Professional Documents
Culture Documents
unik dari negara lain. Uniknya, karena pada umumnya sekelompok masyarakat
justru terbentuk dari kesamaan hati yang melampaui segala macam perbedaan
masyarakat menghasilkan pola hubungan yang berbeda dari satu tempat ke tempat
yang lain.
meninggalkan negara, dan mereka yang meninggalkan tanah leluhurnya pun tidak
44
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
Indonesia pada masa akhir pemerintahan dinasti Tang. Daerah pertama yang
didatangi adalah palembang, yang pada waktu itu merupakan pusat perdagangan
adalah berasal dari Banten. Kala itu, banyak orang Tiongkok yang berlabuh di
Banten. Banten sendiri saat itu menjadi pelabuhan paling padat di wilayah tanah
Jawa.
Tangerang dan Batavia sudah ada setidak-tidaknya sejak tahun 1407. Didalam
kitab ini tertulis pula bahwa pendaratan pertama rombongan Cina ini di muara
Sungai Cisadane atau yang lebih dikenal sekarang dengan Teluk Naga ini,
dipimpin oleh Tjen Tjie Lung atau Ha Lung yang diyakini merupakan salah satu
pengikut dari laksamana Zheng He (Cheng Ho). Disekitar Tegal pasir (Kali pasir)
dan telah menjadi bagian dari kota Tangerang. daerah ini terletak disebelah timur
sungai Cisadane, daerah pasar lama sekarang, dan papabila daerah itu dilihat dari
Ibid Hal 2
34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
pasar lama (Jl. Kisamaun dan sekitarnya), namun akhirnya di akhir tahun 1900-an
masyarakat China Benteng tinggal di area yang sekarang menjadi lokasi Pasar
Lama Tangerang dan Klenteng Boen Tek Bio. Hingga akhirnya meluas ke Pasar
Batavia. Dari pertahanan ini kemudian lahirlah istilah Benteng sebagai nama lain
Tangerang dengan bangga menyebut mereka sebagai Cina Benteng, yang berati
mereka tinggal di sekitar situ. Maka jadilah sebutan bagi mereka, yakni
masyarakat China Benteng yang melekat sampai kini. Cina benteng bukan hanya
Melayu, Tanjung Burung, Tanjung Pasir, Lenmo, Curug, Legok, Tigaraksa, Baur,
Sipatan, Kebon Baru, Cengklong, Blimbing, Kosambi selain itu, Cina Benteng
juga dapat ditemui di beberapa kawasan termasuk di kawasan DKI Jakarta seperti
Ibid Hal 4
35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
Mayoritas dari rombongan Cina yang datang ke Jawa adalah kaum laki-
laki Tionghoa (Totok) menetap dan menikah dengan wanita setempat (Nyai) dan
sudah berasimilasi, sudah tidak menguasai bahasa asalnya lagi dan berbahasa
Melayu atau dialek setempat seperti Sunda atau jawa.36 Masyarakat Cina Benteng
dari 15 generasi. Masyarakat Cina totok sendiri masih tersisa sedikit saja. Sebab
masyarakat Cina Totok di Tangerang sudah mulai tergerus zaman, hidupnya tidak
lebih dari 4-5 generasi. Masyarakat totok sendiri masuk ke Indonesia sekitar akhir
abad 19 sampai awal abad 20-an. Kawasan Pecinan Tangerang konon sudah
dihuni orang Cina sejak abad ke-17. Perkembangan kawasan Pecinan Tangerang
nenek moyang.37
Mauk di Banten barat, Teluk naga di utara, serta melalui Batavia yang terletak di
sebelah timur. Seiring dengan diluar tembok Batavia, maka banyak orang
Ibid Hal 9
36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
adalah adat pernikahan yang disebut Cio Tao. Selain pernikahan, adat kematian di
kawasan ini juga masih dari sang nenek moyang. Para pelayat dan keluarga harus
mengenakan pakaian serba putih. Tapi akhir-akhir ini tradisi tersebut mulai
ditinggalkan anak muda sebab sudah kenal urban fashion, tak mau repot dan
berpindah agama.
