Professional Documents
Culture Documents
DI SUSUN OLEH :
i
PEMBERIAN TINDAKAN AMBULASI DINI TERHADAP PENURUNAN
INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN
Tn. S DENGAN POST LAPARATOMI DI RUANG
HCU BEDAH RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
DI SUSUN OLEH :
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
4. Fahrudin Nasrul Sani S. Kep., Ns,. M.Kep, selaku dosen penguji yang telah
v
5. Alfyana Nadya S. Kep., Ns,. M.Kep selaku dosen penguji yang telah
8. Kedua adikku Oky Dwi Saputro dan Alisya Risty Hidayah yang selalu
memberikan dukungan.
spiritual.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
A. Latar Belakang..................................................................... 1
vii
E. Alat Ukur Evaluasi tindakan Aplikasi Riset ........................ 33
B. Pengkajian ..................................................................................... 34
D. Perencanaan .................................................................................. 40
E. Implementasi ................................................................................. 42
F. Evaluasi ......................................................................................... 46
A. PEMBAHASAN ............................................................................ 49
1. Pengkajian ............................................................................... 49
3. Intervensi .................................................................................. 57
4. Implementasi ............................................................................ 61
5. Evaluasi .................................................................................... 65
A. KESIMPULAN .............................................................................. 69
B. SARAN .......................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
162 pada tahun 2005 menjadi 983 kasus pada tahun 2006 dan 1.281 kasus
laparatomi pada tahun 2013 sebanyak 1.083 kasus dan pada tahun 2014
sebanyak 1.630 kasus. Komplikasi pada pasien post laparatomi adalah nyeri
operasi dengan latihan napas dan batuk efektif dan mobilisasi dini. Perawatan
Salah satu pembedahan yang mempunyai angka prevalensi yang cukup tinggi
1
2
lokasi operasi, takut dan keterbatasan LGS (Lingkup Gerak sendi), functional
nyeri dan prosedur medis. Nyeri yang hebat merupakan gejala sisa yang
diakibatkan operasi regio intra abdomen. Sekitar 60% pasien menderita nyeri
Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan
respon fisik dan psikis. Respon fisik meliputi perubahan keadaan umum,
ekspresi wajah, nadi, pernafasan, suhu, sikap badan dan apabila nyeri berada
Respon psikis akibat nyeri dapat merangsang respon stress yang dapat
Respon yang lebih parah akan mengarah pada ancaman merusak diri. Nyeri
3
pada pasien dapat terjadi karena proses perjalanan penyakit maupun tindakan
kegiatan yang dilakukan segera pada pasien paska operasi dimulai dari
bangun dan duduk disisi tempat tidur sampai pasien turun dari tempat tidur,
berdiri dan mulai belajar berjalan dengan bantuan alat sesuai kondisi pasien.
jika pasien membatasi pergerakannya di tempat tidur dan sama sekali tidak
melakukan ambulasi pasien akan semakin sulit untuk berjalan. Masalah yang
sering terjadi adalah ketika pasien merasa terlalu sakit atau nyeri dan faktor
lain yang menyebabkan mereka tidak mau melakukan mobilisasi dini dan
(Kozier, 2010).
memicu penurunan nyeri dan penyembuhan luka lebih cepat. Terapi latihan
tubuh bukan saja pada bagian yang mengalami cedera tetapi juga keseluruhan
anggota tubuh. Terapi latihan dapat berupa passive dan active exercise, terapi
4
konsentrasi pasien pada lokasi nyeri atau daerah operasi, mengurangi aktivasi
Rumah Sakit Dr. Moewardi didapatkan data pasien Tn. S dengan diagnosa
medis tumor caput pankreas yang menjalani laparatomi dan mengeluh nyeri.
dilakukan agar pada pasien tidak susah untuk bergerak dan luka tidak kaku.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
laparatomi
post laparatomi.
perkembangan.
laparatomi.
