulkan responden diberi perlakuan sesuai protokol yang ada,
nomor ganjil diberi perawatan luka dengan menggunakan antiseptic berupa
Povodine Iodine 10% dan bagi nom or genap diberi perawatan luka dengan
menggunakan cairan fisiologis berupa NaCl 0,9%. Setiap sampel diberikan
perlakuan setelah diberikan pretest yakni pertama kali balutan dibuka (hari
ke-3 post operasi) dan setiap dilakukan perawatan luka oleh perawat
pelaksana. sampai dengan pasien pulang yakni hari ke 8. Pada hari ke 8
dilakukan postest setelah dilakukan perawatan luka selama 6 hari dari masing
masing kelompok dengan menggunakan alat ukur metode asepsis menurut
skala Wilson.
Pada penelitian pembanding jenis penelitian yang digunakan adalah
esperimen semu (Quasi experimental designs) dimana penelitian hanya
mengobservasi langsung pada subyek kelompok kontrol tanpa perlakuan dan
kelompok eksperimen dan pemilihan kedua kelompok ini tidak menggunakan
tehnik acak (Nur Salam, 2003).
Dalam rancangan ini kelompok eksperimen diberi perlakuan, sedangkan
kelompok kontrol tidak. Pada kedua kelompok diawali dengan pra-tes dan
setelah pemberian perlakuan diadakan pengukuran kembali (pasca-tes).
Sebelum dilakukan penelitian peneliti melakukan pre test dengan cara
mengobservasi luka post operasi diantaranya :
1. Adakah tanda-tanda inflamasi.
2. Bagaimana keadaan luka Semua subyek kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen diperlakukan sama.

D. HASIL PENELITIAN
Dari hasil penelitian pertama pada pelaksanaan observasi perawatan luka
pada hari ke-3 yakni pada saat luka balutan pertama kali dibuka, sebelum dan
sesudah dilakukan perawatan luka dengan menggunakan Povodine Iodine
10% dari 5 responden (100%), didapatkan hasil 5 responden dengan kategori
penyembuhan sempurna. Ada perbedaan mean perawatan luka sesudah dan
sebelum di berikan Povodine Iodine 10%. Selanjutnya dilakukan uji-t
didapatkan hasil sig (2- tailed) 0,033 (hasil terlampir) lebih kecil dari 0,05
yang berarti bahwa perawatan luka post operasi antara sebelum dan sesudah
diberi Povodine Iodine 10% ada perbedaan yang bermakna. Dilihat dari mean
sebelum dan sesudah pemberian Povodine Iodine 10% terdapat rata-rata
kategori penyembuhan yang hampir sama antara sesudah dan sebelum
pemberian Povodine Iodine 10%, yaitu pada kategori penyembuhan
sempurna. Pada pelaksanaan observasi perawatan luka pada hari ke-3 yakni
saat pertama kali balutan dibuka, sebelum dilakukan perawatan luka dengan
menggunakan NaCl 0,9% dari jumlah 5 responden (100%), didapatkan hasil 5
responden dengan kategori penyembuhan sempurna. Pada hari ke-8 (posttest),
setelah dilakukan perawatan luka dengan menggunakan NaCl 0,9% dari
jumlah 5 responden, didapatkan hasil 4 (80%) responden dengan kategori
penyembuhan sempurna 1 (20%) responden dengan kategori penyembuhan
terganggu. Ada perbedaan mean perawatan luka sesudah dan sebelum di
berikan NaCl 0,9%. Selanjutnya dilakukan uji-t didapatkan hasil sig (2-tailed)
0,115 (hasil terlampir) lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa perawatan
luka post operasi antara sebelum dan sesudah diberi NaCl 0,9% tidak ada
perbedaan yang bermakna. Dilihat dari mean sebelum dan sesudah pemberian
NaCl 0,9% terdapat rata-rata kategori penyembuhan yang hampir sama antara
sesudah dan sebelum pemberian NaCl 0,9%, yaitu pada kategori
penyembuhan sempurna. Ada perbedaan signifikan antara perawatan luka
menggunakan Povodine Iodine 10% dengan perawatan luka menggunakan
NaCl 0,9% dimana terlihat bahwa penurunan mean antara perawatan luka
menggunakan Povodine Iodine 10% dengan NaCl 0,9% berbeda jauh.
