You are on page 1of 11

IMPLEMENTASI HEALTH BELIEF MODEL PADA ANALISIS KEPUTUSAN KELUARGA

MELAKUKAN KUNJUNGAN KE PUSKESMAS


(Health Believe Model Implementation on The Analyze of Family Decision to Visit The Public
Health Center)

Purwaningsih*, Ni Ketut Alit Armini*, Susanti*

ABSTRACT

Introduction : Dengue Haemorhagic Fever (DHF) is one of infecsius deseases. These deseases can
have serious complications and kill the patients. Dengue Haemorhagic Fever (DHF) deseases that is
suffered to the patients has become a heavy complication in Tembok Dukuh village. By the health
belief model implementation, the patients got earlier response as soon as possible. The objective of the
study was to analyze familys decision for visiting Puskesmas in earlier response of Dengue
Haemorhagic Fever (DHF). This descriptive analytic was conducted at work area of Puskesmas
Tembok Dukuh Surabaya. The population was the family with Dengue Haemorhagic Fever (DHF)
patient from Januari 2007 until July 2009. Method : Clustered design was used to take the sample.
Total sample were 65 respondents, taken according to inclusion criteria. The independent variables
were health belief model about perceived susceptibility, perceived seriousness, perceived benefits,
perceived barriers, and cues to action. The dependent variable was familys decision for visiting
Puskesmas in earlier response of Dengue Haemorhagic Fever (DHF). Data was collecting using
structured questionnaire. Data that had collected were later analyzed with frequency distribution of
each category. Result : Result showed that perceived susceptibility most family was in middle
category, perceived seriousness most family was in high category, most of family got the benefits, most
of family also got the barriers, and all of the respondents have cues to action. The familys decision to
visit Puskesmas for the earlier Dengue Haemorhagic Fever (DHF) response was founded in a few of
family. Analysis : It can be concluded that most of the family didnt have a steady decisison to visit
Puskesmas for the earlier Dengue Haemorhagic Fever response. It can be proved by there are most of
family chose the others health service. Discussion : Health workers in Desease Eradication
Departement (P2M) should sosialize the Puskesmas program related with the earlier Dengue
Haemorhagic Fever (DHF) response. So that, the family has believed that visiting Puskesmas is
important for the earlier Dengue Haemorhagic Fever (DHF) response.

Keywords: decisison making, health belief model

*Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya. Telp/Fax: (031)


5913257, E-mail: purwaningsih_ners@unair.ac.id

PENDAHULUAN masyarakat diserang penyakit dan juga


merasakan sakit, maka baru akan timbul
Model kepercayaan kesehatan atau berbagai macam perilaku dan usaha
health belief model merupakan salah satu (Notoatmodjo, 2007). Puskesmas merupakan
model penggunaan pelayanan kesehatan yang lini terdepan yang memberikan pelayanan
didasarkan pada kenyataan bahwa beberapa kesehatan masyarakat secara menyeluruh
problem kesehatan ditandai oleh kegagalan (Susilo, 2008). Penyakit Demam Berdarah
masyarakat untuk menerima usaha pencegahan Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit
dan penyembuhan penyakit yang menular yang masih menjadi masalah
diselenggarakan oleh provider (Notoatmodjo, kesehatan pada negara berkembang termasuk
2007). Masyarakat yang menderita penyakit Indonesia (Depkes RI, 2005).
dan tidak merasakan sakit tidak akan bertindak Berdasarkan survey yang dilakukan
terhadap penyakit tersebut. Tetapi bila oleh peneliti dari jumlah surat rujukan

68
Jurnal Ners Vol.4 No.1 April 2009: 68-78

penderita dengan kasus Demam Berdarah Kasus Demam Berdarah Dengue


Dengue (DBD) yang dikeluarkan Puskesmas, (DBD) di Puskesmas Tembok Dukuh Surabaya
penyakit demam berdarah yang diderita berada diurutan kedua di wilayah Surabaya.
keluarga di Kelurahan Tembok Dukuh, Oleh sebab itu, berdasarkan program
wilayah kerja Puskesmas Tembok Dukuh pokok Puskesmas, prioritas kinerja pada upaya
Surabaya, pada tahun 2007 sebanyak 28 orang penanggulangan Demam Berdarah Dengue
(36,37%) sudah pada manifestasi klinis yang (DBD) lebih ditingkatkan. Pemilihan prioritas
berat, tahun 2008, 18 orang (23,38%), dan upaya penanggulangan Demam Berdarah
tahun 2009 (Januari-Juli) 19 orang (24,68%) Dengue (DBD) dikarenakan Demam Berdarah
atau 84% dari 65 keluarga tidak menggunakan Dengue (DBD) selalu ada di wilayah kerja
Puskesmas dalam penanganan dini demam Puskesmas, salah satunya adalah Kelurahan
berdarah. Penerapan health belief model Tembok Dukuh di Kecamatan Bubutan yang
terhadap keputusan keluarga untuk melakukan merupakan salah satu kelurahan yang endemis.
kunjungan ke Puskesmas dalam penanganan Berdasarkan data awal yang didapatkan oleh
dini Demam Berdarah Dengue (DBD) masih peneliti pada tanggal 15 Juni 2009 di
perlu dijelaskan. Puskesmas Tembok Dukuh, keluarga di
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kelurahan Tembok Dukuh Surabaya yang
Kota Surabaya yang menunjukkan bahwa sejak menderita Demam Berdarah Dengue (DBD)
ditemukan pertama kali pada tahun 1968, pada tahun 2007 sebanyak 34 orang (44,16%),
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2008 sebanyak 22 orang (28,57%),
terus menerus ditemukan di Surabaya yang dan pada tahun 2009 sebanyak 21 orang
merupakan salah satu daerah endemis di Jawa (27,27%). Pada tahun 2008 mengalami
Timur. Kasus Demam Berdarah Dengue penurunan sebesar 15,59% sedangkan pada
(DBD) di Surabaya pada tahun 2003, 2004, tahun 2009 mengalami peningkatan. Hal ini
dan 2005 mengalami peningkatan seiring dapat ditunjukkan dari bulan Januari sampai
bertambahnya jumlah penduduk. Pada tahun dengan Juli 2009 jumlah penderita sudah
2006 sebanyak 4.187 kasus (34,62%) mencapai 27,27%. Hal ini menunjukkan bahwa
dibandingkan tahun 2005 yaitu sebanyak 2.568 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di
kasus (21,23%) mengalami peningkatan Kelurahan Tembok Dukuh masih perlu
sebesar (13,39%). Sedangkan pada tahun 2007 mendapat perhatian khusus karena jika tidak
mengalami penurunan kembali, yaitu jumlah segera ditangani maka jumlah kematian
kasus sebanyak 3.214 kasus (26,58%). Hal ini penderita demam berdarah akan semakin
menunjukkan bahwa program pemberantasan meningkat. Oleh sebab itu, program
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di pemberantasan penyakit Demam Berdarah
Surabaya masih perlu ditingkatkan. Insidens Dengue (DBD) di Kelurahan Tembok Dukuh
Risk (IR) dari tahun 2003 sampai dengan tahun masih perlu ditingkatkan untuk lebih menekan
2006 menunjukkan kenaikan yaitu dari dari 36 jumlah penderita.
per 100.000 menjadi 149 per 100.000, Kasus kematian penderita akibat
sedangkan pada tahun 2007 menunjukkan Demam Berdarah Dengue (DBD) yang tinggi
jumlah yang turun yaitu 113 per 100.000. terjadi karena penderita terlambat dibawa
Nilai Case Fatality Rate (CFR) menunjukkan berobat ke Rumah Sakit atau Puskesmas. Jika
nilai yang naik turun dari tahun 2003 sampai penderita Demam Berdarah Dengue (DBD)
dengan tahun 2007. Pada tahun 2003 sebanyak terlambat untuk ditangani, akibatnya sering
0.9% mengalami peningkatan dibandingkan fatal, yaitu bisa langsung merenggut nyawa
tahun 2004 sebanyak 0.7%. Pada tahun 2005 karena gejala dan tanda Demam Berdarah
sebanyak 1.3% mengalami peningkatan Dengue (DBD) tidak selalu tampil nyata
dibandingkan tahun 2006 sebanyak 0.5%, dan sehingga tidak selalu mudah dikenali (Nadesul,
pada tahun 2007 sebanyak 0.7% juga 2007). Menurut Rosenstock (1982) dalam
mengalami peningkatan dibandingkan tahun Sarwono (2004), Masyarakat atau keluarga
2006. Hal ini menunjukkan bahwa seorang tidak akan mencari pertolongan medis atau
penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) pencegahan penyakit bila keluarga kurang
masih perlu deteksi dini untuk mencegah mempunyai pengetahuan dan motivasi minimal
terjadinya kegawatan akibat penyakit Demam yang relevan dengan kesehatan, bila keluarga
Berdarah Dengue (DBD). memandang keadaan tidak cukup berbahaya,

