You are on page 1of 10

FAKTOR RISIKO ASMA DAN PERILAKU PENCEGAHAN BERHUBUNGAN DENGAN

TINGKAT KONTROL PENYAKIT ASMA


(Asthma Risk Factors and Prevention Behaviour Relate to Asthma Level of Control)

Nursalam*, Laily Hidayati*, Ni Putu Wulan Purnama Sari*

ABSTRACT

Introduction : Asthmas symptoms are commonly persistent in each asthmatic client, but they could be
controlled. This control directly refers to asthma level of control. It could be affected by asthma risk
factors and preventive behavior to exposures, but the correlation between them is still unclear because
the development of asthma is not fully understood and very complex. The objective of this study was to
explain the correlation between asthma risk factors and preventive behavior to exposures to asthma
level of control. Method : This study used cross-sectional design and involved 41 respondents which
are taken by simple random sampling. Data were collected using questionnaires and then analyzed by
using Spearman Rho correlation with level of significance 0.05. Result : Result showed that asthma
risk factors had correlation with asthma level of control (p=0,032), but preventive behavior to
exposures had no correlation with asthma level of control (p=0,095). Analysis : It can be concluded
that asthma level of control has correlation with asthma risk factors. Preventive behavior has no
correlation with asthma level of control could be caused by the differences between the respondents
preventive behavior and the recommended one. Discussion : It indicates possible errors or unsuitability
in preventive behavior to asthma risk factor exposures. However, preventive behavior to asthma risk
factors exposures is still necessary in order to decrease asthma symptoms.

Keywords: asthma risk factors, preventive behavior, asthma level of control.

*Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya. Telp/Fax: (031)


5913257, E-mail: nursalam_psik@yahoo.com

PENDAHULUAN meningkatkan kontrol penderita terhadap


penyakit asma (GINA, 2008). Hubungan
Asma merupakan penyakit paru antara faktor risiko asma dan perilaku
obstruktif kronis yang sering diderita oleh pencegahan tentang paparan dengan tingkat
anak-anak, orang dewasa, maupun para lanjut kontrol penyakit pada penderita asma masih
usia. Penyakit ini memiliki karakteristik belum jelas, mengingat perkembangan
serangan periodik yang stabil (Sykes, et al, penyakit ini sangat kompleks dan belum
2008). Terapi farmakologis yang ada selama sepenuhnya dimengerti.
ini efektif untuk mengatasi serangan asma, World Health Report di tahun 2000
namun kurang efektif untuk mengontrol menunjukkan asma menduduki peringkat ke-5
perkembangan asma. Hal ini dibuktikan sebagai penyakit paru utama yang
dengan jumlah penderita asma yang semakin menyebabkan kematian di dunia. Saat itu
meningkat dewasa ini, di saat kemajuan dalam penderita asma di dunia mencapai 100-150 juta
bidang pengobatan asma telah dicapai (Arief, orang, dan terus bertambah sekitar 180 ribu
2009). Asma tidak bisa disembuhkan, namun orang pertahun (WHO, 2000). Jumlah terkini
manifestasi klinis dari asma bisa dikendalikan di tahun 2008 mencapai 300 juta orang (GINA,
(GINA, 2008). Mengingat terapi farmakologis 2008). Asma mencapai perkembangan hingga
tidak dirancang untuk menyembuhkan asma, dua kali lipat dari jumlah awal dalam 8 tahun
maka perilaku pencegahan terhadap paparan terakhir. Prevalensi asma di Indonesia sendiri
faktor risiko asma lebih diutamakan dari berkisar antara 5-7% (Suyono, 2001). Asma
pengobatan. Intervensi awal untuk juga terbukti menurunkan kualitas hidup
menghentikan atau mengurangi paparan penderita. Riset terhadap 3207 kasus asma
terhadap faktor risiko asma yang menyebabkan menunjukkan 44-51% penderita mengalami
hipereaktivitas saluran nafas dapat membantu batuk malam dalam sebulan terakhir, bahkan

