Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Appendiks disebut juga dengan umbai cacing. Istilah usus buntu yang
dikenal di masyarakat awam sesungguhnya kurang tepat karena usus buntu yang
sebenarnya adalah sekum. Organ yang tidak di ketahui fungsinya ini sering
menimbulkan masalah kesehatan. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik
laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia antara
10 30 tahun.
Apendicitis akut merupakan salah satu kasus tersering dalam bidang bedah
abdomen. Paling sering pada dekade kedua dan ketiga , sejajar dengan jumlah
jaringan limfoid pada apendiks. Rasio pria : wanita adalah 2:1 antara 15-25 tahun,
tetapi selanjutnya 1:1. Insiden telah menurun dalam beberapa dekade terakhir. Rata-
rata 7% populasi di dunia menderita appendisitis dalam hidupnya. Selain itu, juga di
laporkan hasil survei angka appendicitis, dimana terdapat 11 kasus appendicitis
pada setiap 1000 orang di amerika. Menurut WHO (world health organization),
insiden appendicitis di asia pada tahun 2004 adalah 4,8% penduduk dari total
populasi. Menurut departemen kesehatan RI di Indonesia pada tahun 2006,
appendicitis menduduki urutan keempat penyakit terbanyak setelah dyspepsia,
gastritis, duodenitis dengan jumlah pasien rawat inap sebanyak 28.040 pasien. Selain
itu, pada tahun 2008, insidensi apendicitis di Indonesia menempati urutan tertinggi
diantara kasus kegawatan abdomen lainnya.
Appendicitis akut sebenarnya lebih dari masalah penyakit tunggal. Dalam
bentuk tanda dan gejala fisik, appendicitis merupakan suatu penyakit prototype yang
berlanjut melalui peradangan, obstruksi dan iskemia dalam jangka waktu yang
bervariasi. Gejala pasien mencerminkan keadaan proses penyakit dalam perjalanan
waktu penyakit. Peradangan akut appendiks memerlukan tindakan bedah segera
untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya.
Berdasarkan latar belakang, maka penulis akan membawakan laporan kasus
tentang appendicitis akut di Rumah Sakit Abepura.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Appendicitis merupakan ujung jari seperti jari yang kecil panjangnya kira-
kira 10 cm melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks berisi
makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena
pengosongan tidak efektif dan lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi
sumbatan dan rentan terhadap infeksi.
2
2.2 Anatomi Colon dan Appendiks Vermiformis
a. Colon
Colon atau usus besar yang panjangnya kira-kira satu setengah meter adalah
sambungan dari usus halus dan mulai di katup ileokolik atau ileoseka, yaitu tempat
sisa makanan yang lewat, dimana normalnya katup ini tertutup dan akan terbuka
untuk merespon gelombang peristaltik dan menyebabkan defekasi atau pembuangan.
Usus besar terdiri atas empat lapisan dinding yang sama seperti usus halus. Serabut
longitudinal pada dinding berotot tersusun dalam tiga jalur yang memiliki bentuk
seperti berkerut-kerut dan lubang-lubang.
Dinding mukosa lebih halus dari yang ada pada usus halus dan tidak
memiliki villi. Didalamnya terdapat kelenjar serupa dengan kelenjar tubuler dalam
usus dan dilapisi oleh epithelium silinder yang memuat sela seperti cangkir.
Usus besar terdiri dari:
2. Colon adalah bagian usus besar, mulai dari sekum sampai rectum.
Colon memiliki tiga bagian, yaitu:
3
Gambar 2. Colon (usus besar)
b. Appendiks.
4
Namun demikian pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada
pangkalnya dan menyempit kearah ujungnya. Persarafan parasimpatis pada
apendiks berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti arteri mesentrika superior
dan arteri apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari nervus
thorakalis.X oleh karena itu, nyeri viseral pada apendicitis bermula disekitar
umbilikus. Pendarahan apendiks berasal dari arteri apendikularis yang merupakan
arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena trombosis pada
infeksi, apendiks akan mengalami gangren.
2.4 Etiologi
5
2.5 Klasifikasi Apendicitis
1. Apendicitis akut.
Apendicitis akut sering dengan gejala khas yang di dasari oleh radang
mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak
disertai rangsang peritoneum lokal. Gejala apendicitis akut adalah nyeri samar-samar
dan tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah epigastrium disekitar umbilikus.