Banyak orang China Benteng yang mulai memeluk agama lain baik itu
kampung seperti kawasan Pecinan Tangerang itu. Banyak pula masyarakat yang
perkawinan dengan rumusan Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang
pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga
(Rumah Tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan kepada Tuhan Yang Maha
atas marga / suku yang tidak terikat secara geometris dan teritorial yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
tergantung kepada masyarakat etnis Tionghoa itu sendiri, apakah masih sesuai
Tionghoa. Bagi keluarga yang menganut kepercayaan Budha dan Tao misalnya,
keagamaan, seperti penggunaan hio dalam pemujaan leluhur yang terkait dengan
kebudayaan Tionghoa.40
Dalam tradisi Cina melihat hari, jam dan tanggal baik merupakan salah
satu hal yang wajib diperhitungkan. Dengan banyaknya kebutuhan yang harus
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
melakukan upacara perkawinan secara adat saja maupun tata cara agama, tanpa
dengan pandangan mereka pada adat tersebut dan pengaruh adat lainnya pada
masa lampau.
1. Melamar
keluarga mempelai pria dan mempersiapkan makanan dan kue basah untuk
pulang, orang tua dari mempelai pria menyelipkan uang dibawah cangkir
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
upacara, harus dilihat hari dan bulannya. Apabila jam, hari dan bulan
pernikahan mereka. Oleh karena itu harus dipilih jam, hari dan bulan yang
baik.
3. Sangjit
nampan yang dihias dengan kertas atau pita merah. Selain itu juga
dilengkapi dengan uang susu (angpao) dan 2 pasang lilin. Umumnya uang
diletakan sesajien untuk dewa penghuni kamar. Ada tradisi unik, anak-
sebelum ranjang ditata. Selain bisa untuk menguji kekuatan ranjang, ada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
2. Cio Tao
sembayang kepada Tuhan atau yang sering disebut Cio Tao. Upacara ini
terdiri dari penghormatan kepada Tuhan, alam, leluhur, Orang tua dan
upacara naik tetampah, sisir rambut, pemakaian baju Pao oleh kedua orang
3. Pemberkatan Pernikahan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
4.2.1 Perbedaan Etnis Cina Benteng dengan Etnis Cina Lain Di Indonesia
Semarang, makasar, dll. Salah satunya adalah etnis Tionghoa yang ada di kota
Tangerang. Etnis ini disebut etnis Cina Benteng karena memiliki sejarah dari
zaman penjajahan Belanda. Berbeda dengan etnis Cina Benteng kebanyakan etnis
Cina lainnya yang ada di Indonesia adalah pendatang dari cina yang masih
berbahasa mandarin atau bahasa daerah cina campuran. Sebut saja etnis Cina
Hokian, Cina Khe dan Tio Ciu di Kalimantan, rata-rata masyarakat kalimantan
masih fasih berbahasa mandarin. Sedangkan etnis Cina Benteng bahasa mereka
etnis Cina Benteng mengenal istilah ayam bekakak yaitu ayam utuh yang
dipanggang dan disajikan untuk sesajen masyarakat etnis Cina Benteng. Untuk
Seperti yang dikatakan oleh Oey Tjin Eng yang merupakan humas
Benteng
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
Secara umum tradisi pernikahan Cio Tao masi dilakukan etnis Tionghoa di
hiasan kepala.
