You are on page 1of 10

Safwan ghali

Senin, 15 April 2013


ISLAM DAN INTERAKSI SOSIAL

BAB I
PENDAHULUAN

Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Ada
aksi dan ada reaksi. Pelakunya lebih dari satu. Individu dengan individu. Individu
dengan kelompok. Kelompok dengan kelompok dll. Contoh, guru mengajar
merupakan contoh interaksi sosial antara individu dengan kelompok. Interaksi sosial
memerlukan syarat yaitu Kontak Sosial dan Komunikasi Sosial.

Jadi, pengertian tentang Interaksi Sosial sangat berguna didalam


memperhatikan dan mempelajari berbagai masalah masyarakat. Umpamanya di
Indonesia sendiri membahas mengenai interaksi-interaksi sosial yang berlangsung
berbagai suku bangsa, golongan agama. Dengan mengetahui dan memahami perihal
tersebut dapat menimbulkan atau mempengaruhi bentuk-bentuk interaksi sosial
tertentu.1[1]
Faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial meliputi imitasi, sugesti,
identifikasi,simpati dan empati. Imitasi adalah interaksi sosial yang didasari oleh
faktor meniru orang lain. Contoh anak gadis yang meniru menggunakan jilbab
sebagaimana ibunya memakai. Sugesti adalah interaksi sosial yang didasari oleh
adanya pengaruh. Biasa terjadi dari yang tua ke yang muda, dokter ke pasien, guru ke
murid atau yang kuat ke yang lemah. Atau bisa juga dipengaruhi karena iklan.
Indentifikasi adalah interaksi sosial yang didasari oleh faktor adanya individu
yang mengindentikkan (menjadi sama) dengan pihak yang lain. Contoh menyamakan
kebiasaan pemain sepakbola idolanya. Simpati adalah interaksi sosial yang didasari
oleh foktor rasa tertarik atau kagum pada orang lain.
Empati adalah interaksi sosial yang didasari oleh faktor dapat merasakan apa
yang dirasakan oleh orang lain, lebih dari simpati. Contoh tindakan membantu korban

1[1] Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar ( Jakarta : Rajawali Pers,


1990), h.54.
bencana alam. Interaksi sosial mensyaratkan adanya kontak sosial dan komunikasi
sosial. Kemudian membuat terjadinya proses sosial.

BAB II
PEMBAHASAN

ISLAM DAN INTERAKSI SOSIAL


A. Konsep Interaksi Sosial
Interaksi Sosial berarti hubungan dinamis antara individu dengan individu,
individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Bentuknya seperti kerja
sama, persaingan, pertikaian, tolong-menolong dan Gotong-royong. Soerjono
Soekanto mengatakan Interaksi sosial adalah kunci dari seluruh kehidupan sosial,
oleh karena itu tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi kehidupan bersama.
Interaksi terjadi antara orang-perorangan, kelompok dengan kelompok, dan individu
dengan kelompok.2[2]
Dalam Islam, Interaksi Sosial disebut dengan istilah hablum minannaasi
(hubungan dengan sesama manusia), pengertiannya juga tidak berbeda dengan
pengertian interaksi sosial diatas, yaitu hubungan dengan individu, individu dengan
kelompok dan kelompok dengan kelompok. Contohya, Saling sapa, berjabat tangan,
silaturrahim, solidaritas sosial, ukwah islamiah dan lai-lain. Interaksi sosial tidak
hanya terjadi dikalangan komunitas atau suatu kelompokya saja tetapi juga diluar
komunitasnya.
B. Determinan Interaksi Sosial.

a) Adanya kepentingan. Manusia sebagai makhluk paripurna dan makhluk sosial


memiliki kepentingan terhadap orang lain, tidak bisa hidup sendirian, dan bahkan
memerlukan bantuan orang lain. Bentuk kepentingan itu misalnya : pergaulan sosial,
tolong-menolong dan punya kebutuhan yanga sama.
b) Ingin hidup bersama. Ciri manusia yang selalu berinteraksi yaitu ingin hidup
bersama dan bersosialisasi. Karena itu, dalam pergaulan sosial ia tidak saja
melakukan interaksi pada satu kelompok saja tetapi juga pada kelompok-kelompok
lain dengan tidak membeda-bedakan suku, bangsa latar belakang sosial, artinya, pada
siapa saja dapat melaksanakan interaksi sosial.
c) Menghindari konflik sosial. Salah satu yang harus dijauhi di dalam kehidupan sosial
ialah terjadinya konflik sosial, konflik bisa timbul karena benturan agama, ideologi,

