Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Ketua : dr. Henny Ratnasari Harahap
dr.Indah Fitri Lestari Saragih
dr. Kenvin Rusli
dr. Litron Sinaga
dr. Lydia Theresia Tampubolon
dr. Muhammad Mirsyad MF Lubis
dr.Mahadian Ismail Nasution
dr.Martina
dr.Martina Sri Rezeki Siahaan
dr.Maya Rona Sari
dr.Michael Chindur
dr. Monika Ayu Ningrum
dr.Mustawa Zainal
dr.Naomi Juliana Sinaga
dr.Nilam Anggriani Tambunan
dr.N.Yuliance Nurhawati Hutapea
dr. Nikite Pratama
dr.Siti Alimahtun Sodiah Chaniago
dr. Suyoga Gintin
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Hal
tersebut perlu didukung dengan tenaga kerja yang kompeten.Oleh karena
itu, disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan
peraturan atau aturan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. Nuansanya
harus bersifat manusiawi atau bermartabat.
3
Identitas Perusahaan
1. Nama : CV RAVIZA
2. Alamat : Jalan dr.Mansyur No. 186 Medan, Sumatera Utara
3. Jumlah karyawan : 69 karyawan yang terdiri dari bidang:
a. Kitchen
b. Accounting
c. Engineering
d. Banquet
e. MP Service
4. Sektor Usaha : Industrial
5. Jam Kerja : 8 jam perhari, seluruh karyawan dibagi dalam 3
shift per hari yaitu pada jam kerja
7.0 15.00 WIB
15.00 23.00 WIB
23.0 07.00 WIB
6. Asuransi Pegawai : Setiap Pegawai mendapat asuransi kesehatan
program BPJS
7. Sertifikaso : Perusahaan belum memiliki sertifikasi, namun
dalam proses PHRI
8. Kelembagaan P2K3 : -
Alur Produksi
Memiliki sarana pembuangan limbah, dan memiliki 4 titik pembuangan amdal,
proses kebersihan dengan penyedotan yang dilakukan 2 kali seminggu.
4
VISI :
MISI :
5
ERGONOMI
Ergonomi menurut Badan Buruh Internasional (ILO=International Labor
Organization) adalah penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu
rekayasa untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia
secara optimum agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan. Pada
prosesnya dibutuhkan kerjasama antara lingkungan kerja ( ahli hiperkes),
manusia (dokter dan paramedik) serta mesin perusahaan (ahli tehnik). Kerjasama
ini disebut segitiga ergonomi.
Tujuan dari ergonomi adalah efisiensi dan kesejahteraan yang berkaitan
erat dengan produktivitas dan kepuasan kerja.
Adapun sasaran dari ergonomi adalah seluruh tenaga kerja baik sektor
formal, informal dan tradisional.
Pendekatan ergonomi mengacu pada konsep total manusia, mesin dan
lingkungan yang bertujuan agar pekerjaan dalam industri dapat berjalan secara
efisien, selamat dan nyaman. Dengan demikian dalam penerapannya harus
memperhatikan beberapa hal yaitu: tempat kerja, posisi kerja, proses kerja.
Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut: 1) meningkatkan
kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban kerja tambahan (fisik
dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja,
2) meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas
kerjasama sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan
sistem kebersamaan dalam tempat kerja, 3) berkontribusi di dalam keseimbangan
rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem
manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.
Adapun manfaat pelaksanaan ergonomi adalah menurunnya angka
kesakitan akibat kerja, menurunnya kecelakaan kerja, biaya pengobatan dan
kompensasi berkurang, stress akibat kerja berkurang, produktivitas membaik, alur
kerja bertambah baik, rasa aman karena bebas dari gangguan cedera, kepuasan
kerja meningkat.
6
2. Fisik
3. Pengalaman psikis
4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot
dan persendian
5. Anthropometri
6. Sosiologi
7. Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up
take dan aktivitas otot.
8. Desain, dll.
7
1. Pemeriksaan sebelum bekerja
Bertujuan untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya
2. Pemeriksaan berkala
Bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan
mendeteksi bila ada kelainan.