9
Jurnal Ners Vol.4 No.1 April 2009: 9-18

28,3% penderita mengaku mengalami tahun 2009. Penduduk setempat melaporkan


gangguan tidur paling tidak sekali dalam bahwa faktor yang paling sering menginduksi
seminggu. Penderita yang mengaku mengalami asma adalah polusi udara terkait daerah
keterbatasan dalam berekreasi atau berolahraga pertambangan dan perubahan suhu terkait
sebanyak 52,7%, aktivitas sosial 38%, aktivitas kondisi geografis wilayah yang ada di daerah
fisik 44,1%, cara hidup 37,1%, pemilihan dataran tinggi.
karier 37,9%, dan pekerjaan rumah tangga Peningkatan intensitas paparan faktor
32,6%. Absen dari sekolah maupun pekerjaan risiko asma akan menyebabkan ekspresi asma
dalam setahun terakhir dialami oleh 36,5% lebih sering muncul. Hal ini menunjukkan
anak dan 26,5% orang dewasa (Journal of kontrol penderita yang rendah terhadap
Allergy and Clinical Immunology, 2003 ; penyakit asma, dan secara tidak langsung
dikutip oleh Arief, 2009). menunjukkan kegagalan terapi asma, sehingga
Faktor risiko asma dapat dibagi perlu peninjauan kembali. Perilaku pencegahan
menjadi 3 domain besar, yaitu alergen, iritan, terhadap paparan faktor risiko asma yang
dan hal-hal lain yang tidak tergolong dalam dilakukan terus-menerus, seperti memakai alat
alergen maupun iritan (State of the Regions pelindung diri saat bekerja, akan sangat
Health, 2002). Faktor risiko asma yang membantu penderita asma untuk meningkatkan
mempengaruhi perkembangan dan ekspresi kontrol terhadap penyakit asma. Semakin baik
asma terdiri dari faktor internal (host factor) kontrol penderita terhadap asma, terapi
dan faktor eksternal (environmental factor). farmakologis dapat diminimalkan sehingga
Faktor internal terdiri dari genetik, obesitas, sangat berguna dalam menghindari efek
jenis kelamin, usia, aktivitas fisik, dan ekspresi samping obat-obat anti asma. Hubungan antara
emosi yang kuat atau berlebihan. Sedangkan faktor risiko asma dan perilaku pencegahan
faktor eksternal meliputi occupational irritant, tentang paparan dengan tingkat kontrol
infeksi virus di saluran nafas, alergen, asap penyakit pada penderita asma perlu diteliti
rokok, polusi udara, obat-obatan, dan lebih lanjut. Dengan ini diharapkan tingkat
perubahan suhu terkait perubahan musim atau kontrol penyakit yang maksimal atau
kondisi geografis lainnya (Suyono, 2001 ; controlled asthma semakin mudah dicapai oleh
GINA, 2008). penderita asma, sehingga kualitas hidup para
Faktor eksternal menjadi berperan penderita asma akan meningkat.
dominan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Banyak penelitian BAHAN DAN METODE PENELITIAN
telah membuktikan hal ini. Riset di Kanada
menunjukkan bahwa infeksi virus, olahraga, Penelitian ini menggunakan cross-
asap rokok, debu, dan serbuk sari bunga sectional design dan simple random sampling.
menempati lima peringkat teratas sebagai Besar populasi 54 orang penderita asma di
penyebab asma terbanyak di semua golongan wilayah kerja Puskesmas Selat berdasarkan
usia (State of Regions Health, 2002). Di laporan bulan April 2009. Sampel yang
lingkungan kerja, dimana asma meliputi asma memenuhi kiteria inklusi dan eksklusi
kerja (occupational asthma) dan asma sebanyak 41 orang. Penelitian ini dilaksanakan
diperberat di tempat kerja (work-aggravated pada tanggal 17-22 Juni 2009. Variabel
asthma), occupational irritant yang paling independen dalam penelitian ini adalah faktor
sering menginduksi asma tersebut adalah risiko asma dan perilaku pencegahan tentang
isosianat (dari cat semprot) sehingga disebut paparan, sedangkan variabel dependen adalah
isocyanate-induced asthma (Wahyuningsih, et tingkat kontrol penyakit pada penderita asma.
al, 2003). Selain itu, riset di London Instrumen pengumpulan kedua jenis variabel
menunjukkan bahwa berjalan selama 2 jam di tersebut adalah kuesioner. Data yang diperoleh
sepanjang jalan yang padat kendaraan dianalisis dengan menggunakan uji statistik
bermesin diesel mempengaruhi efek fungsional korelasi Spearman Rho dengan tingkat
dan reaksi inflamasi pada orang dewasa signifikansi 0,05.
dengan asma (Kaufman, 2007). Di wilayah
kerja Puskesmas Selat Kabupaten Karangasem HASIL PENELITIAN
Bali, asma termasuk dalam 5 besar penyakit
dengan angka kunjungan tertinggi di awal

