Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Metty Tusiana
Relanfa Farando
Pembimbing :
JANUARI 2017
BAB I
LAPORAN KASUS
1.1 Identitas
Nama : Ny. T
Usia : 29 tahun
Alamat : Matraman, Jakarta Timur
Agam : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
1.2 Anamnesis
Autoanamnesa pada tanggal 1 Januari 2017
Keluhan Utama : Nyeri pada perut bagian bawah sejak 1 bulan SMRS
Riwayat Paritas : P2A0
HPHT : 11 Desember 2016
2
Riwayat kista disangkal
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat DM (-)
3
4
USG KISTA 12 DESEMBER 2016
5
1.5 Diagnosis:
Diagnosa Pra Bedah : Kista Ovarium
Diagnosa Pasca Bedah: Kista Ovarium Terpuntir Sinistra dan Kista Ovarium Dextra
Tindakan Pembedahan: Salphingo-ooforo Kistektomi Sinistra dan Kistektomi Dextra
1.6 Tatalaksana
Salphingooforo Kistektomi Sinistra dan Kistektomi Dextra
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
Secara histologik, ovarium dilapisi oleh epitelium germinalis dan tunika albugenia. Sisi
dalam ovarium terdiri dari sel-sel folikel dan jaringan ikat yang sangat sensitif terhadap
hormon seks. Ovarium diperdarahi oleh arteri ovarica kanan dan kiri yang merupakan cabang
dari aorta desendens. Vena sebagai drainase mengikuti perjalanan arteri ovarica sebagai vena
ovarica kanan dan kiri.
2.2.2 Epidemiologi
Kista ovarium terpuntir dapat terjadi pada berbagai usia, namun pada umumnya terjadi
pada awal usia reproduksi. Hampir 17% kasus ditemukan pada wanita premenarche dan post
menopause. Usia median adalah 28 tahun dengan persentasi pasien usia <30 tahun mencapai
70 75%.
2.2.3 Etiologi
8
1. Perubahan anatomis yang mempengaruhi berat dan ukuran ovarium dapat mengubah
posisi tuba fallopi dan menimbulkan puntiran. Kehamilan kadang - kadang
menyebabkan kista terpuntir, sekunder terhadap pembesaran ovarium yang terjadi
selama ovulasi dengan kelemahan jaringan penyokong ovarium.
2. Malformasi kongenital dan pemanjangan tuba fallopi dapat ditemukan pada sebagian
pasien prepubertas muda.
3. Tumor ovarium. Menyebabkan lebih dari setengah kasus torsi adnexa. Tumor dermoid
adalah yang paling sering. Tumor ganas lebih jarang daripada tumor jinak. Hal ini
disebabkan perlekatan kanker yang memfiksir ovarium ke jaringan sekitar.
4. Pasien dengan riwayat pembedahan pelvis (terutama ligasi tuba) memiliki resiko lebih
tinggi terhadap kista terpuntir.
2.2.5 Patofisiolgi
Kista ovarium terpuntir secara klasik terjadi unilateral pada ovarium yang membesar
patologis. Ireguleritas ovarium menimbulkan fulcrum di sekitar tuba yang terlibat. Proses
tersebut dapat berlangsung pada ovarium saja tapi lebih sering mempengaruhi kedua ovarium
dan tuba (adnexa terpuntir).
Berbagai faktor mempengaruhi perjalanan kista ovarium terpuntir. Kista ovarium
terpuntir normalnya paling sering terjadi pada usia muda, dimana abnormalitas perkembangan
misalnya tuba yang panjang atau ketiadaan mesosalfing mungkin berperan. Faktanya, kurang
dari setengah terpuntirnya ovarium pada pasien anak melibatkan kista, teratoma, atau massa
lainnya. Selama hamil muda, adanya pembesaran kista korpus luteum mungkin merupakan
predisposisi terpuntirnya kista. Wanita yang menjalani induksi ovulasi untuk infertilitas
memiliki resiko lebih besar, dimana adanya kista teka lutein memperbesar volume ovarium
secara bermakna.
Torsi pada tangkai tumor akan menyebabkan gangguan sirkulasi karena vena mudah
tertekan, terjadi bendungan darah dalam tumor yang berakibat tumor makin besar dengan
perdarahan didalamnya. Jika torsi berlanjut akan terjadi nekrosis hemoragik dan jika
dibiarkan dapat terjadi robekan pada dinding kista dengan akibat perdarahan intra abdominal
atau peradangan sekunder dengan manifestasi klinik dengan akut abdomen.