69
Implementasi Health Belief Model (Purwaningsih)

bila tidak yakin terhadap keberhasilan suatu 2) Orang tua (Ayah atau Ibu) sebagai
intervensi medis, dan bila keluarga melihat pengambil keputusan yang berusia 25-65
adanya beberapa kesulitan dalam tahun. Jumlah sampel yang didapat sebanyak
melaksanakan perilaku kesehatan yang 65 orang terdiri dari 19 orang dari RW 3, 21
disarankan. Model kepercayaan kesehatan orang dari RW 7 dan 25 orang dari RW 10.
(Health Belief Model) dari Rosenstock (1982) Data untuk variabel independen yaitu
dalam Sarwono (2004), meliputi: kerentanan penerapan health belief model meliputi:
yang dirasakan terhadap suatu penyakit, kerentanan, keseriusan, manfaat, rintangan,
keseriusan yang dirasakan, manfaat yang dan faktor pendorong yang dirasakan oleh
diterima, rintangan-ritangan yang dialami keluarga yang memiliki anggota keluarga
dalam tindakannya melawan penyakit, dan penderita Demam Berdarah Dengue (DBD)
isyarat atau tanda-tanda yang mendorong diperoleh melalui pengisian kuesioner jenis
tindakan tersebut. Kelima variabel tersebut close ended dichotomy question. Variabel
merupakan variabel health belief model yang dependen dalam penelitian ini adalah
dapat diterapkan bagi keluarga terhadap keputusan keluarga untuk melakukan
keputusan keluarga untuk melakukan kunjungan ke Puskesmas yang didapat melalui
kunjungan ke Puskesmas dalam penanganan kusioner terstruktur dengan hasil berupa
dini Demam Berdarah Dengue (DBD) guna content analysis. Penelitian ini dilakukan di
meningkatkan derajat kesehatan keluarga. wilayah Puskesmas Tembok Dukuh Surabaya
Kepercayaan keluarga mengunjungi pada tanggal 23 Juni sampai 6 Juli 2009.
Puskesmas dapat menolong proses
penyembuhan penyakit termasuk penanganan HASIL PENELITIAN
dini penderita Demam Berdarah Dengue
(DBD) diharapkan mampu menurunkan jumlah Data mengenai kerentanan yang
penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di dirasakan keluarga (perceive susceptibility)
wilayah penelitian yaitu wilayah kerja menunjukkan dari 65 keluarga yang menjadi
Puskesmas Tembok Dukuh dengan cara responden dalam penelitian ini, lebih dari
deteksi dini terhadap tanda dan gejala yang setengah responden (55%) mengalami
ditimbulkan sehingga penderita tidak terlambat kerentanan yang sedang terhadap penyakit
mendapatkan pertolongan. Salah satu fungsi DBD. Sub variabel mengenai keseriusan yang
Puskesmas adalah membina peran serta dirasakan keluarga (perceived seriousness)
masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka hampir setengah responden (46%) mengalami
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat. keseriusan yang tinggi terhadap kegawatan
Oleh sebab itu, keputusan keluarga untuk akibat penyakit DBD apabila penderita tidak
melakukan kunjungan ke Puskesmas tersebut segera mendapatkan penanganan. Berdasarkan
merupakan langkah awal terhadap perubahan manfaat yang dirasakan keluarga (perceived
perilaku dalam menghadapi masalah kesehatan benefits) sebanyak 62% dari 65 responden
yang berkelanjutan serta demi terwujudnya merasakan manfaat ketika keluarga melakukan
kemandirian dalam bidang kesehatan di dalam kunjungan ke Puskesmas dalam penanganan
keluarga dan masyarakat. Berdasarkan fakta di dini anggota keluarga yang menderita DBD
atas, peneliti tertarik untuk menganalisis (tabel 1). Identifikasi rintangan yang dirasakan
penerapan health belief model terhadap keluarga (perceived barrier) menunjukkan
keputusan keluarga untuk melakukan bahwa dari 65 keluarga sebanyak 74%
kunjungan ke Puskesmas dalam penanganan mengalami rintangan ketika akan melakukan
dini Demam Berdarah Dengue (DBD). kunjungan ke Puskesmas dalam penanganan
dini anggota keluarga yang menderita DBD
BAHAN DAN METODE PENELITIAN (tabel 2). Pengetahuan keluarga untuk
melakukan penanganan dini penyakit DBD
Rancangan penelitian yang digunakan berasal dari sumber informasi yang didapatkan
adalah penelitian deskriptif. Sampel didapat keluarga seperti pada distribusi tabel 3. Faktor
dengan menggunakan cluster sampling dengan pendorong utama (cues to action) keluarga
kriteria inklusi: 1) Keluarga yang memiliki melakukan kunjungan ke Puskesmas dapat
anggota keluarga dengan Demam Berdarah dilihat tabel 4.
Dengue (DBD) mulai Januari 2007-Juli 2009,

