Professional Documents
Culture Documents
MODUL : SEDIMENTASI
PEMBIMBING : Emma Hermawati Muhari, Ir., MT
Kelompok : IV (empat)
PENDAHULUAN
Limbah merupakan suatu produk samping yang sudah tidak dapat dimanfaatkan atau
tidak memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi ketika dimanfaatkan. Banyak sumber limbah
yang dihasilkan dalam kehidupan manusia, seperti limbah dari rumah tangga (limbah
domestik), limbah dari industri kecil dan limbah dari pabrik-pabrik besar. Dalam dunia
masyarakat yang semakin maju dan perkembangan teknologi yang semakin meningkat, maka
limbah yang dihasilkan pun akan semakin meningkat. Peningkatan jumlah limbah dapat
disebabkan karena banyaknya konsumsi masyarakat terhadap suatu produk.
Limbah yang dibuang ke lingkungan dapat berupa limbah padat, cair dan gas.
Pembuangan limbah ke badan air secara langsung dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan yang dapat merusak ekosistem air apabila kualitas air limbah yang dibuang tidak
memenuhi baku mutu air limbah yang diizinkan untuk dibuang ke lingkungan. Salah satu
cara pengolahan air limbah adalah dengan menggunakan metode sedimentasi. Sedimentasi
dilakukan untuk mengurangi nilai Total Solid pada air limbah sehingga Total Solid dalam air
limbah dapat memenuhi nilai baku mutu yang diizinkan. Masalah yang sering timbul pada
penggunaan bak sedimentasi konvensional adalah lahan yang tersedia masih terbatas. Oleh
karena itu, modifikasi bak sedimentasi dilakukan untuk mengatasi masalah lahan yang
terbatas pada penggunaan bak sedimentasi konvensional. Salah satu cara modifikasi bak
sedimentasi konvensional adalah dengan menambahkan sebuah plate settler.
1.2 Tujuan
LANDASAN TEORI
2.1 Sedimentasi
Sedimentasi adalah salah satu proses pemisahan padatan dari suatu cairan (slurry) agar
cairan menjadi bening dan bebas dari padatan yang terdapat di dalam cairan tersebut.
Pemisahan padatan dan cairan terjadi berdasarkan perbedaan massa jenis dengan cara
pengendapan. Selain itu, proses pengendapan padatan yang ada dalam cairan juga
dipengaruhi oleh adanya gaya gravitasi.
Proses sedimentasi dapat dilakukan sebelum proses koagulasi dan flokulasi (primary
sedimentation) atau pun setelah proses koagulasi dan flokulasi (secondary sedimentation).
Proses sedimentasi awal (primary sedimentation) dilakukan ketika kekeruhan dari cairan
tinggi sehingga dapat mengurangi beban pada proses koagulasi dan flokulasi, sementara
proses sedimentasi akhir (secondary sedimentation) dilakukan untuk memisahkan cairan
dengan endapan yang terjadi pada proses koagulasi dan flokulasi. Kecepatan pengendapan
padatan yang terdapat di dalam cairan tergantung pada berat jenis, bentuk dan ukuran
partikel, viskositas cairan dan kecepatan aliran cairan dalam bak pengendapan (bak
sedimentasi).
Pengendapan partikel flokulen akan lebih efisien pada ketinggian bak yang relatif
kecil karena tidak memungkinkan untuk membuat bak yang luas dengan ketinggian
minimum, atau membagi ketinggian bak menjadi beberapa kompartemen, maka alternatif
terbaik untuk meningkatkan efisiensi pengendapan bak adalah dengan memasang tube
settler pada bagian atas bak pengendapan untuk menahan flokflok yang terbentuk.