6
C. Manfaat Penulisan
1. Pelayanan kesehatan
2. Ilmu keperawatan
3. Penulisan
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Teori
1. Konsep laparatomi
a. Pengertian laparatomi
(Jitowiyono, 2010).
b. Etiologi
7
8
sebagai kerangka
digunakan kembali,
lepas dari dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah
yang berat pada dinding abdomen sebagai akibat dari batuk dan
1) Respirasi
pernafasan.
10
2) Sirkulasi
Nadi, tekanan darah, dan suhu, warna kulit dan refill kapiler.
4) Balutan
4) Peralatan
5) Rasa nyaman
(Sugeng, 2012)
f. Diagnosa keperawatan
g. Intervensi
c) Pemberian analgesik
d) Observasi TTV
setempat.
12
berlebihan
(Wilkinson, 2011)
2011)
memahami
2. Konsep Nyeri
a. Pengertian nyeri
b. Sifat Nyeri
2013).
c. Klasifikasi nyeri
1) Nyeri akut
2013).
(Andarmoyo, 2013).
2) Nyeri kronis
d. Fisiologi nyeri
1) Nosisepsi
a) Transduksi
b) Transmisi
c) Persepsi
d) Modulasi
e. Respon nyeri
2) Respon perilaku
Mendengkur
Ekspresi Meringis
Wajah Menggeletukan gigi
Mengernyitkan dahi
Menutup mata atau mulut dengan rapat atau
membuka mata atau mulut dengan lebar
Menggigit bibir
Gerak Tubuh Gelisah
Imobilisasi
Ketegangan otot
Peningkatan gerakan jari dan tangan
Aktivitas melangkash yang tanggal ketika
berlari atau berjalan
Gerakan ritmik atau gerakan menggosok
Gerakan melindungi tubuh
Interaksi sosial Menghindari percakapan
Fokus hanya pada aktivitas untuk
menghilangkan nyeri
Menghindari kontak sosial
Penurunan rentang perhatian
(Andarmoyo, 2013)
1) Skala deskriptif
Perry, 2006).
2) Skala numerik
(Andarmoyo, 2013)
dibuat pasien pada garis dari tidak ada nyeri diukur dan ditulis
a) Bimbingan antisipasi
b) Distraksi
c) Ambulasi dini
aktivitas mandiri.
23
h. Patofisiologi nyeri
Mereka tersebar luas dalam lapisan superficial kulit dan juga dalam
2013).
saraf aferen primer dan berujung di spinal cord (SSP). Bila ada
stimulasi yang berasal dari bahan kimia, mekanik, listrik, atau panas,
a. Definisi
kurang di hargai oleh sebagian besar orang. Namun, saat orang sakit
mereka sering kali tirah baring dengan demikian menjadi tidak dapat
pada pasien paska operasi dimulai dari bangun dan duduk sampai
pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan (Yanti, 2010).
lain:
distensi abdomen
26
c. Persiapan ambulasi
1) Latihan berjalan
fowler, ibu duduk lebih dari 5 menit. Setelah 36 jam; 1) ibu mulai
28
post laparatomi
2) Emosi
3) Gaya hidup
berarti, dan pola hidup yang positif seperti makan yang teratur,
(Yanti, 2010).
4) Dukungan sosial
5) Pengetahuan
2010)
30
B. Kerangka Teori
Laparatomi
Non farmakologi
farmakologi
ditraksi Bimbingan
Ambulasi
antisipasi
dini
C. Kerangka Konsep
Subyek dari karya tulis ilmiah ini adalah Tn. S umur 50 tahun dengan
post laparatomi.
