You are on page 1of 21

DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................. ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
BAB II TRANSFER NEONATUS.................................................................. 2
TRANSFER NEONATUS........................................................................... 2
PENTINGNYA TRANSFER NEONATUS................................................. 2
PERBEDAAN TRANSFER NEONATUS................................................... 3
BAYI YANG MEMERLUKAN TRANSFER.............................................. 3
PELAYANAN TRANSPORTASI................................................................. 4
TIM TRANSPORTASI................................................................................. 4
MODEL TRANSPORTASI........................................................................... 5
KELENGKAPAN.......................................................................................... 6
STABILISASI SEBELUM DILAKUKAN TRANSFER............................. 8

PERAWATANSELAMADALAMPERJALANAN.................................. 15

KEDATANGAN DI RUMAH SAKIT YANG MENERIMA...................... 16


TRANSFER PADA BAYI DENGAN KONDISI MEDIS KHUSUS.......... 16
BAB III KESIMPULAN................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 19

BAB I
PENDAHULUAN

Kematian neonatus merupakan komponen utama penyebab angka kematian


bayi (infant mortality rate), yaitu angka yang dipakai sebagai indikator kemajuan
kesehatan suatu negara.1 Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) tahun 2012-2014 salah satu sasarannya adalah menurunkan angka kematian
bayi (AKB) dari 34 per 1000 kelahiran menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup.2

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menurunkan angka


kematian bayi, salah satu diantaranya adalah melalui pelayanan perinatal regional.

1
Sayangnya, upaya ini belum terealisasi dengan baik karena berbagai faktor
penghambat antara lain jumlah dan distribusi yang tidak merata dari dokter dan
paramedik, keinginan untuk melakukan semua pelayanan tanpa memandang sumber
daya dan jenis pelayanan yang diperlukan, takut kehilangan pasien, tidak mengenali
masalah yang memerlukan rujukan serta persiapan, dan cara merujuk yang buruk. 3
Dari berbagai faktor penghambat ini pengalaman dokter dan paramedik yang kurang
dalam mengenali masalah pada bayi yang memerlukan rujukan, persiapan, dan cara
merujuk. Hal tersebut merupakan faktor yang relatif mudah diintervensi yaitu melalui
pelatihan kepada para dokter dan paramedik.

Pada bayi baru lahir dengan kondisi kritis atau kurang baik memerlukan
perawatan khusus di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) atau perawatan dari
ekspertise lain, sedangkan tidak semua unit pelayanan kesehatan menyediakan
fasilitas tersebut. Maka perlu dilakukan transfer ke center kesehatan dengan tingkat
yang lebih tinggi yang memiliki fasilitas NICU.

Transport neonatus berbeda dengan transport pediatrik di mana pada transport


neonatus memerlukan inkubator karena sistem termoregulator pada neonatus. Oleh
sebab itu tim yang kompeten, peralatan yang memadai serta pengetahuan mengenai
sistem transport neonatus sangat penting karena berkaitan dengan morbiditas dan
mortalitas neonatus.4

BAB II

TRANSFER NEONATUS

A. Transfer Neonatus

Transfer neonatus adalah subspesialisasi dalam bidang neonatologi, sedangkan


sistem transfer neonatus adalah suatu sistem yang memberikan suatu gambaran tata
cara pengiriman neonatus resiko tinggi dari tempat yang kurang mampu memberikan
penanganan ke rumah rakit yang dianggap mempunyai fasilitas yang lebih mampu
dalam hal penatalaksanaannya secara menyeluruh (yaitu mempunyai fasilitas yang
lebih, dalam hal tenaga medis, laboratorium, perawatan dan pengobatan).

2
Tujuan dari transfer neonatus adalah untuk memberikan terapi atau
penanganan lanjutan di tempat yang dituju serta melakukan pengawasan selama
dilakukan transportasi sehingga neonatus tersebut dalam keadaan aman dan
mempunyai hasil akhir yang lebih baik dalam perawatannya sehingga dapat
mengurangi morbiditas dan mortalitas

Transfer neonatus diklasifikasikan menjadi 5 kategori, antara lain:5

Rumah ke rumah sakit

Intra-hospital (termasuk kamar bersalin, ruang operasi)

Fasilitas spesialisasi bagi neonatus (centre regional untuk


Extracorporeal Membrane Oxygenation/ EMCO, kardio, neuro, renal
atau untuk kepentingan operasi)

Penjemputan dari rumah sakit perifer untuk perawatan intensif lanjutan


(bila ibu melahirkan bayi prematur tanpa peringatan sebelumnya)

Pengembalian bayi ke unit neonatal lokal/reverse transport.