2[2] Sahrul, Sosiologi Islam ( medan : IAIN PRESS,2001), h.67.


politik, kesenjangan sosial, ekonomi, kesalah pahaman dan penerapan hukum yang
tidak adil. Untuk mengatasi konflik tersebut harus selalu berinteraksi dengan berbagai
lapisan masyarakat.
d) Menjalin kerja sama. Bekerja sama maksudnya ialah bekerja sama-sama untuk
mencapai tujuan bersama. Kerja sama misalnya, organisasi sosial, organisasi politik,
dan pada umumnya dalam suatu perusahaan , seorang menejer dibantu oleh para
karyawannya.
e) Faktor kekerabatan dan keagamaan. Kekerabatan terjadi karena ada hubungan darah
dan perkawinan sehingga memudahkan untuk melakukan interaksi sosial.
f) Kedekatan ; hubungan ketetanggaan atau tempat tinggal interaksi yang harmonis
tetapi juga sebaliknya yaitu terjadi konflik antara tetangga. Pada umumnya semakin
dekat jarak geografis antara dua orang maka makin tinggi tingkat interaksi, saling
bertemu, berbicara dan bersosialisasi.
g) Kesamaan ; terbentuknya kelompok sosial karena ada kesamaan di antara anggota-
angotanya. Pada umumnya faktor kesamaan itulah yang menyebabkan orang selalu
berinteraksi.
h) Faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Faktor faktor tersebut dapat bergerak
sendiri-sendiri, secara terpisah dan serentak.3[3]

C. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial.


Bentuk-bentuk Interaksi Sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan
(competition), dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian
(conflict). Suatu pertikaian mungkin mendapatkan suatu penyelesaian. Mungkin
penyelesaiaan tersebut hanya akan dapat diterima untuk sementara waktu, yang
dinamakan akomodasi (acomodation) ; dan ini kedua belah pihak belum tentu puas
sepenuhnya. Suatu keadaan dapat dianggap sebagai bentuk keempat dari interaksi
sosial.4[4]
1. Proses asosiatif
Proses asosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang dapat meningkatkan hubungan
solidaritas antara individu.
a. Kerja sama (cooperation).
Kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang utama. Kerjasama dimaksudkan
sebagai suatu usaha bersama antara perorangan atau kelompok manusia untuk

3[3] Ibid, h. 69.


4[4] Selo Soemardjan Dan Soelaeman Soemardi, Setangakai Bunga Sosiologi,
(Jakarta : Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
1964), H. 177.
mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Kerjasama ini semakin menguat apabila
ada tantangan dari luar kelompoknya. Kerjasama bisa timbul jika terjadi hal-hal
berikut.
a) Orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama.
b) Kedua belah pihak memiliki sumbangan atau konstribusi untuk memenuhi
kepentingan mereka melalui kerjasama.5[5]
b. Akomodasi (accomodation)
Akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu yang menunjuk pada suatu keadaan
dan yang menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu
keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan dalam interaksi di antara orang-orang,
yang kaitan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam
masyarakat. Sedangkan sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha
manusia untuk mencapai kestabilan. Akomodasi mempunyai tujuan sebagai berikut. 6
[6]
Mengurangi pertentangan.
Mencegah pertentangan untuk sementara.
Memungkinkan terjadinya kerjasama.
Mengusahakan peleburan antara kelompok sosial Akomodasi sebenarnya merupakan
suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan
sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.
C. Asimilasi
Asimilasi adalah penyesuaian sifat-sifat asli yang dimiliki dengan sifat-sifat sekitar.
Dalam hal prose? sosial, asimilasi berkaitan dengan peleburan perbeda-an budaya.
Proses asimilasi bisa terjadi bila terdapat hal-hal berikut
Perbedaan kebudayaan kelompok-kelompok manusia.
Terjadi pergaulan secara langsung dan intensif.
Ada perubahan kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia dan saling
menyesuaikan diri.
Beberapa faktor yang mempermudah asimilasi adalah toleransi, sikap menghargai
orang asing, sikap terbuka yang dimiliki para pemimpin, per-samaan unsur-unsur
kebudayaan, dan kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi.

