Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan penulisan
Untuk mengetahui Konsep Anggaran Sektor Publik
Untuk mengetahui Pengertian Anggaran Sektor Publik
Untuk mengetahui Pentingnya Anggaran Sektor Publik
Untuk mengetahui Fungsi Anggaran Sektor Publik
Untuk mengetahui Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik
Untuk mengetahui Prinsip-Prinsip Anggaran Sektor Publik
Untuk mengetahui Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik
Untuk mengetahui Prinsip-Prinsip Pokok Dalam Siklus Anggaran
Untuk mengetahui Bagaimana Anggaran Tradisional
Untuk mengetahui Apa itu Incrementalism
Untuk mengetahui Apa itu Line-Item
Untuk mengetahui Bagaimana Kelemahan Anggaran Sektor Publik
Untuk mengetahui Apa Era New Publik Management
Untuk mengetahui Bagaimana Perubahan Pendekatan Anggaran
Untuk mengetahui Bagaimana Anggaran Kinerja
Untuk mengetahui Bagaimana Zero Based Budgeting
Untuk mengetahui Apa itu Planning, Programming, And Budgeting System
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Penganggaran sektor publik harus diawasi mulai tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan. Proses penganggaran akan lebih efektif jika diawasi oleh
lembaga pengawas khusus (oversight body) yang bertugas mengontrol proses
perencanaan dan pengendalian anggaran.
4
Menentukan penerimaan dan pengeluaran departemen-departemen
pemerintah, pemerintah provinsi atau pemerintah daerah.
Anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu: 1) sebagai alat
perencanaan, 2) alat pengendalian, 3) alat kebijakan fiskal, 4) alat politik, 5) alat
koordinasi dan komunikasi, 6) alat penilaian kinerja, 7) alat motivasi, dan 8) alat
menciptakan ruang publik.
6
penegeluaran yang manfaatnya hanya untuk satu tahun anggaran dan tidak dapat
menambah asset atau kekayaan bagi pemerintah.
2. Anggaran Modal/Investasi (capital/investment budget)
Anggaran modal menunjukan rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas
aktiva tetap sperti gedung, peralatan, kendaraan, perabot dan sebagainya.
Pada dasarnya, pemerintah tidak mempunyai uang yang dimiliki sendiri, sebab
seluruhnya adalah milik public.
7
2. Aspek akuntansi terkait dengan proses mencatat, mengolah, dan melaporkan
segala aktivitas penerimaan dan pengeluaran (receipts and disbursments) atas
dana pada saat anggaran dilaksanakan.
Keterkaitan ketiga hal tersebut dikarenakan pada umumnya sector swasta hanya
menyediakan market goods dan partial public goods. Pertimbangan pertama dan
kedua umumnya hanya dapat dilakukan pemerintah pusat, sedangkan pertimbangan
ketiga dapat dilakukan oleh pemerintah daerah. Atas ketiga pertimbangan itulah anggaran
yang diperlukan untuk perencanaan dan pengendalian atas penerimaan dan pengeluaran
dana dalam rangka pencapaian tujuan akhir pemerintah.
Prinsip-prinsip pokok siklus anggaran perlu diketahui dan dikuasai dengan baik oleh
penyelenggara pemerintahan. Pada dasarnya prinsip-prinsip dan mekanisme
penganggaran relative tidak berbeda antara sector swasta dengan sector public (Henley et
al., 1990) siklus anggara meliputi empat tahap yang terdiri atas :
8
menjawab dan memberikan argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan-pertanyaan
dan bantahan-bantahan dari pihak legislatif.
9
Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik
B. Incrementalism
Penekanan dan tujuan utama pendekatan tradisional adalah pada pengawasan dan
pertanggungjawaban yang terpusat. Anggaran tradisional bersifat incrementalism, yaitu
hanya menambah atau mengurangi jumlah rupiah pada item-item anggaran yang sudah
ada sebelumnya dengan menggunakan data tahun sebelumnya sebagai dasar untuk
menyesuaikan besarnya penambahan atau pengurangan tanpa dilakukan kajian yang
mendalam.