B. Pentingnya Transport Bayi Sakit

Di negara berkembang, seperti India, kebanyakan proses melahirkan


berlangsung di rumah. Bayi baru lahir yang sakit memerlukan perawatan khusus di
layanan kesehatan yang memiliki fasilitas yang memadai dan hal itu membutuhkan
transportasi. Transport bayi sakit atau bayi prematur ke rumah sakit dengan ekspertise
dan fasilitas perawatan intensif akan memberikan outcome yang lebih baik.6

C. Perbedaan Transfer Neonatus Mandiri Dengan Layanan Khusus

Layanan khusus transfer neonatus menyediakan kualitas pemantauan dan


perawatan yang hampir sama seperti di fasilitas perawatan lanjutan. Idealnya layanan
khusus transfer neonatus mampu menyediakan tim yang terlatih dan kompeten,
peralatan seperti ventilator, beberapa terapi cairan infus dan pemantauan cardio-
respiratory. Neonatus yang ditransfer oleh tim khusus rumah sakit memiliki survival
rate yang lebih signifikan dibanding neonatus yang dibawa sendiri oleh orang tua.

3
Namun tidak sedikit orang tua yang memilih untuk membawa anaknya sendiri atau
dengan ambulan yang memiliki fasilitas yang kurang memadai.7

D. Bayi Yang Memerlukan Transfer

American Academy of Pediatric (AAP) menetapkan kriteria neonatus yang


harus dirawat di NICU, antara lain:8

1. Prematur atau berat badan < 1500 gram

2. Usia gestasi < 32 minggu

3. Respiratory distress yang memerlukan pemakaian ventilator (defisiensi


surfaktan, asidosi respiratorik, aspirasi mekonium, pneumonia dan malformasi
paru/jalan napas)

4. Kejang

5. Adanya anomali kongenital yang menghambat metabolisme (hipoglikemia,


hipokalsemia dan inborn errors of metabolism)

6. Gangguan jantung kongenital atau terjadinya aritmia yang memerlukan


penanganan jantung

7. Hipoksia dan ischemic injury

8. Semua keadaan lain yang memerlukan penanganan khusus, contohnya:

a. Hiperbilirubin yang memerlukan exchange transfusion; haemolytic


disease

b. Neonatus dengan ibu yang diabetes, pre-eklamsia, hipertensi, penyakit


autoimun, infeksi, konsumsi obat tertentu

c. Bayi dengan IUGR

d. Berat badan 1500-2000 gram dengan masa gestasi < 36 minggu

4
e. Seluruh keadaan lain yang memerlukan penanganan yang tidak dapat
dilakukan di tempat awal.

F. Pelayanan Transportasi

Perencanaan untuk melakukan transfer harus dilakukan dengan baik, antara


rumah sakit awal dan rumah sakit yang akan menerima harus mempunyai komunikasi
yang baik tentang pelayanan transportasi yang akan dilakukan sehingga pelayanan
dapat terlaksana dengan baik, ruang NICU di rumah sakit yang akan menerima juga
telah menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. Para tim medis di rumah sakit
yang akan menerima mulai dari perawat sampai dokter juga telah mengetahui
keterangan lengkap tentang keadaan medis neonatus yang akan diterima.8,9,10,11

1. Tim transportasi

Tim untuk transportasi dibutuhkan setidaknya dua atau tiga personil


medis yang mampu, sebaiknya di sertai dengan residen anak senior yang
memiliki kemampuan yang baik dan disupervisi oleh seorang neonatologist.
Selain itu dapat disertai dengan perawat neonatus yang handal dan dokter ahli
dalam bidang kegawatdaruratan. Setiap anggota tim disertai dengan perincian
yang baik tentang tugas mereka selama dilakukannya transportasi neonatus.
Selain itu harus dipastikan seluruh anggota tim paham dan familiar dengan
peralatan yang akan digunakan selama transport. Tim terdiri atas dua peranan
penting, yaitu:

1. Medical director: dokter yang telah mendapat pelatihan khusus


neonatologi atau setara

2. Manager: berkolaborasi dengan medical director dalam hal mengelola


perawatan, anggaran, dan peralatan. Peran manager biasanya dipegang
oleh perawat atau paramedis lainnya

Commission on Accreditation of Medical Transport Systems (CAMTS)


menetapkan keharusan kemampuan yang harus dimiliki oleh tim transport
neonatus, antara lain adalah keahlian melakukan basic life support skill untuk
A,B,C,D, kemudian dilanjutkan dengan keahlian advanced life support

5
procedures.7,13,10,12 Di negara-negara barat, sebagian besar tim transport
neonatus memiliki perawat neonatal yang sudah mendapat pelatihan khusus,
namun di negara berkembang masih banyak rumah sakit yang belum memiliki
tim khusus untuk transport neonatus, sekalipun ada di rumah sakit swasta akan
dikenakan biaya yang cukup tinggi.