Keluhan ini sering disertai mual dan kadang muntah. Umumnya nafsu makan
menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke titik Mc.Burney. Disini
nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri
somatik setempat.
2. Apendicitis kronis.
6
2.6 Patofisiologi
Apendicitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh
terjadinya peradangan mendadak pada umbai cacing yang memberikan tanda
setempat, baik disertai maupun tidak disertai dengan rangsang peritoneum local.
Gejala klasik apendicitis ialah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri
viseral di daerah epigastrium disekitar umbilikus yaitu dengan gejala anoreksia
(hampir semuanya mengalami), yang diikuti dengan nyeri periumbilikal konstan
derajat sedang dengan pergeseran dalam 4-6 jam menjadi nyeri tajam pada kuadran
kanan bawah. Posisi ujung apendiks yang bervariasi atau malrotasi, memungkinkan
variabilitas dari lokasi nyeri. Keluhan ini sering disertai mual dan kadang ada
muntah bersamaan dengan obstipasi atau diare, terutama pada anak-anak. Umumnya
nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam, nyeri akan berpindah ke kanan bawah
7
ke titik Mc-Burney. Disini, nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya
sehingga merupakan nyeri somatik setempat. Kadang tidak ada nyeri epigastrium,
tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar.
Tindakan itu dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi.
Bila terdapat perangsangan peritoneum, biasanya pasien mengeluh sakit
perut bila berjalan atau batuk. Bila apendiks terletak retrosekal retroperitoneal, tanda
nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tanda rangsangan peritoneal karena
apendiks terlindungi oleh sekum. Rasa nyeri lebih kearah perut sisi kanan atau nyeri
timbul saat berjalan karena kontraksi otot psoas mayor yang menegang dari dorsal.
Radang pada apendiks yang terletak di rongga pelvis dapat menimbulkan gejala dan
tanda rangsangan sigmoid atau rektum sehingga gerakan peristaltik meningkat dan
pengosongan rektum menjadi lebih cepat serta berulang. Jika apendiks tadi
menempel ke kandung kemih, dapat terjadi peningkatan frekuensi kencing akibat
rangsangan apendiks terhadap dinding kandung kemih. Gejala Apendicitis akut pada
anak tidak spesifik. Pada awalnya, anak sering hanya menunjukkan gejala rewel dan
tidak mau makan. Pemeriksaan fisik akan mendapatkan anak yang tiba-tiba
mengalami sakit, wajah tampak pucat, agak sulit berjalan dan tungkai kanan terlihat
fleksi pada saat tiduran, bibir terlihat kering, pipi kemerahan, anak mengalami
demam dengan suhu axilla diatas 38o C, tetapi jika suhu tinggi perlu dibedakan
antara apendicitis perforasi dengan kemungkinan penyebab lain. Anak sering tidak
bisa menggambarkan rasa nyerinya, beberapa jam kemudian anak akan muntah
sehingga menjadi lemah dan letargis. Karena gejala khas tadi apendicitis sering baru
diketahui setelah menjadi perforasi. Pada bayi, 80-90% apendisitis baru diketahui
setelah terjadi perforasi. Pada orang usia lanjut, gejalanya samar-samar saja sehingga
lebih dari separuh penderita baru dapat didiagnosis setelah perforasi. Tanda-tanda
vital memperlihatkan takikardi ringan atau kenaikan temperature suhu badan 1oC.
8
perforasi. Bisa terdapat perbedaan suhu aksilar dan rektal sampai l oC. Inspeksi
langsung abdomen biasanya tak jelas, kernbung sering terlihat pada penderita
dengan komplikasi perforasi. Penonjolan perut kanan bawah bisa di lihat pada massa
atau abses peri apendikuler, serta auskultasi atau perkusi tidak sangat bermanfaat
dalam pemeriksaan apendisitis. Palpasi seharusnya dimulai pada kuadran kiri bawah,
yang dilanjutkan ke kuadran kiri atas, kuadran kanan atas dan diakhiri dengan
pemeriksaan kuadran kanan bawah. Kadang-kadang pada apendisitis yang lanjut
dapat dideteksi suatu masaa.
