You are on page 1of 15

LAPORAN KASUS

KISTA OVARIUM TERPUNTIR

Disusun Oleh :

Metty Tusiana

Relanfa Farando

Tesha Islami Monika

Pembimbing :

dr. Budhi Samodra, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUD


RSUD PASAR REBO

JANUARI 2017
BAB I
LAPORAN KASUS

1.1 Identitas
Nama : Ny. T
Usia : 29 tahun
Alamat : Matraman, Jakarta Timur
Agam : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga

1.2 Anamnesis
Autoanamnesa pada tanggal 1 Januari 2017

Keluhan Utama : Nyeri pada perut bagian bawah sejak 1 bulan SMRS
Riwayat Paritas : P2A0
HPHT : 11 Desember 2016

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke IGD RSUD Pasar Rebo 1 Januari 2017 dengan keluhan nyeri perut
bagian bawah sejak 1 bulan SMRS.
1 bulan SMRS pasien mengeluhkan nyeri yang mendadak pada punggung menjalar
hinga ke perut bawah bagian kiri. Intensitas nyeri sangat hebat hingga menggangu aktivitas.
Nyeri dirasakan hilang timbul, dan kemudian nyeri menjalar ke perut bawah bagian kanan.
Pasien juga mengeluhkan perut terasa kencang, serta seringkali mual dan muntah. Riwayat
menstruasi teratur. Keluhan nyeri saat menstruasi dan riwayat pemakaian kontrasepsi
disangkal.
2 minggu SMRS pasien kontrol ke Poliklinik Kebidanan, rujukan dari Poli Bedah
dengan diagnosa kista. Hasil USG di Poli Kebidanan menunjukkan adanya Kista Ovarium,
dan direncanakan untuk melakukan pemeriksaan Ca 125. Pasien direncanakan tindakan
kistektomi.

Riwayat Penyakit Dahulu


Keluhan seperti ini sebelumnya (-)
Hipertensi (-)
DM (-)
Asma (-)
Alergi Obat (-)

Riwayat Penyakit Keluarga:

2
Riwayat kista disangkal
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat DM (-)

1.3 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik pada tanggal 03 Januari 2017
Vital Sign
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 110/80
Frekuensi Nadi : 88 x/menit
Frekuensi Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36oC

1.4 Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium :

3
4
USG KISTA 12 DESEMBER 2016

5
1.5 Diagnosis:
Diagnosa Pra Bedah : Kista Ovarium
Diagnosa Pasca Bedah: Kista Ovarium Terpuntir Sinistra dan Kista Ovarium Dextra
Tindakan Pembedahan: Salphingo-ooforo Kistektomi Sinistra dan Kistektomi Dextra

1.6 Tatalaksana
Salphingooforo Kistektomi Sinistra dan Kistektomi Dextra

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Ovarium


Indung telur pada seorang dewasa sebesar ibu jari tangan, terletak di kiri dan di kanan,
dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika. Ovarium berhubungan dengan uterus dengan
ligamentum suspensorium ovarii.
Ovarium terletak pada bagian belakang ligamentum latum. Sebagian besar ovarium
berada intraperitoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum. Bagian ovarium kecil berada di
dalam ligamentum latum (hilus ovarii). Di situ masuk pembuluh-pembuluh darah dan saraf ke
ovarium. Lipatan yang menghubungkan lapisan belakang ligamentum latum dengan ovarium
dinamakan mesovarium.

7
Secara histologik, ovarium dilapisi oleh epitelium germinalis dan tunika albugenia. Sisi
dalam ovarium terdiri dari sel-sel folikel dan jaringan ikat yang sangat sensitif terhadap
hormon seks. Ovarium diperdarahi oleh arteri ovarica kanan dan kiri yang merupakan cabang
dari aorta desendens. Vena sebagai drainase mengikuti perjalanan arteri ovarica sebagai vena
ovarica kanan dan kiri.