2. ModelTransportasi

Ditentukan apakah transportasi yang akan dilakukan lewat jalan darat,


udara atau air, kemudian disiapkan sarana prasarana didalam kendaraan yang
akan digunakan, misalnya pada jalan darat dengan ambulance atau jalan udara
dengan ambulance helikopter yang akan digunakan, selama transportasi ini
haruslah diketahui berbagai hal misalnya apakah bunyi bising selama
perjalanan dan getaran dapat berpengaruh pada neonatus yang dibawa, adanya
perubahan suhu, ataupun perubahan tekanan atmosfer bila menggunakan jalan
udara, karena suara dapat menyebabkan ketidakstabilan sistem kardiovaskular,
getaran dapat meningkatkan resiko perdarahan intra kranial, perubahan
tekanan atmosfer dapat menyebabkan resiko pneumothoraks.8,9,10
Ambulans merupakan kendaraan yang paling umum digunakan untuk
transfer neonatus. Ambulans yang digunakan untuk transfer neonatus paling
tidak memenuhi persyaratan sebagai basic life support ambulance.13 Dalam
mengakomodasi neonatus, ambulans harus diperlengkapi dengan:
o Fiksasi inkubator yang aman
o Pengunci yang aman untuk peralatan lain (seperti tabung oksigen, alat
monitor)
o Sumber energi independen untuk peralatan dengan baterai sehingga
dapat menjamin tidak akan terganggunya peralatan seperti inkubator
maupun alat monitoring dan suportif lainnya.
o Adapter untuk mengakses sumber energi yang tersedia
o Lingkungan yang dapat mengurangi risiko terjadinya ketidakstabilan
temperatur, bising berlebihan, getaran berlebihan dan infeksi.
o Cepat namun tetap memperhatikan keamanan

Menurut British Medical Journal, terdapat beberapa hal yang perlu


dipertimbangkan dalam melakukan transfer interhospital, antara lain:14

6
o Jarak antara rumah sakit awal dan rumah sakit rujukan. Jika
perjalanan melalu darat memakan waktu selama lebih dari 2
jam, maka perlu dipertimbangkan transfer melalui jalur udara
dengan helikopter
o Kemacetan. Untuk kemacetan masih dapat diatasi dengan
bantuan polisi untuk membebaskan jalan. Macet sebaiknya
tidak menjad alasan untuk menggunkan helikopter untuk
perjalanan jarak dekat.
o Bangunan di sekitar rumah sakit. Transfer dari kota besar
melalui jalur udara menimbulkan hambatan tersendiri dalam hal
transit dan mendarat.
o Cuaca. Dalam upaya transfer pasien interhospital, keselamatan
merupakan perhatian yang utama. Dalam kondisi seperti ini,
merupakan keputusan yang tepat jika menggunakan ambulans
selama menunggu perbaikan cuaca.

G. Kelengkapan

Kelengkapanyangharustersediauntuktransferneonatusantaralain:

1.Kelengkapankendaraantransportasi

Dalamkendaraantransportasiharusdiperhatikanseluruhkelengkapan
darikendaraanuntukkeamanantimdanpasien,sertasaatmengendaraiharus
diperhatikan kecepatannya, diperhatikan juga pengaturan tempat duduk,
tempatperalatan,cahayapenerangandanketersediaanoksigen.Timtransfer
harus membawa segala peralatan dan obatobatan yang diperlukan untuk
stabilisasi selama proses transfer. Tim seharusnya tidak bergantung pada
peralatandirumahsakitrujukan.Kelengkapanharusdicekdandiservissecara
rutin.Kelengkapanyangdiperlukanselamaprosestransfer,antaralain:7,14

Thermalsupport

Inkubator dengan penghangat dan safety belts yang dapat


disesuaikan

7
Termometerataumonitortemperatur

Plasticwrap,selimut,pelindungpanas

Respiratorysupport

Peralatanuntukmenimbulkandanmempertahankanjalannapas
(ambu bag dengan ukuran masker yang sesuai, ETT,
laringoskop,stylet,forsepsMagill)

Portableventilator

Portableoxygensupply

Peralatansuction

Katetersuction

NGTdanspuit20mLuntukdekompresiorogastric

Sarungtangansteril,airsteriluntukirigasi

Infusintravena

Abocathno24,26

Infusset

Syringes

Transparantdressingataumicropore

Threeways

Infusionpums(kecil,ringandayatahanbaterailama)