10
Faktor Resiko Asma dan Perilaku Pencegahan (Nursalam)

Hasil uji statistik dengan korelasi maksimum 240C, penyinaran matahari rata-rata
Spearman Rho menunjukkan ada hubungan 68,75%, dan kelembaban udara rata-rata
antara faktor resiko asma dengan tingkat 86,75%. Volume curah hujan adalah 1.165
kontrol penyakit pada penderita asma yang mm/tahun dan jumlah hari dengan curah hujan
dibuktikan dengan r=0,336 dan p=0,032 (Tabel terbanyak adalah 40 hari. Bentuk wilayah datar
1). Uji korelasi Spearman Rho menunjukkan hingga berombak sebanyak 49,8%, berombak
tidak ada hubungan antara perilaku hingga berbukit 20%, dan berbukit hingga
pencegahan tentang paparan faktor risiko asma bergunung 30,2%. Mata pencaharian penduduk
dengan tingkat kontrol penyakit pada penderita sebagian besar adalah petani dengan tanah
asma (r=0,264 dan p=0,095) yang berarti sawah seluas 856,370 hektar, dan perkebunan
korelasi tidak bermakna (Tabel 2). seluas 328 hektar (BPS, 2007). Tingkat
kelembaban yang tinggi dan penyinaran
Tabel 1. Hubungan faktor resiko asma dengan matahari yang cukup membuat wilayah Selat
tingkat kontrol penyakit asma cukup panas di siang hari, namun suhu udara
Faktor Risiko Asma Tingkat Kontrol turun drastis pada malam hingga pagi hari.
Penyakit Asma Kondisi geografis suatu wilayah yang
Mean = 12,58 Mean = 2,51 berakibat pada perubahan cuaca maupun iklim
SD = 4,18 SD = 0,64 yang menyebabkan perubahan suhu setempat
r= 0,336 dan p=0,032 menjadi ekstrim dapat memperburuk kondisi
tubuh penderita asma. Udara dingin dan kering
Tabel 2. Hubungan perilaku pencegahan merupakan iritan yang sangat poten bagi
dengan tingkat kontrol penyakit asma penderita asma. Perubahan cuaca yang
Perilaku Pencegahan Tingkat Kontrol mungkin menjadi iritan seperti cuaca yang
Penyakit Asma panas dan lembab, sangat dingin, perubahan
Mean = 7,95 Mean 2,51 suhu/kelembaban/tekanan udara yang tiba-tiba,
SD = 2,16 SD = 0,64 angin kencang, badai bergemuruh, cuaca yang
r= 0,264 dan p=0,095 ekstrim, dan lain-lain (MacNaughton, 2008).
Keterangan: Data di atas menunjukkan bahwa
Mean = rerata wilayah Selat cenderung bersuhu rendah
SD = Standar Deviasi dengan kelembaban udara yang tinggi, yang
r = koefisien korelasi mengakibatkan udara di wilayah Selat menjadi
p = signifikansi dingin dan kering. Penderita asma yang sudah
lama bertempat tinggal di wilayah ini ternyata
PEMBAHASAN tetap tidak mampu mentolerir keadaan
tersebut. Iritan di saluran pernafasan seperti
Berdasarkan hasil penelitian di udara dingin dan kering dirasakan sangat cepat
lapangan, faktor risiko asma yang sering menginduksi penyempitan jalan nafas, akibat
menyebabkan kemunculan gejala asma saluran nafas yang sangat sensitif pada
menurut intensitasnya terdiri dari perubahan penderita asma (MacNaughton, 2008).
suhu terkait kondisi geografis, alergen, Penderita asma yang bekerja sebagai petani
aktivitas fisik, asap rokok, ekspresi emosi yang perkebunan (19,51%) yang mayoritas
berlebihan, dan polusi udara. bertempat tinggal di dalam wilayah
Faktor risiko yang tersering perkebunan tentu saja merasakan perubahan
menyebabkan kemunculan gejala asma dalam suhu yang lebih ekstrim dibanding penderita
setahun terakhir adalah perubahan suhu terkait asma yang bertempat tinggal jauh dari area
kondisi geografis (27,90%). Penderita asma perkebunan. Selain itu, tindakan pencegahan
mayoritas memilih faktor risiko ini, yaitu terhadap udara dingin dan kering juga
sebanyak 37 orang (90,24%). Ini merupakan berpengaruh terhadap kondisi tubuh penderita
faktor risiko asma yang terbukti dominan asma. Tindakan seperti memakai pakaian yang
menginduksi kemunculan gejala asma. tebal kurang efektif pada keadaan ini, karena
Menurut data statistik tahun 2007 dari yang terlindungi adalah tubuh, bukan jalan
BPS Kabupaten Karangasem, wilayah nafas padahal bagi orang asma yang
Kecamatan Selat memiliki ketinggian 544 membutuhkan perlindungan adalah jalan nafas,
meter dari permukaan laut, dengan suhu seperti rongga hidung dan rongga mulut

11
Jurnal Ners Vol.4 No.1 April 2009: 9-18

(GINA, 2008). Maka, tindakan pencegahan rincian olahraga (100%) dan kerja berat
yang mereka lakukan tidak efektif untuk (100%).
mengurangi frekuensi maupun intensitas Aktivitas fisik yang sering
kemunculan gejala asma akibat perubahan menyebabkan kemunculan gejala asma adalah
suhu yang mereka rasakan. olahraga dan melakukan pekerjaan berat,
Faktor risiko asma terbanyak kedua sehingga penderita asma tidak mampu
adalah alergen (24,80%). Pada penelitian ini, mentolerir rasa lelah yang dirasakan (AAFA,
penderita asma yang memilih alergen sebagai 2008). Bila tubuh lelah akibat aktivitas fisik
penyebab kemunculan gejala asma dalam yang dilakukan, maka tubuh akan
setahun terakhir sebanyak 30 orang (73,17%) mengkompensasi dengan bernafas lebih cepat,
dengan rincian alergi makanan sebanyak 30 dengan tujuan memperoleh oksigen yang lebih
orang (100%), alergi bahan bakar memasak banyak untuk kepentingan metabolisme
sebanyak 29 orang (96,67%), alergi hewan (Canadian Lung Association, 2008). Gejala
peliharaan sebanyak 18 orang (60 %), dan asma akibat aktivitas fisik juga akan semakin
alergi jamur atau lumut sebanyak 6 orang parah dengan tambahan iritan dari faktor risiko
(20%). asma lainnya, seperti udara dingin
Asma yang saat ini dipandang sebagai (MacNaughton, 2008). Hal ini terbukti di
penyakit inflamasi jalan nafas memang tidak lapangan. Penderita asma yang memilih faktor
bisa lepas dari pengaruh alergen (Suyono, risiko aktivitas fisik juga memilih faktor risiko
2001). Alergen spesifik sifatnya sangat perubahan suhu akibat kondisi geografis, yaitu
subyektif, tergantung kepekaan masing-masing sebanyak 21 orang (51,22%).
penderita asma. Paparan berulang terhadap Aktivitas fisik tidak mampu dihindari
suatu jenis alergen spesifik akan menyebabkan oleh penderita asma di wilayah Selat. Hal ini
reaksi alergi langsung, seperti reaksi disebabkan oleh profesi mereka, yaitu 24,39%
hipersensitivitas tipe I pada asma (AAFA, sebagai petani dan 19,51% sebagai
2008). Penyakit alergi tidak bisa disembuhkan, wirausahawan. Mereka sering harus
satu-satunya cara adalah dengan menghindari melakukan aktivitas fisik yang berat dan dalam
paparan terhadap alergen spesifik, yang waktu yang lama. Pada wirausahawan
sumber terbesarnya adalah dari lingkungan misalnya, pesanan yang menumpuk juga
(Arruda, 2006). menjadi beban karena harus segera dikerjakan.
Alergen spesifik dapat berupa Petani perkebunan juga bukan pekerjaan
makanan, minuman, bagian tubuh hewan atau mudah, karena mereka mengejar target panen
tumbuhan, dan lain-lain. Dalam kehidupan yang sudah ditetapkan oleh pemilik
sehari-hari, penderita asma tidak dapat bebas perkebunan. Penderita asma yang tidak tahan
sepenuhnya dari alergen spesifik ini. Alergen lelah akan sangat cepat menunjukkan tanda-
makanan seperti sayuran hijau dan buah segar tanda kekambuhan asma. Walau demikian,
misalnya, penderita asma memiliki aktivitas fisik juga tidak dapat dihindari,
kecenderungan untuk tetap mengkonsumsi sehubungan dengan masalah ekonomi. Dalam
makanan tersebut walaupun frekuensinya kondisi seperti ini, penderita asma memang
dikurangi, dengan berbagai alasan. Salah harus mampu menyesuaikan diri dengan
satunya adalah karena tersedianya obat-obatan pekerjaan, sehingga waktu istirahat mereka
jenis reliever di rumah. Hal ini sangat cukup dan tidak mengorbankan tubuhnya.
mengkhawatirkan, karena efek samping obat Faktor risiko asma terbanyak keempat
anti asma juga berbahaya (GINA, 2008). adalah asap rokok (17,05%). Penderita asma
Walau demikian, penderita asma lebih memilih yang memilih faktor risiko ini sebanyak 22
rajin mengkonsumsi obat-obatan dibandingkan orang (53,66%) dengan rincian perokok aktif
menghindari paparan terhadap alergen spesifik. 10 orang (45,45%), dan perokok pasif 12 orang
Maka dari itu, manifestasi klinis asma juga (54,54%).
tidak dapat dihindari. Asap rokok merupakan partikel yang
Penyebab kemunculan gejala asma paling mampu menembus hingga sistem
terbanyak ketiga adalah aktivitas fisik pernafasan paling akhir, yaitu alveolus di
(17,82%). Penderita asma yang memilih faktor antara seluruh partikel yang ada di udara bebas
risiko ini sebanyak 24 orang (58,54%) dengan (Ricky, 2009). Hal ini setara dengan
kemampuan difusi virus. Asap rokok juga