Masalah utama anggaran tradisional adalah terkait dengan tidak adanya perhatian
terhadap konsep value for money. Konsep ekonomi, efisiensi dan efektivitas seringkali
10
tidak dijadikan pertimbangan dalam penyusunan anggaran tradisional. Dengan tidak
adanya perhatian terhadap konsep value for money ini, seringkali pada akhir tahun
anggaran terjadi kelebihan anggaran yang pengalokasiannya kemudian dipaksakan pada
aktivitas-aktivitas yang sebenarnya kurang penting untuk dilaksanakan.
Akibat digunakannya harga pokok pelayanan historis tersebut adalah suatu item,
program, atau kegiatan akan muncul lagi dalam anggaran tahun berikutnya meskipun
sebenarnya item tersebut sudah tidak relevan dibutuhkan. Perubahan anggaran hanya
menyentuh jumlah nominal rupiah yang disesuaikan dengan tingkat inflasi, jumlah
penduduk, dan penyesuaian lainnya.
C. Line-item
Ciri lain anggaran tradisional adalah struktur anggaran bersifat line-item yang
didasarkan atas dasar sifat (nature) dari penerimaan dan pengeluaran. Metode line-item
budget tidak memungkinkan untuk menghilangkan item-item penerimaan atau
pengeluaran yang telah ada dalam struktur anggaran, walaupun sebenarnya secara riil
item tertentu sudah tidak relevan lagi untuk digunakan pada periode sekarang. Karena
sifatnya yang demikian, penggunaan anggaran tradisional tidak memungkinkan untuk
dilakukan penilaian kinerja secara akurat, karena satu-satunya tolok ukur yang dapat
digunakan adalah semata-mata pada ketaatan dalam menggunakan dana yang diusulkan.
1. Hubungan yang tidak memadai (terputus) antara anggaran tahunan dengan rencana
pembangunan jangka panjang.
2. Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah besar pengeluaran tidak pernah
diteliti secara menyeluruh efektivitasnya.
3. Lebih berorientasi pada input daripada output. Hal tersebut menyebabkan anggaran
tradisional tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk membuat kebijakan dan pilihan
sumberdaya, atau memonitor kinerja. Kinerja dievaluasi dalam bentuk apakah dana
telah habis dibelanjakan, bukan apakah tujuan tercapai.
4. Sekat-sekat antar departemen yang kaku membuat tujuan nasional secara keseluruhan
sulit dicapai. Keadaan tersebut berpeluang menimbulkan konflik, overlapping,
kesenjangan, dan persaingan antar departemen.
5. Proses anggaran terpisah untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran modal/investasi.
11
6. Anggaran tradisional bersifat tahunan. Anggaran tahunan tersebut sebenarnya terlalu
pendek, terutama untuk proyek modal dan hal tersebut dapat mendorong praktik-
praktik yang tidak diinginkan (korupsi dan kolusi).
7. Sentralisasi penyiapan anggaran, ditambah dengan informasi yang tidak memadai
menyebabkan lemahnya perencanaan anggaran. Sebagai akibatnya adalah munculnya
budget padding atau budgetary slack.
8. Persetujuan anggaran yang terlambat, sehingga gagal memberikan mekanisme
pengendalian untuk pengeluaran yang sesuai, seperti seringnya dilakukan revisi
anggaran dan manipulasi anggaran.
9. Aliran informasi (sistem informasi finansial) yang tidak memadai yang menjadi dasar
mekanisme pengendalian rutin, mengidentifikasi masalah dan tindakan.
12
4. Pemerintah yang digerakkan oleh misi : mengubah organisasi yang digerakkan oleh
peraturan menjadi organisasi yang digerakkan oleh misi.
5. Pemerintah yang berorientasi hasil : membiayai hasil bukan masukan. Pada
pemerintah tradisional, besarnya alokasi anggaran pada suatu unit kerja ditentukan
oleh kompleksitas masalah yang dihadapi. Semakin kompleks masalah yang dihadapi,
semakin besar pula dana yang dialokasikan.
6. Pemerintah berorientasi pada pelanggan : memenuhi kebutuhan pelanggan, bukan
birokrasi.
7. Pemerintahan wirausaha : mampu menciptakan pendapatan dan tidak sekedar
membelanjakan.
