Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Introduction : Toilet training is an important developmental milestone in every childs life. The
children who wear cloth diapers than disposable diaper are out of diaper 12 months earlier because
they can feel the wetness when they urinate. Kinds of underwear may facilitate the development of
toileting skill. The objective of this study was to learn differentiation about toilet training practised
between the toddler who ever wear disposable diaper and the toddler who never wear disposable
diaper. Method : This study used case control design. Population was consist of 45 toddler in 24-36
month old. The samples were 34 respondents, 21 toddler as 1st group who ever wear disposable
diaper and 13 toddler as 2nd group who never one, taken according to inclusion criteria. The
independent variables were wear disposable diaper and never one. The dependent variable was toilet
training practised such as the toileting skill of toddler, method of toilet training by the parent, toddler
readiness to start toilet training and the parents and environment readiness to start toilet training for
toddler. Data were taken by using questionnaire and analysed using Mann Whitney test with
significance level of <0.05. Result : The result showed that there was no differentiation about the
toileting skill of toddler (p=0.631), method of toilet training (p=0.249), and the parents and
environment readiness to start toilet training (p=0.207) between the groups. There was differentiation
about the toddler readiness to start toilet training between the groups with significance level p=0.000.
Analysis : It can be concluded that there are no differentiation about the toilet training practiced
beetwen the groups. Discussion : Disposable diaper has influences in the toddler readiness to start
toilet training. It has no influences in the toileting skill of toddler, method of toilet training by the
parent, and the parents and environment readiness to start toilet training.
Simon dan Thomson (2006), menunjukkan juta diapers setiap tahun (Meadows, 2004).
bahwa pemakaian disposable diaper yang Pemakaian disposable diaper saat ini juga
terlalu lama merupakan salah satu faktor yang mulai meluas di Indonesia. Bahkan,
mempengaruhi penundaan toilet training. berdasarkan studi Carlos Richer's Diaper
Kemudahan disposable diaper dan Industry Directory (2005), didapatkan bahwa
training pants telah membuat beberapa orang Indonesia adalah negara konsumen disposable
tua menunda toilet training meskipun sebagian diaper terbesar nomor tiga setelah India dan
orang tua yang lain melatih anak lebih awal China. Studi ini dilakukan pada konsumen bayi
untuk berhemat (Choby dan George, 2008). yang berusia 0-2 tahun. Sekitar 12 juta buah
Bahkan dunia pendidikan di Quensland disposable diaper dipakai setiap tahun di
khususnya para guru meyakini bahwa Indonesia. Sedangkan di India dan China
peningkatan perawatan full day pada anak telah berturut-turut mengkonsumsi disposable
mengembangkan budaya yang menganggap diaper sebanyak 57,7 juta dan 47,2 juta setiap
normal anak usia 3-4 tahun tetap memakai tahun (Richer, 2007).
disposable diaper (Davies, 2008). Sebaliknya Penelitian yang dilakukan oleh Simon
pada awal 2004, ibu-ibu di Massachusetts dan Thomson (2006) mengenai pengaruh jenis
membentuk kelompok pendukung bagi orang celana dalam anak yaitu disposable diaper,
tua yang tidak membiasakan menggunakan pull on training pants dan celana kain
disposable diaper pada anak-anak mereka menunjukan bahwa 2 dari 5 anak mengalami
(Diaperfreebaby, 2007). Mereka berpendapat peningkatan kontinensia dan menurunkan
bahwa pemakaian disposable diaper frekuensi inkontinensia saat memakai celana
menyebabkan anak tidak peka terhadap sinyal kain dan 3 dari 5 anak menunjukkan tingkat
tubuh untuk keperluan membuang sampah kontinensia mendekati 0% saat memakai
tubuh (Iskadarwati, 2006). Seiring dengan disposable diaper dan pull on training pants.
peningkatan kesadaran para ibu di Indonesia, Berdasarkan studi pendahuluan di
banyak pula di antara mereka yang Kelurahan Pilang Kota Probolinggo diperoleh
mengadaptasi berbagai cara merawat anak, data bahwa dari 33 anak usia 24-36 bulan, 17
termasuk pemakaian disposable diaper. Bila anak mampu mengontrol bowel dan
dahulu disposable diaper hanya dikonsumsi bladdernya di siang hari. Dua puluh tiga dari
oleh golongan menengah ke atas, kini 33 anak sudah dilakukan toilet training.