12
Faktor Resiko Asma dan Perilaku Pencegahan (Nursalam)

mampu membuat sel-sel epitel jalan nafas menyebabkan ketegangan muskuler dan
memproduksi mucus lebih banyak. Gerakan kontraksi di sekitar bronkiolus, sehingga
paru-paru untuk membersihkan diri juga bronkiolus menjadi lemah dan kejang (Silva,
terganggu, sehingga dahak dan iritan lain tidak 2006). Ekspresi emosi yang ekstrim dapat
bisa dikeluarkan. Hal ini berarti penderita asma menyebabkan hiperventilasi dan hipokapnia,
akan lebih mudah terkena penyakit infeksi yang menyebabkan penyempitan jalan nafas
saluran nafas. Gejala asma juga akan muncul (GINA, 2008).
akibat infeksi di saluran nafas (Green, et al, Penderita asma dengan stress kerja
2002). Merokok dapat menyebabkan yang tinggi biasanya memiliki banyak beban
penurunan fungsi paru yang cepat, pikiran, yang terkadang tidak bisa dilimpahkan
meningkatkan derajat keparahan asma, pada orang lain. Hal ini membuat manifestasi
menjadikan penderita kurang responsif klinis asma sering muncul akibat stress. Selain
terhadap terapi glukokortikosteroid, dan karena pekerjaan, umur juga berpengaruh.
menurunkan tingkat kontrol penyakit asma Pada lansia, kecenderungan untuk tidak
(GINA, 2008). Sebenarnya, kuantitas paparan diperhatikan oleh sekitarnya, termasuk
asap rokok pada penderita asma dapat keluarganya, sangat besar. Hal ini
diketahui dengan mengukur kadar cotinin pada menimbulkan suatu kondisi seperti depresi,
air ludah, sehingga penderita asma bisa lebih kesepian, merasa tidak dicintai, sedih, dan lain-
waspada (Ricky, 2009). lain (Silva, 2006). Di saat seperti ini, gejala
Paparan terhadap asap rokok sangat asma sering muncul. Maka dari itu, penderita
mudah dihindari. Namun, kenyataannya asma sebaiknya mampu mengendalikan pikiran
manifestasi klinis asma juga banyak yang dan perasaannya. Keluarga juga diharapkan
diakibatkan oleh asap rokok, walaupun mampu mengkondisikan lingkungannya agar
penderita asma sudah berusaha menghindar. ekspresi asma tidak muncul akibat emosi yang
Udara sekitar tetap tercemar dengan adanya dirasakan oleh penderita asma.
partikel-partikel asap rokok yang mengandung Faktor risiko terbanyak keenam adalah
4000 senyawa kimia yang berbahaya ini polusi udara (2,32%). Penderita asma yang
(AAFA, 2008). Selain itu budaya merokok memilih faktor risiko ini sebanyak 3 orang
pada pria juga sulit dihindari, dengan berbagai (7,32%). Berdasarkan data statistik di tahun
alasan pribadi. Maka dari itu, untuk 2007 dari BPS Kabupaten Karangasem,
menciptakan kondisi lingkungan yang bebas Kelurahan Duda Utara dan Kelurahan Muncan
asap rokok bukanlah hal yang mudah, merupakan 2 kelurahan yang memiliki wilayah
walaupun penderita asma tidak merokok. pertambangan dan penggalian (BPS, 2007).
Perokok pasif bahkan menghirup bahan kimia Kelurahan ini memiliki kadar polutan yang
yang lebih berbahaya dari perokok itu sendiri, cukup tinggi terkait aktivitas pertambangan
karena sidestream smoke (asap yang berasal dan penggalian tersebut. Berdasarkan laporan
dari ujung batang rokok yang terbakar) lebih Puskesmas bulan April 2009, penderita asma
berbahaya dibandingkan asap yang dihirup yang berasal dari 2 kelurahan ini sebanyak 11
oleh perokok. Asap rokok sangat cepat orang (26,82%).
memicu serangan asma, dan juga dapat Polusi udara dapat memperburuk
meningkatkan frekuensi terjadinya serangan gejala asma (AAFA, 2008). Polusi udara di
asma. suatu wilayah berkaitan dengan peningkatan
Faktor risiko asma terbanyak kelima kadar polutan atau alergen spesifik dimana
yang sering menyebabkan kemunculan gejala penderita asma tersensitisasi (GINA, 2008).
asma dalam setahun terakhir adalah ekspresi Gejala asma akan mulai terasa parah bila nilai
emosi yang berlebihan (10,08%). Penderita PSI berada di angka 50-100, dengan kata lain
asma yang memilih faktor risiko ini sebanyak tingkat polusinya sedang (ARB, 2008).
13 orang (31,70%). Asma dipengaruhi oleh Partikel-partikel yang secara normal tidak
stres psikologis, yang menunjukkan hubungan terdapat dalam udara bebas sangat poten
timbal balik antara faktor periferal yang menyebabkan penyempitan jalan nafas, dengan
meregulasi reaksi inflamasi dan respon saraf cara kerja seperti alergen bagi penderita asma.
pusat terkait stress dan reaktivitas emosi Cara agar ekspresi asma tidak muncul adalah
(Rosenkranz, et al, 2005). Emosi dan perasaan hanya dengan menghindari paparan polutan
seperti khawatir, cemas, takut, dan panik, dapat ini. Namun, bila bertempat tinggal di wilayah