1. Kertas
2. Bulpen
3. Lembar observasi
D. Prosedur tindakan
32
33
berikut: latihan duduk semi fowler atau fowler, ibu duduk lebih dari 5
E. Alat ukur
digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
pada diagnosa nyeri karena diagnosa nyeri yang berhubungan dengan jurnal
1. Pengkajian
2014 pukul 11.30 WIB setelah menjalani operasi di ruang IBS. Penulis
34
35
saluran ini berjalan lewat kaput pankreas untuk bersatu dengan duktus
2002).
skala nyeri berat, skala 0 adalah tidak nyeri, skala 1-3 adalah nyeri
ringan, skala nyeri 4-6 adalah skala nyeri sedang, skala 7-9 adalah
skala berat dan skala 10 adalah skala nyeri hebat (Andarmoyo, 2013).
paralisis, dan adanya kehilangan kekuatan otot (Perry & Potter, 2006)
atas kekuatan otot kanan atas dengan nilai 5, kekuatan otot kiri atas
tonus otot yang dapat diketahui dengan palpasi dan tidak dapat
tekanan darah pada orang dewasa yaitu tahap pertama (ringan) sistolik
keempat (maligna) sistolik 210 mmHg atau lebih dan diastolik 120
14 tahun atau lebih kurang dari 11 sampai dengan 24 kali per menit,
usia 1 sampai 4 tahun antara kurang dari 20 sampai dengan 30 kali per
38
dan bau, ada tidaknya granulasi, ada tidaknya infeksi luka setempat
2011).
2. Diagnosis keperawatan
2000).
Diagnosa ketiga yang tidak ada pada Tn. S namun ada pada
penulis kurang teliti. Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah
cedera akut, penyakit atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang
pada teori hierarki maslow dimana setiap mana kebutuhan rasa aman
41
diagnosa.
27x/menit, nadi 68x/menit, suhu 36oC. Data ini sesuai dengan batasan
bantu orang lain, badannnya letih dan lemah, data obyektifnya: pasien
3. Intervensi
diinginkan pada setiap kondisi atau perilaku klien dengan kriteria hasil
(Dermawan, 2012).
secara mandiri dengan kriteria hasil aktivitas kembali normal dan tidak
utuh dengan kriteria hasil integritas kembali membaik dan tidak ada
karena dalam waktu tiga hari kulit tidak mungkin dalam keadaan
(Sjamsuhidajat, 2005).
infeksi.
4. Implementasi
sesuatu yang nyata yang dapat di ukur, dan dijelaskan, serta digunakan
duduk semi fowler atau fowler, ibu duduk lebih dari 5 menit. Setelah
48
adalah klien dilatih dulu untuk duduk baru berlatih untuk turun dari
tempat tidur. Perhatikan waktu klien turun dari tempat tidur apakah
nyeri maka seseorang akan mampu beradaptasi dengan nyeri, dan juga
tempat tidur dan dibantu duduk. Bila klien merasa enak, maka perawat
membantu klien turun dari tempat tidur perawat harus berda tepat
perencanaan.
5. Evaluasi
(Andarmoyo, 2013).
akut di hari pertama, selasa 10 maret 2015 dilakukan pada pukul 14.00
nyeri hilang timbul, skala nyeri 3, nyeri hilang timbul, pasien tampak
mendiri bertahap, badan sudah mulai segar, sudah bisa duduk, oksigen
tetapkan aktivitas kembali pulih dan sudah tidak terpasang O2, nafas
normal.
WIB panjang luka 18cm, luka di balut kasa , tidak ada rembesan
darah, tidak ada edema, tidak ada kemerahan di sekitar luka. Masalah
luka tidak ada remebesan darah, tidak ada kemerahan sekitar luka,
kelembapan kulitnya.
luka jangan terlalu lembap (basah). Pada kasus ini masalah teratasi
sebagai kerangka
digunakan kembali.
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan
b.d agen cidera fisik, intoleransi aktivitas b.d tirah baring, kerusakan
54
3. Perencanaan
4. Implementasi
2015 sampai dengan kamis, 12 maret 2015 dengan mengkaji skala nyeri
5. Evaluasi
mobilisasi.
intensitas nyeri pada pasien berkurang dan pasien tampak lebih tenang
dan rileks.