70
Jurnal Ners Vol.4 No.1 April 2009: 68-78

Tabel 1. Manfaat yang Dirasakan (Perceived Benefits) Keluarga untuk Melakukan Kunjungan ke
Puskesmas dalam Penanganan Dini Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan
Tembok Dukuh Kecamatan Bubutan, Surabaya 23 Juni-6 Juli 2009
Manfaat yang dirasakan Frekuensi Persentase (%)
Penderita mendapatkan penanganan dengan cepat 21 52,5%
Penderita dapat terhindar dari kegawatan akibat 11 27,5%
penyakit demam berdarah
Penderita dapat terhindar dari kematian akibat 8 20%
keterlambatan penanganan
Jumlah 40 100%

Tabel 2. Rintangan yang Dialami (Perceived Barriers) Keluarga untuk Melakukan Kunjungan ke
Puskesmas dalam Penanganan Dini Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan
Tembok Dukuh Kecamatan Bubutan, Surabaya 23 Juni-6 Juli 2009
Rintangan yang dialami Frekuensi Persentase (%)
Jarak rumah ke Puskesmas sangat jauh 28 58,3%
Tidak ada transportasi atau kendaraan 11 22,9%
Biaya pengobatan di Puskesmas mahal 0 0%
Pelayanan petugas Puskesmas yang kurang 9 18,8%
memuaskan
Jumlah 48 100%

Tabel 3. Sumber Informasi Keluarga tentang Penanganan Dini Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Kelurahan Tembok Dukuh Kecamatan Bubutan, Surabaya 23 Juni-6 Juli 2009
Sumber informasi Frekuensi Persentase (%)
Media massa (Televisi, radio, surat kabar, majalah, 40 61,5%
internet)
Mencari sendiri dengan membaca-baca buku 5 7,7%
tentang penanganan dini demam berdarah
Teman-teman dan tetangga 9 13,9%
Petugas Puskesmas 11 16,9%
Jumlah 65 100%

Tabel 4. Pendorong Utama (Cues To Action) Keluarga untuk Melakukan Kunjungan ke Puskesmas
atau Sarana Kesehatan yang Lain dalam Penanganan Dini Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Kelurahan Tembok Dukuh Kecamatan Bubutan, Surabaya 23 Juni-6 Juli 2009
Pendorong utama Frekuensi Persentase (%)
Gejala dan tingkat keparahan penyakit demam 44 67,7%
berdarah
Informasi dari keluarga 6 9,2%
Penjelasan petugas Puskesmas 15 23,1%
Jumlah 65 100%

Sebanyak 51% responden melakukan Puskesmas dalam penanganan dini penderita


kunjungan ke Puskesmas jika ada anggota Demam Berdarah Dengue (DBD).
keluarga yang dicurigai menderita Demam Adapun content analysis dari hasil
Berdarah Dengue (DBD) atas inisiatif keluarga kuesioner terstruktur yang mendukung data
sendiri, sebagian besar responden (75%) tersebut dengan pertanyaan: Apa saja yang
membicarakan terlebih dahulu dengan anggota anda bicarakan dengan keluarga mengenai
keluarga yang lain dalam proses pengambilan keputusan anda untuk membawa anggota
keputusan untuk melakukan kunjungan ke keluarga yang sakit ke Puskesmas? Jawaban
dapat disimpulkan sebagai berikut: Kami
71
Implementasi Health Belief Model (Purwaningsih)