Begitu pula yang dikatakan David Kwa dalam jurnalnya berjudul Chiou Thau
Ritus Pemurnian dan Inisiasi Menuji kedewasaan Cio Tao sebenarnya dikenal
Padang, Sumatera Barat. Diluar negeri antara lain di Malaysia (Pulau Pinang dan
Melaka) dan di Singapura. Perbedaan tradisi ini terletak pada kembang goyang
yang dipakai pengantin dan juga pakaian yang dikenakan. Pengantin tradisional
Indonesia yang menjadi acuan adalah busana dinasti Ching. Ciri utama adalah
Iwan Santosa.2012. Peranakan Tionghoa Nusantara. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara
41
Hal 58 - 60
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
Cio Tao adalah istilah umum bagi upacara pernikahan adat Tionghoa yang
mengatakan bahwa ia telah Kawin Cio tao maka itu artinya ia telah
upacaranya. Uniknya dalam Cio Tao terdapat upacara secara simbolis yang
Tujuan melakukan Cio Tao agar kedua mempelai hidup mandiri tanpa
campur tangan dari kedua orang tua. Makna Cio Tao oleh Oey Tjin Eng di
kamu sudah melakukan Cio Tao dan tidak terikat lagi dengan
orang tua
Salah satu prosesi upacara Cio Tao adalah makan nasi melek yaitu makan nasi
putih yang disuapi oleh orang tua mempelai. Makan nasi ini mengandung arti
suapan terakhir dari orang tua yang akan melepas anak mereka menuju
kedewasaan. Berbeda dengan etnis Cina Hokian yang melakukan upacara teh pay
sebagai upacara pernikahan adat etnis mereka. Upacara Cio Tao tidak wajib
dilakukan oleh seluruh etnis Cina Benteng, tetapi bagaimana kita mau
mempertahankan budaya kalau kita sendiri tidak mau melakukan Cio Tao.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
pemahaman kepada generasi muda bahwa Cio Tao merupakan upacara yang
sakral yang hanya dilakukan sekali seumur hidup, dan Cio Tao merupakan
warisan budaya dari leluhur yang harus tetap dijaga kelestariannya. Orang tua bisa
berperan sebagai aktor yang memperkenalkan Cio Tao kepada generasi muda.
misalnya dengan melakukan penyuluhan di vihara. Bante Grinata salah satu yang
aktif melakukan ceramah mengenai tradisi dan kebudayaan Cina Benteng. Namun
prosesi Cio Tao dari awal hingga akhir. Tujuannya agar generasi muda dapat
melihat video tersebut kemudian mempelajari dan memahami setiap proses yang
ada.setiap proses dalam upacara Cio Tao memiliki arti dan maknanya tersediri.
Memang tidak tersirat secara langsung, tetapi jika melihat kearah filosofinya
upacara ini mengandung sarat makna bagi kehidupan pernikahan kedua mempelai.
lengkapnya alat yang digunakan, bisa saja ini menjadi faktor mulai pudarnya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
Perbedaan yang terlihat jelas dalam upacara tersebut adalah ketika prosesi
menyisir rambut. Karena biasanya yang menyisir rambut mempelai adalah adik
kandung bontot dari mempelai. Namun dalam video tersebut dilakukan oleh orang
punya adik.
Orang tua tidak boleh memaksa anaknya untuk melakukan Cio Tao karena Cio
Tao dilakukan berdasarkan kemauan diri sendiri. Seperti yang diungkapkan Lina
dilakukan sekali dalam seumur hidup saya dan saya juga ingin
menikah sekali dalam seumur hidup saya. Kalau bukan saya yang
Saya senang anak saya mau melakukan Cio Tao, jadi ada
penerus dari keluarga saya. Tidak peduli dia dari agama apapun
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
Salah seorang generasi Cina Benteng yang peneliti wawancarai Yuli (24),
mengaku tidak ingin melakukan tradisi Cio Tao ketika ia menikah nanti. Upacara
yang rumit dan memakai kembang goyang diatas kepala yang membuat ia enggan
Cio Tao itu ribet, harus bangun subuh mata masi ngantuk harus
kepala.
sebelum matahari terbit. Belum lagi jika pengantin mengadakan pesta pernikahan
di restoran, maka Cio Tao biasanya dilakukan siang hari sebelum mempelai pergi
menuju gedung resepsi. Seperti yang dijelaskan Oey Tjin Eng berikut,
rezeki.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
menuturkan jika mereka menikah nanti mereka ingin melakukan Cio Tao.
Cio Tao itu kan tradisi... ya jadi musti dilaksanakan... kalau inti
tersendiri.