Selanjutnya dilakukan uji independent-t test didapatkan sig. (2 tailed) 0,040
lebih kecil dari signifikansi yang ditetapkan yaitu 0,05 dan ini menunjukkan
sesuai dengan hipotesa penelitian yaitu ada perbedaan penyembuhan antara
luka post operasi prostatektomi yang dirawat dengan menggunakan Povodine
Iodine 10% dan NaCl 0,9%.
Kemudian penelitian pembanding mayoritas pasien yang mengalami
pembedahan luka bersih adalah pasien yang berusia 20 40 tahun yaitu
sebanyak 50%, usia 41 60 tahun sebanyak 40%, dan hanya 10% yang
berusia lebih dari 60 tahun. Proses penyembuhan perawatan luka dengan
antibiotik topical mencapai 93,3%, lebih tinggi daripada proses penyembuhan
perawatan luka dengan kompres NaCl 0,9% yang hanya mencapai 88,9%.
Hasil analisis data dengan Independen Sample t test diperoleh nilai thitung
sebesar 1,000 dengan p=0,347. Sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5%
adalah 2,306. Dikarenakan thitung < ttabel (1,000 < 2,306) dengan p>0,05,
maka H0 (hipotesis nol) diterima dan Ha ditolak.). Artinya tidak ada
perbedaan kualitas penyembuhan luka post operasi antara perawatan luka
dengan antibiotik topical dibandingkan dengan kompres NaCl 0,9%. Artinya
perawatan luka dengan antibiotik topical tidak lebih efektif daripada
perawatan luka dengan kompres NaCl 0,9%. Perbedaan yang terjadi hanya
proses penyembuhan yang menunjukkan lebih cepat pada perawatan luka
dengan antibiotik topical. Rata-rata penyembuhan perawatan luka dengan
antibiotik topical mencapai 93,3%, lebih tinggi daripada proses penyembuhan
perawatan luka dengan kompres NaCl 0,9% yang hanya mencapai 88,9%.

E. PEMBAHASAN
Penelitian pertama terdapat beberapa kategori yaitu:
1. Kategori penyembuhan luka responden sebelum dan sesudah diberikan
perawatan luka post operasi prostatektomi dengan menggunakan Povodine
Iodine 10%.
Pada hasil analisa data ditemukan bahwa ada perbedaan mean
perawatan luka sesudah dan sebelum di berikan Povodine Iodine 10%.
Selanjutnya dilakukan uji-t didapatkan hasil sig (2-tailed) 0,033 lebih kecil
dari 0,05 yang berarti bahwa perawatan luka post operasi antara sebelum
dan sesudah diberi Povodine Iodine 10% ada perbedaan yang bermakna.
Hal tersebut dapat dilihat dari mean sebelum dan sesudah pemberian
Povodine Iodine 10% terdapat rata-rata kategori penyembuhan yang
hampir sama antara sesudah dan sebelum pemberian Povodine Iodine
10%, yaitu pada kategori penyembuhan sempurna. Prinsip penyembuhan
luka normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing tubuh
termasuk bakteri (12). Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan yang
berbeda diperlukan saat membersihkan luka bedah tetutup, yang pada
mulanya masih dalam keadaan bersih. Dalam hal ini, tindakan asepsis
yang ketat sejak awal untuk mencegah infeksi luka secara endogenus
maupun eksogenus. Meskipun demikian, apabila terjadi infeksi luka, maka
penyebabnya hampir selalu dapat ditelusuri kembali pada saat pembedahan
dilakukan.(11)
2. Kategori penyembuhan luka responden sebelum dan sesudah diberikan
perawatan luka post operasi dengan menggunakan NaCl 0,9%.