sebelumnya selalu membicarakan terkait (DBD) dapat diketahui bahwa sebagian besar
dengan penanganan yang dilakukan oleh keluarga memiliki keputusan yang mantap
Puskesmas untuk segera mengetahui penyakit untuk berobat ke Puskesmas jika terdapat
yang diderita anggota keluarga agar dapat anggota keluarga yang menderita Demam
segera disembuhkan. (15 responden). Saya Berdarah Dengue (DBD) berada pada tingkat
berbicara tentang kemungkinan mendapatkan keseriusan yang rendah yaitu sebesar (41,4%).
surat rujukan dengan cepat jika anggota Sebaliknya, keluarga yang tidak memiliki
keluarga yang sakit dicurigai mengalami kemantapan untuk berobat ke Puskesmas jika
kegawatan. (6 responden). Saya berbicara terdapat anggota keluarga yang menderita
terlebih dahulu kepada keluarga (suami atau Demam Berdarah Dengue (DBD) karena
istri) perihal keberadaan dokter yang bertugas keluarga menganggap berobat ke Puskesmas
saat itu karena biasanya tidak langsung adalah keputusan yang kurang tepat, sebagian
ditangani oleh dokter yang bertugas dan juga besar pada tingkat keseriusan yang tinggi yaitu
tentang obat-obatan yang nanti diterima dari sebesar (55,5%).
Puskesmas. Selain itu, kami juga
memperhitungkan jarak Puskesmas dengan PEMBAHASAN
rumah kami (17 responden). Yang
dibicarakan adalah mempertimbangkan biaya Kerentanan yang dirasakan keluarga
yang dikeluarkan untuk berobat ke Puskesmas (perceived susceptibility) meliputi riwayat
sebab biayanya cukup terjangkau (4 kesehatan anggota keluarga, kebersihan
responden). Kami membicarakan perihal lingkungan tempat tinggal keluarga, dan
pelayanan petugas Puskesmas apakah dapat kebiasaan yang dilakukan anggota keluarga di
memberikan pelayanan secara maksimal dalam rumah. Menurut Notoatmodjo (2007),
kepada masyarakat yang berobat ke Puskesmas kerentanan yang dirasakan keluarga (perceived
tersebut (7 responden). susceptibility) adalah suatu tindakan
Delapan puluh lima persen (55 pencegahan terhadap suatu penyakit akan
responden) memiliki keinginan untuk berobat timbul bila seseorang telah merasakan bahwa
ke tempat pelayanan kesehatan yang lain selain seseorang mengetahui keluarganya rentan
di Puskesmas, dengan distribusi 76,4 % (42 terhadap penyakit tersebut. Kerentanan yang
responden) berobat ke Dokter Praktik, 23,6% dialami timbul dari pendapat subyektif yang
(13 responden) ingin berobat ke Rumah Sakit. merupakan kunci dari dilakukannya atau
Kurang dari setengah responden (45%) dihindarinya suatu tindakan kesehatan. Dalam
memutuskan untuk berobat ke Puskesmas jika hal ini, keluarga baru akan melakukan suatu
ada anggota keluarga yang dicurigai menderita tindakan untuk menyembuhkan penyakit jika
Demam Berdarah Dengue (DBD). keluarga merasa terancam oleh penyakit
Hasil tabulasi silang antara kerentanan tersebut. Dalam hal ini, keluarga dikatakan
yang dirasakan keluarga (perceived memiliki kerentanan yang tinggi jika keluarga
susceptibility) dan keputusan keluarga untuk memiliki pola hidup yang tidak sehat terkait
melakukan kunjungan ke Puskesmas dalam dengan pemeliharan kesehatan keluarga yang
penanganan dini Demam Berdarah Dengue tidak optimal serta keluarga kurang memahami
(DBD) menunjukkan sebagian besar keluarga cara hidup yang sehat untuk mencegah
memiliki keputusan yang mantap untuk terjadinya penyakit Demam Berdarah Degue
berobat ke Puskesmas jika terdapat anggota (DBD). Sebaliknya, jika keluarga memahami
keluarga yang menderita Demam Berdarah cara hidup sehat untuk pemeliharaan kesehatan
Dengue (DBD) berada pada tingkat kerentanan anggota keluarga maka keluarga dikatakan
yang sedang yaitu sebesar (65,5%). Sementara, memiliki kerentanan yang rendah.
keluarga yang tidak memiliki kemantapan Dalam penelitian ini sebagian besar
untuk berobat ke Puskesmas sebagian besar responden (55%) mengalami kerentanan yang
berada pada kerentanan yang sedang yaitu sedang terhadap penyakit Demam Berdarah
sebesar (47,2%). Tabulasi silang antara Dengue (DBD) karena sebagian besar keluarga
keseriusan yang dirasakan keluarga (perceived telah mendapakan informasi mengenai
seriousness) dan keputusan keluarga untuk penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan
melakukan kunjungan ke Puskesmas dalam penanganannya melalui media massa, seperti
penanganan dini Demam Berdarah Dengue televisi, radio, surat kabar, majalah, internet.

72
Jurnal Ners Vol.4 No.1 April 2009: 68-78

Hasil penelitian diperoleh sebagian besar pertimbangan, dan pengalamannya untuk


responden (75%) berpendidikan menengah ke memutuskan alternatif yang dianggap lebih
atas dan lebih dari setengah responden (61,5%) menguntungkan dan yang paling kecil
mendapatkan informasi tentang penyakit kerugiannya dari masing-masing alternatif
Demam Berdarah Dengue (DBD) dan yang tersedia.
penanganannya. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka semakin mudah Identifikasi keseriusan yang dirasakan
orang tersebut menerima informasi, baik dari keluarga (perceiveed seriousness) dari 65
orang lain maupun dari media massa. keluarga yang menjadi responden, diperoleh
Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa hasi penelitian yang menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan mempunyai efek tidak (22%) responden mengalami keseriusan yang
langsung pada perilaku yang berpengaruh pada rendah, (32%) responden mengalami
pengertian dari kerentanan yang dirasakan, keseriusan yang sedang, dan (46%) responden
keseriusan yang dirasakan, serta manfaat dan mengalami keseriusan yang tinggi terhadap
penghalang dalam pengambilan tindakan kegawatan akibat penyakit Demam Berdarah
pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit. Dengue (DBD) apabila penderita tidak segera
Terdapat beberapa faktor lain yang dapat mendapatkan penanganan. Keseriusan yang
mempengaruhi kecemasan terhadap kerentanan dirasakan keluarga (perceived seriousness)
yang dirasakan oleh keluarga, antara lain: tersebut meliputi pemahaman keluarga tentang
perbedaan demografi (usia, jenis kelamin, penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD),
pendidikan, pekerjaan, tingkat ekonomi, kegawatan penyakit Demam Berdarah Dengue
kelompok etnis, dan agama), pengetahuan, (DBD), dan kecemasan akan kondisi anggota
pengalaman, sumber informasi, dan latar keluarga yang menderita Demam Berdarah
belakang yang lain. Dengue (DBD). Notoatmodjo (2002)
Menurut WHO yang dikutip oleh menyatakan bahwa keseriusan yang dirasakan
Notoatmodjo (2003), pengetahuan dapat (perceived seriousness) keluarga merupakan
diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang tindakan individu untuk mencari pertolongan
lain. Sampel dalam penelitian ini adalah pengobatan atau pencegahan penyakit akan
keluarga dengan penderita Demam Berdarah didorong oleh keseriusan penyakit tersebut
Dengue (DBD) sebagai pengambil keputusan terhadap individu atau masyarakat. Dalam
dengan rentang usia 25-65 tahun. Semakin penelitian ini sebagian besar responden (92%)
bertambah dewasa usia seseorang akan beragama Islam. Menurut Notoatmodjo (2005),
mempengaruhi tindakan orang tersebut dalam beberapa anggota masyarakat dikalangan
pengambilan keputusan untuk memelihara dan kelompok yang beragama Islam percaya
meningkatkan kesehatan anggota keluarganya. bahwa anak adalah titipan Tuhan, dan sakit
Sebagian responden berada pada rentang usia atau mati itu adalah takdir, sehingga
25-34 tahun. Hal ini merupakan salah satu masyarakat kurang berusaha untuk segera
faktor yang menyebabkan kerentanan sebagian mencari pertolongan pengobatan bagi anak
keluarga tinggi karena pengalaman maupun atau anggota keluarga yang sakit.
informasi yang dimiliki anggota keluarga Hasil penelitian menunjukkan dari 65
sebagai pengambil keputusan di dalam responden di Kelurahan Tembok Dukuh
keluarga terkait dengan bahaya penyakit dan Kecamatan Bubutan, Surabaya sebagian kecil
penanganan dini penderita Demam Berdarah dari jumlah keluarga yang menjadi responden
Dengue (DBD) belum optimal. Kerentanan (21,5%) memiliki keputusan yang mantap
terhadap suatu penyakit akan mempengaruhi untuk berobat ke Puskesmas jika terdapat
seseorang untuk bertindak mengobati dan anggota keluarga yang menderita Demam
mencegah penyakitnya. Berdarah Dengue (DBD) berada pada tingkat
Salah satu dasar pengambilan keseriusan yang rendah (41,4%). Sebaliknya,
keputusan adalah pengalaman karena hampir setengah dari jumlah responden
pengalaman seseorang dapat memperkirakan (46,2%) berada pada tingkat keseriusan yang
keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan tinggi (55,5%) memiliki keputusan yang tidak
untung rugi, baik buruknya keputusan yang mantap untuk berobat ke Puskesmas karena
akan diambil (Hasan, 2004). Umumnya, keluarga menganggap bahwa Puskesmas tidak
seseorang menggunakan pengetahuan, dapat memberikan penanganan dengan cepat