Wawan (24) salah satu generasi muda keturunan peranankan Cina mengatakan
bahwa ia ingin melestarikan tradisi dan budaya etnis Cina Benteng. Meskipun ia
tidak begitu mengerti apa inti dari Cio Tao namun ia yakin bahwa ada makna
tersendiri dibalik upacara ini. Generasi muda etnis Cina Benteng memang tidak
banyak yang tidak mengetahui inti dari Cio Tao tetapi dengan mereka memiliki
keinginan untuk melakukan tradisi ini secara tidak langsung mereka mengetahui
jalannya upacara ini. Memang sangat disayangkan jika generasi muda sekarang
tidak ada yang mengetahui inti dari Cio Tao. Orang tua dan tokoh masyarakat
melakukan Cio Tao itu sangat mahal bisa mencapai Rp.12.000.000,- Ini juga yang
menjadi alasan beberapa etnis Cina Benteng dengan tingkat ekonomi yang rendah
enggan melakukan tradisi ini. Padahal sangat disayangkan sekali tradisi yang
diakukan sekali seumur hidup ini tidak bisa dilakukan hanya karena terbentur
biaya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
Jika menikah nanti saya mau sangat melakukan Cio Tao, Cuma
biaya Cio Tao mahal. Andaikata murah saya 1000% mau... ini
Ungkapan dari Juli Halim (25) yang ingin sekali melakukan Cio Tao ketika
menikah nanti. Namun Juli terbentur biaya yang mahal sehingga ia tidak bisa
melakukan Cio Tao. Begitu pula alasan yang di tuturkan Dharmawan (22) ketika
peneliti tanya apakah ketika menikah nanti ia akan melakukan upacara Cio Tao
atau tidak.
filosofi yang luar biasa maksud dan tujuannya. Ini harus ada
tradisi Cina Benteng. Tetapi jika saya diberikan rezeki lebih saya
Suryadi menambahkan bahwa ia mau sekali melakukan Cio Tao karena itu
merupakan tradisi yang sudah diwariskan sejak dari nenek moyang. Sebagai
tradisi ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
biaya yang mahal menjadi salah satu penghalang. Tetapi jika memang ada
menabung dari sekarang untuk biaya pernikahan nanti. Memang Cio Tao tidak
wajib dilakukan etnis Cina Benteng dalam setiap pernikahan, tetapi jika memang
Intinya untuk melestarikan Cio Tao semua berasal dari diri sendiri. Mau
tradisi ini.
Pemahaman akan pentingnya upacara adat ini harus ditanamkan sejak dini
kepada generasi muda. Jangan sampai tradisi yang sarat akan makna ini tergerus
oleh zaman. Sangat miris rasanya jika anak cucu kita hanya bisa mendengar
tradisi ini melalui jurnal atau dokumentasi dan tidak bisa merasakan sendiri
upacara tradisi ini. Orang tua sangat berperan penting dalam mejaga kelestarian
budaya ini. Karena dalam tradisi masyarakat etnis Cina Benteng salah satu
upacara sakral seperti ini harus benar-benar sama atau sesuai dari generasi ke
generasi. Misalnya saja tata letak meja sembayang dan sesajien semua harus
sama. Dalam setiap keluarga etnis Cina Benteng pasti memiliki seseorang yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
Salah satu tanggapan seorang tokoh tetua etnis Cina Benteng Oen Tjuan
Yan mengatakan :
pribadinya. Kalau dia sudah memahami Cio Tao pasti dia mau.