Tumor ovarium, jinak maupun ganas berimplikasi pada 50-60% kasus.
Massa yang terlibat hampir seluruhnya lebih besar dari 4-6 cm, walaupun juga
mungkin terjadi pada massa berukuran lebih kecil.
9
Kondisi khusus :
Kondisi yang mempermudah torsi adalah kehamilan dan sesudah persalinan. Pada
kehamilan, uterus yang membesar akan merubah letak kista, sedangkan pada sesudah
kehamilan torsi dapat terjadi karena perubahan mendadak dalam rongga abdomen.
2.2.6 Diagnosis
Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
A. Anamnesis
Pasien datang dengan onset mendadak, berat, nyeri abdomen bagian bawah unilateral
yang memburuk secara intermiten dalam beberapa jam. Hampir 25% pasien mengalami
nyeri bilateral kuadran bawah yang dideskripsikan sebagai nyeri tajam atau lebih jarang
berupa kram. Mual muntah terjadi pada hampir 70% pasien, menyerupai nyeri yang
berasal dari traktus gastrointestinal dan menyulitkan diagnosis. Riwayat penyakit yang
sama sebelumnya mungkin membantu sehubungan dengan adanya torsi yang membaik
secara spontan. Demam mungkin merupakan temuan akhir bila ovarium mengalami
nekrosis. Onset selama latihan fisik atau gerakannaktif lainnya umum terjadi.
B. Pemeriksaan fisik
Sama seperti anamnesis, pemeriksaan fisik pada kista ovarium biasanya tidak spesifik
dan sangat bervariasi. Biasanya ditemukan Massa adnexa kenyal, unilateral. Nyeri tekan
umum, nyeri lepas dan muscle rigidity dapat ditemukan dan sering sulit dibedakan dari
abses pelvis atau apendicitis.
C. Pemeriksaan penunjang
1. Ultrasonografi (USG)
10
Alat peraba (transducer) digunakan untuk memastikan keberadaan kista,
membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista
berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material padat memerlukan pemeriksaan
lebih lanjut.
Dari gambaran USG dapat terlihat:
Akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan terlihat
sangat echolucent dengan dinding yang tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang kista
nampak bayangan echo yang lebih putih dari dinding depannya.
Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler (bersepta-
septa).
Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal echoes) di
dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam kista.
2. Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan lab dapat berguna sebagai screening maupun diagnosis apakah tumor
tersebut bersifat jinak atau ganas. Berikut pemeriksaan yang umum dilakukan untuk
mendiagnosis kista ovarium.
a. Pemeriksaan Beta-HCG Pemeriksaan ini digunakan untuk screening awal apakah
wanita tersebut hamil atau tidak. Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan kemungkinan
kehamilan ektopik.
b. Pemeriksaan Darah Lengkap Untuk sebuah penyakit keganasan, dapat diperkirakan
melalui LED. Parameter lain seperti leukosit, HB, HT juga dapat membantu
pemeriksa menilai keadaan pasien.
c. Urinalisis Urinalisis penting untuk mencari apakah ada kemungkinan lain baik batu
saluran kemih, atau infeksi dan untuk menyingkirkan diagnosis banding.
11
d. Pemeriksaan Tumor Marker Tumor marker spesifik pada keganasan ovarium
adalah CA125. CEA juga dapat diperiksa, namun CEA kurang spesifik karena
marker ini juga mewakili keganasan kolorektal, uterus dan ovarium.
2.2.9 Komplikasi
12
1. Infeksi
2. Peritonitis
3. Sepsis
4. Adhesi
5. Nyeri kronis
6. Infertilitas
2.2.10 Prognosis
Ad bonam (dengan diagnosis dini dan penanganan tepat)
LAPORAN PEMBEDAHAN
13
7. Abdomen dijahit lapis demi lapis
8. Luka operasi ditutup dengan kassa
9. Operasi selesai
Lampiran :
DAFTAR PUSTAKA
De Jong, W., Tumor Ovarium dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC. 2003:729-
730
Kumar, Robins. Ovarium dalam Buku Ajar Patologi II Edisi 4. Jakarta: EGC.2002 : 390-393
Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.
2000
Wiknjosastro H. Buku Ilmu Kandungan Edisi 2., editor: Saifuddin A.B,dkk. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2009
14
15