Pemeriksaan palpasi abdomen ditemukan titik nyeri daerah "Mc-Burney's"
terutama pada apendisitis akut. Spasme otot-otot abdomen kuadran kanan bawah
terjadi karena iritasi pertoneum dibawahnya, kadang disertai dengan tanda-tanda
"rebound tenderness regiditas" dinding abdomen muncul jika telah terjadi perforasi
apendiks. Pada palpasi didapatkan nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa
disertai nyeri lepas. Defans muskuler menunjukkan adanya rangsangan peritoneum
parietale. Nyeri tekan perut kanan bawah ini merupakan kunci diagnosis. Pada
penekanan perut kiri bawah, akan dirasakan nyeri di perut kanan bawah yang disebut
Rovsing sign. Pada apendisitis retrosekal atau retroileal, diperlukan palpasi dalam
untuk menentukan adanya rasa nyeri (tampak pada gambar yang diatas). Obturator
dan psoas-sign sebagai petunjuk lain terdapat proses keradangan didaerah posterior
lokasi apendiks namun jarang ditemukan pada anak-anak. Peristaltik usus sering
normal, tetapi juga dapat menghilang akibat adanya ileus paralitik pada pertonitis
generalisata yang disebabkan oleh apendisitis perforata. Pemeriksaan colok dubur
menyebabkan nyeri bila daerah infeksi dapat dicapai dengan jari telunjuk misalnya
pada apendisitis pelvika.
Gambar 5.
(Pemeriksaan colok dubur
pada orang dewasa)
1. Rongga peritoneum, 2.
Peritoneum parietale, 3. Sekum,
4. Apendiks (Appendicitis akut)
9
Pada apendiks pelvika, tanda perut sering meragukan, maka kunci diagnosis
adalah nyeri terbatas sewaktu dilakukan colok dubur. Pemeriksaan uji psoas dan uji
obturator merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak
apendiks.
Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperekstensi sendi
panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan.
Bila apendiks yang meradang menempel di otot psoas mayor, tindakan tersebut akan
menimbulkan nyeri.
Uji obturator digunakan untuk melihat bilamana apendiks yang meradang
bersentuhan dengan otot obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil.
Gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang akan
menimbulkan nyeri pada appendiks pelvika.
10
Gambar 6. Sign of appendicitis.
11
Sistem skor dibuat untuk meningkatkan cara mendiagnosis apendicitis.
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Urinalisis
Perlu diperiksa jika terdapat gejala klinis yang sulit dibedakan dengan infeksi
saluran kencing. Umumnya hasil pemeriksaan urin normal pada apendicitis, pada
beberapa kasus appendicitis dapat di temukan sel darah merah atau sel darah putih
pada sedimen.
12
1) Foto Polos Abdomen
Akan memperlihatkan gambaran massa efect akibat hilangnya
gambaran gas di daerah abdomen kanan bawah, ditemukan pada 10% kasus
dapat terlihat gambaran fekhalit (feses yang mengeras) sebagai penyebab
sumbatan obstruksi lumen apendiks.
2) Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) telah banyak digunakan untuk diagnosis
apendicitis akut maupun apendicitis dengan abses, ultrasonografi sangat
bermanfaat terutama bagi wanita hamil dan anak-anak, tingkat
keakuratannya paling tinggi (93-98%), tetapi sulit dilakukan pada orang
dewasa karena jumlah lemak dan gas paling banyak sehingga apendiks sulit
terlihat. Untuk dapat mendiagnosis apendicitis akut diperlukan keahlian,
ketelitian, dan sedikit penekanan transuder pada abdomen. Akurasi
penggunaan USG ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan kemampuan
pemeriksa. Pada pemeriksaan apendicitis dengan menggunakan USG
ditemukan fekalit, udara intralumen, penebalan dinding apendiks dan adanya
pengumpulan cairan. Apabila apendiks mengalami perforasi akan sulit untuk
dinilai, hanya apabila cukup udara maka abses apendiks dapat di identifikasi.
4) Laparaskopi Diagnostik
Laparaskopi mulai ada sejak abad ke-20, namun penggunaannya
untuk kelainan intraabdominal baru berkembang sejak tahun 1970-an.
Dibidang bedah, laparaskopi dapat digunakan sebagai alat diagnosis dan
terapi, disamping dapat mendiagnosis appendicitis secara langsung,
13
laparaskopi juga dapat digunakan sebagai alat diagnosis dan terapi,
laparaskopi juga dapat di gunakan untuk melihat keadaan organ
intraabdoomen lainnya. Hal ini sangat bermanfaat terutama pada pasien
wanita, pasien obesitas. Pada apendicitis akut, laparaskopi diagnostik biasa
dilanjutkan dengan apendektomi laparaskopi.