Tapi kalo dia ngga ngerti sama sekali pasti susah. Liat
jam... orang udah mikir aja Cio Tao ribet musti bangun pagi dia
Tao.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
Makna dari upacara Cio Tao banyak tidak diketahui oleh generasi muda
sekarang. Mereka hanya tahu bahwa Cio Tao adalah upacara pernikahan khas
Cina Benteng. Untuk inti dan makna sebenarnya dari upacara ini banyak yang
tidak mengetahuinya. Untuk itu Oen Tjuan Yan menjelaskan kepada peneliti
bagaimana tahapan prosesi dari Cio Tao dilakukan beserta makna dari setiap
prosesinya. Semua prosesi dilakukan oleh kedua mempelai tidak terkecuali, baik
Sembayang Sam Kai dilakukan pengantin dan orang tua pengantin. Ini
diisyaratkan adalah upacara memohon restu dan berkah keselamatan dari sang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
Selain kepada Tuhan, pengantin juga berdoa kepada leluhur yang dituakan untuk
berarti pengantin masuk ke dunia yang baru. Ditetampah seharusnya ada lambang
Yin dan Yang, karena tetampah melambangkan bumi. Didalam bumi terdapat yin
http://digilib.mercubuana.ac.id/
65
Upacara sisir rambut dilakukan oleh orang tua dari mempelai. Sisir rambut
dilakukan sebanyak tiga kali, sisiran pertama agar pernikahan langgeng, sisiran
kedua adalah doa agar pengantin melahirkan keturunan yang berguna, dan sisiran
pengantin wanita akan dirias oleh juru rias. Kepala pengantin dirias 25 kembang
goyang sebagaimana yang dikenakan putri raja. Sebenrnya ada banyak tanggapan
mengenai siapa yang berhak menyisirkan rambut pengantin. Bantahan tradisi yang
sudah dijalani etnis Cina Benteng ratusan puluhan tahun ini dikemukakan Oen
Tjuan Yan. Karena zaman sudah berkembang sekarang banyak yang menyisirkan
Yang menyisir rambut harus orang tua, karena fungsi dari sisir
http://digilib.mercubuana.ac.id/
66
Gambar 4.13 Pengantin Dipakaikan Baju Cio Tao Oleh Kedua Orang Tua
Pao. Pengantin juga dipakaikan perhiasan seperti kalung dan anting anting.
Upacara makan 12 mangkok melambangkan suka duka dalam rumah tangga. Rasa
dari 12 macam berupa manis asam pahit, itulah rasa yang akan dialami dalam
rumah tangga.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
67
Orang tua mempelai akan menyuapi mempelai nasi yang disebut upacara makan
nasi melek. Maknanya ini adalah suapan terakhir dari orang tua yang
melambangkan orang tua melepas sang pengantin untuk menjalani hidup rumah
mangkok makanan yang terhidang di meja. Ini juga menjadi lambang orang tua
memberi tahu kepada pengantin mengenai setiap rasa yang akan dijalani dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
68
Upacara Pai Ciu yaitu penuangan arak oleh mempelai sebagai bentuk
penghormatan kepada sanak keluarga yang lebih tua. Keluarga akan memberikan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
69
Pengantin pria disambut keluarga mempelai wanita dengan sawer beras kuning.
Sawer menandakan pengantin pria diterima secara resmi oleh keluarga mempelai
wanita.
Ketika tiba di rumah pengantin pria, pengantin wanita juga disambut dengan
sawer beras kuning yang maknanya juga sama, berarti pengantin wanita diterima
http://digilib.mercubuana.ac.id/
70
adalah lengket melambangkan suami istri harus terus lengket seperti onde. Onde
diberi air gula dan jahe ini melambangkan rasa manis dan kehangatan dalam
rumah tangga.
Upacara terakhir adalah teh pai / pai ciu yang pengantin wanita lakukan di
http://digilib.mercubuana.ac.id/
71
4.2 Pembahasan
Bukti peninggalan etnis ini dapat ditemui di kelenteng Boen Tek Bio yaitu
kelenteng tertua yang letaknya di kawasan pasar Lama Tangerang. Tradisi yang
penduduk setempat. Perbedaan tradisi yang terlihat jelas adalah tradisi Cio Tao
yang mana sebagian tradisi pernikahan ini telah berakulturasi dengan budaya
dilakukan etnis Tiongha lainnya. Misalnya saja etnis Tionghoa dari Medan yang
melakukan tradisi teh pai sebagai tradisi upacara pernikahan etnis mereka. Teh pai
prosesinya lebih singkat daripada Cio Tao dan juga tidak serumit Cio Tao. Hanya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
72
Upacara pernikahan yang dilakukan etnis Cina Medan tidak jauh berbeda dengan
Cio Tao karena dalam prosesi Cio Tao juga ada prosesi teh pai dan setelah
melakukan teh pai pengantin akan diberikan uang sebagai simbol bekal untuk
Cio Tao atau Shang tou dalam bahasa mandarin yang berarti menata
menggunakan sisir yang telah disediakan sebelumnya. Tradisi Cio Tao tidak
hanya dilakukan etnis Cina Benteng saja tetapi tersebar di Cikampek, sebagian
kecil Bogor, Padang bahkan Malaysia. Perbedaan tradisi ini terletak pada
kembang goyang yang dipakai pengantin dan juga pakaian yang dikenakan.