Observasi perawatan luka sebelum menggunakan NaCl 0,9% dengan
jumlah 5 responden (100%), didapatkan hasil 5 responden dengan kategori
penyembuhan sempurna, penyembuhan terganggu tidak ada, infeksi luka
minor tidak ada, infeksi lukamoderat tidak ada dan infeksi luka mayor
tidak ada. Setelah menggunakan NaCl 0,9% dengan jumlah 5 responden,
didapatkan hasil 4 (80%) responden dengan kategori penyembuhan
sempurna 1 (20%) responden dengan kategori penyembuhan terganggu,
infeksi luka minor tidak ada, infeksi luka moderat tidak ada dan infeksi
luka mayor tidak ada. Pada 1 responden dengan kategori penyembuhan
terganggu, menurut faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
yaitu dikarenakan oleh faktor ekstrinsik manajemen luka yang tidak tepat,
yaitu penggunaan teknik balutan yang tidak tepat, pemilihan, dan
penggunaan bahan balutan yang tidak tepat atau penggunaan larutan yang
semestinya tidak diperlukan, dapat menghambat proses penyembuhan
luka. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, manajemen/protap dalam
perawatan luka sangat mempengaruhi penyembuhan luka itu sendiri (9).
3. Perbedaan perawatan luka yang diberikan dengan menggunakan Povodine
Iodine 10% dan NaCl 0,9% terhadap penyembuhan luka pada pasie post
operasi prostatektomi.
Ada perbedaan signifikan antara perawatan luka menggunakan
Povodine Iodine 10% dengan perawatan luka menggunakan NaCl 0,9%
dimana terlihat bahwa penurunan mean antara perawatan luka
menggunakan Povodine Iodine 10% dengan NaCl 0,9% berbeda jauh.
Selanjutnya dilakukan uji independent-t test didapatkan sig. (2 tailed)
0,040 lebih kecil dari signifikansi yang ditetapkan yaitu 0,05. Betadine
mempunyai aktivitas sprektum yang luas yang dapat membunuh bakteri
vegetatif, virus mikrobakteria, serta jamur. Betadin juga tidak mengiritasi
kulit atau selaput lendir karena sifatnya yang non toksik dan non iritatif.
(20)
Kemudian peneltian pembanding Analisis terhadap karakteristik responden
pada variabel jenis kelamin dan usia menunjukan nilai p>0,05 yang berarti
bahwa kedua kelompok sebanding atau komparabel. Karakteristik kedua
kelompok menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna sehingga tidak
mempengaruhi jalannya penelitian. Hal ini telah memenuhi salah satu
persyaratan dalam melakukan penelitian eksperimental, yaitu kedua
kelompok harus seimbang mempunyai kemampuan awal yang seimbang
Perawatan luka yang tidak menggunakan teknik septik dan aseptik akan
menyebabkan terjadinya infeksi sehingga akan menghambat penyembuhan
luka post operasi.
Cara menghindari adanya faktor perancu dalam penyembuhan luka
tersebut adalah dengan Randomisasi pasien. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan kualitas penyembuhan luka post operasi di
antara kedua kelompok perlakuan. Hasil uji t memperoleh nilai thitung
sebesar 1,000 dengan p=0,347 ditolak pada taraf signifikansi 5% (p>0,05)
dan hipotesis penelitian ditolak. Artinya tidak ada perbedaan kualitas
penyembuhan luka post operasi antara perawatan luka dengan antibiotik
topical dibandingkan dengan kompres NaCl 0,9%. Artinya perawatan luka
dengan antibiotik topical tidak lebih efektif daripada perawatan luka dengan
kompres NaCl 0,9%. Perbedaan yang terjadi hanya proses penyembuhan yang
menunjukkan lebih cepat pada perawatan luka dengan antibiotik topical.
Rata-rata penyembuhan perawatan luka dengan antibiotik topical mencapai
93,3%, lebih tinggi daripada proses penyembuhan perawatan luka dengan
kompres NaCl 0,9% yang hanya mencapai 88,9%. Hal ini karena antibiotik
Topical dapat berfungsi untuk menghambat pertumbuhan kuman atau mikro
organisme yang masuk kedalam tubuh (Crish, Budiono dan I Ralph, 2001).