Alatmonitor

8
Stetoskop

Portablemonitor(ECG,oxymetri, tekanandarah,temperatur,
pernapasan, invasivechannels untukCVPdan invasiveblood
pressure)

Glucometeruntukevaluasikadarguladarah

Alarm monitor harus dapat terdengar dengan baik karena


adanyabisingselamaperjalanan

Medikamentosa

Kalsiumglukonas10%

Epinefrine(1:10000)dalamsyringe,sodiumbikarbonat

Dopamine,Dobutamine,Morfin,Midazolam

Normalsaline,Surfaktan,Phenobarbitone

Dokumen

Seluruh kelengkapan dokumentasi harus tersedia dengan


lengkap yang menyatakan secara lengkap kondisi neonatus disertai
segala risiko, sarana prasarana yang dapat diberikan. Hal ini juga
dilakukan untuk menghindari terjadinya tuduhan malpraktik dan
keperluan asuransi.8,9,10 Dokumen yang dimaksud antara lain adalah
medical record, formulir administrasi, informed consent, grafik
pemberianinfusdanobat,informasiuntukorangtua.14

H.StabilisasiSebelumDilakukanTransfer

Stabilisasi berfokus pada mempertahankan jalan napas, pernapasan dan


sirkulasi.Sebelumdilakukantransferpasienharusdalamkondisistabil. 14Bilafaktor
faktor yang dapat menyebabkan pasien tidak stabil dapat diatasi, makan akan

9
mengurangimasalahdanrisikoselamaprosestransfer.Salahsatuacuanyangtelah
mempunyaibuktiilmiahyangkuatdalammelaksanakanstabilisasineonatusdikenal
sebagai S.T.A.B.L.E, yaitu tindakan stabilisasi yang terfokus pada 6 dasar
penangananyangdirekomendasikanolehAmericanAcademyofPediatrics(AAP),
bertujuanuntukmeningkatkankeamananpasien,baikdalammanajemen,mencegah
kemungkinan adanya kesalahanm serta mengurangi efek samping.16 Stabilisasi
neonatusyangtepatterbuktimenurunkantingkatmorbiditasdanmortalitas.17

S Sugar
Merupakan langkah untuk menstabilkan kadar gula darah neonatus. Pada awal
kehidupan kelangsungan pasokan nutrisi terhenti setelah pemotongan tali pusat.
Bayi baru lahir memerlukan kelangsungan nutrisi untuk mempertahankan
asupan glukosa, kecukupan glukosa diperlukan agar metabolisme sel tetap
berlangsung terutama sel otak. Ada 3 faktor risiko yang mempengaruhi kadar
gula darah seperti cadangan glikogen terbatas, hiperinsulinemia dan peningkatan
penggunaan glukosa. Pertahankan gula darah neonatus pada kadar 50-110
mg/dL. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk stabilisasi gula darah
neonatus adalah:

Tidak memberikan makanan parenteral menurunkan risiko aspirasi,


refleks menghisap, menelan dan bernapas yang buruk.

Glukosa intravena mempertahankan kerja otak

Beberapa neonatus berisiko tinggi mengalami hipoglikemia di antaranya adalah


bayi prematur (<37 minggu), bayi kecil untuk masa kehamilan, BBLR, IUGR,
bayi besar untuk masa kehamilan, ibu dengan DM dan bayi sakit.

Pemeriksaan gula darah dilakukan saat usia 30 menit pada bayi dengan distres
pernapasan, sepsis atau tidak dapat minum. Kemudian pemeriksaan gula darah
dilanjutkan tiap satu jam. Pada bayi dengan faktor risiko yang asimtomatik dan
dapat minum, pemeriksaan gula darah dilakukan pada usia 2 jam.

10
Tanda hipoglikemi: jitterners, tremor, ajitteriness, tremor, hipotermia, letargis,
lemas, hipotonia, apnea atautakipnea, sianosis, malas menetek, muntah,
menangis lemah atau high pitched, kejang bahkan henti jantung.18,19

Temperature

Merupakan usaha untuk mempertahankan suhu normal bayi dan mencegah


hipotermia. Pada bayi dengan hipotermi akan terjadi vasokonstriksi pembuluh
darah sehingga mengakibatkan ketidakcukupan sirkulasi di jaringan tubuh.
Selain itu kondisi hipotermia dapat meningkatkan metabolism dalam rangka
untuk meningkatkan kalori tubuh, kondisi ini akan meningkatkan kebutuhan
tubuh terhadap oksigen. Dengan demikian suhu-gula darah-oksigen mempunyai
keterkaitan erat.
Neonatus lebih mudah mengalami hipotermia daripada hipertermia. Lingkungan
T ekstrauterin berbeda dengan lingkungan intrauterin. Lingkungan ekstrauterin
meningkatkan risiko hipotermia karena lingkungan udara bukan cairan hangat,
selain itu juga pengaruh konduksi, konveksi, evaporasi, dan radiasi. Suhu
normal adalah 36,50C 37,2/37,50C.