3. Nasehat
Harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada
wanita muda danyang sudah berumur.
KESEHATAN KERJA
Kesehatan kerja adalah upaya penyeserasian antara kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar
diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan 1992 Pasal
23).Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi
tingginya, baik fisik, mental dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat
yang berada di lingkungan perusahaan.Aplikasi kesehatan kerja berupa upaya
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif.
Promosi kesehatan merupakan ilmu pengetahuan dan seni yang membantu
seseorang untuk mengubah gaya hidup menuju kesehatan yang optimal, yaitu
terjadinya keseimbangan kesehatan fisik, emosi, spiritual dan intelektual. Tujuan
promosi kesehatan di tempat kerja adalah terciptanya perilaku dan lingkungan
kerja sehat juga produktivitas yang tinggi. Tujuan dari promosi kesehatan adalah:
Mengembangkan perilaku kerja sehat
Menumbuhkan lingkungan kerja sehat
Menurunkan angka absensi sakit
Meningkatkan produktivitas kerja
Menurunnya biaya kesehatan
Meningkatnya semangat kerja
Upaya preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat
kerja yang disebabkan oleh alat/ mesin dan masyarakat yang berada di sekitar
8
lingkungan kerja ataupun penyakit menular umumnya yang bisa terjangkit pada
saat melakukan pekerjaan yang diakibatkan oleh pekerja. Upaya preventif
diperlukan untuk menunjang kesehatan optimal pekerja agar didapat kepuasan
antara pihak pekerja dan perusahaan sehingga menimbulkan keuntungan bagi
kedua belah pihak.Aplikasi upaya preventif diantaranya pemakaian alat pelindung
diri dan pemberian gizi makanan bagi pekerja.
Gizi kerja adalah gizi /nutrisi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja tambahan.
Gizi kerja menjadi masalah disebabkan beberapa hal yaitu rendahnya kebiasaan
makan pagi, kurangnya perhatian pengusaha, kurangnya pengetahuan tenaga kerja
tentang gizi, tidak mendapat uang makan, serta jumlah, kapan dan apa dimakan
tidak diketahui. Efek dari gizi kerja yang kurang bagi pekerja adalah :
Pekerja tidak bekerja dengan maksimal
Pertahanan tubuh terhadap penyakit berkurang
Kemampuan fisik pekerja yang berkurang
Berat badan pekerja yang berkurang atau berlebihan
Reaksi pekerja yang lamban dan apatis,
Pekerja tidak teliti
Efisiensi dan produktifitas kerja berkurang
Jenis pekerjaan dan gizi yang tidak sesuai akan menyebabkan timbulnya
berbagai penyakit seperti obesitas, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit
degenerative, arteriosklerotik, hipertensi, kurang gizi dan mudah terserang infeksi
akut seperti gangguan saluran nafas. Ketersediaan makanan bergizi dan peran
perusahaan untuk memberikan informasi gizi makanan atau pelaksanaan
pemberian gizi kerja yang optimal akan meningkatkan kesehatan dan
produktivitas yang setinggi tingginya.
Upaya kuratif merupakan langkah pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan bagi pekerja.Upaya penatalaksanaan penyakit yang timbul pada saat
bekerja merupakan langkah untuk meningkatkan kepuasan pekerja dalam bekerja,
sekaligus memberi motivasi untuk pekerja supaya memiliki kesehatan yang
optimal.Penyakit yang sering timbul dalam suatu lokasi pekerjaan dapat menjadi
9
tolak ukur dalam mengambil langkah promosi dan pencegahan, sehingga tujuan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan kerja optimal dilaksanakan.
10
BAB II
PELAKSANAAN
11
BAB III
HASIL PENGAMATAN
12
III.3 Pencegahan HIV AIDS dan Narkoba
Dari hasil diskusi dan wawancara pada narasumber, untuk pencegahan
HIV AIDS tidak dilakukan secara optimal, tidak dilakukan penyuluhan.