Perawatan luka dengan antibiotik topical mencapai penyembuhan 93,3%,
lebih tinggi daripada proses penyembuhan perawatan luka dengan kompres
NaCl 0,9% yang hanya mencapai 88,9%. Artinya perawatan luka dengan
antibiotik topical sedikit lebih efektif dalam menyembuhkan luka post operasi
dibandingkan pengompresan dengan NaCl 0,9%. Hal ini karena perawatan
luka dengan antibiotik Topical dan kompres Nacl 0,9% secara klinis tidak
menimbulkan infeksi. Hanya saja Nacl 0,9% tidak mempunyai kemampuan
untuk membunuh kuman, sedang antibiotik topical mempunyai kemampuan
untuk membunuh mikro organisme (Dorland, 2002). Meskipun antara
kompres Nacl 0,9% dan antibiotik topical tidak terjadi infeksi tetapi sebagian
pasien mengatakan lebih enak memakai antibiotik topical karena lebih terasa
nyaman dan bila tersentuh dari luar atau untuk gerak tidak terasa begitu sakit.
Hal ini karena antibiotik topical dilapisi dengan minyak.

F. DAFTAR PUSTAKA
Pedoman Penatalaksanaan BPH di Indonesia. Diakses tanggal 27 Agustus
2009. URL: http://iaui.or.id/ast/file/bph.pdf
Mengenal Lebih Jauh Gangguan Prostat. 2008. Diakses tanggal 24 Juli 2009.
URL:http://www.bioenergypower.com. Dhirgo A. Perawatan Luka Operasi.
2007
Hochberg, J and Murray, GF. Principles of Operative Surgery : Antiseptis,
Technique, Sutures and Drain. Philadelphia : WB Sounders. 1991.
Potter and Perry. Fundamental Of Nursing. Philadelphia : Mosby Year Book.
1993.
Torrance, C and Sergison, E. Surgical Nursing. London : Bailliere Tindal.
1997.
Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare. Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta : EGC. 2002.
Ellis, J.R, dkk. Modulles for Basic Nursing Skills. Sixth edition. 1996
Effendi, C. Perawatan Pasien Luka Bakar. Jakarta : EGC. 1999.
Dina Novenda Sari. Perawatan Luka Dahulu dan Sekarang. Juli 2008.
Diakses tanggal 25 Juli 2009. URL:http://www.perawatonline.com/
Moya J. Morison. Manajemen Luka. Jakarta : EGC. 2003.
Taylor, S. and Goodinson-McLaren, S.M. Nutritional Support : A team
approach. London : Wolfe Publishing. 1997.
Wind, G.G and Rich, N.M. Prinsip prinsip Teknik Bedah. Jakarta :
Hipokrates. 1992.
Ismail. Luka dan Perawatannya. Juli 2007.Diakses tanggal 25 Juli 2009.
URL:http://rpromise.com/woundcare/ Suriadi. Perawatan Luka. Edisi I.
Jakarta : Sagung Seto. 2002.
Tim Penyusun Standar Prosedur Pelayanan Keperawatan RSUD Tugurejo
Semarang. Standar Pelayanan dan Prosedur Tetap Asuhan Keperawatan
RSUD Tugurejo Semarang. Edisi revisi. 2007.
Soekidjo, N. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka
Cipta. 2002.
Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi.
Jakarta : Rineka Cipta. 2003.
Alimul AA. Riset Keperawatan & Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba
Medika. 2003.
Linda tietjen. Panduan Pencegahan Infeksi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2004.
Arikunto. S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta,
Rineka Cipta. Azwar, S. 2000. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar . Brunner dan Sudarth, 2002, Keperawatan
Medikal Bedah, Jakarta. EGC Chandra. B. 1995. Pengantar Statistik
Kesehatan. Jakarta, EGC. Chris, J.V.B., I. Ralph, E., Santoso, B., 2001, Drug
Beneffeits and Risks International Textbook of Clinical, Wiley Baffins Lane,
Chichester. Djarwanto, PS. & Subagyo P. 1998. Statistik Induktif.
Yogyakarta: BPFE. Dorland, 2002, Kamus Kedokteran Edisi 29, EGC,
Jakarta. Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS.