dinasti Ming, sedangkan di Indonesia yang menjadi acuan adalah busana dinasti
Ching. Kembang goyang yang dipakai saat prosesi Cio Tao menjadi ciri khas dari
tradisi ini. Pada etnis Cina Benteng kembang goyang yang digunakan lebih
http://digilib.mercubuana.ac.id/
73
Gambar 4.25 Busana Cio Tao Ala Dinasti Ching Hwa Khun (Cina Benteng)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
74
Dalam upacara sisir rambut terdapat perbedaan yang peneliti dapatkan dari
hasil observasi di lapangan. Masyarakat Cina Benteng yang peneliti temui semua
mengatakan hal yang sama bahwa yang menyisirkan rambut pengantin baik
pengantin wanita maupun pria adalah adik bontot dari kedua mempelai, jika tidak
ada adik bontot maka yang menyisirkan adalah orang tua dari pengantin. Hal
berbeda peneliti temukan saat membuat video dokumentasi upacara Cio Tao
pengantin Linawati. Lina memiliki adik bontot perempuan namun adiknya tidak
pendapat tersebut bisa saja terjadi jika salah satu kerabat dari keluarga mempelai
Ini permintaan dari kakak tertua saya. Saya ga bisa bilang apa-
http://digilib.mercubuana.ac.id/
75
observasi. Tidak hanya Linawati dan kakak laki lakinya, rata-rata seluruh
keluarga kerabat dari ayahnya Linawati melakukan hal yang sama. Saat keluarga
ada yang melakukan Cio Tao ibu dari orang tua pengantinlah yang menyisirkan
rambut. Perbedaan ini bisa saja terjadi jika ada perbedaan pendapat dari keluarga
pengantin. Secara garis besar Cio Tao terkait erat dengan kepercayaan agama
mereka memegang teguh ajaran nabi mereka yang mengajarkan kebaikan orang
tua. Jadi yang menyisirkan rambut adalah orang tua yaitu ibu atau saudara
secara simbolis disisiri oleh salah seorang adik laki-lakinya atau sepupunya yang
kalau bisa mempunyai shio naga atau shio macan. Dengan dipilihnya anak dengan
shio tersebut diharapkan anak yang lahir dari perkawinan tersebut kemudian akan
juga mempunyai shio naga atau shio macan.42 Karena shio naga dan macan
memang shio yang dianggap paling bagus dalam etnis Tionghoa. Semakin
pergeseran. Sekarang etnis Cina Benteng sudah tidak memegang tradisi anak
bershio naga atau macan lagi karena keluarga mempelai kesulitan mencari anak
dengan shio tersebut. Tradisi itu sudah ada sejak jaman dahulu, hanya sekarang ini
rumah penduduk asli Cina Benteng seperti kawasan Sewan atau pintu air, disana
42
David Kwa Kian Hauw.2001.Ritus Pemurnian dan Inisiasi Menuju Kedewasaan. Perkumpulan
Boen Tek Bio Tangerang Hal 5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
76
tradisi Cio Tao masi dilakukan dan upacara menyisir rambut dilakukan oleh adik
bontot dari pengantin. Meskipun terdapat perbedaan upacara ini masi bisa
Upacara sisir rambut ini pasti dilakukan sebanyak 3 kali sisiran pertama agar
keturunan yang berguna, dan sisiran terakhir adalah harapan agar selamanya
berbahagia.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
77
Perbedaan yang cukup signifikan juga terlihat dari tampah yang digunakan
oleh pengantin. Seharusnya tampah yang digunakan dalam upacara Cio Tao
terdapat lukisan Yin dan Yang. Oen Tjuan Yan juga memprotes hal ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