2.2 Kista Ovarium Terpuntir


2.2.1 Definisi
Kista adalah kantung yang berisi cairan. Kista ovarium adalah kantung yang berisi cairan
yang terletak di ovarium.
Kista ovarium terpuntir adalah kantong berisi cairan yang terdapat pada ovarium yang
mengalami torsi pada tangkai vaskularnya sehingga secara klinis pasien mengalami nyeri akut
abdomen. Kista ovarium tidak hanya berisi cairan akan tetapi dapat berisi rambut, gigi, tulang
atau sisa- sisa kulit.

2.2.2 Epidemiologi
Kista ovarium terpuntir dapat terjadi pada berbagai usia, namun pada umumnya terjadi
pada awal usia reproduksi. Hampir 17% kasus ditemukan pada wanita premenarche dan post
menopause. Usia median adalah 28 tahun dengan persentasi pasien usia <30 tahun mencapai
70 75%.

2.2.3 Etiologi

8
1. Perubahan anatomis yang mempengaruhi berat dan ukuran ovarium dapat mengubah
posisi tuba fallopi dan menimbulkan puntiran. Kehamilan kadang - kadang
menyebabkan kista terpuntir, sekunder terhadap pembesaran ovarium yang terjadi
selama ovulasi dengan kelemahan jaringan penyokong ovarium.
2. Malformasi kongenital dan pemanjangan tuba fallopi dapat ditemukan pada sebagian
pasien prepubertas muda.
3. Tumor ovarium. Menyebabkan lebih dari setengah kasus torsi adnexa. Tumor dermoid
adalah yang paling sering. Tumor ganas lebih jarang daripada tumor jinak. Hal ini
disebabkan perlekatan kanker yang memfiksir ovarium ke jaringan sekitar.
4. Pasien dengan riwayat pembedahan pelvis (terutama ligasi tuba) memiliki resiko lebih
tinggi terhadap kista terpuntir.

2.2.4 Faktor risiko


1. Pengobatan infertilitas
2. Kehamilan
3. Hipotiroid
4. Merokok

2.2.5 Patofisiolgi
Kista ovarium terpuntir secara klasik terjadi unilateral pada ovarium yang membesar
patologis. Ireguleritas ovarium menimbulkan fulcrum di sekitar tuba yang terlibat. Proses
tersebut dapat berlangsung pada ovarium saja tapi lebih sering mempengaruhi kedua ovarium
dan tuba (adnexa terpuntir).
Berbagai faktor mempengaruhi perjalanan kista ovarium terpuntir. Kista ovarium
terpuntir normalnya paling sering terjadi pada usia muda, dimana abnormalitas perkembangan
misalnya tuba yang panjang atau ketiadaan mesosalfing mungkin berperan. Faktanya, kurang
dari setengah terpuntirnya ovarium pada pasien anak melibatkan kista, teratoma, atau massa
lainnya. Selama hamil muda, adanya pembesaran kista korpus luteum mungkin merupakan
predisposisi terpuntirnya kista. Wanita yang menjalani induksi ovulasi untuk infertilitas
memiliki resiko lebih besar, dimana adanya kista teka lutein memperbesar volume ovarium
secara bermakna.
Torsi pada tangkai tumor akan menyebabkan gangguan sirkulasi karena vena mudah
tertekan, terjadi bendungan darah dalam tumor yang berakibat tumor makin besar dengan
perdarahan didalamnya. Jika torsi berlanjut akan terjadi nekrosis hemoragik dan jika
dibiarkan dapat terjadi robekan pada dinding kista dengan akibat perdarahan intra abdominal
atau peradangan sekunder dengan manifestasi klinik dengan akut abdomen.
Tumor ovarium, jinak maupun ganas berimplikasi pada 50-60% kasus.
Massa yang terlibat hampir seluruhnya lebih besar dari 4-6 cm, walaupun juga
mungkin terjadi pada massa berukuran lebih kecil.