2. Proses Disosiatif
Proses disosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang dapat merenggangkan hubungan
solidaritas antarindividu. Proses disosiatif meliputi persaingan, kontravensi, dan
konflik.
a. Persaingan (competition).
Persaingan adalah proses sosial dimana individu atau kelompok manusia bersaing
mencari keuntungan melalui suatu bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu
menjadi pusat perhatian umum, dengar. cara menarik perhatian publik atau mem-
pertajam prasangka yang ada, tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan. Beberapa

5[5] http://klikbelajar.com/pelajaran-sekolah/bentuk-bentuk-interaksi-sosial/ diakses tanggal


23 maret 2012
6[6] Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta : Rajawali Pers,
1990), h.68.
bentuk persaingan antara lain persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan,
persaingan kedudukan dan peranan, serta persaingan ras.
b. .Kontravensi (contravention)
Pada hakikatnya kontravensi merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada
antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi adalah sikap mental
yang tersembunyi terhadap orang-orang lain atau unsur-unsur kebudayaan olongan
tertentu, yang dapat berubah menjadi ^encian, tetapi tidak sampai pada pertentangan
pertikaian. Secara umum, bentuk kontravensi meliputi penolakan, keengganan,
perlawanan, per-buatan menghalang-halangi, protes, dan mengecewa-kan rencana
pihak lain.
c. Pertentangan/pertikaian (conflict)
inreraksi sosial dalam bentuk pertentangan atau pertikaian terjadi jika masing-masing
pihak yang sedang mengadakan interaksi, tidak menemukan kesepahaman mengenai
sesuatu, kemudian berlanjut menjadi adu kekuatan, lalu timbul adanya pertentangan
atau pertikaian. Pertentangan atau pertikaian tersebut dapat bersifat sementara atau
terus-menerus.7[7]
D. Syarat-syarat terjadinya Interaksi Sosial
Sebelum menjelaskan syarat-syarat terjadinya interaksi sosial terlebih dahulu
dijelaskan ciri-cirinya, antara lain :
1. Pelaku jumlahnya lebih dari satu orang.
2. Terjadi komunikasi antara pelaku dengan menggunakan simbol-simbol.
3. Punya dimensi waktu: masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang yang
menentukan sifat aksi yang sedang berlangsung.
4. Mempunyai tujuan-tujuan tertentu bisa sama dan bisa pula berbeda.
Menurut Soerjono Soekonto ada dua syarat terjadinya interaksi sosial, Yaitu :
Kontak Sosial (Social Contact).
Komunikasi Sosial.
Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih melalui percakapan,
dialog dan masing-masing pihak mengerti maksud dan tujuannya. Kontak sosial
terbagi dua yaitu, kontak sosial secara langsung dan kontak sosial secara tidak
langsung. Kontak secara langsung misalnya pertemuan dan dialog. Kontak tidak
langsung yaitu, dengan menggunakan peralatan seperti telepon, radio, dan surat. Atau
yang paling populer saat ini adalah melaui sms (short message).
Soerjono Soekonto menjelaskan kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk,
yaitu :
1. Antara orang-perorangan. Misalnya, anak kecil yang mempelajari kebiasaan-
kebiasaan dalam keluarganya.

7[7] Ibid, h. 633.


2. Antara orang-perorangan dalam satu keolompok manusia atau sebaliknya.
Contohnya, apabila partai politik memaksa angota-anggotanya untuk menyesuaikan
diri dengan ideologi dan program kerjanya.
3. Antara suatu kelompok manusia dengan satu kelompok manusia lainnya. Misalnya,
dua partai politik melakukan kerja sama untuk mengalahkan partai politik
saingannya.
Sedangkan komunikasi sosial adalah suatu proses saling memberikan tafsiran
kepada atau dari perilaku pihak lain. Melalui tafsiran pada perilaku pihak lain,
sesorang mewujudkan perilaku sebagai reaksi terhadap maksud atau peran yang ingin
disampaikan oleh pihak lain.8[8]
E. Tata Cara Membangun Interaksi Sosial.
Membangun interaksi sosial yang efektif tidaklah terlalu sulit dalam
kehidupan sosial. Namun, harus disadari tidak semua oarang dapat melakukan
interaksi sosial dengan baik. Untuk memudahkan kita berinteraksi sosial, ada
beberapa kiat yang bisa dilakukakan, yaitu :
1. Simpati. Maksudnya, belajar memahami dan menerima keberadaan orang lain. Tidak
merendahkan statuss sosial, tingkat ekonomi, pendidikan dan keluarganya. Artinya,
tidak boleh superior dari orang lain. Lebih menunjukkan kesederhanaan dan saling
menghargai dalam kehidupan sosial. Ada beberapa syarat untuk membangun simpati.