Diagnosis praoperasi dari apendicitis akut harus 85% akurat, tergantung pada
lokasi dari apendiks, lama gejala, usia serta jenis kelamin pasien. Pasien bisa dibagi
ke dalam 3 kelompok usia, yaitu;
Karena apendicitis jarang diderita oleh kelompok usia lebih muda, maka
sering dianggap sebagai suatu penyakit yang lebih serius. Pada keadaan tertentu,
beberapa penyakit perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis banding, yaitu;
a. Gastroenteritis
Umumnya etiologinya adalah virus, berkaitan dengan diare, kram,
dan relaksasi antara gelombang hiperperistaltik. Gastroenteritis salmonella
timbul dari memakan makanan yang terkontaminasi. Infeksi
Salmonella.thyphosa jarang, ditandai oleh ruam, bradikardi yang tidak
sesuai, lekopenia, dan kultur feses yang positif. Pada gastroenteritis, terdapat
mual, muntah, dan diare didahului dengan rasa nyeri pada perut. Sifat
nyerinya lebih ringan dan tidak tegas. Panas dan leukositosis kurang
menonjol dibandingkan dengan apendicitis akut.
b. Demam Dengue
Demam dengue dapat diawali dengan nyeri perut mirip peritonitis.
Pada penyakit ini, didapatkan hasil tes positif untuk Rumple Leed,
trombositopenia dan peningkatan hematokrit.
14
c. Limfadenitis Mesenterika
Biasanya didahului oleh enteritis atau gastroenteritis, ditandai dengan
nyeri perut, terutama perut sebelah kanan, serta perasaan mual dan nyeri
tekan perut yang sifatnya samar-samar, terutama perut sebelah kanan.
d. Batu Ureter
Hematuria dan nyeri alih ke skrotum atau labia. Diagnosis pasti
dengan pemeriksaan Pielografi.
e. Kelainan Ovulasi
Folikel ovarium yang pecah pada ovulasi dapat menimbulkan nyeri
pada perut kanan bawah di tengah siklus menstruasi. Pada anamnesis, nyeri
yang sama pernah timbul terlebih dahulu. Tidak ada tanda radang dan nyeri
biasa hilang dalam waktu 24 jam, tetapi mungkin dapat mengganggu selama
2 hari.
f. Infeksi Panggul
Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendicitis akut.
Suhu biasanya lebih tinggi daripada apendicitis dan nyeri perut bagian bawah
serta perut lebih difus. Infeksi panggul pada wanita biasanya disertai
keputihan dan infeksi urin. Pada colok vagina, akan timbul nyeri hebat di
panggul jika uterus diayunkan. Pada gadis dapat dilakukan colok dubur jika
perlu untuk dianosis banding.
h. Endometriosis Eksterna
Endometrium di luar rahim akan menimbulkan nyeri di tempat
endometriosis berada dan darah menstruasi terkumpul di tempat itu karena
tidak ada jalan keluar.
15
i. Infeksi Traktus Urinarius
Nyeri tekan sudut kostovertebral kanan dan ada bakteriuria.
j. Penyakit Ginekologi
Penyakit peradangan pelvis, biasanya bilateral, berkaitan dengan
nyeri pelvis bawah dan nyeri bila serviks digerakkan, terjadi perimenstruasi
pulasan gram dari sekret vagina sering kali memperlihatkan diplokokigram
negatif. Ruptur folikel de Graaf menyerupai apendicitis dengan tumpahan
darah dan cairan cukup banyak ke dalam pelvis, terjadi pada saat kehamilan
ektopik terganggu ada massa ovulasi. Tuba ovarium dan hipovolemia pada
kuldosentesis didapatkan darah yang tidak membeku.
k. Cholelitiasis
Penyakit akibat sumbatan duktus sistikus oleh batu yang terjebak di
dalam kantong hartmann. Kolelitiasis tanpa batu empedu di sebut kolesistitis
akalkulosa di dapatkan paska bedah. Keluhan utama nyeri akut di perut
kuadran kanan atas, yang kadang-kadang menjalar kebelakang di daerah
scapula.