8. Pemerintah antisipatif : berupaya mencegah daripada mengobati. Pemerintah
tradisonal yang birokratis memusatkan diri pada produksi pelayanan publik untuk
memecahkan masalah publik.
9. Pemerintah desentralisasi : dari hierarkhi menuju partisipatif dan tim kerja.
10. Pemerintah berorientasi pada (mekanisme) pasar : mengadakan perubahan dengan
mekanisme pasar (sistem insentif) dan bukan dengan mekanisme administratif (sistem
prosedur dan pemaksaan). Ada dua cara alokasi sumberdaya, yaitu mekanisme pasar
dan mekanisme administratif. Dari keduanya, mekanisme pasar terbukti sebagai yang
terbaik dalam mengalokasi sumberdaya. Pemerintah tradisional menggunakan
mekanisme administratif yaitu menggunakan perintah dan pengendalian,
mengeluarkan prosedur dan definisi baku dan kemudian memerintahkan orang untuk
melaksanakannya (sesuai dengan prosedur tersebut). Pemerintah wirausaha
menggunakan mekanisme pasar yaitu tidak memerintahkan dan mengawasi tetapi
mengembangkan dan menggunakan sistem insentif agar orang tidak melakukan
kegiatan-kegiatan yang merugikan masyarakat.
Reformasi sektor publik yang salah satunya ditandai dengan munculnya era New Public
Management telah mendorong usaha untuk mengembangkan pendekatan yang lebih
sistematis dalam perencanaan anggaran sektor publik. Seiring dengan perkembangan
tersebut, muncul beberapa teknik penganggaran sektor publik, misalnya adalah teknik
anggaran kinerja (performance budgeting), Zero Based Budgeting (ZBB), dan Planning,
Programming, and Budgeting System (PPBS).
Pendekatan baru dalam sistem anggaran publik tersebut cenderung memiliki karakteristik
umum sebagai berikut:
1. komprehensif/komparatif
2. Terintegrasi dan lintas departemen
3. Proses pengambilan keputusan yang rasional
4. Berjangka panjang
5. Spesifikasi tujuan dan perangkingan prioritas
6. Analisis total cost dan benefit (termasuk opportunity cost)
7. Berorientasi input, output, dan outcome, bukan sekedar input.
13
8. Adanya pengawasan kinerja.
G. ANGGARAN KINERJA
Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat dalam
anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya tolok ukur
yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran
pelayan publik. Anggaran dengan pendekatan kinerja sangat menekankan pada konsep
value for money dan pengawasan atas kinerja output. Pendekatan ini juga mengutamakan
mekanisme penentuan dan pembuatan prioritas tujuan serta pendekatan yang sistematik
dan rasional dalam proses pengambilan keputusan. Untuk mengimplementasikan hal-hal
tersebut anggaran kinerja dilengkapi dengan teknik penganggaran analitis.
Anggaran kinerja didasarkan pada tujuan dan sasaran kinerja. Oleh karena itu, anggaran
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Penilaian kinerja didasarkan pada
pelaksanaan value for money dan efektivitas anggaran. Pendekatan ini cenderung menolak
pandangan anggaran tradisional yang menganggap bahwa tanpa adanya arahan dan
campur tangan, pemerintah akan menyalahgunakan kedudukan mereka dan cenderung
boros (overspending). Menurut pendekatan anggaran kinerja, dominasi pemerintah akan
dapat diawasi dan dikendalikan melalui penerapan internal cost awareness, audit keuangan
dan audit kinerja, serta evaluasi kinerja eksternal. Dengan kata lain, pemerintah dipaksa
bertindak berdasarkan cost minded dan harus efisien. Selain didorong untuk menggunakan
dana secara ekonomis, pemerintah juga dituntut untuk mampu mencapai tujuan yang
ditetapkan. Oleh karena itu, agar dapat mencapai tujuan tersebut maka diperlukan adanya
program dan tolok ukur sebagai standar kinerja.