73
Implementasi Health Belief Model (Purwaningsih)

dan tepat. Notoatmodjo (2002) menyatakan Manfaat yang dirasakan keluarga


bahwa keseriusan yang dirasakan keluarga beragam dan merupakan persepsi individu
berasal dari banyaknya gejala, kecemasan, dan mengenai manfaat yang diperoleh apabila
kesulitan yang dihadapi keluarga apabila melakukan tindakan tertentu yang berkaitan
anggota keluarga yang sakit tidak dengan kesehatan. Menurut Rosenstock dalam
mendapatkan pemeliharaan dan perawatan Sarwono (2004), manfaat tersebut dapat berupa
yang baik dan tepat. Dalam hal ini, keluarga berkurangnya ancaman dan tingkat bahaya.
beranggapan bahwa jika penyakit yang diderita Sedangkan menurut Notoatmodjo (2002),
anggota keluarga dirasa cukup serius atau individu akan melakukan tindakan tertentu
dianggap gawat oleh keluarga maka keluarga apabila individu merasa dirinya rentan
lebih memutuskan berobat ke Dokter Praktik terhadap penyakit yang dianggap serius dan
karena penanganannya lebih cepat. Sebaliknya, dapat membahayakan diri sendiri dan orang-
jika penyakit yang diderita keluarga dirasa orang disekitar. Tindakan tersebut tergantung
tidak serius oleh keluarga maka keluarga pada manfaat yang dirasakan dan rintangan
memutuskan berobat ke Puskesmas sebab tidak yang ditemukan dalam mengambil tindakan
membutuhkan penanganan secara serius. Hal tersebut. Pada umumnya, besarnya manfaat
tersebut mempengaruhi keputusan keluarga tindakan akan lebih menentukan daripada
untuk melakukan kunjungan ke Puskesmas rintangan yang mungkin dtemukan dalam
dalam penanganan dini penderita Demam melakukan tindakan tersebut. Semakin besar
Berdarah Dengue (DBD). manfaat yang akan diperoleh akan memperkuat
Dalam penelitian ini sebagian besar individu untuk mengambil keputusan dalam
responden (67,7%) terdorong untuk melakukan melakukan tindakan tersebut, walaupun harus
kunjungan ke Puskesmas atau sarana kesehatan disertai dengan rintangan yang mungkin akan
yang lain dalam penanganan dini penderita dialami.
Demam Berdarah Dengue (DBD) karena Berdasarkan hasil penelitian, manfaat
gejala dan tingkat keparahan penyakit demam yang dirasakan keluarga (perceived benefits)
berdarah yang tampak pada penderita. Sesuai dari (62%) responden, sebesar (52,5%)
dengan pendapat Sarwono (2004) yang responden adalah mendapatkan penanganan
menyatakan bahwa keseriusan merupakan dengan cepat saat melakukan kunjungan ke
resiko kesulitan yang akan dirasakan individu Puskesmas jika salah satu anggota keluarga
terhadap suatu penyakit. Semakin besar resiko dicurigai menderita Demam Berdarah Dengue
suatu penyakit dan semakin besar (DBD). Manfaat lain yang dirasakan keluarga
kemungkinannya bahwa individu dapat saat melakukan kunjungan ke Puskesmas
terserang penyakit, semakin besar pula adalah penderita dapat terhindar dari
keseriusan yang dirasakan individu. Individu kegawatan akibat penyakit Demam Berdarah
akan mengambil tindakan pencegahan apabila Dengue (DBD), dan penderita juga terhindar
mereka percaya bahwa penyakit tersebut dari kematian akibat keterlambatan
berpontensi menimbulkan dampak yang serius. penanganan.
Identifikasi manfaat yang dirasakan Identifikasi rintangan yang dialami
keluarga (perceived benefits) dari hasil keluarga (perceived barriers) dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari 65 penelitian menunjukkan bahwa dari 65
responden, diperoleh data (62%) responden responden, diperoleh data (74%) responden
merasakan manfaat, dan (38%) responden mengalami rintangan, dan (26%) responden
tidak merasakan manfaat ketika keluarga tidak mengalami rintangan ketika akan
melakukan kunjungan ke Puskesmas dalam melakukan kunjungan ke Puskesmas dalam
penanganan dini anggota keluarga yang penanganan dini anggota keluarga yang
menderita Demam Berdarah Dengue (DBD). menderita Demam Berdarah Dengue (DBD).
Menurut Notoatmodjo (2007), Semakin besar Rintangan yang dialami keluarga (perceived
manfaat yang diperoleh akan memperkuat barriers) tersebut meliputi keterjangkauan
individu untuk mengambil keputusan fisik, pengorbanan tenaga, dan pengorbanan
melakukan tindakan tersebut, yaitu memilih waktu. Maggie Davies dan Wendy Macdowall
berobat ke Puskesmas walaupun harus disertai (2006) menyatakan bahwa individu akan
dengan rintangan yang dialami. melakukan suatu tindakan pencegahan dan
pemeliharaan kesehatan apabila dalam diri