Biasanya di temukan riwayat serangan kolik masa lalu, yang pada
mulanya sulit dibedakan dengan nyeri kolik sekarang. Nyeri menetap dan
disertai tanda rangsangan peritoneal berupa nyeri tekan, nyeri lepas dan
defans muscular otot dinding perut. Kadang kandung empedu yang
membesar dapat di raba, hampir seluruh penderita nyeri disertai mual,
muntah. Suhu badan 38oC. Jika terdapat demam menggigil curiga adanya
komplikasi. Pada pemeriksaan laboratorium, leukosit meningkat atau dalam
batas normal.
2.12 Komplikasi
16
1. Massa Periapendikuler
Massa appendiks terjadi bila apendicitis gangrenosa atau
mikroperforasi ditutupi atau dibungkus oleh omentum dan atau lekuk usus
halus. Pada masa periapendikuler dengan pembentukkan dinding yang belum
sempurna dapat terjadi penyebaran pus ke seluruh rongga peritoneum.
2. Appendicitis perforasi
Adanya fekhalit di dalam lumen, usia (orang tua atau anak kecil), dan
keterlambatan diagnosis. Insiden tinggi pada anak disebabkan oleh dinding
appendiks yang masih tipis, anak kurang komunikatif sehingga
memperpanjang waktu diagnosis, dan proses pendindingan kurang sempurna
akibat perforasi yang berlangsung cepat dan omentum anak belum
berkembang.
3. Ruptura
Terjadi setelah obstruksi terus-menerus dari lumen, yang
menimbulkan gangren distal dari oklusi. Biasanya terjadi di distal dari
fekhalit.
4. Peritonitis
Penyebaran pada peritonitis memungkinkan kontaminasi dalam
kantong (cul-de-sac) pelvis atau rongga subhepatik kanan melalui usus
kanan.
5. Pileplebitis
Pileplebitis (tromboflebitis septik dari sistem vena porta yang
ascendens) timbul dengan demam tinggi, menggigil, nyeri hepatik, dan
ikterus. Emboli septik menimbulkan abses piogenik multiple.
2.13 Penatalaksanaan
17
1. Non Bedah
a. Batasi diet dengan makan sedikit dan sering (4-6 kali sehari).
b. Minum cairan adekuat pada saat makan untuk membantu proses
pencernaan makanan.
c. Makan perlahan dan mengunyah sempurna untuk saliva saat menambah
makanan.
d. Hindari makan makanan bersuhu ekstrim, pedas, berlemak, beralkohol,
kopi, coklat dan jus jeruk.
e. Hindari makan dan minum 3 jam sebelum istirahat untuk mencegah
masalah refluks nonturnal.
f. Tinggikan kepala saat tidur 6-8 inci untuk mencegah refluks nonturnal.
g. Turunkan berat badan bila kegemukan untuk merunkan gradien tekanan
gastroesofagus.
h. Hindari tembakan, salisilat, dan fenibutazon yang dapat memperberat
esofagitis.
18
Patogen dalam apendicitis akut adalah flora kolon campuran, baik aerob
maupun anaerob, seperti Bacteroides fagilis yang membutuhkan antibiotik.
Klindamisin ditambah aminoglikosida dan sefalosporin generasi kedua merupakan
paduan yang popular.
2. Pembedahan
Bila diagnosa klinis sudah jelas, tindakan paling tepat dan merupakan satu-
satunya pilihan yang baik adalah apendektomi. Apendicitis umumnya ditangani
dengan membuang appendiks jika appendiks di operasi, ditemukan adanya
appendicitis, biasanya dokter menyarankan untuk melakukan pembedahan tanpa
diagnosa lebih lanjut. Pembedahan yang dilakukan segera dapat menurunkan
kemungkinan apendiks lebih parah. Apendektomi adalah operasi pemotongan
appendiks yang mengalami radang atau infeksi. Menurut Krob dikutip dari Warnetty
(2012), tatalaksana pada kasus apendicitis tanpa komplikasi adalah apendektomi.
Apendektomi dibagi menjadi 2 yaitu secara laparatomi (metode konvensional) dan
laparaskopi. Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan appendicitis maka
tindakan yang dilakukan adalah operasi membuang appendiks (appendektomi).
Penundaan appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses
dan perforasi. Pada abses appendiks dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).
a. Appendektomi Konvensional
19
b. Appendektomi Laparaskopi
20
2.14 Prognosis
Mortalitas adalah 0,1% jika appediks tidak pecah, dan 15% jika pecah pada
orang tua. Kematian biasanya dari sepsis, emboli paru, atau aspirasi. Prognosis
membaik dengan diagnosis dini sebelum ruptur dan antibiotik yang lebih baik.