pemakaian disposable diaper sudah mulai Berdasarkan keterangan orang tua anak
merata di kalangan ibu-ibu muda, termasuk di diketahui bahwa sebanyak 26 anak pernah
Kelurahan Pilang Kota Probolinggo. Hal ini memakai disposable diaper.
bertolak belakang dengan hasil penelitian Anak yang memakai pakaian atau
Tarbox, Williams dan Friman (2004) yang popok biasa secara umum akan terbebas dari
disebutkan dalam Simon dan Thomson (2006) popok 12 bulan lebih awal daripada yang
bahwa pemakaian disposable diaper akan memakai disposable diaper karena anak akan
berpengaruh pada pelaksanaan toilet training. merasakan basah saat mengeluarkan urin
Pengaruh pemakaian disposable diaper (Tracy, 2000). Penelitian yang diterbitkan oleh
terhadap pelaksanaan toilet training pada British Journal of Urology, Agustus 2000,
toddler perlu dikaji lebih lanjut. menunjukkan bahwa peningkatan usia untuk
Pada tahun 1951, 90% populasi di memulai toilet training dapat menyebabkan
Amerika Serikat memakai popok kain, disfungsi sistem urinarius yang menetap atau
sedangkan pada tahun 1991, 90% populasi inkontinensia. Hal ini terjadi pada anak yang
memakai disposable diaper (Dalayna, 2008). tidak memulai toilet training sampai usia anak
Menurut data statistik yang dibuat oleh Clean 24 bulan. Otot-otot bowel dan bladder akan
Air Council pada 2006, rata-rata setiap anak di lemah dan tidak berkembang karena tidak
Amerika menghabiskan 8000 sampai 10.000 diberi kesempatan melatih kontrol berbagai
disposable diaper sebelum toilet training, otot tersebut seperti yang dilakukan pada saat
sehingga dihasilkan sampah disposable diaper toilet training (Tracy, 2000). Menurut Dr.
sejumlah 570 setiap detik (Clean Air Council, DeStefani, ketua bidang Pediatrics di Loyola
2006). Delapan puluh persen pemakaian popok University Medical Center, otot sfingter yang
di Amerika Serikat adalah dengan disposable mengontrol bladder dan bowel mulai
diaper yang berjumlah hampir mencapai 18 berkembang saat bayi berada dalam uterus dan
37
Jurnal Ners Vol.4 No.1 April 2009: 36-43
menjadi matur secara sempurna antara usia 12- memenuhi kriteria inklusi: 1) pernah atau tidak
24 bulan dengan rata-rata 18 bulan. Pada saat pernah memakai disposable diaper, 2)
ini toilet training seharusnya sudah berhasil bertempat tinggal di wilayah Kelurahan Pilang
dan bukan baru dimulai. Padahal penelitian Kota Probolinggo, 3) kooperatif, 4) memiliki
terbaru menunjukkan bahwa tidak ada manfaat orang tua yang bersedia menjadi responden
dari pelatihan yang intensif sebelum anak penelitian, 5) memiliki orang tua yang
berusia 27 bulan. Puncak dari perkembangan berpendidikan minimal SMA, 6) tinggal di
kemampuan yang diperlukan untuk toilet lingkungan rumah yang memiliki toilet/wc
training terdapat setelah usia 24 bulan (Choby dengan jenis wc jongkok. Sampel tersebut
dan George, 2008). dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok 1
Perkembangan fisik anak adalah yang memakai disposable diaper dan
cephalocaudal sehingga kontrol sfingter rektal kelompok 2 yang tidak memakai disposable
dan uretral belum cukup matur pada anak diaper. Variabel independen dalam penelitian
sampai akhir tahun pertama yaitu saat traktus ini adalah memakai disposable diaper dan
spinal cord mengalami mielinasi pada tingkat tidak memakai disposable diaper, sedangkan
anal. Toilet training sebaiknya tidak dimulai variabel dependen adalah pelaksanaan toilet
pada saat tersebut sebab secara kognitif dan training pada anak toddler. Instrumen
sosial, anak belum mampu memahami perintah pengumpulan kedua jenis variabel tersebut
sampai anak berusia 2-3 tahun (Pillitteri, adalah kuesioner. Data yang diperoleh
1999). Pada usia 24 bulan, secara fisik anak dianalisis dengan menggunakan uji statistik
mulai siap mengontrol bowel dan bladder siang korelasi Mann Whitney U Test dengan tingkat
hari, sedangkan pada perkembangan motorik signifikansi 0,05.