56
B. Saran
managemen nyeri salah satu contohnya pada klien dengan pada pasien
fasilitas, sarana, dan prasarana dalam proses pendidikan dari apa yang
dalam managemen nyeri salah satu contohnya pada klien dengan post
melengkapi sarana dan prasarana yang sudah ada secara optimal dalam
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta: EGC.
Kasdu, D 2005, Operasi Caesarea Masalah dan Solusinya, Puspa Swara, Jakarta.
Mubarak, wahid iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasr Manusia: Teori &
Aplikasi dalam Pratik. Jakarta : EGC.
Suyono, Slamet. 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta: Gaya Baru.
SD Negeri Tegalombo 1
SMP N 1 Gemolong
SMA N 1 Gemolong
Riwayat pekerjaan :-
Tujuan
Tujuan dari penelitian jurnal ini adalah untuk mengetahui efektivitas ambulasi
dini terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post op laparotomy.
a. Diketahuinya intensitas nyeri pada pasien hari I post operasi laparatomi
yang dilakukan ambulasi dini
b. Diketahuinya intensitas nyeri pada pasien hari II dan III post operasi
laparatomi yang dilakukan ambulasi dini
c. Diketahuinya perbedaan intensitas nyeri dari hari Ke I-III pada pasien post
laparatomi yang dilakukan ambulasi dini
ABSTRAK
Latar Belakang : Nyeri merupakan pengalaman pribadi yang diekspresikan secara berbeda. Tindakan medis yang
sering menimbulkan nyeri adalah pembedahan seperti laparatomi. Komplikasi tindakan pembedahan laparatomi adalah
nyeri. Pasien post laparatomi memerlukan perawatan yang maksimal untuk mempercepat pengembalian fungsi tubuh.
Hal ini dilakukan dengan pemberian intervensi mobilisasi dini (latihan gerak sendi, gaya berjalan, toleransi aktivitas
sesuai kemampuan dan kesejajaran tubuh). Ambulasi dini pasca laparatomi dapat dilakukan sejak di ruang pulih sadar
(recovery room) dengan miring kanan/kiri dan memberikan tindakan rentang gerak secara pasif. Latihan ambulasi dini
dapat meningkatkan sirkulasi darah yang akan memicu penurunan nyeri.
Tujuan : Efektivitas ambulasi dini terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi laparatomi di RSUD
Kudus.
Metode Penelitian : Penelitian ini termasuk jenis penelitian Quasi Ekperimen dengan desain penelitian Non Equivalent
Control Group. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien operasi laparatomi di RSUD Kudus sebanyak 20 orang pada
bulan Januari-Pebruari 2013. Teknik pengambilan sampel dengan Accidental Sampling sehingga besar sampel sebanyak
20 responden. Uji analisa data dengan uji Independent Samples T test.
Hasil Penelitian : Uji Independent Samples T Test, pada hari ke 1 didapatkan nilai p value = 0.009, hari ke 2
didapatkan nilai p value 0.000 dan hari ke 3 didapatkan nilai p value 0.000. Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan
rata-rata intensitas nyeri hari ke 1, 2 dan 3 antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Ha diterima dan Ho
ditolak).
Kesimpulan : Terdapat perbedaan rata-rata intensitas nyeri pada hari ke I, II dan III antara kelompok eksperimen yang
melakukan ambulasi dini dan kelompok kontrol yang tidak melakukan ambulasi dini. Untuk itu diperlukan prosedur
tetap terhadap intervensi ambulasi dini pada pasien pasca laparatomi dan diperlukan kecakapan perawat dalam
pemberian terapi.
Keterangan :
1. Mahasiswa Stikes Muhammadiyah Kudus
2. Pembimbing Utama
3. Pembimbing Anggota
The Effectiveness of Early Ambulation to degradation of Pain Intensity at the Pasca Laparatomy
Surgery Patient in The District Governmant Hospital of Kudus.