13
Jurnal Ners Vol.4 No.1 April 2009: 9-18

yang merupakan kawasan pertambangan dan melakukan tindakan pencegahan terhadap


penggalian, hal ini tentu sulit dilakukan. paparannya adalah aktivitas fisik (86,96%),
Faktor risiko asma yang tidak pernah perubahan suhu terkait kondisi geografis
menyebabkan kemunculan gejala asma dalam (86,11%), dan asap rokok (63,64%).
setahun terakhir adalah obat-obatan (0%). Perilaku manusia terdiri dari 3 domain,
Walaupun banyak reaksi yang tidak yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan.
diharapkan dari penggunaan obat-obatan Menurut teori perilaku dari Lawrence Green,
muncul seperti reaksi hipersensitivitas, perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor-
kejadian seperti ini jarang terjadi. Obat yang faktor predisposisi, pendukung, dan penguat
menginduksi bronkospasme misalnya, jarang (Notoatmodjo, 2003). Meskipun perilaku
terjadi walaupun sangat potensial mengancam merupakan bentuk respon atau reaksi terhadap
nyawa (Virchow, 2001). Hal ini terbukti di stimulus atau rangsangan dari luar organisme,
lapangan. namun dalam memberikan tanggapan sangat
Obat-obatan reliever dan controller tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor
yang digunakan oleh penderita asma dirasakan lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini
sangat besar manfaatnya, bahkan banyak di berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi
antara mereka yang selalu mengandalkan obat- beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang
obatan ini untuk mengontrol manifestasi klinis berbeda. Faktor-faktor yang membedakan
asma. Obat-obatan ini tidak menimbulkan respon terhadap stimulus yang berbeda ini
reaksi alergi, dan memang sangat efektif bagi disebut determinan perilaku, yang terdiri dari
penderita asma. determinan internal (yang bersifat bawaan) dan
Terkait dengan paparan faktor risiko determinan eksternal (berasal dari lingkungan),
asma, perilaku pencegahan tentang paparan yang keberadaannya membuat perilaku
juga merupakan sesuatu yang esensial. Seperti manusia menjadi sangat beragam
telah disinggung di atas, penyakit asma tidak (Notoatmodjo, 2003). Hal ini terbukti di
bisa disembuhkan. Perilaku pencegahan lapangan. Pada responden yang sama, tindakan
tentang paparan faktor risiko asma sangat pencegahan yang berbeda ditunjukkan untuk
berguna dalam mengendalikan ekspresi asma paparan faktor risiko yang berbeda pula.
(GINA, 2008). Berdasarkan pedoman dari Sedangkan pada responden yang berbeda,
beberapa organisasi penyakit paru-paru di tindakan pencegahan yang sama dapat
dunia, panduan tentang hal-hal yang bisa ditunjukkan untuk paparan faktor risiko yang
dilakukan untuk mengurangi paparan faktor sama pula. Keanekaragaman jenis perilaku ini
risiko asma sangat mudah diperoleh. Namun, sangat wajar ditemukan di lapangan.
kenyataannya tidak semua penderita asma Tindakan pencegahan yang berbeda-
melakukannya dalam kehidupan sehari-hari, beda terhadap berbagai paparan faktor risiko
dengan berbagai alasan pribadi. Ada yang asma sudah diprediksi dengan baik
melakukan semua tindakan yang dianjurkan, sebelumnya. Ada beberapa faktor risiko yang
ada yang hanya melakukan sebagian, bahkan tindakan pencegahannya mudah dilakukan,
ada yang tidak melakukan sama sekali. namun ada juga yang sangat sulit dilakukan,
Faktor risiko asma yang mudah sehingga mempengaruhi perilaku penderita
tindakan pencegahannya dan dilakukan asma terhadap anjuran tindakan pencegahan
seluruhnya oleh penderita asma adalah alergen yang direkomendasikan. Selain itu, ada juga
(3,57%), karena cukup dengan menghindarinya penderita asma yang melakukan tindakan
saja. Faktor risiko asma yang sebagian besar pencegahan berdasarkan pengalamannya
tindakan pencegahannya dilakukan sebagian selama menderita asma karena sebagian besar
saja oleh penderita asma diurutkan berdasarkan penderita menderita asma sejak kecil dan juga
intensitasnya adalah: ekspresi emosi yang ada keterlibatan faktor genetik, atau
berlebihan dan polusi udara (masing-masing berdasarkan mitos yang ada di masyarakat,
100%), alergen (96,42%), asap rokok atau juga berdasarkan determinan internal
(36,36%), perubahan suhu terkait kondisi (nilai-nilai yang diyakini). Namun, tindakan ini
geografis (13,88%), dan aktivitas fisik tidak termasuk dalam tindakan pencegahan
(13,04%). Sedangkan faktor risiko yang yang direkomendasikan terhadap paparan
tindakan pencegahannya sulit dilakukan dan faktor risiko asma sehingga kesesuaian dan
membuat penderita asma sama sekali tidak

