You are on page 1of 12

MAKALAH AGAMA

ILMU PENGETAHUAN DAN PROFESI ILMUWAN TERHADAP PERKEMBANGAN ZAMAN

PENGEMBANGAN PROFESI KEILMUWAN

Disusun oleh :

Rosita Dwi Ningrum 041411535001

Triyan Rediyanto 041411535017

Elsya Herwiyanti 041411535035

Program Studi S1 Akuntansi

Universitas Airlangga PSDKU Banyuwangi

2017
Ilmu Pengetahuan Dan Profesi Ilmuwan Terhadap Perkembangan Zaman :

Pengembangan Profesi Keilmuwan

Perkembangan ilmu pengetahuan telah menjadi sebuah mata rantai kehidupan yang tak

bisa dipisahkan dengan kehidupan dan eksistensi manusia. Ilmu pengetahuan yang semakin maju

menjadi bukti nyata akan pemikiran manusia yang semakin kompleks. Hasil-hasil pemikiran

manusia dalam keilmuwan ini dapat dilihat melalui kemajuan dalam berbagai bidang, seperti

dalam bidang teknologi dan komunikasi, kita telah mengenal komputer, laptop, ponsel, i-pad,

dan internet, serta diluncurkannya satelit yang saat ini mengorbit bumi untuk membantu proses

transmisi. Selain itu, di bidang kedokteran kita telah tak asing dengan istilah kemoterapi,

kloning, vaksin, dan USG. Semua kemajuan ilmu pengetahuan itu diciptakan dengan tujuan

membantu manusia dalam menjalani hidupnya.

Akan tetapi, perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju ini juga diiringi

dengan tantangan yang semakin berat dan pola pikir manusia berkembang begitu pesat. Manusia

tak lagi mempercayai sesuatu berdasarkan mitos belaka, mereka mulai melakukan analisa secara

mendalam dan kritis atas segala sesuatu. Semua peristiwa yang terjadi di muka bumi ini dapat

diteliti melalui berbagai disiplin ilmutertentu, baik masalah sosial maupun ilmiah. Hal ini dapat

dilakukan melalui telaah berdasarkan berbagai pendekatan,dari pendekatan astronomi, fisika,

kimia, sosiologi, sampai psikologi. Berbagai pendekatan dari berbagai disiplin ilmu ini telah

mengalami spesialisasi studi sehingga satu bidang dapat mengkaji permasalahan di bidangnya

dengan lebih optimal. Akan tetapi spesialisasi studi seperti ini juga menimbulkan sebuah

problema, yakni arogansi disiplin ilmu yang menganggap bidangnya yang paling penting,
mengabaikan eksistensi ilmu sebagai hal yang selayaknya dikembangkan demi kesejahteraan

umat manusia, bukan menimbulkan kekacauan sosial atau bahkan kekacauan alam.

Mencermati penjelasan di atas bahwa terdapat ilmu dan profesi yang tidak islami.

Sebagaimana ilmu dan kebudayaan ada yang bebas atau tidak bebas nilai (Taufik Abdullah:

1988, 26). Tentu dalam kontek ajaran Islam, hanya ilmu, profesi,kebudayaan, dan konteks

pengetahuan lain yang bebas nilai saja yang dapat diadopsi untuk kepentingan kemajuan Islam.

Indikasi kemajuan adalah ditandai dengan keberdayaan, eksistensi, kekuatan, kematangan,

ketertiban, keamanan, ketepatan keterukuran yang dapat dibuktikan secara ilmiah dan

berkelanjutan dan hal-hal lain yang selalu dilandasi berbagai macam nilai yang sesuai dengan

ajaran islam. Di mana di dalamnya terdapat filter dengan berbagai kaidah-kaidah yang

terangkum dalam akidah, syariah, akhlak, kisah masa lalu, berita yang akan datang, dan

pengetahuan-pengetahuan Ilahiyah penting lainnya, maka konsep alat ukur tersebut akan

mengukir sosok manusia sedang berada di mana. Apakah ia : 1. muttaqin, 2. mukmin, 3. muslim,

4. mukhsin, 5. kafir, 6. musrik, 7. munafik, 8. Fasik, 9. Zalim, 10. Mutraf (Anshari, Wawasan

Islam: 2004).