Morbiditas meningkat dengan ruptur dan usia tua. Komplikasi dini adalah septik.
Infeksi luka membutuhkan pembukaan kembali insisi kulit yang merupakan
predisposisi terjadinya robekan lebih jarang terjadi dengan insisi pemisahan otot.
Abses intraabdomen dapat terjadi dari kontaminasi peritonealis setelah gangren dan
perforasi. Fistula fekalis timbul dari nekrosis suatu bagian dari sekum oleh abses
atau konstriksi dari jahitan kantong atau dari pengikatan yang tergelincir. Obstruksi
usus dapat terjadi dengan abses lokulasi dan pembentukan adhesi. Komplikasi lanjut
mencakup pembentukan adhesi dengan obstruksi mekanis dan hernia.
21
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas
Nama : Tn. MS
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Umur : 65 tahun
Status Marital : Sudah Menikah
Alamat : Jln. Pipa Air Uncen atas Waena
Agama : Kristen Katolik
Suku/Bangsa : Kupang/ Indonesia
Pekerjaan : Swasta
MRS : 14 Januari 2016
Berat badan : 58 kg
3.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama
Nyeri pada perut kanan sejak kurang lebih 5 hari yang lalu.
22
mendapatkan obat paracetamol, cefadroxil, dan asam mefenamat. Namun
tidak ada perubahan, oleh karena itu pasien kembali lagi berobat ke dokter
praktek yang sama dan pasien meminta untuk dibuatkan surat rujukan untuk
berobat ke poli bedah RS Abepura.
1. Status Generalis
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), udem palpebra (-/-)
Hidung : sinistra = dextra : tidak ada secret/bau/perdarahan
Telinga : sinistra = dextra : tidak ada secret/bau/perdarahan
Mulut : bibir tidak sianosis, tidak ada pigmentasi, mukosa tidak pucat
c. Thoraks
Inspeksi : simetris, tidak ada retraksi
Auskultasi : vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), wheezing (-/-), S1S2 tunggal
Palpasi : Vocal fremitus raba normal, Nyeri Tekan (-)
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
23
d. Abdomen
Inspeksi : Cembung
Auskultasi : bising (+) usus menurun melemah
Palpasi : supel pada perut kiri, Nyeri tekan perut kanan bawah ke kanan
atas (+), lien/hepar tidak teraba, tidak dapat di evaluasi karena
nyeri. Nyeri tekan pada titik Mc-Burney (+)
[ Rovsing sign: +, Psoas sign: +, Obturator sign: +, rebound tenderness (+) ]
Perkusi : thimpani
f. Alvarado score
Alvarado Score:
A: appendicitis point pain 2
L: leukositosis (> 10.000) 2
V: vomiting 1
A: anoreksia 1
R: rebound tenderness fenomena 1
A: abdominal migrate pain 1
D: degree of celcius ( > 37,5 derajat celcius) 1
O: observation of homogram (segmen >72%) 1
TOTAL 10
Interpretasi :
1-4 bukan appendicitis
5-6 curiga appendicitis
7-10 appendicitis akut
24
Hematokrit : 45%
Trombosit : 342.000/mm3
DDR : Negatif
Pemeriksaan radiologis colon in loop, foto thorax dan hasil USG abdomen
( Tanggal 19 Januari 2016 )
25
( Gambar USG Klinis sakit pada perut kanan bawah )
26
Kesimpulan: Titik Mc-Burney: Ukuran Diameter App. 1 cm, fases collection (-)
Menyokong appendicitis , Cholesistitis , Bayang-bayang infiltrat
3.5 Resume
27
tenderness (+), obturator sign (+), psoas sign (+), perkusi nyeri ketuk (+), thimpani
(+). Pada pemeriksaan laboratorium hasil darah berupa leukosit 11.800 sel/mm dari
hasil USG memberikan kesimpulan: titik Mc.Burney: ukuran diameter App. 1 cm,
fases collection (-), Menyokong appendicitis, Cholesistitis, ada bayang-bayang
infiltrat, dan hasil Alvarado score = 10.