14
Faktor Resiko Asma dan Perilaku Pencegahan (Nursalam)

efektivitasnya terhadap faktor risiko asma yang meliputi juga kelainan fungsi paru (GINA,
spesifik untuk mereka juga masih diragukan. 2008). Kontrol penyakit yang maksimal pada
Faktor risiko asma dan tindakan asma biasanya dicapai dengan terapi
pencegahan terhadap paparannya akan controller, tujuannya untuk mencapai dan
berpengaruh pada tingkat kontrol penyakit mempertahankan kontrol dalam waktu yang
asma oleh penderitanya. Hasil penelitian lama, dengan tetap memperhatikan keamanan
menunjukkan angka yang sangat terapi yang diberikan, potensi efek samping
mengkhawatirkan, yaitu: uncontrolled asthma obat, dan biaya terapi yang dibutuhkan untuk
sebanyak 24 orang penderita (58,54%), partly mencapai tujuan tersebut (GINA, 2008).
controlled asthma sebanyak 14 orang penderita Tingkat kontrol penyakit yang
(34,14%), dan controlled asthma hanya maksimal (controlled asthma) tampaknya
mampu dicapai oleh 3 orang penderita sangat sulit dicapai oleh penderita asma di
(7,32%). lapangan. Hal ini potensial disebabkan oleh
Pada penelitian ini, menurut kegiatan mereka sehari-hari yang berhubungan
intensitasnya, buruknya tingkat kontrol langsung dengan paparan faktor risiko asma
penyakit pada penderita asma disebabkan oleh yang sulit untuk dihindari, sehingga gejala
kemunculan gejala harian (29,16%), harian menjadi sangat sering muncul. Selain
kemunculan gejala di malam hari (24,16%), itu, cara mereka menindaklanjuti paparan
frekuensi penggunaan reliever (19,16%), faktor risiko spesifik juga penting disesuaikan
limitasi aktivitas (14,16%), dan frekuensi dengan paparan faktor risikonya sehingga
serangan asma (13,33%). Untuk fungsi paru- efektif untuk mencegah, dan taraf kontrolnya
paru tidak dilakukan penilaian karena bisa meningkat serta dapat dipertahankan.
membutuhkan spirometer atau peak flow Hasil uji statistikal data dengan uji
meter, yang tidak tersedia di lapangan. korelasi Spearman Rho memberikan hasil
Tingkat kontrol penyakit asma koefisien korelasi Spearman 0,336 dengan
merujuk langsung pada pengendalian tingkat signifikansi data 0,032 untuk variabel
manifestasi klinis penyakit asma. Tingkat faktor risiko asma dan tingkat kontrol penyakit
kontrol ini ditentukan oleh beberapa indikator pada penderita asma. Hal ini berarti ada
yaitu: kemunculan gejala harian, limitasi hubungan positif antara faktor risiko asma
aktivitas, kemunculan gejala di malam hari, dengan tingkat kontrol penyakit pada penderita
frekuensi penggunaan reliever, frekuensi asma. Dengan kata lain, semakin sering
serangan asma, dan penilaian fungsi paru-paru seorang penderita asma terpapar oleh faktor
(GINA, 2008). Kontrol penyakit asma dapat risiko spesifik maka tingkat kontrolnya
diketahui dengan banyak cara. Umumnya, terhadap penyakit asma cenderung turun atau
tingkat kontrol penyakit asma dapat menjadi semakin buruk, yang ditandai dengan
mengindikasikan pencegahan penyakit, dan peningkatan frekuensi kemunculan gejala asma
bahkan pengobatan. Bagaimanapun, dalam harian, perburukan kondisi asma dengan
asma, dimana tidak satupun hal ini diterapkan munculnya gejala di malam hari, adanya
di lapangan, maka merujuk langsung pada limitasi aktivitas, peningkatan frekuensi
kontrol terhadap manifestasi klinis penyakit. penggunaan obat-obatan reliever, dan kejadian
Idealnya tingkat kontrol penyakit ini serangan asma.
diterapkan tidak hanya pada manifestasi klinis Peningkatan intensitas paparan faktor
asma tetapi juga diterapkan pada hasil risiko asma akan mengakibatkan ekspresi asma
laboratorium terkait reaksi inflamasi dan lebih sering muncul. Ekspresi asma dimaksud
gambaran patofisiologis penyakit asma. langsung merujuk pada tingkat kontrol
Mengurangi respon inflamasi dengan penyakit asma (GINA, 2008). Tingkat kontrol
controller telah terbukti meningkatkan taraf penyakit asma yang maksimal (controlled
kontrol penyakit, namun karena tingginya asthma) dapat dicapai dan dipertahankan salah
biaya dan tidak tersedianya pemeriksaan satunya dengan cara mengendalikan faktor
seperti biopsi endobronchial dan penghitungan risiko asma, namun akan lebih mudah dicapai
jumlah eosinofil dalam sputum serta Nitric dengan rajin mengkonsumsi medikasi
Oxide yang terekshalasi, maka controller (GINA, 2008).
direkomendasikan agar terapi difokuskan pada Hasil penelitian di lapangan
pengendalian manifestasi klinis penyakit asma, menunjukkan terdapat hubungan yang lemah