Pada hipotermia yang berat, yaitu < 320C, bayi dalam batas yang
uncompensated. Pada kondisi tersebut sel otak berisiko tinggi mengalami
kematian sel dan ireversibel.

Beberapa bayi mempunyai risiko hipotermia, antara lain bayi prematur, BBLR,
bayi sakit berat, bayi dengan resusitasi lama, bayi dengan kelainan (bagian
mukosa terbuka: gastroschisis, spina bifida, omfalokel dll)

A Airway

Masalah pernapasan menjadi morbiditas yang sering dialami bayi yang


mendapat perawatan di NICU. Saat resusitasi dilakukan upaya membuka alveoli
paru, pasca resusitasi alveoli paru belum sepenuhnya terbuka. Beberapa faktor
predisposisi, antara lain prematuritas, persalinan seksio cesaria, sindroma
aspirasi mekoneum (MAS), proses inflamasi pneumotoraks (komplikasi,
spontan), kelainan bawaan, asalah lain di luar paru (hipotermia, hipoglikemia,
kelainan jantung, dll), problema sumbatan jalan napas

11
Stabilisasi pernapasan :
Segera berikan bantuan ventilasi. Pilih bantuan ventilasi yang dapat
memberikan PEEP (untuk membuka alveoli paru). Misalnya: CPAP,
high flow nasal canula
Bila ada tanda akan terjadi kegagalan pernapasan: segera intubasi dan
beri napas buatan (penggunaan sungkup laring bisa merupakan
alternatif, bila tidak memungkinkan intubasi).
Pasang saturasi O2, target saturasi (post duktal; awal lahir : 90-94% ,
setelah usia 3 hari : 88-90/92%)
Pasang pipa orogastrik untuk dekompresi lambung

Hal yang harus dievaluasi dan dicatat:18,19


1. Laju nafas
Nilai normal laju nafas neonatus adalah 4060 kali/menit. Laju nafas >60
kali/menit (takipnea) dapat disebabkan karena berbagai hal, dapat berhubungan
dengan kelainan di saluran respiratorik atau dari tempat lain. Laju nafas <40
kali/menit dapat menandakan bahwa bayi mulai kelelahan, atau sekunder karena
cedera otak (hipoksik iskemik ensefalopati, edema otak atau perdarahan
intrakranial), obat-obatan (opioid), atau syok.

2. Usaha nafas
Selain takipnea, tanda distres pernafasan lain diantaranya:
Retraksi, dapat dilihat didaerah suprasternal, substernal, interkostal,
subkostal.
Grunting, pernafasan cuping hidung
Apnea, nafas megap-megap, atau periodic breathing.

3. Kebutuhan oksigen
Apabila bayi mengalami sianosis di udara ruangan dan distres pernafasan ringan
atau sedang, maka oksigen diberikan melalui hidung. Pada keadaan bayi
mengalami distres pernafasan berat, dapat diberikan tindakan yang lebih agresif
seperti Continous Positive Airway Pressure (CPAP), atau intubasi endotrakeal.

4. Saturasi oksigen
Saturasi oksigen harus dipertahankan agar diatas 90 %.

12
5. Analisis gas darah
Evaluasi dan interpretasi gas darah penting untuk menilai derajat distres
pernafasan yang dialami oleh bayi.

B Blood pressure

Curah jantung yang mencukupi diperlukan untuk mempertahankan sirkulasi.


Cara yang terbaik untuk mempertahankan sirkulasi adalah dengan memberikan
cairan dan elektrolit yang adekuat. Pada bayi sakit berat harus dipantau tanda-
tanda syok.

Bayi yang mengalami syok dapat memiliki tanda-tanda berikut ini:


1. Usaha nafas
Takipnea, retraksi, pernafasan cuping hidung, grunting, apnea, gasping.

2. Nadi
Pada keadaan syok denyut nadi dapat melemah atau tidak teraba.

3. Perfusi perifer
Perfusi yang buruk akibat vasokonstriksi dan menurunnya curah jantung
memanjangnya waktu pengisian kapiler (>3 detik), mottling dan kulit teraba
dingin. Tanda perfusi yang adekuat diantaranya adalah waktu pengisian kapiler
yang cepat, warna tidak sianosis atau pucat, denyut nadi yang kuat, output urin
yang adekuat dan kesadaran yang baik.