78
melambangkan bumi, didalam bumi ada Yin dan Yang pagi dan
Semua peralatan Cio Tao memang dibawa oleh si pemandu Cio Tao atau tukang
rias. Uniknya mereka yang berfrofesi sebagai tukang rias ini selama peneliti amati
profesi yang erat kaitannya dengan budaya Tionghoa itu begitu digeluti oleh
mereka yang bukan berasal dari etnis Cina. Menurut keterangan yang peneliti
peroleh itu terjadi sudah sejak dahulu, artinya sejak beberapa generasi. Tukang
rias yang berasal dari etnis Tionghoa jauh lebih sedikit jumlahnya daripada yang
non Tionghoa. Tukang rias yang peneliti temui mengaku ia belajar dari gurunya
terjadi pergeseran budaya yang sudah ada sejak dahulu. Namun karena kurang
ketelitian dari pihak tukang rias. Upacara masi bisa terus dilakukan meski
http://digilib.mercubuana.ac.id/
79
Upaya pelestarian tradisi ini dapat dilihat dari banyaknya antusias dari
generasi muda sekarang yang mau melakukan Cio Tao ketika mereka menikah
nanti. Tidak banyak pula dari mereka yang mengetahui inti dari Cio Tao itu
sendiri. Mereka mau melakukan Cio Tao hanya karena ingin melestarikan tradisi
Cina Benteng ini. Tetapi ada saja kendala yang ditemui para calon mempelai
ketika hendak melakukan Cio Tao, yaitu biaya paket pernikahan yang sangat
mahal. Untuk kalangan kelas menengah mungkin masi bisa membeli paket ini
sayang sekali jika kaum kelas bawah yang memang ingin sekali melestarikan
tradisi ini tidak bisa melakukan Cio Tao karena terbentur biaya.
Cina Benteng tentang hal apa yang mereka tahu tentang Cio Tao jawaban
beraneka ragam peneliti dapatkan. Wawan menjawab jika ditanya tentang Cio Tao
hal yang pertama kali terlintas dipikirannya adalah upacara sembayang kepada
leluhur. Upacara makan 12 mangkok yang terlintas pertama kali dipikiran Juli dan
Dharmawan saat peneliti tanya. Beberapa ada pula yang menjawab upacara sisir
rambut dan kembang goyang yang identik dengan upacara Cio Tao. Dari sekian
banyak jawaban yang peneliti dapat generasi muda sekarang secara tidak langsung
mengetahui salah satu prosesi dari Cio Tao walaupun tidak dari semua tahu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
80
Makna Cio Tao yang peneliti dapat adalah sebuah upacara penghormatan
yang memiliki nilai filofosis yang sangat dalam. Upacara ini memang tidak wajib
dilakukan oleh etnis Cina Benteng namun sebagai generasi muda mereka
atau melakukan perubahan makna dalam prosesinya. Misalnya saja seperti yang
peneliti temui. Perbedaan bisa saja terjadi dalam Cio Tao, itu tergantung ada atau
tidaknya campur tangan dari pihak keluarga. Kurang lengkapnya peralatan Cio
Tao juga merupakan tanggung jawab dari penyewa tetapi tidak mengurangi
Oey Tjin Eng menyampaikan makna dari Cio Tao sebenarnya adalah :
kamu sudah melakukan Cio Tao dan tidak terikat lagi dengan
orang tua
Generasi muda memaknai Cio Tao sebagai sebuah prosesi upacara pernikahan
Cina Benteng yang sakral. Meskipun mereka tidak mengetahui inti dari Cio Tao
tetapi mereka pernah melihat prosesi Cio Tao dari keluarga mereka. Peneliti juga
ingin melestarikan Cio Tao melalui video dokumentasi yang peneliti buat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/