Agar dapat mengaplikasikan ilmu sekaligus membangun profesi yang islami, maka ada

beberapa tahapan yang harus dilewati bagi muslim, sehingga mampu menempatkan sosok

manusia pada stageyang diinginkan sebagaimana sepuluh kategori tingkat golongan sosok

manusia menurut Islam. Berdasarkan catatan tingkatan tersebut, maka golongan orang-orang

yang muttaqin adalah sebagai tingkatan orang-orang telah purna, hidup, ibadah, dan matinya

hanya karena Allah SWT (Hasan Al-Bana, Salim; 2004)


1. LANGKAH-LANGKAH PENCAPAIAN

Lembaga pendidikan Islam telah memikirkan langkah-langkah pencapaian dengan

melembagakan pendidikan formal berbasis Islam. Ada TK Islam, MI, MTs, MA, dan Perguruan

Tinggi Islam sesungguhnya sebagai upaya untuk mencapai tujuan ruh al- Islam wal al-iman yang

kaffah berkemajuan diridhai oleh Allah SWT. Dalam konsep pendidikan dasar, misalnya, telah

ditanamkan dasar pendidikan akhlak, dasar pendidikan sosial, dasar pendidikan intelektual, dasar

pendidikan kebiasaan, dan dasar pendidikan kewarganegaraan. Semua itu bertujuan agar supaya

nantinya produk pendidikan tersebut dapat memberikan kontribusi yang selaras dalam realitas

kehidupan sehari-hari yang dilandasi iman dan takwa kepada Allah SWT dan tidak tercerabut

dari berbagai macam nilai-nilai yang luhur.

Dengan demikian, dalam aplikasi ilmu dalam profesi yang Islami itu tidak akan lepas dari

nilai-nilai yang terkandung dalam agama dan tidak juga tercerabut dari berbagai macam norma

yang hidup dan berlaku di lingkungan di mana mereka berada. Kematangan emosi, kedewasaan

sikap, profesionalitas ekspresi dalam berbagai sisi kehidupan yang selalu dilandasi aqidah,

syariah, akhlak, iktibar-iktibar kekayaan pengetahuan lain, maka hal semacam itu tidak akan

menjerumuskan manusia dalam tataran kehinaan baik di sisi Allah, juga dalam menjalani

kehidupan pada realitas kesemestaan.

Karena itu menguatkan akidah sebagai landasan fondasi keyakinan yang mencair dalam

hati dan aplikasinya dalam profesi yang bersumber dari syariat/hukum/norma, maka dapat

membentuk kemuliaan akhlak manusia. Terbangun dalam kepribadian yang utuh dalam

menjalani kehidupan. Jatidiri manusia dalam menvisualisasi kehidupan merupakan cerminan dari
dalam tersebut. Hal tersebut akan berhasil manakala manusia telah berhasil mengendalikan

empat unsur pokok sinergisme kejiwaannya. Empat unsur pokok dalam kejiwaan tersebut adalah

pertama keinginan, kedua kemauan, ketiga keberanian, dan ke empat keberlanjutan/istiqomah

dalam melakukannya. Maka akan dapat memotivasi berbagai ketercapaian semua tujuan manusia

yang diinginkan.Berangkat dari pemikiran fiqh yang kaya dengan kaidah-kaidah yang dapat

memberikan berbagai macam solusi konflik pemikiran dan permasalahan hidup, maka fiqh

merupakan hamparan ruang luas yang perlu dijelajahi dalam membuat kerangka keputusan

kualitatif yang aman dan bernilai iman dan islam (Abudin Nata: 1998, 392). Karena itu, kajian-

kajian terkait dengan keilmuwan dan profesi hubungannya dengan keyakinan kian

dikembangkan dengan tujuan agar dinamika umat selalu terpelihara dan konsep Islam dan iman

dapat dikedepankan serta tidak terabaikan.

2. Gambaran Perkembangan Ilmu di Masa Depan

Ilmu merupakan modal utama, subyek, dan juga obyek atas perkembangan segala

sesuatunya yang ada di dunia ini. Manusia berlomba-lomba melakukan pengembangan,

penelitian, dan riset sehubungan dengan ilmu pengetahuan. Bahkan agama menegaskan

pentingnya menuntut ilmu. Namun, apakah ilmu itu? Sudah tepatkah manusia dalam mencari dan

memanfaatkannya?