4. Warna Kulit bayi tampak sianosis atau pucat. Oksigenasi dan saturasi harus
dievaluasi secara berkala. Pemeriksaan gas darah juga dapat dilakukan untuk
mengetahui adanya asidosis respiratorik atau metabolik.

5. Frekuensi jantung
Frekuensi jantung normal adalah 120160 kali/menit, namun dapat bervariasi
sekitar 80200 kali/menit tergantung dari aktivitas bayi. Pada keadaan syok,
denyut jantung dapat berupa bradikardia (<100 kali/menit) yang disertai dengan

13
adanya tanda perfusi yang buruk, atau takikardia (>180 kali/menit).

6. Jantung
Evaluasi adanya murmur dan pembesaran jantung pada rontgen dada.

7. Tekanan darah
Tekanan darah saat syok dapat normal atau hipotensi. Hipotensi merupakan
tanda terakhir dari dekompensasi jantung. Hal lain yang harus dievaluasi adalah
tekanan nadi. Nilai normal tekanan nadi pada bayi cukup bulan adalah 2530
mmHg, sedangkan pada bayi kurang bulan nilai normalnya adalah 1525
mmHg.Tekanan nadi yang sempit menunjukkan vasokonstriksi, gagal jantung
atau curah jantung yang rendah. Sedangkan tekanan nadi yang lebar dapat
terjadi pada duktus arteriosus.

Prinsip penanganan
Identifikasi syok
Beri bantuan ventilasi
Beri cairan fisiologis 10 cc/kg BB
Sambil cari penyebab
Hindari terapi Biknat secara agresif
Bila perlu berikan Dopamine 5-10 mcg/kg/menit

L Laboratory

Pemantauan elektrolit direkomendasikan pada neonatus yang mengalami kejang


atau usia>24 jam dan dalam keadaan tidak bugar. Elektrolit yang harus diperiksa
adalah kadar natrium, kalium dan kalsium. Selain itu perlu dilakukan juga
pemeriksaan tanda infeksi, karena sistem imun neonatus masih imatur dan
berisiko tinggi untuk mengalami infeksi. Apabila dicurigai adanya sepsis
berdasarkan klinis dan riwayat maternal, harus dilakukan pemeriksaan kultur
darah dan darah lengkap bila memungkinkan. Pemberian antibiotik intravena
tidak boleh ditunda apabila pemeriksaan kultur darah tidak dapat dilakukan.
Pada bayi yang sakit berat atau pada saat sebelum transportasi, antibiotik harus
diberikan sampai kemungkinan infeksi sudah tersingkirkan.

14
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan:18
1. Sebelum transportasi Pemeriksaan berikut (4-B) harus dilakukan sebelum
dilakukan transportasi:
- Blood count (pemeriksaan darah rutin)
- Blood culture (kultur darah)
- Blood glucose (kadar glukosa darah)
- Blood gas (analisis gas darah)

2. Setelah transportasi
Pemeriksaan laboratorium setelah transportasi tergantung dari riwayat, faktor
risiko, dan gejala klinis dari bayi. Pemeriksaan yang dapat dilakukan
diantaranya pemeriksaan Creactive protein (CRP), elektrolit (natrium, kalium,
kalsium), fungsi ginjal (ureum, kreatinin), fungsi hati (SGOT, SGPT, bilirubin,
pT, aPTT, fibrinogen, D-dimer).

E Emotional support

Keluarga dari bayi yang mengalami krisis biasanya akan mengalami rasa
bersalah, marah, tidak percaya, merasa gagal, tidak berdaya, takut dan depresi.
Orang tua dari bayi akan mengalami beberapa tahapan emosional dalam
menghadapi keadaan bayinya, yaitu:18

1. Terkejut. Pada masa ini pikiran orang tua dipenuhi dengan berbagai
pertanyaan, seperti bagaimana nasib bayi selanjutnya? Bagaimana kehidupan
mereka selanjutnya? Sehingga orang tua akan sulit berpikir dengan jernih, dan
perlu mendapatkan penjelasan mengenai kondisi bayinya berulang kali.

2. Menyangkal. Pada masa ini orang tua tidak mempercayai kenyataan yang
terjadi. Orangtua cenderung mencari bukti-bukti lain yang dapat membuktikan
bahwa keadaan tersebut tidak benar.

3. Berkabung, sedih dan takut. Pada masa ini orang tua sudah mulai menerima
bahwa keadaan anaknya tidak seperti yang diharapkan, mulai merasa sedih

15
dengan beban yang harus mereka pikul, dan takut bahwa bayi mereka akan
meninggal atau menjadi tidak normal.

4. Marah dan merasa bersalah. Pada tahap selanjutnya orang tua akan merasa
marah karena bayi mereka sakit, marah mengapa hal tersebut terjadi pada
mereka. Jadi pada tahap ini, karena mereka tidak bisa marah kepada bayinya,
mereka cenderung akan marah kepada orang-orang yang ada di sekitarnya.