Sistem anggaran kinerja pada dasarnya merupakan sistem yang mencakup kegiatan
penyusunan program dan tolok ukur kinerja sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan
sasaran program. Penerapan sistem anggaran kinerja dalam penyusunan anggaran dimulai
dengan perumusan program dan penyusunan struktur organisasi pemerintah yang sesuai
dengan program tersebut. Kegiatan tersebut mencakup pula penentuan unit kerja yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan program, serta penentuan indikator kinerja yang
digunakan sebagai tolok ukur dalam mencapai tujuan program yang telah ditetapkan.
Konsep Zero Based Budgeting dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan yang ada pada
sistem anggara tradisional. Penyusunan anggaran dengan menggunakan konsep Zero
Based Budgeting dapat menghilangkan incrementalism dan line-item karena anggaran
diasumsikan mulai dari nol (zero-base). Penyusunan anggaran yang bersifat incremental
mendasarkan besarnya anggaran tahun ini untuk menetapkan anggaran tahun depan, yaitu
dengan menyesuaikannya dengan tingkat inflasi atau jumlah penduduk. ZBB tidak
berpatokan pada anggaran tahun lalu untuk menyusun anggaran tahun ini, namun
penentuan anggaran didasarkan pada kebutuhan saat ini. Dengan ZBB seolah-olah proses
anggaran dimulai dari hal yang baru sama sekali. Item anggaran yang sudah tidak relevan
dibutuhkan dan tidak mendukung pencapaian tujuan organisasi dapat
14
hilang dari struktur anggaran atau mungkin juga muncul item baru.
15
proses alokasi sumber daya di antara berbagai kegiatan yang beberapa di antaranya sudah ada
dan lainnya baru sama sekali.
Keunggulan ZBB
1. Jika ZBB dilaksanakan dengan baik maka dapat menghasilkan alokasi sumber daya
secara lebih efisien.
2. ZBB berfokus pada value for money
3. Memudahkan untuk mengidentifikasi terjadinya inefisiensi dan ketidakefektivan
biaya
4. Meningkatkan pengetahuan dan motivasi staf dan manajer
5. Meningkatkan partisipasi manajemen level bawah dalam proses penyusunan anggaran
6. Merupakan cara yang sistematik untuk menggeser status quo dan mendorong
organisasi untuk selalu menguji alternatif aktivitas dan pola perilaku biaya serta
tingkat pengeluaran.
Kelemahan ZBB
1. Prosesnya memakan waktu lama (time consuming), terlalu teoritis dan tidak praktis,
membutuhkan biaya yang besar, serta menghasilkan kertas kerja yang menumpuk
karena pembuatan paket keputusan.
2. ZBB cenderung menekankan manfaat jangka pendek
3. Implementasi ZBB membutuhkan teknologi yang maju
4. Masalah besar yang dihadapi ZBB adalah pada proses meranking dan mereview paket
keputusan. Mereview ribuan paket keputusan merupakan pekerjaan yang melelahkan
dan membosankan, sehingga dapat mempengaruhi keputusan.
5. Untuk melakukan perankingan paket keputusan dibutuhkan staf yang memiliki
keahlian yang mungkin tidak dimiliki organisasi. ZBB berasumsi bahwa semua staf
memiliki kemampuan untuk mengkalkulasi paket keputusan. Selain itu dalam
perankingan muncul pertimbangan subyektif atau mungkin terdapat tekanan politik
sehingga tidak obyektif lagi.
6. Memungkinkan munculnya kesan yang keliru bahwa semua paket keputusan harus
masuk dalam anggaran.
7. Implementasi ZBB menimbulkan masalah keperilakuan dalam organisasi
PPBS merupakan teknik penganggaran yang didasarkan pada teori sistem yang
berorientasi pada output dan tujuan dengan penekanan utamanya adalah alokasi
sumber daya berdasarkan analisis ekonomi. Sistem anggaran PPBS tidak
mendasarkan pada struktur organisasi tradisional yang terdiri dari divisi-divisi, namun
berdasarkan program, yaitu pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu.
16
PPBS adalah salah satu model penganggaran yang ditujukan untuk membantu
manajemen pemerintah dalam membuat keputusan alokasi sumber daya secara lebih
baik. Hal tersebut disebabkan sumber daya yang dimiliki pemerintah terbatas
jumlahnya, sementara tuntutan masyarakat tidak terbatas jumlahnya. Dalam keadaaan
tersebut pemerintah dihadapkan pada pilihan alternatif keputusan yang memberikan
manfaat paling besar dalam pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan. PPBS
memberikan rerangka untuk membuat pilihan tersebut.