9
Kondisi khusus :
Kondisi yang mempermudah torsi adalah kehamilan dan sesudah persalinan. Pada
kehamilan, uterus yang membesar akan merubah letak kista, sedangkan pada sesudah
kehamilan torsi dapat terjadi karena perubahan mendadak dalam rongga abdomen.

2.2.5 Tanda dan Gejala


Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulkan gejala dalam waktu yang
lama. Gejala umumnya :
1. Nyeri perut bagian bawah yang timbul mendadak dengan intensitas yang tinggi
2. Perut membengkak
3. Demam
4. Mual dan muntah
5. Nyeri saat menstruasi
6. Nyeri saat bersenggama
7. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki
8. Sering berkemih
9. Nyeri saat BAK/BAB
10. Siklus menstruasi tidak teratur
11. Teraba massa dalam rongga pelvis

2.2.6 Diagnosis
Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
A. Anamnesis
Pasien datang dengan onset mendadak, berat, nyeri abdomen bagian bawah unilateral
yang memburuk secara intermiten dalam beberapa jam. Hampir 25% pasien mengalami
nyeri bilateral kuadran bawah yang dideskripsikan sebagai nyeri tajam atau lebih jarang
berupa kram. Mual muntah terjadi pada hampir 70% pasien, menyerupai nyeri yang
berasal dari traktus gastrointestinal dan menyulitkan diagnosis. Riwayat penyakit yang
sama sebelumnya mungkin membantu sehubungan dengan adanya torsi yang membaik
secara spontan. Demam mungkin merupakan temuan akhir bila ovarium mengalami
nekrosis. Onset selama latihan fisik atau gerakannaktif lainnya umum terjadi.
B. Pemeriksaan fisik
Sama seperti anamnesis, pemeriksaan fisik pada kista ovarium biasanya tidak spesifik
dan sangat bervariasi. Biasanya ditemukan Massa adnexa kenyal, unilateral. Nyeri tekan
umum, nyeri lepas dan muscle rigidity dapat ditemukan dan sering sulit dibedakan dari
abses pelvis atau apendicitis.
C. Pemeriksaan penunjang
1. Ultrasonografi (USG)

10
Alat peraba (transducer) digunakan untuk memastikan keberadaan kista,
membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista
berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material padat memerlukan pemeriksaan
lebih lanjut.
Dari gambaran USG dapat terlihat:
Akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan terlihat
sangat echolucent dengan dinding yang tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang kista
nampak bayangan echo yang lebih putih dari dinding depannya.
Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler (bersepta-
septa).
Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal echoes) di
dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam kista.

Gambaran Kista pada USG

2. Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan lab dapat berguna sebagai screening maupun diagnosis apakah tumor
tersebut bersifat jinak atau ganas. Berikut pemeriksaan yang umum dilakukan untuk
mendiagnosis kista ovarium.
a. Pemeriksaan Beta-HCG Pemeriksaan ini digunakan untuk screening awal apakah
wanita tersebut hamil atau tidak. Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan kemungkinan
kehamilan ektopik.
b. Pemeriksaan Darah Lengkap Untuk sebuah penyakit keganasan, dapat diperkirakan
melalui LED. Parameter lain seperti leukosit, HB, HT juga dapat membantu
pemeriksa menilai keadaan pasien.
c. Urinalisis Urinalisis penting untuk mencari apakah ada kemungkinan lain baik batu
saluran kemih, atau infeksi dan untuk menyingkirkan diagnosis banding.

11
d. Pemeriksaan Tumor Marker Tumor marker spesifik pada keganasan ovarium
adalah CA125. CEA juga dapat diperiksa, namun CEA kurang spesifik karena
marker ini juga mewakili keganasan kolorektal, uterus dan ovarium.

3. Pemeriksaan Patologi Anatomi


Merupakan pemeriksaan untuk memastikan tingkat keganasan dari tumor ovarium.
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersama dengan proses operasi, kemudian sampel
difiksasi dan diperiksa dibawah mikroskop.