5. Tahap ekuilibrium dan terorganisir


Pada masa ini orang tua mulai mengerti mengenai kondisi bayinya dan mulai
mereka dan dapat memberikan dukungan emosi, serta menawarkan bantuan
berinteraksi dengannya.

Tahapan-tahapan tersebut penting untuk diketahui agar dapat lebih mengerti


mengenai kondisi untuk membantu keluarga melewati masa kritisnya. Keluarga
sedapat mungkin memperoleh informasi secara kontinyu mengenai
perkembangan keadaan anaknya. Kontak sedini mungkin antara orang tua
dengan anaknya sangatlah penting. Keluarga melewati masa kritisnya. Keluarga
sedapat mungkin memperoleh informasi secara kontinyu mengenai
perkembangan keadaan anaknya. Kontak sedini mungkin antara orang tua
dengan anaknya sangatlah penting. keluarga melewati masa kritisnya. Keluarga
sedapat mungkin memperoleh informasi secara kontinyu mengenai
perkembangan keadaan anaknya. Kontak sedini mungkin antara orang tua
dengan anaknya sangatlah penting.

PerawatanSelamaDalamPerjalanan

Selamadalamperjalanan,neonatusharusselaludimonitoring,beberapahal
yangperluharusdilakukanselamadalamperjalanan,antaralain:7

Pertahankantemperatur

16
Pertahankan pernapasan dengan membebaskan jalan napas. Posisikan leher
bayisedikitekstensijikajalannapastidakstabillebihbaikdilakukanintubasi.
Jikatidakmemungkinkanuntukdilakukanintubasi,gunakanCPAP.

Pantausirkulasi.Periksaperfusibagianperifer, capillaryrefilltime, tonus,


aktivitasdantekanandarah.

Cekoksigenasi.Pantaupulseoxymetrysecaraterusmenerus.

Komunikasi:informasikanrumahsakitrujukan.

Jikaterjadiperburukanselamadalamperjalanan,lakukanhalberikut:7

Hentikankendaraandanlakukanresusitasi.

Janganlakukantindakanapapunselamakendaraanmasihbergerak,singgahdi
rumahsakitterdekatdanstabilisasi.

Kedatangan Di Rumah Sakit Yang Menerima


Tim transportasi harus memberitahukan informasi klinis yang lengkap
terhadap tim medis di NICU yang menerima, lengkap dengan surat surat dokumentasi
dan grafik tentang keadaan dan perkembangan bayi. Tim transportasi juga bertugas
mengecek seluruh kelengkapan transportasi, kelengkapan pada kendaraan transportasi
dan obat obatan yang telah digunakan. Tim transportasi juga dapat memberikan
keterangan lebih lanjut bila diperlukan. 8,9,11,12

Transfer Pada Bayi Dengan Kondisi Medis Khusus

Congenital Hernia Diafragmatika


Pada keadaan kasus ini kebanyakan bayi harus langsung dilakukan intubasi
dan ventilasi mekanik. Pemakaian selang lambung juga diperlukan guna untuk
mencegah distensi lambung yang masuk ke rongga thorak.

Atresia Esophagus Dengan Fistula Trakeoesophagus


Pada keadaan kasus ini yang harus diperhatikan adalah agar bayi tidak
mengalami aspirasi, maka dapat dilakukan hal hal berikut ini yaitu :
1. Posisi bayi body up 30 35 derajat
2. Dilakukan suctioning berkala lebih kurang setiap 15 menit

17
3. Dilakukan pemasangan selang lambung

Defek dinding abdomen


Pada keadaan kasus ini dibedakan antara Omphalocele dan Gastroschisis,
penanganan keduanya sedikit berbeda.
Penanganan untuk gastroschisis
1. Pemantauan sirkulasi dengan infus yang adekuat
2. Pemantauan suhu agar tidak terjadi hipotermia akibat dari evaporasi
berlebih dari usus yang terburai yaitu dapat dilakukan pembungkusan
bayi dengan plastic wrapping
3. Usus yang terburai dilakukan penutupan dengan kantung steril dapat
digunakan Bogota bag, saline Bag ataupun Urine bag
4. Dilakukan pemasangan selang lambung untuk dekompresi
5. Dilakukan pencucian washout dari anus untuk dekompresi

Penanganan untuk omphalocele


1. Pemantauan sirkulasi dengan infus yang adekuat
2. Pemantauan suhu agar tidak terjadi hipotermia
3. Pemasangan selang lambung untuk dekompresi
4. Defek omphaloce ditutup dengan kasa lembab dengan mengoleskan
pada defek zat eskarotik antara lain dapat digunakan silversulfadiazin

Defek neural tube


Pada kasus ini defek dapat ditutup oleh kasa steril lembab selain proteksi bayi
agar sirkulasi terjaga dan tidak terjadi hipotermia,selain itu yang penting juga
adalah agar defek tidak terkontaminasi oleh feses.