74
Jurnal Ners Vol.4 No.1 April 2009: 68-78

individu terdapat keyakinan bahwa manfaat diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya
yang akan diperoleh dari suatu tindakan jauh adalah melalui media massa, seperti televisi,
lebih besar apabila dibandingkan dengan radio, surat kabar, majalah, internet, dan dapat
rintangan yang mungkin dialami ketika pula diperoleh dari penjelasan atau penyuluhan
memutuskan untuk melakukan tindakan petugas Puskesmas, dan informasi yang
tersebut. Pendapat yang serupa juga diberikan oleh teman atau para tetangga yang
dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007) yang mempunyai pengalaman terkait dengan peyakit
menyatakan bahwa pada umumnya manfat dari Demam Berdarah Dengue (DBD). Selain
tindakan lebih menentukan bila dibandingkan media cetak maupun media elektronik, petugas
dengan rintangan atau kesulitan yang mungkin kesehatan dan kader posyandu (PKK) juga
dialami dalam melakukan tindakan yang memegang peranan penting dalam
berkaitan dengan kesehatan. Namun, terkait menyampaikan informasi kesehatan kepada
dengan hasil penelitian, pada umumnya masyarakat. Gambaran tersebut sesuai dengan
keluarga lebih memperhatikan hal-hal yang hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
menjadi rintangan ketika akan berobat ke (61,5%) responden memperoleh informasi
Puskesmas karena rintangan tersebut menjadi mengenai penyakit Demam Berdarah Dengue
hambatan atau kendala bagi keluarga untuk (DBD) dan penanganannya melalui media
segera mendapatkan pertolongan atau massa, seperti televisi, radio, surat kabar,
penanganan anggota keluarga yang menderita majalah, internet dan (16,9%) informasi
Demam Berdarah Dengue (DBD). diperoleh responden dari penjelasan atau
Berdasarkan hasil penelitian, rintangan penyuluhan petugas Puskesmas.
yang dialami keluarga (perceived barriers) Petugas kesehatan mempunyai peranan
dari (74%) responden sebesar (58,3%) yang cukup besar dalam menyampaikan
responden adalah jarak rumah ke Puskesmas informasi tentang memelihara dan
yang cukup jauh sehingga keluarga lebih meningkatkan kesehatan keluarga. Namun,
memilih berkunjung ke sarana kesehatan yang sampai saat ini peran petugas Puskesmas
lain, dan beberapa responden juga tersebut kurang optimal. Keterjangkauan
memperhatikan pertimbangan-pertimbangan informasi tersebut terkait dengan pengambilan
yang lain ketika memutuskan untuk berobat ke keputusan atau tindakan yang tepat. Ahmadi
Puskesmas. Rintangan lain yang dialami (2002) menyatakan bahwa individu akan
keluarga saat melakukan kunjungan ke melakukan suatu tindakan apabila telah
Puskesmas adalah pelayanan petugas memperoleh informasi yang lengkap. Dalam
Puskesmas yang kurang memuaskan, tidak ada hal ini, keluarga akan melakukan kunjungan ke
transportasi atau kendaraan untuk menuju ke Puskesmas dalam penanganan dini penderita
Puskesmas. Namun, responden tidak Demam Berdarah Dengue (DBD) apabila
menganggap biaya pengobatan di Puskesmas keluarga tersebut memperoleh penjelasan yang
sebagai rintangan karena pada umumnya biaya lengkap tentang bahaya penyakit Demam
pengobatan di Puskesmas cukup terjangkau Berdarah Dengue (DBD) beserta
bagi masyarakat. penanganannya dari petugas Puskesmas.
Identifikasi faktor pendorong (cues to Berdasarkan hasil penelitian, (67,7%)
action) bagi keluarga untuk melakukan responden terdorong untuk melakukan
kunjungan ke Puskesmas dalam penanganan kunjungan ke Puskesmas maupun sarana
dini penderita Demam Berdarah Dengue kesehatan yang lain dalam penanganan dini
(DBD), diperoleh data bahwa semua responden penderita Demam Berdarah Dengue (DBD)
(100%) memiliki faktor pendorong untuk karena gejala dan tingkat keparahan penyakit
melakukan kunjungan ke Puskesmas maupun demam berdarah, (23,1%) responden terdorong
sarana kesehatan yang lain dalam penanganan karena penjelasan dari Petugas Puskesmas, dan
dini penderita Demam Berdarah Dengue (9,2%) responden terdorong untuk melakukan
(DBD). Faktor pendorong keluarga untuk kunjungan ke Puskesmas dalam penanganan
bertindak (cues to action) tersebut meliputi dini penderita Demam Berdarah Dengue
media informasi tentang penanganan dini (DBD) karena informasi dari keluarga. Faktor
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). pendorong merupakan faktor eksternal
Informasi mengenai penanganan dini penderita keluarga yang berasal dari luar individu dan
Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat berguna untuk mendapatkan tingkat

75
Implementasi Health Belief Model (Purwaningsih)

penerimaan yang benar mengenai kerentanan, membicarakan perihal pelayanan petugas


