You are on page 1of 3

Hubungan benban kerja dengan tingkat ketergantungan pasien

Beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu
jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma
waktu. Pengertian beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang
harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka
waktu tertentu. Menurut Marquis & Houston (2000, dalam Anwar, 2013),
mendefenisikan bahwa beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktivitas
yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di suatu unit pelayanan
keperawatan. Menurut Anwar (2013), beban kerja bisa bersifat kuantitatif bila
yang dihitung berdasarkan banyaknya/jumlah tindakan keperawatan yang
diberikan untuk memenuhi kebutuhan pasien. Beban kerja bersifat kualitatif bila
pekerjaan keperawatan menjadi tanggung jawab yang harus dilaksanakan sebaik
mungkin/profesional. Menurut Carayon & Gurses (2005), bila beban kerja terlalu
tinggi maka akan menyebabkan komunikasi yang buruk antara perawat dan
pasien, kegagalan kolaborasi perawat dan dokter, tingginya drop out perawat/turn
over, dan rasa ketidakpuasan kerja perawat.

Giilies (1996, dalam Anwar, 2013) berpendapat bahwa untuk mengetahui


beban kerja, maka para manajer keperawatan harus mengerti tentang jumlah
pasien tiap hari/bulan/tahun, tingkat ketergantungan, rata-rata hari perawatan,
jenis tindakan keperawatan, dan frekuensi tiap tindakan serta rata rata waktu yang
dibutuhkan setiap tindakan. Beban kerja merupakan cerminan dari tindakan
keperawatan yang mampu dilaksanakan secara kuantitas dan kualitas oleh seorang
perawat terhadap seseorang atau sekelompok pasien yang menjadi tanggung
jawabnya. Pertanyaan rutin yang sering muncul adalah pasien yang mana dan
dirawat oleh perawat 9 yang mana, berapa banyak pasien yang dapat dirawat,
apakah beban kerja perawat maksimal atau optimal. Menurut Anwar (2013),
beban kerja perawat tiap waktu akan berubah. Perubahan ini dapat disebabkan
oleh faktor internal (jumlah pasien dalam ruang rawat inap) atau faktor eksternal
(di luar rumah sakit). Faktor internal lebih mudah diatasi daripada faktor luar. Hal
ini disebabkan karena faktor luar tidak bisa dikendalikan oleh pihak manajemen
rumah sakit sendiri melainkan memerlukan bantuan pihak luar. Secara umum
faktor-faktor internal yang mempengaruhi beban kerja perawat salah satunya
adalah tingkat ketergantungan pasien. Tingkat ketergantungan menjadi penentu
beban kerja seorang perawat. Apabila seorang pasien memiliki ketergantungan
minimal care maka cenderung pasien tersebut tidak teralalu membutuhkan
bantuan perawat karena pasien tersebut bisa secara mandiri memenuhhi
kebutuhannya seperti mandi sendiri, maka sendiri dan sebagainya . Sementara
tingkat ketergantungan pasien yang tinggi seperti total care artinya pasien tersebut
membutuhkan bantuan perawat yang lebih banyak karena pasien total care
cenderung tidak bisa secara mandiri melakukan sesuatu. Akibatnya, yaitu
membuat beban kerja perawat meningkat karena harus memenuhi kebutuhan
pasien tersebut yang mebutuhkan bantuan perawat sepenuhnya seperti pada pasien
yang tidak bisa berjalan dan hanya bisa berbaring di tempat tidur.

Oleh karena itu dapat disimbulkan bahwa dengan semakin tinggi


ketergantungan pasien maka akan semakin tinggi pula tindakan keperawatan yang
harus dilakukan kepada pasien sehingga dapat meningkatkan beban kerja seorang
perawat dan akhirmya akan berpengaruh juga dengan kepuasan kerja dari perawat
itu sendiri.

KLASIFIKASI TINGKAT KETERGANTUNGAN KLIEN (BERDASARKAN


TEORI OREM : SELF CARE)

No. KLASIFIKASI DAN KRITERIA YA TIDAK KET


I. MINIMAL CARE
1. Pasien bisa mandiri/hampir tidak memerlukan bantuan :
1. Mampu naik turun tempat tidur.
2. Mampu ambulasi dan berjalan sendiri.
3. Mampu makan dan minum sendiri.
4. Mampu mandi sendiri/mandi sebagian dengan bantuan.
5. Mampu membersihkan mulut ( sikat gigi sendiri ).
6. Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan.
7. Mampu BAB dan BAK dengan sedikit bantuan.
2. Status psikologis stabil
3. Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik.
4. Operasi ringan.
II. PARTIAL CARE
1. Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian:
1. Membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik-turun tempat tidur.
2. Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/berjalan.
3. Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan.
4. Membutuhkan bantuan untuk makan ( disuap ).
5. Membutuhkan bantuan dalam membersihkan mulut.
6. Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan.
7. Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK ( tempat tidur /
kamar mandi ).
2. Pascaoperasi minor ( 24 jam ).
3. Melewati fase akut dari pascaoperasi mayor.
4. Fase awal dari penyembuhan.
5. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam.
6. Gangguan operasional ringan.
III. TOTAL CARE
1. Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan
memerlukan waktu perawat yang lebih lama.
1. Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat
tidur ke kereta dorong/kursi roda.
2. Membutuhkan latihan pasif.
3. Kebutuhan nutrisi dan cairan di penuhi melalui intravena
(infus) atau NG Tube (sonde).
4. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut.
5. Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan.
6. Dimandikan perawat / keluarga.
7. Dalam keadaan inkontinensia, pasien menggunakan kateter.
2. Setelah 24 jam pascaoperasi mayor.
3. Pasien dalam keadaan tidak sadar.
4. Keadaan pasien tidak stabil.
5. Observasi TTV setiap kurang 2 jam.
6. Perawatan luka bakar.
7. Perawatan kolostomi.
8. Menggunakan alat bantu pernafasan.
9. Menggunakan WSD.
10. Irigasi kandung kemih secara terus menerus.
11. Menggunakan alat traksi ( skeletal traksi ).
12. Fraktur atau pasca operasi tulang belakang/leher.
13. Gangguan emosional berat, bingung disorientasi.

DAFTAR PUSTAKA
Hunger, J. David & Thomas L. Wheelen. 2003. Manajemen
Strategis. Edisi I. Yogyakarta : Penerbit ANDI.
Kurnaidi, Anwar. SKp, M.Kep. 2013. Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya.
Teori, Konsep dan Aplikasi. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Indonesia.

You might also like