13
Dari hasil pengamatan di perusahaan ini, tidak dilakukan pemeriksaan
khusus apapun pada tenaga kerja
III.5 Ergonomi
1. Sikap kerja
hasil pengamatan mengenai sikap kerja dari tenaga kerja menunjukkan
sebagian besar belum sesuai dengan aspek ergonomis, terbukti dengan adanya:
a. masih banyak karyawan yang mengeluhkan sakit pada pinggang dan lutut.
b. ketidaktersediaan tempat duduk/ kursi di bagian resepsionis
2. Cara Kerja
Cara kerja yang kami amati ada 2 sisi yaitu posisi kerja dan proses kerja.
Tugas karyawan dibagi atas beberapa divisi.
a. Posisi Kerja
Pada bagian resepsionis bekerja dalam posisi berdiri dan
melakukan pekerjaan seperti menerima tamu, menulis daftar hadir tamu,
dan smenerima telepon yang mengakibatkan pekerja sering membungkuk.
Dan posisi itu dilakukan dalam waktu 8 jam dengan waktu istirahat 1 jam
dan tidak tersedia kursi.
Pada bagian dapur bekerja dalam posisi berdiri dan melakukan
pekerjaan mempersiapkan bahan masakan dan memasak dalam ruangan
yang panas. Tinggi meja masakan sudah sesuai dengan pekerja. Namun
karena pekerjaan dilakukan dalam waktu 8 jam sehingga pekerja sering
merasakan sakit pada pinggang.
Pada bagian house keeping, pekerja sering menganggat barang
sering dengan posisi membungkuk untuk memindahkan barang tamu ke
atas troli. Untuk membersihkan lingkungan hotel, pekerja sering
14
berjongkok sehingga pekerja sering merasakan sakit pada bagian lutut dan
pinggang.
Pada bagian keamanan hotel terdapat 2 pekerja dalam 1 shift.
Pekerja melakukan pekerjaannya dalam posisi berdiri dan melakukan
pergantian setiap 3 jam. Dan tersedia tempat duduk dan meja yang
nyaman.
b. Proses Kerja
Proses Kerja karyawan menggunakan alat bantu secara keseluruhan
baik karena alat tersebut bisa diarahkan sesuai dengan kebutuhan.
3. Beban Kerja
Beban kerja masih dalam batas normal yaitu 8 jam perhari. Istirahat makan
siang selama 45 menit. Dan libur 1 hari dalam 1 minggu secara bergantian.
15
Hasil wawancara juga didapatkan perusahaan menyediakan dapur umum
guna mempertahankan kebersihan dalam memasak untuk makanan tamu dan
makanan karyawan sendiri.
Perusahaan memberikan makan kepada pekerja sesuai dengan jadwal kerja
masing-masing dan untuk makanan selingan tidak diberikan. Para pekerja
mempunyai jadwal makan terbagi tiga, yaitu pada pagi hari jam 12.00-14.00,
siang hari jam 18.30-20.00, malam hari pada jam 00.00-02.00.
Perusahaan belum ada mengadakan penyuluhan dan ceramah gizi kerja
pada pekerja. Dari hasil wawancara kepada beberapa pekerja di lapangan
mengenai pengetahuan gizi kerja didapatkan tidak semua pekerja mengetahui
tentang gizi kerja.
16
kotak P3K biasanya dilakukan pengecekkan dadn penyediaan perlengkapan isi
kotak P3K setiap bulan. Perusahaan ini tidak memiliki petugas P3K khusus
namun tugas P3K dilakukan oleh pegawai HRD yang bukan seorang petugas
medis. Pegawai HRD mengaku bahwa mereka telah mendapatkan pelatihan yang
standar.
17
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
18
- Meniadakan adanya
diskriminasi bagi
pekerja/ buruh yang
terkena HIV
- Pelayanan Kesehatan
kerja Bagi pekerja/
buruh dengan HIV
- Melakukan prosedur K3
untuk pencegahan dan
penanggulan HIV dan
AIDS
5. Pemeriksaan - Tenaga kerja tidak - Dilakukan pemeriksaan
kesehatan dilakukan pemeriksaan kesehatan berkala
kesehatan berkala seperti spirometri serta
seperti audiometri, serta tindakan lanjutan
tidak ada pemeriksaan setelahnya dan
khusus berkaitan dilakukan pemeriksaan
dengan penyait tertentu khusus bagi tenaga kerja
yang dimiliki oleh yang memerlukan
tenaga kerja - Pemeriksaan awal
- Tenaga Kerja dilakukan seharusnya dilakukan
Pemeriksaan awal pada tenaga kerja
hanya pada tenaga kerja lainnya bukan hanya
bagian keamanan dan pada tenaga kerja
hanya berupa tanda- keamanan.
tanda vital.