Ilmu berasal dari bahasa Arab alimayalamu, atau kata sains dari scioatau scrio yang

berarti untuk mencari tahu ( to know dalam bahasa Inggris). Secara terminologi, ilmu atau sains

adalah pengetahuan dengan ciri-ciri, tanda-tanda, dan syarat-syarat tertentu. Menurut

Ensiklopedia Indonesia, ilmu pengetahuan yaitu suatu sistem dari pelbagai ilmu pengetahuan

tertentu yang telah diatur dan disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu sehinngga
menjadi kesatuan yang utuh sebagai hasil penelitian yang telah dilaksanakan secara teliti dengan

menggunakan metode tertentu. Ilmu secara bahasa adalah pengetahuan tentang sesuatu yang

disusun secara sistematis menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk

menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang tersebut ( Bakhtiar:2005 ).

Ilmu memiliki sifat fleksibel, akan terus berkembang sesuai perkembangan zaman atau

kebudayaan dan juga kemampuan bepikir manusia. Kemajuan perkembangan ilmu dalam

berbagai segi ini bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia. Akan tetapi, selalu ada sisi

negatif di tiap hal yang eksis di muka bumi ini. Perkembangan dan kecanggihan sebuah konsep

ilmu turut menimbulkan kekhawatiran bagi manusia. Ilmu dan teknologi yang semakin maju

juga menimbulkan degradasi nilai. Manusia tergantung pada benda-benda yang dikembangkan

dari ilmu pengetahuan, seolah tak bisa bekerja tanpa mereka. Akan tetapi produk tersebut

memang dibutuhkan untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan mereka.

Hingga saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu pesat. Telah

banyak fasilitas yang tecipta demi terwujudnya kemudahan dalam aktivitas manusia. Sejak

suksesnya penelitian rekayasa genetika terhadap makhluk hidup yang telah dirintis oleh Dr.

Gurdon dari Medical Research Council Laboratory of Molecular Biology, Universitas

Cambridge, Inggris pada tahun 1961, teknologi ini seperti menjadi mainan baru yang tak bosan

diotak-atik oleh para ilmuwan genetika. Jika pada masa itu mereka berhasil melakukan kloning

pada katak, kapankah teknologi tersebut berhasil pada manusia? Ide melakukan kloning pada

manusia ini tampaknya terus menjadi perbincangan oleh berbagai kalangan, dan menjadi

kontroversi. Teknologi kloning ini dikritisi oleh 19 negara Eropa pada tahun 1997 dengan

menandatangani pakta yang menyebutkan bahwa mengklon manusia merupakan pelanggaran


martabat manusia dan merupakan penyalahgunaan ilmu. Belum lagi dalam perspektif agama

teknik rekayasa genetika tak layak diteruskan karena terkesan membuat manusia berusaha

menjadi tuhan, dengan memanipulasi teknologi untuk menciptakan makhluk hidup.

3. Peran Ilmuwan dalam Menghadapi Tantangan di Masa Depan

Manusia telah membuktikan bahwa kemampuan berpikir mereka telah semakin kompleks

dan akan terus berkembang. Di tangan para ilmuwan telah tercipta penemuan-penemuan canggih

dan teknologi mutakhir untuk kepentingan umat manusia. Melalui tangan manusia, kita bisa

menciptakan, maka ditangan manusia pula kita bisa memanfaatkan dan mengendalikannya.

Dalam bukunya Common Wealth: Economics for a Crowded Planet, Jeffrey D. Sachs,

Direktur Earth Institute, University of Columbia, menulis bahwa dunia sekarang sedang

mengalami banyak tantangan, seperti kemiskinan, degradasi lingkungan dan juga konflik.