15
Jurnal Ners Vol.4 No.1 April 2009: 9-18

dan signifikan antara paparan faktor risiko walaupun tindakan pencegahan terhadap
asma dengan tingkat kontrol penyakit pada paparan faktor risiko spesifik telah dilakukan
penderita asma. Lemahnya hubungan ini oleh penderita asma. Atau sebaliknya, tingkat
potensial disebabkan oleh adaptasi yang kontrol penyakit asma dapat naik atau menjadi
dilakukan oleh penderita asma terhadap baik walaupun penderita asma tidak
paparan faktor risiko spesifik. Perubahan suhu melakukan tindakan pencegahan terhadap
terkait kondisi geografis misalnya. Penderita paparan faktor risiko spesifik.
asma yang bertempat tinggal di wilayah Selat Tingkat kontrol penyakit asma
sudah bertempat tinggal di wilayah ini sejak ditentukan berdasarkan indikator dari masing-
lama dan mayoritas tidak pernah berpindah masing tingkat kontrol penyakit pada penderita
tempat tinggal. Maka dari itu mereka potensial asma terkait manifestasi klinis penyakit,
memiliki cara-cara pribadi untuk mencegah faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
gejala asma yang mungkin akan mereka kontrol penyakit asma belum teridentifikasi
rasakan akibat udara dingin, tentu saja secara jelas. Hasil penelitian yang berlawanan
berdasarkan pengalaman mereka selama ini. dengan pernyataan GINA tersebut potensial
Bila cara tersebut berhasil, dan gejala asma disebabkan oleh variatifnya tindakan
tidak muncul, maka tingkat kontrol pencegahan yang dilakukan oleh penderita
penyakitnya dapat dipertahankan. Selain asma, karena tidak semua orang melakukan
adaptasi yang dilakukan penderita asma tindakan pencegahan yang direkomendasikan.
terhadap paparan faktor risiko spesifik, Ada beberapa penderita asma yang melakukan
potensial ada sebab lain yang menyebabkan tindakan pencegahan berdasarkan pada
lemahnya hubungan antara faktor risiko asma pengalamannya selama menderita asma
dengan tingkat kontrol penyakit pada penderita (karena sudah mengalaminya sejak kecil dan
asma. Misalnya, penderita asma rajin anggota keluarga lain juga ada yang menderita
mengkonsumsi obat-obatan jenis controller, asma) atau berdasarkan mitos yang ada di
karena tingkat kontrol penyakit asma yang masyarakat, dan atau berdasarkan determinan
maksimal akan mudah dicapai dan dapat internal (nilai-nilai yang diyakini), namun
dipertahankan dengan cara ini. Sebab-sebab tindakan pencegahan ini tidak termasuk dalam
lainnya belum teridentifikasi secara jelas. tindakan pencegahan yang direkomendasikan
Hasil uji statistikal data dengan uji terhadap faktor risiko spesifik, sehingga
korelasi Spearman Rho memberikan hasil kesesuaian dan efektivitasnya juga masih
koefisien korelasi Spearman 0,264 dengan diragukan. Selain itu, tindakan pencegahan
tingkat signifikansi data 0,095 untuk variabel dalam penelitian ini tidak diobservasi,
perilaku pencegahan tentang paparan faktor sehingga rentan mengalami bias.
risiko asma dan tingkat kontrol penyakit pada Determinan perilaku yang sangat
penderita asma. Hal ini berarti tidak ada mempengaruhi perilaku seseorang ternyata
hubungan antara perilaku pencegahan tentang juga menunjukkan pengaruhnya pada tingkat
paparan faktor risiko asma dengan tingkat kontrol penyakit asma. Kecenderungan
kontrol penyakit pada penderita asma. seseorang untuk intens melakukan atau tidak
GINA menyatakan bahwa intervensi melakukan tindakan pencegahan terhadap
awal untuk menghentikan atau mengurangi paparan faktor risiko asma dipengaruhi oleh
paparan terhadap faktor risiko asma yang banyak hal, selain karena ada beberapa faktor
menyebabkan hipereaktivitas saluran nafas risiko asma yang tidak mudah tindakan
dapat membantu meningkatkan kontrol pencegahannya. Walau demikian, setidaknya
penderita terhadap penyakit asma (GINA, tindakan pencegahan yang dilakukan dapat
2008). Hal ini berarti tindakan pencegahan membantu meredakan gejala asma pada saat
terhadap paparan faktor risiko asma dapat aktual penderita asma terpapar oleh faktor
membantu meningkatkan taraf kontrol risiko spesifik.
penyakit asma, atau ekspresi asma menjadi
dapat dikendalikan dengan melakukan SIMPULAN DAN SARAN
tindakan pencegahan tersebut. Namun, hasil
penelitian bertentangan dengan pernyataan Simpulan
GINA ini. Dengan kata lain, tingkat kontrol
penyakit asma dapat turun atau menjadi buruk