sudah mampu memakai baju sendiri, berlari
dengan seimbang serta anak mampu HASIL PENELITIAN
mengungkapkan kebutuhan untuk buang air
(Wong, 2003). Perkembangan motorik anak Hasil perhitungan menggunakan uji
(berjalan, memungut berbagai obyek kecil dan statistik Mann Whitney Test diperoleh nilai
melepas baju sendiri) dan perkembangan p=0,631 yang diartikan bahwa tidak ada
kognitif (mampu mengikuti instruksi pendek, perbedaan kemampuan BAB dan BAK yang
serta volume urin yang semakin besar setiap signifikan antara kelompok 1 (kelompok anak
kali anak berkemih) merupakan sejumlah tanda yang memakai disposable diaper) dengan
kesiapan toilet training pada anak (Rudolph, kelompok 2 (kelompok anak yang tidak
2006). memakai disposable diaper) (tabel.1). Metode
Perbedaan rerata usia memulai toilet orang tua dalam melakukan toilet training
training menunjukkan keunikan masing- antara kelompok 1 dan kelompok 2 tidak
masing anak dan keluarganya. Orang tua harus menunjukkan ada perbedaan (p=0,249),
memutuskan kesiapan anak sebelum memulai sedangkan kesiapan anak dalam toilet training
toilet training. Kesiapan mempengaruhi menunjukkan ada perbedaan yang signifikan
keberhasilan latihan. Kesiapan ini meliputi p=0,00036 (tabel.2). Hasil perbandingan
kesiapan fisik anak, kesiapan mental, kesiapan kesiapan orang tua dalam toilet training adalah
psikologis serta kesiapan orang tua dan p=0,027 yang berarti ada perbedaan antara
keluarga (Whaley dan Wong, 1993). kelompok 1 (kelompok anak yang memakai
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti disposable diaper) dan kelompok 2 (kelompok
ingin membandingkan pelaksanaan toilet anak yang tidak memakai disposable diaper).
training pada anak toddler yang memakai
disposable diaper dan yang tidak memakai PEMBAHASAN
disposable diaper.
Kemampuan anak dalam BAB dan
BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAK pada kedua kelompok adalah baik.
Kemampuan anak dalam BAB dan BAK pada
Penelitian ini menggunakan case kelompok anak memakai disposable diaper
control design dengan purposive sampling. maupun pada kelompok anak tidak memakai
Sampel penelitian ini adalah anak toddler yang disposable diaper yang pada umumnya sudah
berusia 24-36 bulan sebanyak 34 yang baik disebabkan semua orang tua pada kedua
38
Dampak Disposable Diaper (Yuni Sufyanti Arief)
kelompok anak toddler sudah memulai toilet mempengaruhi pencapaian kemampuan anak
training antara usia 12 sampai 30 bulan dan dalam BAB dan BAK yang lebih baik pada
paling banyak pada usia 24 bulan. Hal ini kelompok 2 daripada kelompok 1.
sesuai dengan pendapat Pillitteri (1999) yaitu Pemakaian disposable diaper tidak
toilet training sebaiknya dimulai pada saat mempengaruhi metode orang tua dalam
anak berusia 24-36 bulan sebab selain kontrol pelaksanaan toilet training pada anak.