Semarang: BP. UNDIP. Moya, J. Marrison, 2004. Manajemen Luka, Jakarta,
EGC. Nealon Thomas F dan Nealon William H. 1996. Keterampilan Pokok
Ilmu Bedah. Jakarta, EGC. Notoatmodjo. S. 2002. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta Nursalam 2003. Konsep Dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, Dan
Instrument Penelitian Keperawatan, Jakarta, PT. Salemba Medika Potter, P.A
dan Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses
dan Praktek, Jakarta. EGC Pratikknya, 1993, Pengantar Statistik Penelitian
Kesehatan, Jakarta, EGC. RSUD Dr. Moewardi. Surakarta 2004,
Pengendalian Infeksi Nosokomia Dalam Rangka Menyongsong Akreditasi
Rumah Sakit. RSUD Dr. Moewardi. Surakarta 2007, Protap Perawatan Luka.
Sastro Asmoro, S dan Ismail, S (1995), Dasar-Dasar Metodologi Penelitian
Klinis. Jakarta, Binarupa Aksara Setiawan, 1997, Manajemen Perawatan
Kesehatan Tentang Struktur dan Proses. Jakarta, EGC Soekidjo Notoatmojo.
2002, Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta. CV. Rineka Cipta STIKES
Aisyiah. Yogyakarta 2007, Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Suriyadi,
2004. Perawatan Luka , Jakarta, Sagung Seto Sugiyono, 2004. Statistika
Untuk Penelitian. Bandung, Alfabeta Wilkinson, Zeir, E. R. B. 1995.
Fundamentals of nursing concepts, prosess, and practice, Addison Wesley
Publishing Company, Inc.

G. LEVEL OF EVIDANCE
Penelitian pembanding dianalisa bahwa penelitia tersebut masuk pada
level II karena pada penelitian pembanding jenis penelitian yang digunakan
adalah esperimen semu (Quasi experimental designs) dimana penelitian hanya
mengobservasi langsung pada subyek kelompok kontrol tanpa perlakuan dan
kelompok eksperimen dan pemilihan kedua kelompok ini tidak menggunakan
tehnik acak. Dalam rancangan ini kelompok eksperimen diberi perlakuan,
sedangkan kelompok kontrol tidak.
Sedangkan pada penelitian pertama dianalisa bahwa penelitian tersebut
masuk pada level III karena setelah mendapat persetujuan, responden diberi
nomor sesuai dengan nomor urut pasien datang. Yang ganjil untuk kelompok
perawatan luka dengan menggunakan Povodine Iodine 10%, yang genap
untuk kelompok perawatan luka dengan menggunakan NaCl 0,9%. Kemudian
kedua kelompok diobservasi penyembuhan luka sebelum diberikan perawatan
luka (pretest) pada pertama kali balutan dibuka (hari ke-3 post operasi).
Setelah hasilnya dikumpulkan responden diberi perlakuan sesuai protokol
yang ada, nomor ganjil diberi perawatan luka dengan menggunakan antiseptic
berupa Povodine Iodine 10% dan bagi nomor genap diberi perawatan luka
dengan menggunakan cairan fisiologis berupa NaCl 0,9%. Setiap sampel
diberikan perlakuan setelah diberikan pretest yakni pertama kali balutan
dibuka (hari ke-3 post operasi) dan setiap dilakukan perawatan luka oleh
perawat pelaksana. sampai dengan pasien pulang yakni hari ke 8.
Disimpulkan bahwa penelitian pertamalah yang tingkat bukti untuk Studi
Klinisnya lebih tinggi satu level dibandingakan penelitian pembandingnya.

H. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL


Pada penelitian pertama terhadap penelitian pembandingnya terdapat
kekurangan dan kelebihan sebagai berikut:
Pada penelitian pembanding didapatkan pembagian criteria inklusi dan
eksklusi dimana:
Kriteria Inklusi : a. Luka bersih meliputi post herniatomi, FAM, ORIF,
Laminectomi, Laparatomi. b. Usia diatas 14 tahun c.
Indeks Masa Tubuh (IMT) 20,7 sampai 26,5 d. Penderita
bersedia mengikuti penelitian
Kriteria Eklusi : a. Luka kotor, terkcntaminasi, infeksi b. Penderita dalam
pengobatan sitostatika, kortikosteroid, atau radiasi c.
Penderita dengan komplikasi penyakit lain seperti DM,
Hipertensi, Hiperkolesterolemi.
Sedangkan pada penelitian pertama tidak dibagi atas criteria inklusi
maupun eksklusi sehingga kemungkinan terjadi data hasil bias itu besar.

You might also like