2.2.7 Diagnosis banding


1. Massa pada rongga pelvis
2. Kehamilan ektopik
3. Kolik renal
4. Appendicitis
5. Gangguan gastrointestinal

2.2.8 Tatalaksana kista terpuntir dalam kehamilan


Kista dengan diameter kurang dari 6 cm dan tampak jinak pada USG
umumnya diobati secara konservatif karena dapat mengalami resolusi spontan. Kista
corpus luteal mengecil dalam 12 sampai 16 minggu. Kista dengan diameter lebih dari
10 cm biasanya direseksi karena meningkatkan risiko keganasan, pecah atau torsi.
Penanganan kista yang berukuran antara 5 sampai 10 cm masih kontroversi. Jika kista
berseptum, nodul, papiler atau komponen padat maka reseksi dianjurkan. Kista yang
sederhana dapat dikelola dengan pemeriksaan USG rutin. Namun memerlukan
eksplorasi laparotomi darurat bila ruptur, torsi atau infark di sebanyak 50 % kasus.
Dengan munculnya teknik pencitraan seperti USG resolusi tinggi, MRI dan
gambaran Doppler transvaginal, penanganannya menjadi jauh lebih baik. Jika kista
ovarium didiagnosis pada trimester pertama, lebih baik tunggu sampai 16 minggu saat
implantasi kehamilan lebih aman dan juga kista mungkin hilang secara spontan.
Tumor yang masih tinggal diterapi dengan cystectomi atau ovariotomy seperti yang
diindikasikan.Tumor ovarium atau kista dapat dengan mudah dihilangkan pada
kehamilan 28 minggu setelah itu tidak mudah diakses dan dapat memicu kehamilan
prematur. kista ovarium yang pecah, atau mengalami torsi atau jika itu menunjukkan
bukti keganasan, membutuhkan operasi segera, terlepas dari masa kehamilan. Sebuah
kistektomi sederhana dapat dilakukan tanpa adanya keganasan terbuka. Sebelumnya
penguraian dari pedikel yang dihindari untuk mencegah emboli dan keracunan zat
terkait dengan hipoksia, yang masuk dari sirkulasi perifer. tetapi baru-baru ini,
sirkulasi ovarium distabilkan oleh terurai, telah terbukti menghasilkan jaringan
ovarium yang layak tanpa komplikasi sistemik.

2.2.9 Komplikasi

12
1. Infeksi
2. Peritonitis
3. Sepsis
4. Adhesi
5. Nyeri kronis
6. Infertilitas

2.2.10 Prognosis
Ad bonam (dengan diagnosis dini dan penanganan tepat)

LAPORAN PEMBEDAHAN

1. Spinal anestesi, pasien dibaringkan di meja operasi


2. Dilakukan asepsis dan antisepsis pada daerah operasi, kemudian ditutup dengan duk steril
kecuali lapang operasi
3. Insisi midline 10 cm di linea medianus melewati kutis, subkutis, fascia dibuka, otot
dikuakkan secara tumpul, peritoneum digunting ke atas dan ke bawah
4. Evaluasi ovarium kiri didapatkan kista berukuran 20cm dengan konsistensi kistik, kista
nekrosis, pangkalnya terpuntir 3x, lalu dilakukan salfingo-ooforektomi sinistra
5. Dilakukan evaluasi ovarium kanan didapatkan kista berukuran 3cm dengan konsistensi
kistik, lalu dilakukan kistektomi dekstra
6. Cavum abdomen dicuci dan perdarahan di cauter

13
7. Abdomen dijahit lapis demi lapis
8. Luka operasi ditutup dengan kassa
9. Operasi selesai

Lampiran :

DAFTAR PUSTAKA

De Jong, W., Tumor Ovarium dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC. 2003:729-
730
Kumar, Robins. Ovarium dalam Buku Ajar Patologi II Edisi 4. Jakarta: EGC.2002 : 390-393
Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.
2000
Wiknjosastro H. Buku Ilmu Kandungan Edisi 2., editor: Saifuddin A.B,dkk. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2009

14
15

You might also like