1 2 3
Yuni Rustianawati , Sri Karyati , Rizka Himawan .
ABSTRACT
The Background : Pain represented the self person experience that expressed differing. The medication which often
generat pain was the surgery like the laparatomi operating. The complication of surgery of laparatomy was pain. The
patient post laparatomy operating needed the maximal treatment to quicken return of body function. The intervention
was the early mobilitation (moving joint, gait, activites tolerance and paralellesim of body). Early ambulation at pasca
laparatomy can be done since conciousness at recovery room by right or lef oblique and treatment to passive motion.
Early ambulation can raised the circulation and can degradated the pain saverity.
The Target : This research had the goal to know effectiveness of early ambulation to degradation of pain intensity at
the pasca laparatomy surgery patient in The District Governmant Hospital of Kudus.
The Method : The type of this research was The Quasi Experiment with design of research was Non Equivalent Control
Group. The population of this research was the patient pasca laparatomi surgery in The District Governmant Hospital
of Kudus counted 20 peoples at 2013 January-Pebruari. The technique sampling used the Accidental Sampling so the
size sampling counted 20 responders. Test analyze test with the Independent Samples T test.
The Result : The Independent Samples T Test, at first day got the value of p = 0.009, at the scond day got the value of
p 0.000 and the the third day got the value of p 0.000. This result shown the difference of pain intensity mean at the
first, scond and third among the experiment group and control group (acceptance Ha and refused Ho).
The Conclusion : There was the difference of pain intensity mean at the first day, scond and third between
experimental group that conduct the early ambulation and control group that not conduct early ambulation. For that
needed the standar prosedure operating of the early ambulation intervention at the patient of pasca laparatomy surgery
and needed the good job of treatment.
The Keywords : The Pain Intensity, The Early Ambulation, The Laparatomy Surgery.
References : 27 (2002-2012).
B. Perumusan Masalah
Pasien pasca operasi sering mengalami nyeri akibat diskontinuitas jaringan (luka operasi)
akibat insisi pembedahan serta akibat posisi yang dipertahankan selama prosedur pasca operasi.
Nyeri sebagai pengalaman subyektif yang akan dirasakan dan diekspresikan secara berbeda.
Intensitas nyeri post laparatomi akan dipengaruhi tindakan ambulasi dini secara efektif.
Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah dengan memberikan tindakan ambulasi dini,
karena dengan ambulasi dini dapat meningkatkan peredaran darah dan metabolisme tubuh,
mencegah trombosis dan emboli. Ambulasi dini post laparatomi juga dapat menurunkan
intensitas nyeri dengan cara menekan transmisi saraf nyeri menuju saraf pusat. Ambulasi dini
yang tidak sesuai dapat meningkatkan nyeri, untuk itu diperlukan upaya terpadu dalam intervensi
penurunan nyeri melalui terapi mobilisasi dini.
C. Pertanyaan Penelitian
Apakah ambulasi dini efektif dalam menurunkan intensitas nyeri pada pasien post operasi
laparatomi di RSUD Kudus?.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya efektivitas ambulasi dini terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post
operasi laparatomi di RSUD Kudus.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya karakteristik responden di RSUD Kudus.
b. Diketahuinya intensitas nyeri pada pasien hari I post operasi laparatomi yang dilakukan
ambulasi dini dan tidak dilakukan di RSUD Kudus.
c. Diketahuinya intensitas nyeri pada pasien hari II dan III post operasi laparatomi yang
dilakukan ambulasi dini dan tidak dilakukan di RSUD Kudus.
d. Diketahuinya perbedaan intensitas nyeri dari hari Ke I-III pada pasien post laparatomi yang
dilakukan ambulasi dini dan tidak dilakukan ambulasi dini di RSUD Kudus.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan masukan atau (sumber informasi) serta dasar
pengetahuan bagi para mahasiswa keperawatan dan dapat dijadikan sebagai materi latihan
dalam menangani pasien nyeri.