a. Rendah hati, maksudnya ikhlas dan tidak memposisikan diri lebih hebat dalam
lingkungan kerja dan lingkungan sosial.
b. Fleksibel, artinya supel dalam bergaul, mudah menerima dan memahami orang lain.
c. Memahami kehidupan sosial orang lain. Misalnya, tingkat ekonomi, status sosial,
pendidikan dan gaya bahasanya. Sama seperi juru dakwah sebelum menyampaikan
dakwah nya mengtahui terlebih dahuulu audiens nya maka dakwah yang akan
disampaikan bisa dimengerti orang lain.
2. Memberi manfaat. Sering kita dalam kehidupan sosial bukanlah orang yang
bermanfaat bagi orang lain. Karena faktor ketertutupan pribadi, dan selalu berfikir
negatif. Mungkin juga karena faktor pendidikan dan kekayaan maka menganggap
remeh terhadap lingkungan sosial. Dalam Islam yang ditutuntut adalah manusia yang
bermanfaat sesamanya.
3. Saling menghargai dan menghormati. Siapapun teman kita bicara, bergaul dan
berinteraksi sosial harus mengutamakan sifat mengahargai. Kita menghargai orang
lain maka oarang lain juga pasti mengahargai kita.
4. Solidaritas sosial. Ketika teman, keluarga, dan tetangga ditimpa oleh musibah maka
harus bersifat solidaritas. Ketika masyarakat ditimpa banjir, longsor, gempa bumi,

8[8] Sahrul, Op. Cit, h.71.


angin puting beliung, kebakaran rumah dan lainnya maka harus muncul sifat
solidaritas sosial. Pada masyarakat kota sifat tasamuh itu jauh lebih menipis
dibanding dengan masyarakat desa, rasa persaudaraan dan kekeluargaan masih kuat
dan dan terpelihara. Garis keterunan, geneolgi, hubungan darah dan ikatan desa
menjadi faktor pendukung terciptanya solidaritas sosial.
5. Memahami karakter agama dan budaya masyarakat. Pada masyarakat plural seperti
di Sumatra Utara kita harus menghormati agama yang dianut oleh suku-suku lain.
Terjadinya gesekan-gesekan sosial antar penganut agama belakangan ini karena
belum sepenuhnya menerapkan kerukunan antara umat beragama. Demikian pula
tentang keanekaragaman yang dianut masyarakat harus diterima bersama dan tidak
merendahkan budaya orang lain. Hal itu salah satu kekayaan bansa Indonesia.
Filosofi yang dipakai ialah Bhinneka Tunggal Ika, walaupun kita berbeda Agama,
Budaya, Suku, Bangsa tetapi harus mengutamakan kesatuan. Dalam istilah lain
bersatu dalam perbedaan.9[9]
F. Pandangan Islam Tentang Interaksi Sosial.
Dalam Islam ada tiga hubungan yang harus dilakukan yaitu hubungan kepada Allah
SWT, hubungan kepada sesama manusia dan hubungan kepada alam semesta. Ketiga
hubungan ini harus seimbang dan bersinegri. Artinya, tidak boleh fokus pada satu
bentuk hubungan saja. Misalnya, mengutamakan hubungan kepada Allah saja tetapi
hubungan sesaama manusia di abaikan. Apabila hal itu diabaikan maka tidak lah
sempurna keimanan sesorang. Hubungan kepada Allah dari sudut sosiologi disebut
dengan hubungan vertikal dan hubungan sesama manusia disebut hubungan
horizontal. Hubungan kepada sesama manusia dalam istilah sosiologi disebut dengan
interaksi sosial. Hubungan kepada alam semesta yaitu tidak dibenarkan merusak
lingkungan tetapi melestrikan dan menjaga dengan baik.
Dalam Islam, interaksi sosial berarti hubungan sosial. Bentuk hubungan yang
mencakup populer yaitu silaturrahim. Yang artinya hubungan kasih sayang.
Silaturrahim sebagai bentuk interaksi sosial banyak dilakukan umat islam pada
kegiatan majlis taklim, menyambut bulan suci ramadahan, penyambutan tahun baru
Islam, hari Raya Idhul Fitri dan hari Raya Idul Adha serta halal bi halal. Namun,
harus digaris bawahi bahwa kegiatan silaturrahim tidak hanya kegiatan itu saja. Tetapi
dalam bentuk wirid yassin, atau serikat tolong menolong juga dapat dikelompokkan
kedalam silaturrahim karena setiap kamis malam selalu antara jamaah, saling kontak,
saling bebicara dan saling berdiskusi.10[10]

