You are on page 1of 9

HUBUNGAN ORGANIZATIONAL ROLE STRESSORS DENGAN TINGKAT STRES

KERJA PERAWAT ICU


(The Correlation of Organizational Role Stressors with Stress Level of ICU Nurses)

Nursalam*, Ferry Efendi*, Ni Luh Putu Dewi Puspawati*

ABSTRACT

Introduction : Work stress which is often experienced by ICU nurses may affects nurses
performance, nurses health and wealth so that the factors which may affect work stress such as
organizational role stressors must be noticed. This study was aimed to explain the correlation
between organizational role stressors and work stress level in ICU Nurses. Method : This study
used cross-sectional design involved 13 respondents, taken by purposive sampling. The
independent variable was organizational role stressors and the dependent variable was work
stress. Data were collected by using questionnaires and analyzed using Spearmans rho with level
of significance 0.05. Result : Results showed that there was no significant correlation between
organizational role stressors and work stress level in ICU nurses with significance value p 0.139.
Analysis : It can be concluded that the organizational role stressors had no correlation with work
stress level because there are so many factors that may affect work stress in ICU nurses.
Discussion : Role overload however was experienced by ICU nurses as a mild stressors. This
indicates the importance of increasing nurses quality and quantity by training and recruiting new
nursing staffs.

Keywords : organizational role stressors, work stress, ICU nurses

*Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya. Telp/Fax: (031)


5913257, E-mail: nursalam_psik@yahoo.com

PENDAHULUAN suatu organisasi dan lingkungan yang dalam


hal ini adalah perawat, rumah sakit dan
Keperawatan merupakan salah satu profesi lainnya dalam organisasi tersebut.
dari pekerjaan yang mempunyai stres kerja Berbagai peran yang dilaksanakan
berat (Smith, et.al, 2000). Stres kerja juga oleh perawat ICU baik yang terkait dengan
dialami oleh perawat Intensive Care Unit lingkungan pekerjaan/organisasi maupun
(ICU). Ruang perawatan yang menangani non-organisasi dapat menjadi stresor
kasus akut dan kritis seperti ICU telah tersendiri bagi perawat. Data awal
terbukti menyebabkan stres kerja pada menunjukkan 70% responden perawat di ICU
perawat yang bertugas di ICU (AACCN, RSUD Dr. Soetomo menyatakan bahwa tugas
2002). Stres kerja yang berat dapat dan peran yang harus dilakukan belum jelas
berpengaruh pada kesehatan perawat dan dan 60% responden menyatakan bahwa
berlanjut pada terganggunya kinerja perawat. sering terdapat konflik antara berbagai peran
RSUD Dr. Soetomo merupakan RS rujukan yang dilakukan baik yang terkait dengan
sehingga perawat seringkali harus menangani organisasi maupun non-organisasi.
berbagai macam kasus dengan tingkat Survei yang dilakukan oleh PPNI
keparahan dan kondisi pasien yang berbeda. pada tahun 2006 menyatakan bahwa sekitar
Keadaan demikian dapat 50,9% perawat yang bekerja di empat
menimbulkan stres kerja pada perawat. Salah provinsi mengalami stres kerja (Depkes,
satu faktor yang dapat mempengaruhi 2007). Stres kerja dalam keperawatan
timbulnya stres kerja adalah organizational berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan
role stressors (Cooper (1976) dalam Vokic & perawat. Dampak tersebut di antaranya;
Bogdanic (2007)). Faktor ini dapat penurunan kinerja perawat, peningkatan
menimbulkan stres kerja pada setiap individu gangguan kejiwaan ringan, kesehatan fisik,
yang mempunyai peran dan terlibat dalam masalah muskuloskeletal dan depresi (ILO,