6. Program - Para pekerja tidak selalu - Membiasakan para
pemulihan gizi menggunakan ruang pekerja untuk
makan pada saat menggunakan ruang
istirahat makan, makan pada saat jam
terkadang makan di istirahat dengan alasan
tempat kerja. bahwa mereka bisa
beristirahat dengan
19
nyaman, dan juga
tingkat higienitas
mereka juga dapat
terjaga.
7. Program - Tidak semua pekerja - Diadakan penyuluhan
pemulihan gizi mengetahui tentang gizi dan ceramah gizi kerja
tenaga kerja kerja. pada pekerja dengan
rutin. Diharapkan para
pekerja akan
mengetahui dan
semakin peduli akan
pentingnya gizi kerja
dan mau ikut
melaksanakan program
gizi kerja dengan baik.
8. Sarana P3K - Tidak tersedia petugas - Sebaiknya perusahaan
P3K khusus menyediakan petugas
- Isi Kotak P3K tidak P3K khusus sebanyak 1
memenuhi kriteria orang yang telah terlatih
standar - Melengkapi alat dan
obat dalam Kotak P3K
secara rutin
9. Personal - Perusahaan belum - Sebaiknya perusahaan
Kesehatan mengkonfirmasi dokter memastikan dokter yang
yang bekerja di klinik bekerja di klinik kerja
sudah disertifikasi atau sama dengan perusahaan
belum sudah tersertifikasi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
20
Kesimpulan mengenai aspek ergonomis dan kesehatan kerja di CV
RAVIZA adalah:
1. Aspek ergonomi dalam sikap kerja rata rata cukup baik, hanya ada
beberapa bagian yang tidak menerapkan aspek ergonomis, seperti pada
bagian Resepsionis dan Kitchen
2. Aspek ergonomi dalam cara kerja rata rata kurang baik, dijumpai para
pekerja banyak yang salah dalam posisi kerja
3. Pemeriksaan awal hanya dilakukan pada tenaga kerja keamanan
Saran
1. Pembenahan fasilitas yang memadai seperti kursi untuk menunjang
kenyamanan pekerja dalam bekerja.
2. Penerapan ergonomis seperti tinggi meja di dapur perusahaan agar pekerja
lebih nyaman dalam bekerja
3. Pengadaan Edukasi ulang kepada para pekerja atau training ulang tentang
penggunaan APD dan sikap kerja
4. Pemberian sanksi kepada para pekerja yang melanggar aturan atau tidak
disiplin
5. Pengawasan ketat pada para pekerja agar tidak terjadi kesalahan
Demikian saran yang dapat kami berikan, semoga dapat berkenan dan
memberikan dampak positif bagi produktivitas tenaga kerja CV.RAVIZA. Kami
sadar banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Kami mohon maaf
kepada semua pihak jika ada yang tidak berkenan. Terima kasih.
BAB VI
PENUTUP
21
Semoga dengan disusunnya laporan ini, dapat kita jadikan pedoman pembelajaraan
dalam menambah wawasan mengenai Hiperkes bagi para Dokter Klinik atau Instansi, dalam
melaksanakan tugasnya. Semoga apa yang kami sampaikan diatas mengenai aspek Ergonomi di
lingkungan kerja CV.RAVIZA dapat bermanfaat bagi kita semua, sehingga jika suatu saat kita
menjumpai kendala dalam mengelola kesehatan di lingkungan kerja baik itu dalam suatu
perusahaan atau Instansi, maka kita sudah dapat mengambil langkah-langkah antisipasi
bagaimana cara menyelesaikan permasalahan tersebut.
LAMPIRAN
22
23
24
25
26
27