9[9] Ibid, h.74.


10[10] Ibid, h.75.
Istilah yang lebih luas dari interaksi sosial yakni ukhwah Islamiyah. Artinya,
persaudaraan yang dijalin sesama muslim. Persaudaraan itu dibagi empat, yaitu :
1. Ukwah Ubudiyah yaitu ukhwah berdasarkan sama-sama hamba Allah
2. Ukhwah Al Insaniyah, artinya ukwah yang didasarkan karena sama-sama manusia
sebagai makhluk Allah yang bersumber dari seorang ayah dan ibu yaitu nabi Adam
Dan Siti Hawa.
3. Ukhwah al-Wathaniyah. Yaitu, ukhwah yang didasarkan pada negara dan kebangsaan
yang sama.
4. Ukhwan fin din Al-Islam, yaitu : ukhwah yang didasarkan karena sama-sama satu
akidah.
Dasar terbentuknya ukhwah Islamiyah, firman Allah SWT dalam Surat Al-Hujarat,
pada ayat 10, yaitu :
$ $ $ $ ) $ $$ $ $ $ $ $ $ $$ $ $ # $ $ $$ $) (#$$$ $=$ $ $ $ $ $ $$ $ $/ $
$/$$$$$$$& $ (#$$ )$ $#$$ $ !$# /$$$ =$$ $$ $$$$ $ $ $ $$$ $ $$$$
Artinya :
10. orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,
supaya kamu mendapat rahmat.
Bentuk persaudaraan yang di ajarkan oleh al-quran tidak hanya karena faktor satu
aqidah Islam. Tetapi juga disuruh juga untuk melakukan ukhwah dengan umat lain.
Menurut Ali Nurdin, Istilah yang disebut oleh al-quran untuk menjalin ukhwah
dengan umat lain tidaklah memakai ukhwah tetapi lebih tepat memakai istilah
toleransi. Toleransi maksudnya adalah tolong menolong dan saling menghargai antara
penganut agama. Tolerasnsi yang dibenarkan yaitu toleransi dalam bidang kehidupan
sosial sedangkan dalam bidang aqidah dan ibadah tidaklah dibenarkan.
G. Etika Interaksi Sosial Dalam Islam
Dalam melakukan interaksi sosial harus ada etika yang dibangun sehingga interaksi
itu tetap harmonis, kondusif dan tidak terputus. Berkaitan dengan hal tersebut, Islam
menjelaskan beberapa etika tersebut, antara lain, :
1. Tidak boleh saling memfitnah. Perbuatan fitnah itu dilarang dalam ajaran Islam
karena bertentangan dengan kenyataannya. Dalam kehidupan sosial ditemukan
beberapa bentuk fitnah, yaitu fitnah terhadap harta, anak, keluarga, dan jabatan
bahkan perilaku tersebut cukup sulit dihindari oleh sebahagian masyarakat. Dari segi
pergaulan sosial fitnah itu cukup merugikan orang lain dan dampaknya dapat
menimbulkan permusuhan, kebencian, dendam dan terputusnya hubungan
silaturrahim.
2. Tidak boleh menghina atau menghujat sesama muslim. Perilaku tersebut dewasa ini
cukup mudah ditemukan dalam kehidupan sosial. Orang begitu mudah tersinggung,
menghina, menghujat tanpa alasan yang jelas. Dampaknya, yakni sering terjadi
permusuhan, kebencian, bahkan juga pertengkaran sesama muslim yang pada
akhirnya mengganggu ukhwah islamiyah.
3. Tidak dibenarkan berburuk sangka kepada orang lain (suuzzan). Karena tetangga,
teman dan pegawai kantoran membangun rumah mewah, menduduki jabatan
terhormat, punya harta, maupun mobil sering menimbulkan buruk sangka di
masyarakat. Dalam Islam, sifat buruk sangka tidak dibenarkan dan termasuk kedalam
kategori akhlak al-mazmumah (akhlak tercela).
4. Bersikap jujur dan adil. Dalam kehidupan sosial tidak dibenarkan penuh dengan
kebohongan dan ketiadakadilan karena dapat merugikan pribadi, keluarga, masyrakat
bahkan merugikan negara. Pemimpin yang jujur dan adil akan dihormati, dicintai oleh
rakyat dan diteladani kepemimpinannya. Tetapi apabila pemimpin tidak jujur dan
tidak adil maka aka dihina masyarakat, dan tidak dihormati.
5. Bersifat tawaduk atau merendah diri. salah satu sikap yang dibangun dalam interaksi
sosial tidak dibenarkan bersifat sombong karena haratnya, jabatan dan status sosial.
6. Berakhlak mulia. Bustanuddin Agus mengatakan bahwa sesorang yang berakhlak
mulia akan mengantarkan bangsa itu menjadi baik dan dihormati dalam hubungan
intersansional. Tetapi apabila masyarakat dan bangsanya tidak berakhlak mulia maka
bangsa itu tidak dihormati dan mengalami kehancuran. Perilaku atau berakhlak
tidaklah cukup sebatas ungkapan tetapi harus dalam perilaku nyata. Berkaitan dengan
soal akhlak itu, Asmaran mengatakan berakhlak mulia merupakan azas kebahagiaan,
keselarasan, keserasian dan keseimbangan hubungan anatara sesama manusia, baik
pribadi maupun dengan lingkungannya. 11[11]