1. Menentukan tujuan umum organisasi dan tujuan unit organisasi dengan jelas
2. Mengidentifikasi program-program dan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan
3. Mengevaluasi berbagai alternatif program dengan menghitung cost-benefit dari
masing-masing program.
4. Pemilihan program yang memiliki manfaat besar dengan biaya yang kecil
5. Alokasi sumber daya ke masing-masing program yang disetujui.
Karakteristik PPBS:
17
Kelebihan PPBS
Kelemahan PPBS
1. PPBS membutuhkan sistem informasi yang canggih, ketersediaan data, adanya sistem
pengukuran, dan staf yang memiliki kapabilitas tinggi
2. Implementasi PPBS membutuhkan biaya yang besar karena PPBS membutuhkan
teknologi yang canggih
3. PPBS bagus secara teori, namun sulit untuk diimplementasikan
4. PPBS mengabaikan realitas politik dan realitas organisasi sebagai kumpulan manusia
yang kompleks
5. PPBS merupakan teknik anggaran yang statistically oriented. Penggunaan statistik
terkadang kurang tajam untuk mengukur efektivitas program. Statististik hanya tepat
untuk mengukur beberapa program tertentu saja.
6. Pengaplikasian PPBS menghadapi masalah teknis. Hal ini terkait dengan sifat progam
atau kegiatan yang lintas departemen sehingga menyulitkan dalam melakukan alokasi
biaya. Sementara itu sistem akuntansi dibuat berdasarkan departemen bukan program.
18
7. Terdapat hambatan birokrasi dan perlawanan politik yang besar untuk berubah
(resistence to change).
8. Pelaksanaan teknik tersebut sering tidak sesuai dengan proses pengambilan keputusan
politik. Politik berusaha membuat pelaksanaan lebih technocratic yang hal tersebut
bisa mempengaruhi proses anggaran.
9. Pada akhirnya, pemerintah beroperasi dalam dunia yang tidak rasional.
19
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penggaran sektor public merupakan proses yang sangat vital bagi organisasi sektor
public. Anggaran public penting sebab anggaran membantu menentukan tingkat
kebutuhan masyarakat. Anggaran merupakan instrument kebijakan fiscal pemerintah
untuk mempengaruhi keadaan ekonomi melalui kebijakan pengeluaran dan perpajakan.
Dengan anggaran, pemerintah dapat mengalokasikan sumber daya yang langka untuk
menggerakan pembangunan social ekonomi, menjamin kesinambungan, dan
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dan yang penting lagi, anggaran merupakan
sarana untuk menunjukan akuntabilitas pemerintah terhadap public.
Terdapat 2 pendekatan dalam menuyusun anggaran sektor public, yaitu pendekatan
tradisional dan pendekatan New Public Managemen. Anggaran tradisional memiliki cirri
utama line-item dan incrementalism. Pendekatan NPM dimaksudkan untuk mengatasi
kelemahan dari system tradisional. Anggaran dengan pendekatan NPM terdiri dari
beberapa jenis, yaitu anggaran kinerja, ZBB, dsn PPBS. Anggaran dengan pendekatan
NPM sangat menenkankan pada konsep value for money dan pengawasan atau kinerja
output. Perubahan dari system anggaran tradisional menuju system anggaran dengan
pendekatan NPM merupakan bagian penting dari reformasi anggaran (bydgeting reform).
Reformasi anggaran sektor public dilakukan untuk menjadikan anggaran lebeih
berorientasi pada kepetingan public dan menekankan value for money. Beberapa jenis
anggaran dengan pendekatan NPM, seperti ZBB, PPBS Anggaran Kinerja perlu dikaji
lebih mendalam sebelum diaplikasikan, karena pada masing-masing jenis anggaran
tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan. Penerepan system anggaran juga perlu
mempertimbangkan aspek social, kulturalm dan kesapan teknologi yang dimiliki oleh
pemerintah.
20
DAFTAR PUSTAKA
21