Banyaknya lumpur
Luas bak pengendapan
Kedalaman bak pengendapan
Pada dasarnya, terdapat dua bentuk bak sedimentasi, yaitu bak jenis persegi panjang
(rectangular) dan lingkaran (circular). Pada umumnya, bak sedimentasi berbentuk persegi
panjang dengan aliran horzontal adalah konfigurasi bak yang paling menguntungkan. Hal ini
disebabkan stabilitas hidrolis dan toleransinya terhadap shock loading. Bak tipe persegi
panjang juga memiliki efektifitas kerja yang dapat diprediksi mampu mengatasi debit dua
kali lipat dari desain, mudah untuk dioperasikan dan mudah beradaptasi dengan instalasi
plate settler atau sejenisnya (Kawamura, 1991).
Pada bak ini, cairan sampel mengalir secara horizontal dari inlet menuju outlet,
sementara partikel atau padatan akan mengendap ke bawah bak pengendapan.
Pada bak ini, cairan sampel masuk melalui pipa menuju inlet bak dibagian tengak
bak, kemudian cairan akan mengalir secara horizontal dari inlet menuju outlet di
sekeliling bak, sementara partikel atau padatan akan mengendap ke bawah.
Gambar 2.2 Bak Sedimentasi Berbentuk Lingkaran
a) Zona Inlet
Zona inlet mendistribusikan aliran cairan secara merata pada bak
sedimentasi dan menyebarkan kecepatan aliran yang baru masuk. Kontrol hirolis
pada zona inlet adalah salah satu faktor desain yang paling penting. Hal tersebut
disebabkan, apabila terjadi ketidakseimbangan aliran pada zona inlet akan
mengakibatkan aliran mati, turbulensi dan kurangnya stabilitas hirolis secara
menyeluruh pada zona pengendapan.
b) Zona Pengendapan
Zona pengendapan adalah tempat flok/partikel mengalami proses
pengendapan. Penambahan plate settler untuk memodifikasi bak sedimentasi
konvensional terjadi di zona pengendapan pada bak sedimentasi yang berbentuk
persegi panjang.
c) Zona Lumpur
Zona lumpur merupakan tempat akumulasi zat padat hasil pengendapan.
Pada umumnya dasar zona lumpur ini memiliki kemiringan antara 1/200 1/300
menuju titik pengumpulan lumpur.
d) Zona Outlet
Zona outlet adalah tempat cairan akan meninggalkan bak sedimentasi.
Pada zona outlet, digunakan pelimpah berupa mercu tajam sehingga
menghasilkan terjunan agar cairan dapat keluar dari bak sedimentasi.
Gambar 2.3 Bagian-Bagian Bak Sedimentasi
Mendangkalkan bak
Pemasangan plat miring
1. Konvensional
Bangunan sedimentasi konvensional merupakan bak sedimentasi sederhana yang
pengendapannya terjadi secara gravitasi dan memanfaatkan panjang bak.
2. Menggunakan Plate Settler
Bak sedimentasi dengan menggunakan Plate Settler bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi pengendapan dari bangunan sedimentasi konvensional. Plate ini
memiliki kemiringan atau sudut terhadap garis horizontal tertentu (45 60 0) yang
mengakibatkan lumpur tidak menumpuk pada plate, akan tetapi jatuh meluncur ke
bawah, sehingga flok-flok akan lebih mudah dipisahkan. Efisiensi pengendapan partikel
flokulen dipengaruhi oleh over flow rate, detention time dan kedalaman dari bak
pengendapan.
3. Menggunakan Tube Settler
Bak sedimentasi dengan menggunakan Tube Settler memiliki fungsi yang sama
dengan Plate Settler hanya saja modelnya berbentuk tube. Tube settler ini ada yang
dipasang secara horizontal maupun vertikal dengan kemiringan tertentu terhadap garis
horizontalnya.
4. Mekanis
Bangunan sedimentasi mekanis menggunakan scrapper untuk mempercepat
pengendapan flok-flok yang sudah terbentuk ke dalam ruang lumpur dan sekaligus untuk
pembersihannya. Biasanya digunakan untuk instalasi pengolahan yang besar.