Menurut Sachs, ada empat hal yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahn yang akan

muncul di masa depan, yaitu:

Tujuan yang jelas ( clear objectives )

Sumber keuangan yang memadai ( source of finance )

Teknologi yang efektif ( effective technology) dan ramah lingkungan

Implementasi strategi yang jelas ( clear implementation of strategy )

Untuk negara Indonesia, kontribusi ilmuwan dalam negeri pada kenyataanya cukup

memprihatinkan. Dari masalah pendanaan yang hanya 0.9 % dari APBN, sampai masalah

perizinan menjadi kendala besar dalam pengoptimalan penelitian oleh para ilmuwan. Hal ini

menyebabkan ilmuwan Indonesia memilih untuk melarikan diri keluar negeri, bergabung
dengan universitas terkemuka, instansi penelitian, atau lembaga riset disana untuk

mengeembangkan potensi mereka dalam bidang keilmuwan. Padahal sebenarnya Indonesia

memiliki sumber daya manusia di bidang keilmuwan yang cukup mumpuni. Tapi kurangnya

sinergi pemerintah dan instansi pendidikan dan industri seolah mematikan mereka.

Akan menjadi langkah bijaksana jika Indonesia melakukan optimalisasi terhadap penelitian

yang dilakukan oleh ilmuwan dalam negeri, memberi mereka wadah untuk melakukan riset ilmu

pengetahuan. Tentunya hal tersebut akan memberi kebaikan bagi kehidupan manusia di

Indonesia nantinya. Indonesia dapat memulai dengan melakukan sirkulasi terhadap kemampuan

inovasi, inteligensi, penelitian dan teknologi, dan meningkatkan kualitas SDM. Selain itu juga

sangat penting membangun komunikasi dan jaringan yang intensif oleh pemerintah, industri, dan

lembaga akademik dengan lembaga terkait di luar negeri. Kemudian Indonesia juga membangun

komunikasi dengan SDM Indonesia yang berada di instansi riset di luar negeri untuk

berkontribusi aktif dan bekerjasama mengembangkan teknologi di dalam negeri.

4. Peran Agama dan Pendidikan dalam Menghadapi Tantangan di Masa Depan

Agama dan ilmu, dua elemen kehidupan yang memiliki perbedaan dan juga persamaan. Ilmu

merupakan hal yang obyektif, logis, empiris, fleksibel, dan progresif. Adapun agama merupakan

hal subyektif , mengedepankan ritual terhadap hubungan makhluk dengan Tuhan, dan kadang tak

mengandalkan empiris.Ilmu berperan dalam pemenuhan kebutuhan lahiriah yang memberikan

kepuasan untuk kehidupan fana di dunia. Sementara itu, agama memberikan kebutuhan dalam

batiniah dan persiapan kehidupan setelah mati.


Karena bagi masyarakat beragama, walaupun ilmu memiliki perbedaan yang komprehensif,

baik dalam fase rohani dan fase kebutuhan jasmani, ilmu adalah bagian yang tak dapat

dipisahkan dari nilai ketuhanan, karena sumber ilmu yang hakiki adalah Tuhan. Manusia

menemukanya melalui pendekatan-pendekatan dan disiplin ilmu secara sistematis, dengan

kemudian merekayasanya, dan menjadikanya sebuah instrumen penting dalam kehidupan.

Karena manusia berbeda dengan ciptaan Tuhan lainya, manusia diberikan daya pikir berbeda

dengan makhluk lainya. Daya pikir inilah yang kemudian menemukan teori-teori ilmiah dan

teknologi.

Semua agama yang ada di dunia ini mengajarkan umat untuk menuntut ilmu, bahkan

behukum wajib. Namun, bukan berarti hal ini menyebabkan kita lepas kontrol dan

mengeksplorasi ilmu tanpa mempertimbangkan nilai-nilai dan norma. Disinilah peran agama

sebagai kontrol terhadap pengembangan ilmu, agar manusia dapat mengembangkannya dengan

benar dan tak kehilangan hati nurani mereka. Agama juga berperan sebagai filter terhadap

perkembangan ilmu, memberikan rambu-rambu, bahwa hal positif dari ilmu pengetahuan dapat

digunakan dan diaplikasikan dalam kehidupan manusia sementara hal negatif disingkirkan.

Sementara itu, pendidikan juga berperan dalam menghadapi tantangannya di masa depan.