kegawatan, dan keuntungan suatu perilaku Puskesmas apakah dapat memberikan
(Notoatmodjo, 2002). Gejala dan tingkat pelayanan secara maksimal kepada masyarakat
keparahan penyakit Demam Berdarah Dengue yang berobat ke Puskesmas tersebut (7
(DBD) merupakan salah satu bentuk responden).
kecemasan akan keseriusan penyakit yang Sebagaimana yang diungkapkan
dirasakan keluarga yang akan mepengaruhi Gitosudarmo dan Sudita (2000), salah satu
pengambilan keputusan keluarga untuk unsur dalam pengambilan keputusan adalah
melakukan kunjungan ke Puskesmas dalam sarana atau alat untuk mengevaluasi atau
penanganan dini Demam Berdarah Dengue mengukur hasil dari suatu pengambilan
(DBD). keputusan, pengambil keputusan harus
Hasil penelitian menunjukkan bahwa menentukan nilai dan manfaat dari hasil yang
sebesar (51%) responden yang melakukan kemungkinan dicapai. Hal ini juga berlaku
kunjungan ke Puskesmas jika ada anggota dalam pengambilan keputusan untuk
keluarga yang dicurigai menderita Demam melakukan kunjungan ke Puskesmas jika ada
Berdarah Dengue (DBD) atas inisiatif keluarga anggota keluarga yang dicurigai menderita
sendiri, (32%) responden atas saran dari Demam Berdarah Dengue (DBD), pendapat
tetangga disekitar rumah, dan (17%) responden keluarga tentang keuntungan dan kerugian
atas saran dari kader Posyandu atau kader berobat ke Puskesmas dapat mempengaruhi
PKK. Hal ini sesuai dengan penjelasan proses pengambilan keputusan tersebut.
Notoatmodjo (2003), bahwa keluarga Hasil penelitian menunjukkan bahwa
merupakan bagian terpenting yang akan sebagian besar responden (85%) memiliki
mempengaruhi pengambilan keputusan keinginan untuk berobat ke tempat pelayanan
keluarga dalam pemeliharaan kesehatan kesehatan yang lain selain di Puskesmas,
anggota keluarga. (15%) responden sisanya tidak. Menurut Hasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (2004), dasar-dasar pengambilan keputusan,
sebagian besar responden (75%) diantaranya meliputi intuisi, pengalaman,
membicarakan terlebih dahulu dengan anggota fakta, wewenang, dan rasional. Pada
keluarga yang lain tentang keputusan keluarga umumnya, keluarga dalam pengambilan
berobat ke Puskesmas. Sisanya, (25%) keputusan berdasarkan pengalaman karena dari
responden tidak membicarakannya terlebih pengalaman seseorang dapat memperkirakan
dahulu. Sementara jawaban dari pertanyaan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan
terbuka tentang topik yang dibicarakan untung rugi, baik buruknya keputusan yang
keluarga, diantaranya: Kami sebelumnya akan diambil.
selalu membicarakan terkait dengan Berdasarkan penelitian menunjukkan
penanganan yang dilakukan oleh Puskesmas bahwa sebagian besar responden (85%) dari 65
untuk segera mengetahui penyakit yang keluarga yang menjadi responden memiliki
diderita anggota keluarga agar dapat segera keinginan untuk berobat ke tempat pelayanan
disembuhkan (15 responden). Saya berbicara kesehatan yang lain, (76,4%) responden
tentang kemungkinan mendapatkan surat berobat ke Dokter Praktik dan (23,6%)
rujukan dengan cepat jika anggota keluarga responden berobat ke Rumah Sakit. Sementara
yang sakit dicurigai mengalami kegawatan (6 jawaban dari pertanyaan terbuka tentang alasan
responden). Saya berbicara terlebih dahulu keluarga memilih pelayanan kesehatan tersebut
kepada keluarga (suami atau istri) perihal untuk berobat terutama dalam penanganan dini
keberadaan dokter yang bertugas saat itu penderita Demam Berdarah Dengue (DBD),
karena biasanya tidak langsung ditangani oleh diantaranya: Karena lebih dekat dari rumah
dokter yang bertugas dan juga tentang obat- dan sudah cocok dengan dokternya (20
obatan yang nanti diterima dari Puskesmas. responden). Karena keluarga saya sudah
Selain itu, kami juga memperhitungkan jarak mendapatkan fasilitas di Rumah Sakit tersebut
Puskesmas dengan rumah kami (17 sebagai rekomendasi dari suami saya bekerja
responden). Yang dibicarakan adalah (13 responden). Karena penanganannya lebih
mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan tepat dan cepat (7 responden). Karena sudah
untuk berobat ke Puskesmas sebab biayanya terbiasa berobat disana meskipun lebih mahal
cukup terjangkau (4 responden). Kami

76
Jurnal Ners Vol.4 No.1 April 2009: 68-78

dari Puskesmas yang penting ditangani oleh dekat dengan rumah (1 responden). Karena
dokternya langsung (15 responden). rumah saya lebih dekat dengan Puskesmas dan
Pengambilan keputusan diawali saya rasa pelayanan di Puskesmas sudah cukup
dengan dirasanya masalah tertentu yang baik tidak kalah dengan dokter praktik swasta
memerlukan pemecahan. Terhadap suatu (2 responden).
masalah yang timbul pada umumnya dapat Sebagaimana yang diungkapkan
dilakukan berbagai cara pemecahan. Setiap Gitosudarmo dan Sudita (2000), nilai-nilai
pemecahan mengandung kelebihan dan individu pengambil keputusan terkait dengan
kelemahan tertentu. Untuk dapat membuat salah satu fungsi Puskesmas, yaitu
keputusan yang paling menguntungkan atau memberikan pelayanan kesehatan secara
keputusan yang rasional perlu dikembangkan menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat
semua alternatif yang melekat pada masalah merupakan keyakinan dasar yang digunakan
pengambilan keputusan (Pangewa, 2004). seseorang jika dihadapkan pada permasalahan
Dengan adanya masukan atau saran dari dan harus mengambil suatu keputusan. Hal ini
keluarga maupun dari petugas kesehatan juga berlaku dalam pengambilan keputusan
mengenai penanganan dini penderita Demam keluarga untuk melakukan kunjungan ke
Berdarah Dengue (DBD) yang sesuai dengan Puskesmas jika ada anggota keluarga yang
harapan kesehatan keluarga, diharapkan dicurigai menderita Demam Berdarah Dengue
keluarga mampu mengambil keputusan yang (DBD), diharapkan keluarga mampu
tepat ketika memutuskan untuk berobat ke memgambil keputusan yang tepat ketika
tempat pelayanan kesehatan yang dipih memutuskan untuk berobat ke Puskesmas.
keluarga. Penerapan health belief model yang
Identifikasi keputusan keluarga untuk meliputi kerentanan, keseriusan, manfaat,
melakukan kunjungan ke Puskesmas dalam rintangan, dan faktor pendorong sangat
penanganan dini Demam Berdarah Dengue diperlukan bagi keluarga untuk menangani
(DBD), dari hasil penelitian menunjukkan masalah kesehatan yang dialami oleh anggota
bahwa dari 65 responden, diperoleh data (45%) keluarga seperti penyakit Demam Berdarah
responden memutuskan untuk berobat ke Dengue (DBD), agar tidak terjadi kegawatan
Puskesmas jika ada anggota keluarga yang akibat keterlambatan penanganan penyakit
dicurigai menderita Demam Berdarah Dengue Demam Berdarah Dengue (DBD) dan untuk
(DBD). Sisanya, (55%) responden tidak mempercepat proses penyembuhan penderita
mantap untuk berobat ke Puskesmas karena agat terhindar dari bahaya kematian. Salah satu
keluarga menganggap berobat ke Puskesmas upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan
adalah keputusan yang kurang tepat. deteksi dini penyakit Demam Berdarah
Sementara jawaban dari pertanyaan terbuka Dengue (DBD) sehingga kegawatan dapat
tentang alasan keluarga memutuskan untuk dicegah. Keputusan keluarga untuk melakukan
berobat ke Puskesmas terutama dalam kunjungan ke Puskesmas dapat mengetahui
penanganan dini penderita Demam Berdarah penyakit yang diderita anggota keluarga lebih
Dengue (DBD), diantaranya: Karena cepat, sehingga apabila ditemukan tanda-tanda
pelayanannya di Puskesmas sudah cukup baik, kegawatan, maka penderita segera
selain itu biaya juga cukup terjangkau bagi mendapatkan penanganan yang tepat sejak
masyarakat (12 responden). Karena dini.
pertolongan di Puskesmas sudah agak cepat
dan di Puskesmas juga ada penyuluhan yang SIMPULAN DAN SARAN
dapat menambah pengetahuan (3 responden).
Karena saya percaya bahwa Puskesmas dapat Simpulan
menjadi tempat pertolongan pertama untuk
segara mengetahui penyakitnya (1 Sebagian besar keluarga jarang
responden). Karena biaya sangat murah dan memutuskan untuk membawa anggota
dapat dijangkau (6 responden). Karena keluarga yang mengalami gejala DHF ke
rumah saya lebih dekat dengan Puskesmas dan Puskesmas secara dini, dibuktikan dengan
biayanya juga murah (4 responden). Karena sebagian besar keluarga memilih pelayanan
pelayanan Puskesmas sudah cukup baik dan kesehatan lain.
dapat terjangkau dalam hal biaya, selain itu