Pada bak sedimentasi dengan plate settler, diharapkan kecepatan pemisahan partikel
menuju plate settler menjadi kecil sehingga partikel berukuran kecil dalam air dapat
terpisahkan. Ketika melewati plate settler sebagai penghalang, partikel juga akan
menempuh jarak yang lebih lama dari pada ketika pada bak sedimentasi konvensional.
Selain itu, partikel juga akan kehilangan energi geraknya ditambah dengan adanya
perbedaan berat jenis antara partikel dan air sehingga pertikel akan terdesak untuk
terendapkan.
Adapun tiga macam aliran yang melalui plate settler, yaitu (Hendrick, 2005) :
1. Upflow (aliran keatas), yaitu sludge yang mengendap akan turun ke dasar bak melalui
plate ketika aliran air mengalir ke atas menuju outlet zone.
2. Downflow (aliran ke bawah), yaitu sludge yang mengendap akan turun ke dasar bak
melalui plate bersamaan dengan aliran air yang mengalir ke bawah.
3. Crossflow (aliran silang), yaitu sludge yang mengendap akan turun ke dasar bak,
sedangkan aliran air menyilang (crossing) di masing masing plate.
Lintasan suatu partikel yang mengendap pada plate merupakan hasil penjumlahan dua
vektor, yaitu vektor kecepatan aliran pada plate dan vektor kecepatan pengendapan partikel.
Kedua hubungan vektor tersebut seperti ditunjukkan pada gambar berikut :
Gambar 2.5 Hubungan Vektor Aliran pada Plate Settler dengan Vektor Kecepatan
Pengendapan Partikel
Plate settler dapat dibuat dari jenis bahan yang tidak mudah berserat, semacam
polythylene, kayu, fiber, baja tipis dan sebagainya. Jenis polythylene yang banyak
digunakan adalah berupa plastik yang keras dan tebal. Kelebihan-kelebihan dari penggunaan
polythylene dibandingkan dengan bahan jenis lainnya adalah :
1. Mudah dalam perawatannya, karena dari jenis bahan yang ringan dan tidak
berserat.
2. Bahan baku tidak terlalu sulit didapat dipasaran.
3. Lebih lama dapat bertahan untuk tidak dibersihkan karena jenis bahan bakunya
sulit untuk dapat ditumbuhi oleh tanaman sejenis ganggang dan lemut.
4. Tidak mudah pecah dan relatif lebih lama mengalami kerusakkan akibat adanya
penguraian efek mikroba.
2.4 Baku Mutu Air Bersih
Pada proses sedimentasi ini digunakan bak sedimentasi dengan tipe Lamella
Clarifier/Plate Settler. Air sampel yang digunakan adalah air sungai depan POLBAN.
Memasukkan air sampel (22 liter) kedalam tangki koagulasi atas sebelum saluran air
keluar
Memasukkan tawas ke dalam bak koagulasi yang telah berisi air sampel
Menyalakan stopwatch
Menunggu hingga air sampel dalam tangki habis, dan air sudah tidak keluar lagi dari
bak sedimentasi
Memasukkan air sampel (22 liter) kedalam tangki atas sebelum saluran air keluar
Memasukkan tawas ke dalam bak koagulasi yang telah berisi air sampel
Menyalakan stopwatch
Menunggu hingga air sampel dalam tangki habis, dan air sudah tidak keluar lagi dari
bak sedimentasi
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN HASIL
40
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70
-10
30
25
20
15
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70
PEMBAHASAN
Proses sedimentasi yang dilakukan berjalan secara batch dengan tujuan mengurangi
padatan tersuspensi dan koloid pada air baku yang diolah. Air baku yang digunakan memiliki
nilai kekeruhan awal 33,56 NTU. Dengan diketahuinya nilai kekeruhan awal, maka akan
diperoleh dosis koagulan dan flokulan yang digunakan.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah diperoleh pada proses pertama, yaitu proses
sedimentasi dengan penambahan koagulan, air baku yang dimasukkan ke dalam bak sedimentasi
cenderung menurun nilai kekeruhannya. Pada waktu 1 menit, nilai kekeruhan air baku lebih
besar dari nilai kekeruhan awal. Hal tersebut disebabkan karena di dalam bak sedimentasi
terdapat pengotor hingga menyebabkan nilai kekeruhan air baku naik menjadi 34,81 NTU.