sfingter rektal dan uretral sudah cukup matur Berbagai metode toilet training memiliki
pada anak, secara kognitif dan sosial, anak perbedaan dalam teknik dan tingkatan akhir
mampu memahami perintah. Kemampuan anak yang dicapai. Berdasarkan penelitian terhadap
dalam BAB dan BAK kategori sangat baik beberapa metode toilet training diketahui
pada kelompok 2 (47%) lebih banyak daripada bahwa metode yang lebih menunjukkan
kelompok 1 (38%). Keadaan ini juga dikuatkan keberhasilan toilet training pada anak normal
dengan pencapaian tahap akhir toilet training adalah child oriented baik menurut American
pada kelompok 2 (15%) yang lebih banyak Academy of Pediatric maupun Brazelton dan
daripada kelompok 1 (10%). Sementara itu, metode parent-centered approach yang
pencapaian tahap menengah toilet training disertai pemberian penguatan positif menurut
pada kelompok 1 lebih banyak daripada Azrin-Foxx (Choby dan George, 2008).
kelompok 2 dan pencapaian tahap awal lebih Dalam penelitian ini, instrumen yang
banyak kelompok 2 daripada kelompok 1. digunakan untuk menilai metode orang tua
Berdasarkan fakta pencapaian tahap dalam toilet training menggunakan metode
menengah dan tahap akhir toilet training child oriented. Setiap orang tua pada sampel
tersebut, tampak bahwa kemampuan kelompok penelitian sudah melakukan toilet training
1 lebih baik daripada kelompok 2 padahal pada dengan metode yang sesuai yaitu dengan
pencapaian tahap akhir menunjukkan pendekatan yang berorientasi pada anak (child
kelompok 2 lebih baik daripada kelompok 1. oriented) dan seluruhnya termasuk dalam
Perbedaan pencapaian tahap toilet training kategori sangat baik dan baik. Metode toilet
yang juga menunjukkan kemampuan anak training yang dilakukan orang tua dipengaruhi
dalam BAB dan BAK ini berhubungan dengan oleh tingkat pengetahuan orang tua khususnya
distribusi usia yang tidak sama pada kedua ibu yang dalam penelitian ini dikendalikan
kelompok dan rentang usia yang terlalu tingkat homogenitasnya pada kedua kelompok
panjang serta adanya perbedaan lama melalui kriteria inklusi yaitu pendidikan orang
pemakaian disposable diaper kelompok 1. tua minimal setingkat SMA.
Setelah dilakukan toilet training, anak Menurut Salkind (2006), budaya dan
akan memiliki kemampuan baru dalam norma sosial secara signifikan mempengaruhi
pelaksanaan berkemih dan defekasi (Whaley praktik dari toilet training. Wilayah penelitian
and Wong, 1993). Menurut Schum (2002) yang sempit yaitu di tingkat kelurahan
tahapan pencapaian kemampuan pelaksanaan merupakan faktor yang mempengaruhi
toilet training meliputi kemampuan awal toilet homogenitas budaya serta norma sosial yang
training yang menunjukkan kesiapan memulai menentukan kebiasaan pola asuh anak
toilet training, kemampuan menengah toilet khususnya dalam toilet training.
training berupa kemampuan anak membantu Semakin sempit lingkup wilayah maka
diri sendiri yang dapat diajarkan pada anak, semakin homogen budaya dan norma sosial
dan kemampuan akhir toilet training yang yang berkembang dalam masyarakat tersebut
menunjukkan pencapaian utama dalam sehingga kebiasaan pola asuh anak khususnya
penyelesaian toilet training. Kemampuan anak dalam metode toilet training juga sama.
dalam BAB dan BAK serta pencapaian Meskipun sebagian besar anak toddler
tahapan kemampuan toilet training yang lebih pada kedua kelompok dalam penelitian ini
baik pada kelompok anak yang tidak memakai memiliki kesiapan toilet training dalam
disposable diapers dapat dihubungkan dengan kategori baik, terdapat perbedaan kesiapan
kesiapan anak dalam toilet training yang juga antara keduanya yaitu kesiapan pada kelompok
lebih baik pada kelompok 2. Usia anak pada tidak memakai disposable diaper (kelompok 2)
kelompok 2 yang lebih tinggi (modus=26) lebih baik daripada yang memakai disposable
daripada kelompok 1 (modus=25) juga diaper (kelompok 1).