77
Implementasi Health Belief Model (Purwaningsih)

Saran galakkan-lagi-kelompok-kerja-
operasional-dbd. diakses tanggal 13
Hendaknya keluarga di Kelurahan Tembok Juni 2009. Jam 13.51 WIB).
Dukuh Surabaya khususnya di RW III, RW Gitosudarmo, I dan Sudita, N.I., 2000.
VII dan RW X mendapatkan penyuluhan rutin Perilaku Keorganisasian. Edisi
dengan cara mengundang tim Puskesmas Pertama. Yogyakarta: BPFE, hlm.163-
Tembok Dukuh dalam kegiatan arisan rutin 165
PKK setiap satu bulan sekali. Puskesmas Hasan, M.I., 2004. Pokok-pokok Materi: Teori
Tembok Dukuh Surabaya hendaknya Pengambilan Keputusan. Bogor:
mensosialisasikan penanganan pada penderita Ghalia Indonesia, hlm. 9-12
DBD yaitu dengan memberikan surat rujukan Nadesul, H., 2007. Cara Mudah Mengalahkan
secara cepat ke Rumah Sakit bila penderita Demam Berdarah. Jakarta: PT
sudah menunjukkan tanda dan gejala Kompas Media Nusantara, hlm. 9-12
kegawatan sehingga keluarga dapat lebih Notoatmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan
merasakan manfaat ketika berobat ke dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka
Puskesmas Tembok Dukuh. Petugas Cipta, hlm. 205-207, 213-215
Puskesmas Tembok Dukuh Surabaya harus Notoatmodjo, S., 2005. Promosi Kesehatan
memberikan informasi dan pelatihan kepada Teori dan Aplikasi. Cetakan Pertama.
Ibu Pemantau Jentik (Bumantik) tentang Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 167, 169
pencegahan dan penanganan dini penderita Notoatmodjo, S., 2003. Ilmu Kesehatan
DBD sehingga dapat memberikan pemahaman Masyarakat (Prinsip-prinsip Dasar).
yang diperlukan. Dinas Kesehatan harus Cetakan kedua. Jakarta: Rineka Cipta,
memberikan fasilitas media, seperti poster dan hlm. 87-89
leaflet untuk menunjang keberhasilan Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan
pendidikan kesehatan sehingga diharapakan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
dapat memberikan pemahaman lebih bagi Cipta, hlm. 73-75
keluarga mengenai bahaya penyakit DBD. Notoatmodjo, S., 2002. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta,
KEPUSTAKAAN hlm. 138-139
Pangewa, M., 2004. Perilaku Keorganisasian.
Davies, M dan Wendy Macdowall, 2004. Jakarta: Depdiknas, hlm. 159
Health Promotion Theory. New York: Sarwono, S., 2004. Sosiologi Kesehatan.
London School Of Hygiene Medicine, Yogyakarta: Gajah Mada University
hlm. 173-175 Press, hlm. 66-68
Depkes RI., 2005. Kajian Masalah Kesehatan Susilo, J., 2008. Pembuatan Sistem Informasi
Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Puskesmas Di Kecamatan Xxx
Badan Litbang dan Pegembangan Berbasis Web Dengan Php Dan Mysql,
Kesehatan (online),
Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2008. Profil (http://www.bandung.go.id/images/rag
Kesehatan Kota Surabaya. Surabaya: aminfo/puskesmas.pdf. diakses tanggal
DKK 12 Mei 2009. Jam 19.00 WIB)
Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2008. WHO, 2004. Panduan Lengkap Pencegahan
Program Pokok Puskesmas. Surabaya: dan Pengendalian Dengue dan
DKK Demam Berdarah Dengue. Jakarta:
Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2008. EGC, hlm. 13, 20
Sosialisasikan Penanggulangan WHO, 2000. Panduan Lengkap Pencegahan
Demam Berdarah Dengue (DBD) yang dan Pengendalian Dengue dan
Paling Efektif, (online), Demam Berdarah Dengue. Jakarta:
(http://www.surabaya-ehealth.org/e- EGC, hlm. 8-10
team/berita/dinkes-kota-surabaya-

78

You might also like