Penyakit jantung kongenital yang sianotik


Pada kasus ini harus diperhatikan akan terjadi apnea, hipotensi selain masalah
sirkulasi dan hipotermia. Dapat dilakukan pemberian prostaglandin dengan
mengawasi berbagai efek sampingnya.

Neonatus dengan respiratory distress


Pada kasus ini harus diketahui pemberian surfactant oleh tim yang melakukan
transportasi, serta penggunaan ETT dan ventilasi yang sesuai, serta
penanganan komplikasi seperti terjadinya pneumothorak.

18
BAB III

KESIMPULAN

Transfer neonatus berkaitan dengan morbiditas dan morbiditas oleh karena itu
transfer neonatus harus dilakukan sesuai dengan tata cara yang benar dan oleh tim
yang berkompeten dengan perlengkapan yang lengkap sehingga proses transport
berjalans ecara optimal dan dapat memberikan outcome yang lebih baik terutama pada
bayi dengan kondisi buruk.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Alasiry Ema. Profil Bayi Rujukan Saat Masuk Rawat Ditinjau dari the
STABLE Program. Sari Pediatri 2011;13(4):235-8.

2. Departemen Kesehatan RI. Pedoman pelaksanaan program rumah sakit sayang


ibu dan bayi. Jakarta; 2009.

3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Sumber daya dan pelayanan


perinatal dalam paket pelatihan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi
komprehensif (PONEK) asuhan neonatal esensial. Jakarta;2009

4. Teasdale Debra, Hamilton Catherine. Baby on The Move: Issues in Neonatal


Transport. Paediatric Nursing 2008;20(1):20-5.

5. Boxwell G (Ed) (2000) Neonatal intensive care nursing. Routledge, London.

6. Orr RA, Felmet KA, Han Y, McCloskey KA, Dragotta MA, Bills DM, et al.
Pediatric specialized transport teams are associated with improved outcomes.
Pediatrics 2009 Jul;124(1):381-383.

7. NNF Clinical Practice Guidelines. Transport of a Sick Neonate. Available at:


http://www.ontop-in.org/ontop-pen/Week-12-13/Transport%20of2%0sick
%.pdf
8. Robert M. Insoft. Neonatal Transport. Dalam Dalam: Manual of Neonatal
Care. Philadelphia Edisi 6. Lippincotts Wiliam and Wilkin; 2008.

9. Gomella T L. Infant Transport Dalam Neonatology: Management, Procedures,


On Call Problems, Disease And Drugs. Lange McGraw-Hill 2009

10. Petter Bary. Planning Of Safe And Effective Transport. Dalam Paediatric and
Neonatal Critical Care Transport. BMJ 2003.

20
11. Russ Horowitz and Ranna A. Rozenfeld. Pediatric Critical Care Interfacility
Transport. Clin Ped Emerg Med 8:190-202 C 2007.
doi:10.1016/j.cpem.2007.07.001

12. Bryan L Ohning. Transport of the Critically Newborn. Departments of Critical


Care and Emergency Services, Medical University of South Carolina. Vol. 2,
N. 4, Luglio 2004

13. Shenai JP, Johnson GE, Varney RV. Mechanical vibration in neonatal
transport. Pediatrics 1981;68:55

14. British Medical Journal. Paediatric and Neonatal Critical Care Transport.
London;2003.

15. University of Saskatchewan. Neonatal Post-Rescucitation Stabilization and


Preparation for Transport. 2006.

16. Rifai Rudi Firmansyah B. Stabilisasi Neonatus Pasca Resusitasi/Pra-rujukan.


Available at: http://www.perinasia.com/post/189?
title=Stabilisasi+Neonatus+Pasca+Resusitasi %2F+Pra-rujukan.

17. Veronica RM, Gallo LL.Bol Med Hosp Infant Mex,2011;68(1):31-5; Spector
JM, Villanueva HS. J Perinatol, 2009;29(7);512-6.

18. Karlsen KA. The S.T.A.B.L.E Program. Pre-transport/ Post-resuscitation


Stabilization Care of Sick Infants. Guidelines for Neonatal Healthcare
Provider. 2006.Utah: S.T.A.B.L.E Inc.

19. University of Saskatchewan. Neonatal Post-Rescucitation Stabilization and


Preparation for Transport. 2006

21

You might also like