Selanjutnya, pada waktu 60 menit, nilai kekeruhan air baku naik kembali dari 18,81 NTU
menjadi 20,22 NTU. Pada proses sedimentasi hanya dengan penambahan koagulan, waktu
optimum yang diperoleh, yaitu pada waktu 50 menit karena memiliki nilai efisiensi terbesar,
yaitu 43,9511%.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah diperoleh pada proses kedua, yaitu proses
sedimentasi dengan penambahan koagulan dan flokulan, air baku yang dimasukkan ke dalam bak
sedimentasi cenderung menurun nilai kekeruhannya. Nilai kekeruhan awal air baku sebesar
15,43 NTU menurun hingga waktu 20 menit dengan kekeruhan air baku menjadi 6,77 NTU.
Namun, pada waktu 30-60 menit, nilai kekeruhan air baku cenderung naik kembali. Pada proses
sedimentasi dengan penambahan koagulan dan flokulan, waktu optimum yang diperoleh, yaitu
pada waktu 20 menit karena penurunan nilai kekeruhan terbesar sehingga didapatkan nilai
efisiensi sebesar 56,1244%.
Data yang diambil selanjutnya yaitu nilai TDS. Berdasarkan data yang diambil, nilai TDS
mengalami penurunan seiring dengan lamanya waktu proses. Proses pertama dengan
penambahan koagulan, adapun data kenikan nilai TDS pada menit ke 20 dan 40. Hal tersebut
diakibatkan kesalahan praktikan pada saat pengambilan sampel. Pengambilan sampel seharusnya
dilakukan dalam kedalaman yang sama dan tidak terjadi goyangan/guncangan. Pada proses
dengan penambahan koagulan dan flokulan nilai TDS lebih kecil ketimbang proses kesatu. Nilai
TDS yang didapat fluktuatif, hal tersebut diakibatkan volume sampel yang diambilnya pun
berbeda, dengan besarnya laju alir pengambilan sampel menyebabkan fine-flok yang terbentuk
terbawa ke aliran sampel. Ketidaksamaan volume sampel yang diambil karena katup yang ada
rusak sehingga tidak bisa diatur laju alir pengambilan sampel.
Jika dibandingkan dengan baku mutu air bersih, hasil proses pertama (penambahan
koagulan) nilai kekeruhan dan TDS yang diperoleh memenuhi baku mutu air bersih. Dengan
waktu pengendapan optimum selama 50 menit. Pada proses kedua nilai kekeruhan dan TDS yang
didapatpun sesuai dengan persyaratan baku mutu air bersih dengan waktu pengendapan optimum
selama 20 menit.
BAB VI
SIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan, proses sedimentasi dengan total waktu 60
menit dihasilkan beberapa simpulan berikut ini.
6.1 Penurunan Nilai Kekeruhan
6.1.1 Proses 1 sedimentasi dengan penambahan koagulan yang dilakukan berhasil
mengurangi nilai kekeruhan dari 33,56 NTU menjadi 18,81 NTU dengan efisiensi
proses keseluruhan adalah 43,95%.
6.1.2 Proses 2 sedimentasi dengan penambahan koagulan dan flokulan menurunkan nilai
kekeruhan dari 15,43 NTU menjadi 6,77 NTU dengan efisiensi proses keseluruhan
adalah 56,12%.
Dosis koagulan yang digunakan berdasarkan grafik dari buku Water Conditioning for
Industry hal. 27 (Powell, 1954).
Gambar 1. Dosis alum yang dibutuhkan untuk koagulasi optimum dengan variasi kekeruhan
pada air baku serta perbandingannya dengan alum-sodium