39
Jurnal Ners Vol.4 No.1 April 2009: 36-43
Tabel 1. Perbandingan Kemampuan Anak dalam BAB dan BAK antara Kelompok 1 dangan
Kelompok 2 di Kelurahan Pilang Kota Probolinggo pada Tanggal 17-30 Juni 2009
Kelompok Kemampuan anak dalam BAB dan BAK
Sangat baik Baik Cukup Kurang baik Total Mean
% % % % %
1 (memakai 38 8 6 1 0 0 0 0 100 21 74
disposable diaper) 2 3
2 (tidak memakai 47 6 3 5 15 2 0 0 100 13 73
disposable diaper) 8
Uji Mann Whitney Test Signifikasi p = 0,631
Tabel 2. Perbandingan Kesiapan Anak dalam Toilet Training antara Kelompok 1 dangan Kelompok 2
di Kelurahan Pilang Kota Probolinggo pada Tanggal 17-30 Juni 2009
Kelompok Kesiapan Anak dalam Toilet Training
Sangat baik Baik Cukup Kurang baik Total Mean
% % % % %
1 (memakai 86 16 1 3 0 0 0 0 100 21 82
disposable diaper) 4
2 (tidak memakai 100 8 3 5 1 2 0 0 100 13 90
disposable diaper) 8 5
Uji Mann Whitney Test Signifikasi (p=0,00036)
Keterangan:
p = signifikansi = jumlah % = prosentase
Kesiapan anak dalam toilet training pada yang terlalu lama merupakan salah satu faktor
kedua kelompok secara berurutan dari yang yang mempengaruhi penundaan toilet training.
paling baik adalah kesiapan jiwa, sosial dan Penundaan toilet training tidak terjadi
emosional, kesiapan kognitif serta kesiapan pada sampel penelitian sebab seluruh orang tua
fisik. Kelompok 2 memiliki nilai ketiga anak toddler sudah mulai melatih toilet
kesiapan yang lebih baik daripada kelompok 1. training pada anaknya meskipun terdapat 8
Kesiapan kognitif pada kelompok 2 memiliki anak dari 21 anak pada kelompok 1 yang pada
nilai mean yang lebih besar daripada kelompok saat dilakukan penelitian masih memakai
1. Semua anak toddler pada kelompok yang disposable diaper dengan frekuensi sering
tidak memakai disposable diaper (kelompok 1) 38% dan kadang-kadang 62%. Hal ini juga
memiliki kesiapan toilet training kategori tidak sesuai dengan pendapat Choby dan
sangat baik. Kebiasaan pemakaian disposable George (2008) yang menyatakan bahwa
diaper berpengaruh pada kesiapan anak kemudahan disposable diaper dan training
khususnya kesiapan kognitif dalam toilet pants telah membuat beberapa orang tua
training sebab menurut Iskadarwati (2006), menunda toilet training.
kebiasaan memakai disposable diaper yang Usia untuk memulai toilet training
mengandung bahan superabsorbent yang beragam pada masing-masing yaitu
menyebabkan anak kurang mampu menyadari antara usia 12 sampai usia 30 bulan
kondisi basah saat berkemih atau kotor saat menunjukkan bahwa orang tua telah mampu
defekasi. mengenali tanda-tanda kesiapan anak dalam
Kesiapan anak dalam toilet training toilet training dan memulai toilet training
berbeda pada masing-masing anak. Hal ini sesuai tahap perkembangan dan kemampuan
ditunjukkan oleh waktu memulai toilet training masing-masing anak. Menurut Michel (1999),
yang bervariasi pada tiap-tiap anak yaitu antara pelaksanaan toilet training lebih baik
usia 12 sampai usia 30 bulan. Menurut Tarbox, berpedoman pada kesiapan motorik, kognitif
Williams dan Friman, 2004 dalam Simon dan dan perkembangan psikososial anak serta
Thomson (2006), pemakaian disposable diaper hubungan antara anak dengan pengasuh
utamanya setiap hari daripada berpedoman
40
Dampak Disposable Diaper (Yuni Sufyanti Arief)
41
Jurnal Ners Vol.4 No.1 April 2009: 36-43
42