Untuk mengantisipasi masa depan, Tilaar ( 1993) menyebutkan ada sepuluh kecenderungan

pengembangan Sistem Pendidikan Nasional, yaitu :

1. Pemerataan pendidikan.

2. Kurikulum yang relevan dengan pembangunan nasional.

3. Proses belajar mandiri.


4. Tenaga pendidikan yang profesional.

5. Pendidikan pelatihan yang terpadu.

6. Pendidikan tinggi sebagai partner in progress.

7. Pendidikan berkelanjutan.

8. Pembiayaan yang memadai.

9. Partisipasi masyarakat.

10. Manajemen pendidikan yang efektif.

Tujuan pendidikan bukan menciptakan individu yang mahir dalam spesialisasi,

melainkan dapat mewujudkan individu yang utuh. Sebagaimana tujuan pendidikan dalam UU

No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa tujuan

Pendidikan Nasional mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia

seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi

pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian

yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab masyarakat dan kebangsaan.

5. Peran Ilmuwan dalam Pengembangan Ilmu

Dalam catatan sejarah, bahwasanya ilmuwan memiliki beberapaciri yang ditunjukkan oleh

cara berfikir yang dianut serta dalam perilaku seorang ilmuwan. Mereka memilih bidang

keilmuwan sebagai profesi. Untuk itu yang bersangkutan harus tunduk di bawah wibawa ilmu.

Karena ilmu merupakan alat yang paling mampu dalam mencari dan mengetahui kebenaran.

Ini dapat dikenali lewat paradigma maupun pola sikap senyatanyadalam kehidupan sosial,

yang merupakan penjelmaan prinsip-prinsip ilmiah. Seorang ilmuwan tampaknya tidak cukup
hanya memiliki daya kritis tinggi atau pun pragmatis, kejujuran, jiwa terbuka dan tekad besar

dalam mencari atau menunjukkan kebenaran pada akhirnya, netral, tetapi lebih dari semua

ituialah penghayatan terhadap etika serta moral ilmu kehidupan itu harus menjadi pilihan juga

sekaligus junjungan martabat manusia.

5.1 Syarat-Syarat yang Harus Dipatuhi Seorang Ilmuwan

Seorang ilmuwan sudah tentu bukan hanya sekedar memapankannamanya saja,

akan tetapi ia harus bisa mempopulerkan karya ilmiahnya agar bisa diterima masyarakat

dan sekiranya karya ilmiahnya baik. Oleh karena ituseorang ilmuwan harus memenuhi

beberapa syarat, diantaranya: prosedur ilmiah; metode ilmiah; adanya suatu gelar yang

berdasar pendidikan formalnya yang ditempuh; kejujuran ilmuwan, yakni suatu kemauan

yang besar, ketertarikan pada perkembangan ilmu pengetahuan terbaru dalam rangka

profesionalitas keilmuwannya.

5.2 Peran dan Fungsi Ilmuwan

Ilmuwan merupakan orang yang menemukan masalah spesifik dalam ilmu. Salah satu

syarat utama dalam hubungan antara ilmuwan denganmasalah keilmuwan tidak lain

hanyalah, seorang ilmuwan harus memiliki ciri, sikap dan tanggung jawab. Akan tetapi di

sini seorang ilmuwa harus jugamemiliki peran atau pun fungsi. Tiga peran ilmuwan dalam

segi kegiatan:

Sebagai Intektual, seorang ilmuwan sosial dan tetap mempertahankandialognya yang

kontinyu dengan masyarakat sekitar dan suatuketerlibatan yangintensif dan sensitif.


Sebagai Ilmuwan, dia akan berusaha memperluas wawasan teoritis danketerbukaannya

kepada kemungkinan dan penemuan baru dalam bidang keahliannya.

Sebagai Teknikus, dia tetap menjaga keterampilannya memakai instrumen yang tersedia

dalam disiplin yang dikuasainya. Dua peran terakhir memungkinkan dia menjaga

martabat ilmunya, sedangkan peran pertama mengharuskannya untuk turut menjaga

martabat manusia. Karena kita semua tahu bahwa ilmu merupakan hasil karya

perseorangan yang dikomunikasikan dan dikaji secara terbuka olehmasyarakat. Maka dari

itu, fungsi seorang ilmuwan tidak hanya berhenti pada penelaahan dan keilmuwan secara

individual namun juga bertanggung jawab agar produk keilmuwannya sampai dan dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat luas

You might also like