16
Faktor Resiko Asma dan Perilaku Pencegahan (Nursalam)

Faktor risiko asma yang sering BPS, 2007. Buku Monografi. Karangasem :
menginduksi gejala asma adalah perubahan Badan Pusat Statistik Kabupaten
suhu terkait kondisi geografis, alergen, Karangasem. hlm. 1.
aktivitas fisik, asap rokok, ekspresi emosi yang Canadian Lung Association, 2008. Exercise &
berlebihan, dan polusi udara. Penderita asma Asthma, (online),
tidak melakukan tindakan pencegahan yang (http://www.lung.ca.org, diakses pada
direkomendasikan terhadap paparan faktor tanggal 14 Mei 2009 jam 10.46 WIB).
risiko asma. Perburukan tingkat kontrol Global Initiative for Asthma (GINA), 2008.
penyakit asma terjadi akibat kemunculan Asthma Control Questionnaire,
gejala harian yang sering. Ditemukan (online), (http:// www.qoltech.co.uk,
hubungan yang signifikan antara faktor risiko diakses pada tanggal 29 April 2009,
asma dengan tingkat kontrol penyakit asma, Jam 13.04 WIB).
namun perilaku pencegahan tentang paparan Global Initiative for Asthma (GINA), 2008.
tidak memiliki hubungan dengan tingkat Asthma Therapy Assessment
kontrol penyakit asma. Questionnair, (online),
(http://www.ataqinstrument.com,
Saran Dikases pada tanggal 20 April 2009,
Jam 09.52 WIB).
Penulis menyarankan agar penderita Global Initiative for Asthma GINA, 2008.
asma melakukan upaya-upaya untuk Global Strategy for Asthma
menghentikan atau mengurangi paparan faktor Management and Prevention, (online),
risiko asma spesifik, dan perawat dapat (http://www.ginasthma.org, diakses
memberikan penyuluhan terkait upaya-upaya pada tanggal 8 April 2009, Jam 15.14
tersebut. Penelitian selanjutnya dapat WIB).
menggunakan metode content analysis agar Global Initiative for Asthma GINA, 2008.
semua jawaban tercover. Pocket Guide for Asthma Management
and Prevention, (online),
KEPUSTAKAAN (http://www.ginasthma.org, diakses
pada tanggal 8 April 2009, Jam 15.14
Air Resources Board (ARB), 2008. Asthma WIB).
and Air Pollution, (online), (http:// Green, et al., 2002. Synergism Between
www.arb.org., diakses pada tanggal Allergens and Viruses and Risk of
15 Mei 2009, Jam13.44 WIB). Hospital Admission With Asthma :
Arief, 2009. Asma Bronkial, (online), Case Control Study, (online), (http://
(http://www.blogger.com, diakses pada www.pubmedcentral.nih.gov, diakses
tanggal 13 April 2009, Jam 21.44 pada tanggal 29 April 2009, Jam 14.50
WIB). WIB).
Arruda, L., 2006. Environmental Control in Kaufman, J. D., 2007. Air Pollution and
Asthma to Recommend or Not Mortality : Are We Close to
Recommend : That is The Question!, Understanding the How?, (online),
(online), (http:// www.scielo.br, (http://www.ajrccm.atsjournals.org,
diakses pada tanggal 29 April 2009, Diakses pada tanggal 29 April 2009,
Jam 14.43 WIB). Jam 13.35 WIB).
Asthma and Allergy Foundation of America MacNaughton, K., 2008. Exercise Induced
(AAFA), 2008. Asthma Asthma : Facts About EIA, (online),
Triggers,(online), (http://www.asthma.about.com,
(http://www.aafa.org, diakses pada diakses pada tanggal 14 Mei 2009, Jam
tanggal 15 Mei 2009, Jam 13.44 19.00 WIB).
WIB). MacNaughton, K., 2008. Extreme Weather
BPS, 2007. Selat District in Figures 2007. Asthma Trigger and Irritant.
Karangasem: Badan Pusat Statistik (online),(http://
Kabupaten Karangasem. hlm. 1, 2, 4, www.asthma.about.com, diakses pada
40, 41, 42, 62, 63, 77, 78. tanggal 14 Mei 2009, Jam 19.31 WIB).

17
Jurnal Ners Vol.4 No.1 April 2009: 9-18

Ricky, 2009. Asap Rokok dan Asthma, (online), Sykes, and Johnston, 2008. Etiology of Asthma
(http://www.marnalom.com, diakses Exacerbations, (online), (http://
pada tanggal 14 Juli 2009, Jam 14.46 www.aaaai.org, diakses pada tanggal
WIB). 8 April 2009, Jam 12.01 WIB).
Rosenkranz, et al., 2005. Neural Circuitry Virchow, C. J., 2001. Drug-Induced
Underlying The Interaction Between Bronchospasm A Negligible
Emotion and Asthma Symptom Phenomenon?, (online), (http://
Exacerbation, ( www.content.karger.com, diakses pada
online), (http:// www.pnas.org, diakses tanggal 14 Mei 2009, Jam 11.43 WIB).
pada tanggal 12 Mei 2009, Jam 15.13 Wahyuningsih, et al., 2003. Dampak Inhalasi
WIB). Cat Semprot terhadap Kesehatan
Silva, R., 2006. The Emotional Cause of Paru, (online), (http://
Asthma, (online), (http:// www.cerminduniakedokteran.com,
www.ezinearticles.com, diakses pada diakses pada tanggal 18 Maret 2009,
tanggal 12 Mei 2009, Jam 15.13 WIB). Jam 17.21 WIB).
State of Region Health, 2002. Asthma Risk WHO, 2000. Pocket Book of Hospital Care for
Factors and Triggers. Canada : The Children : Guidelines for the
Regional Municipality of Peel, hlm. 9. Management of Common Illness with
Suyono, S., 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Limited Resources. China : WHO
Dalam, Jilid 2, Edisi 3. Jakarta : Balai Library Cataloguing-in-Publication
Penerbit FK UI, hlm. 21, 22, 23, 27, Data. hlm. 87.
28, 29, 31, 33, 41.

18

You might also like