2. Bagi Institusi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bukti nyata akan efek terapi mobilisasi terhadap
nyeri sehingga dapat dijadikan sebagai suatu SOP/SAK untuk menurunkan nyeri pada pasien
nyeri pasca operasi.
3. Bagi Peneliti SelanjutnyaHasil penelitian dapat menjadi data dasar untuk penelitian
selanjutnya dan untuk menambah referensi tentang efektivitas mobilisasi dini, dan juga bisa
untuk dilanjutkan pada penelitian-penelitian selain nyeri pasca operasi.
F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1
Keaslian Penelitian
Judul (Peneliti,
Variabel Metode Hasil
Tahun)
Pengaruh mobilisasi Variabel Jenis Terdapat pengaruh
terhadap kesembuhan bebasnya penelitian yang signifikan antara
luka pada pasien post mobilisasi. Quasi mobilisasi dini
laparatomi (Abdus Variabel Experimen. terhadap kesembuhan
Salam, 2012). terikatnya Pendekatan luka post laparatomi.
kesembuhan Pre and
luka. Post Test.
Pengaruh latihan Variabel Jenis Terhadap pengaruh
rentang gerak sendi bebasnya penelitian yang signifikan antara
terhadap lingkup latihan Quasi latihan rentang gerak
gerak sendi pada rentang Experimen. sendi terhadap
pasien fraktur femur gerak sendi. lingkup gerak sendi
post operasi orif di Variabel Pendekatan pada pasien fraktur
Instalasi Rawat Inap terikatnya Non- femur post operasi
Bedah Rumah Sakit lingkup Equivalent orif di Instalasi Rawat
Umum Pusat dr. gerak sendi. Control Inap Bedah Rumah
Mohammad Group. Sakit Umum Pusat dr.
Hoesin Palembang Mohammad
(Fadly Irwansyah, Hoesin Palembang.
2011).
ABSTRAK
Latar belakang: Sectio caesaria adalah suatu tindakan mengeluarkan bayi dengan melakukan insisi atau pemotongan
pada kulit, otot perut, serta rahim ibu dan memerlukan pengawasan intensif untuk mengurangi komplikasi akibat
pembedahan. Mobilisasi dini bertujuan untuk mempercepat proses penyembuhan luka, dan mempercepat involusi alat
kandungan. Luka post sectio caesarea merupakan hilangnya kontinuitas jaringan dimana kesembuhan luka sectio
caesarea sangat dipengaruhi oleh suplai oksigen dan nutrisi kedalam jaringan yang dapat dilihat melalui pemeriksaan
kadar hemoglobin (Hb). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini dan kadar hemoglobin
terhadap penyembuhan luka sectio caesarea di RS.Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang.
Metodologi Penelitian ini menggunakan desain analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini adalah pasien dengan tindakan sectio cesare yang memenuhi kriteria inklusi, besar sampel dengan
rumus Solvin 36 responden tempat penelitian di Ruang Helsa RS. Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang.
Hasil Penelitian menunjukkan ibu post SC di RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang sebagian besar melaksanakan
mobilisasi dini post SC sebanyak 17 responden (77,3 %), mempunyai kadar Hb normal sebanyak 21 responden (95,5
%), dan sebagian besar mengalami penyembuhan luka post SC dengan cepat sebanyak 21 responden (58,3%).
Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara hubungan mobilisasi dini dan kadar Hb ibu post SC terhadap
penyembuhan luka post sectio caesarea di RS.Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang Tahun 2013 dengan p value 0,004.
0,000, Sehingga ada hubungan signifikan antara kadar Hemoglobin ibu post Sectio
Caesarea dengan kesembuhan luka post Sectio Caesarea di Ruang Helsa RS Pant i Wilasa
Dr Cipto Semarang.