1. Gastroenteritis
2. Cholecistitis
3. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
3.8 Penatalaksanaan
28
29
30
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pasien ini di diagnosa abdominal pain ec. Susp. Appendicitis akut berdasarkan
anamnesa dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang.
Berdasarkan anamnesa didapatkan Nyeri perut kanan kurang lebih sejak 5 hari yang
lalu, nyeri tertusuk tusuk di perut kanan atas hingga perut kanan bawah dan kadang hilang
timbul, beraktifitas semakin bertambah sakit, sering jalan membungkuk, pasien ini tidur
membungkuk, perut terasa kembung, nafsu makan menurun, mual (+) muntah (+) 4 kali, lemas
(+), demam tinggi (+), konstipasi (+) 3 bulan terakhir, diare (+). Dari anamnesa diatas hal ini
sesuai dengan teori bahwa gejala klinis apendisitis adalah nyeri samar-samar pada perut kanan
atas epigastrium dan hingga nyeri kanan bawah pre-umbilical, rasa sakit menjadi terus-menerus
dan lebih tajam serta lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat,
akibatnya pasien menemukan gerakan tidak nyaman dan ingin berbaring diam atau jalan
membungkuk menahan sakit (aktifitas tidak terganggu), hal ini karena terdapat rangsangan
peritoneum, biasanya penderita mengeluh sakit perut bila berjalan atau batuk. Nyeri perut juga
di sertai mual dan muntah satu atau lebih episode serta adanya gangguan pencernaan, tidak
lancar buang air besar. Umumnya nafsu makan akan menurun, terkadang apendisitis juga
disertai dengan demam sekitar 37,5-38,5oC.
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan suhu badan 38,5oC dan pada pemeriksaan
abdomen di dapatkan: auskultasi, BU (+) tapi melemah, palpasi: supel pada perut sebelah kiri,
nyeri tekan (+) pada perut sebelah kanan, nyeri lepas (+), lien tidak teraba, hepar sukar
dievaluasi. nyeri tekan pada titik Mc.Burney (+), nyeri lepas (+), rebound tenderness (+),
obturator sign (+), psoas sign (+), perkusi nyeri ketuk (+), thimpani (+) dan pada penilaian
Alvarado di dapatkan nilai 10. Ini sesuai dengan teori bahwa pada pemeriksaan fisik
appendisitis untuk suhu tubuh didapatkan demam derajat rendah sekitar 37,5-38,5oC. Dan pada
pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan pada titik Mc.Burney, Rebound tenderness (nyeri
lepas) yaitu rasa nyeri yang hebat di perut kanan bawah saat tekanan tiba-tiba dilepas. Rovsing
sign positif, pada penekanan perut sebelah kiri, maka nyeri dirasakan pada sebelah kanan. Psoas
sign positif, cara memeriksa ada dua cara: aktif: posisi pasien terlentang tungkai kanan lurus
buana pemeriksa, pasien memfleksikan artikulatio koksa kanan sehingga timbul nyeri perut
kanan bawah. Pasif: posisi pasien miring ke kiri, paha kanan di hiperekstensikan pemeriksa,
31
terjadi nyeri kanan bawah. Obsturator sign positif, poisisi pasien terlentang, lutut difleksikan
kemudian di rotasikan kearah dalam dan luar secara pasif maka dinyatakan positif bila terdapat
nyeri. Hal tersebut menandakan terjadinya peradangan apendiks pada daerah hipogastrium dan
pada penilaian Alvarado score didapatkan:
Alvarado Score:
A: appendicitis point pain 2
L: leukositosis (> 10.000) 2
V: vomiting 1
A: anoreksia 1
R: rebound tenderness fenomena 1
A: abdominal migrate pain 1
D: degree of celcius (> 37,5 derajat celcius) 1
O: observation of homogram (segmen >72%) 1
TOTAL 10
Interpretasi :
1-4 bukan appendicitis
5-6 curiga appendicitis
7-10 appendicitis akut
- Menyokong appendicitis
- Cholesistitis
- Bayang-bayang infiltrat
Pada pemeriksaan laboratorium sesuai dengan teori yaitu pada kebanyakan kasus
terdapat leukositosis, terlebih pada kasus dengan komplikasi berupa perforasi. Terjadinya
appendicitis akut dan adanya perubahan dinding apendiks vermiformis beroperasi signifikan
berhubungan dengan meningkatnya jangka waktu leukosit darah, leukositosis ringan, mulai dari
11.000 -15.000 sel / mm, biasanya terdapat pada pasien appendicitis akut. Apabila jangka waktu
leukosit darah meningkat lebih dari 20.000 sel/mms menyebabkan kemungkinan terjadinya
32
komplikasi berupa perforasi. Pada ultrasonografi (USG) berguna dalam memberikan
diferensiasi penyebab nyeri perut abdomen akut ginekologi, misalnya mendeteksi massa
ovarium. Ultrasonografi juga dapat membantu dalam mendiagnosis appendicitis perforasi
dengan adanya abses.