BAB III

11[11] Ibid, h.79.


PENUTUP
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi
seperti, setiap Individu dengan individu lainnya, Individu dengan kelompok.
Kelompok dengan kelompok lainnya. Soerjono Soekonto mengemukakan bahwa
interaksi sosial adalah kunci dari seluruh kehidupan sosial, oleh karena itu tanpa
adanya interaksi sosial tidak adanya kehidupan bersama.
Bentuk Interaksi sosial menurut jumlah pelakunya .
a) Interaksi antara individu dan individu.
Individu yang satu memberikan pengaruh , rangsangan \ Stimulus kepada individu
lainnya . Wujud interaksi bisa dalam dalam bentuk berjabat tangan , saling menegur ,
bercakap cakap \ mungkin bertengkar.
b) Interaksi antara individu dan kelompok kelompok.
Bentuk interaksi antara individu dengan kelompok : Misalnya : Seorang ustadz
sedang berpidato didepan orang banyak . Bentuk semacam ini menunjukkan bahwa
kepentingan individu berhadapan dengan kepentingan kelompok.
c) Interaksi antara Kelompok dan Kelompok.
Bentuk interaksi seperti ini berhubungan dengan kepentingan individu dalam
kelompok lain . Contoh : Satu Kesebelasan Sepak Bola bertanding melawan
kesebelasan lain .
Bentuk-bentuk Interaksi Sosial dapat berupa kerja sama (cooperation),
persaingan (competition), dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau
pertikaian (conflict). Suatu pertikaian mungkin mendapatkan suatu penyelesaian.
Mungkin penyelesaiaan tersebut hanya akan dapat diterima untuk sementara waktu,
yang dinamakan akomodasi (acomodation)

REFERENSI
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta : Rajawali Pers), 2009
Sahrul, Sosiologi Islam (Medan: Perdana Mulya Sarana), 2011
Selo Soemardjan Dan Soelaeman Soemardi, Setangakai Bunga Sosiologi, (Jakarta :
Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia) 1964
http://klikbelajar.com/pelajaran-sekolah/bentuk-bentuk-interaksi-sosial/ diakses
tanggal 23 maret 2012.

You might also like