Diagnosa banding pada pasien ini adalah gastroenteritis, cholesistitis, dan ISK ( Infeksi
saluran kemih). Gastroenteritis di tandai dengan terjadinya mual, muntah, dan diare.mendahului
rasa sakit, sakit perut lebih ringan, hiperperistaltik sering ditemukan, panas dan leukositosis
kurang menonjol dibandingkan appendicitis akut. ISK (infeksi saluran kemih) adalah keadaan
dimana adanya infeksi (ada pertumbuhan dan perkembangan bakteri) dalam saluran kemih
yang meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi dikandung kemih dengan jumlah bakteri
yang bermakna. Gejalanya yaitu rasa panas atau nyeri ketika buang air kecil, rasa ingin sering
buang air kecil, urin berbau serta mengandung darah atau nanah, nyeri perut bagian bawah dan
juga terdapat demam.
Pada pasien ini di berikan terapi medikamentosa berupa Ceftriaxone, medikamentosa
Metronidazole, Parasetamol, ketorolac, Ranitidin. Ceftriaxone merupakan sefalosporin,
spektrum luas semisintetik yang diberikan secara IV atau IM. Indikasi pemberian ceftriaxone,
seperti infeksi saluran napas bawah, infeksi kulit dan jaringan lunak, gonorea tanpa komplikasi,
penyakit radang rongga panggul, infeksi tulang dan sendi maupun infeksi intra-abdominal.
Metronidazol merupakan jenis obat antimikroba yang digunakan untuk mengobati berbagai
macam infeksi yang di sebabkan oleh mikroorganisme bakteri anaerob dan prozoa. Kedua jenis
organisme ini dapat hidup dan berkembang biak tanpa bantuan oksigen, sering menyebabkan
infeksi pada bagian tubuh seperti pada abdomen, sistem reproduksi dan gusi.
Parasetamol adalah jenis obat yang termasuk kelompok analgesik antipiretik. Obat ini
dipakai untuk meredakan rasa sakit ringan hingga menengah. Parasetamol mengurangi rasa
sakit dengan cara mengurangi produksi zat dalam tubuh yang disebut prostaglandin. Ranitidin
merupakan golongan obat antihistamin reseptor 2 (ah2). Mekanisme kerja ranitidin adalah
menghambat reseptor histamin 2 beroperasi selektif. Di berikan ketorolac yang merupakan
analgetik non-opioid di berikan untuk penanganan jangka pendek untuk nyeri pra - pasca bedah
yang sedang hingga berat (inj.)
Pada pasien ini diberi tindakan tatalaksana medikamentosa diberikan antbiotik dan
analgetik, tidak dilakukan tindakan apendektomi karena permasalahan fasilitas di rumah sakit.
Sehingga pasien diperbolehkan pulang dengan kondisi sembuh tanpa keluhan. Menurut teori
bila diagnosa klinis sudah jelas tindakan paling tepat dan merupakan satu-satunya pilihan yang
baik adalah apendektomi. Apendisitis umumnya ditangani dengan membuang apendiks jika
33
apendiks di (operasi). Appendektomi adalah operasi pemotongan apendiks yang mengalami
radang atau infeksi, apabila ditemukan apendicitis biasanya dokter menyarankan untuk
melakukan pembedahan tanpa diagnosa lebih lanjut. Penundaan appendektomi dengan
pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pembedahan yang dilakukan
segera dapat menurunkan kemungkinan appendiks lebih parah. Tatalaksana pada kasus
appendicitis tanpa komplikasi adalah appendektomi. Appendektomi dibagi menjadi 2 yaitu
secara laparatomi (metode konvensional) dan laparaskopi.
Prognosis pada pasien ini adalah ad vitam dubia ad bonam, ad functionam dubia ad
bonam, dan ad sanationam dubia ad bonam.
34
DAFTAR PUSTAKA
35