94
Jurnal Ners Vol.4 No.1 April 2009: 94-102

2000). Kinerja perawat yang tidak baik dapat Stresor dari peran dalam organisasi ini dapat
menyebabkan perawatan pasien tidak optimal dikendalikan dengan strategi koping
sehingga proses penyembuhan/rehabilitasi psikologis yang baik. Oleh karena itu faktor-
dapat terganggu. Salah satu contoh kinerja faktor yang mempengaruhi stres kerja pada
yang tidak baik adalah kesalahan pemberian perawat di ICU khususnya organizational
obat disebabkan oleh stres di ICU termasuk role stressors perlu diteliti lebih lanjut
stres kerja perawat (Moyen et.al., 2008). sehingga bisa dikendalikan untuk
Lingkungan kerja di ICU sudah mengurangi stres kerja pada perawat ICU
terbukti dapat menimbulkan stres. Di (Keller (1990) dalam Mims (2003)).
Amerika 40% karyawan perawat di ICU
mengalami tingkat stres kerja yang lebih BAHAN DAN METODE PENELITIAN
berat daripada perawat di unit perawatan
lainnya (Yobel, 2005). Stres kerja yang berat Penelitian ini menggunakan metode
dan terus menerus dapat mengakibatkan cross-sectional dengan jumlah populasi
ketidakpuasan terhadap pekerjaan, burnout semua perawat ICU RSUD Dr. Soetomo
dan bahkan kerugian material bagi rumah yang berjumlah 45 orang. Sampel sebanyak
sakit maupun perawat itu sendiri (Smith et 13 perawat diambil berdasarkan kriteria
al., 2001). inklusi yang telah ditetapkan yaitu : 1)
Cooper (1976) dalam Vokic (2007) perawat yang dinas saat pengumpulan data,
menyatakan bahwa sumber stres dalam 2) pelaksana perawatan, 3) perawat
pekerjaan meliputi faktor intrinsik pekerjaan, perempuan, 3) bekerja > 1 tahun, 4) sudah
organizational role stressors, pengembangan menikah dan mempunyai anak. Penelitian ini
karier, relasi dalam pekerjaan, iklim dan dilaksanakan pada tanggal 23 Juni 2009.
struktur organisasi serta extra-organizational Variabel independen dalam
sources of stress. Organizational role penelitian ini adalah Organi-zational Role
stressors meliputi 10 dimensi yang Stressors dan variabel dependennya yaitu
memaparkan stres karena peran individu tingkat stress kerja. Instrumen pengumpulan
dalam sebuah organisasi yaitu: inter-role data dengan menggunakan kuisioner. Tingkat
distance, role stagnation, role expectation stres kerja diukur dengan kuesioner
conflict, role erosion, role overload, role modifikasi dari As (2002) dan Yobel (2005)
isolation, personal inadequacy, self-role berupa 30 pernyataan, sedangkan pengukuran
distance, role ambiguity dan resource organizational role stressors digunakan
inadequacy (Lu, 2008). kuesioner modifikasi dari Pareekh (1981) dan
Hasil penelitian dari Katz & Kahn Lu (2008). Kuesioner terdiri atas pernyataan:
(1978) menjelaskan bahwa peran yang inter-role distance, role stagnation, role
dilaksanakan oleh individu adalah sumber expectation conflict, role erosion, role
stres (Wijono, 2006). Peran dan tipe overload, role isolation, personal
kepribadian A terbukti mempunyai efek pada inadequacy, self-role distance, role
timbulnya stres kerja yang dialami oleh ambiguity dan resource inadequacy. Tingkat
manajer madya (Wijono, 2006). Penelitian stressor diketegorikan dalam 4 tingkatan
yang dilakukan oleh Lu (2008) menyatakan yaitu : tidak berpengaruh, stressor ringan,
bahwa stresor ini bahkan dapat menyebabkan sedang dan berat. Data yang diperoleh
terjadinya burnout. Stres akibat peran di ditabulasi dan dianalisis menggunakan uji
antara perawat juga dapat menyebabkan statistik Krusskal-wallis test, Mann Whitney
dampak negatif pada kepuasan kerja mereka U Test dengan tingkat kemaknaan 0,05.
(Ho et.al., 2009). Konflik peran juga terbukti
berpengaruh secara tidak langsung terhadap HASIL PENELITIAN
komitmen pada organisasi (Churiyah, 2007).
Stres kerja dapat menurunkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
prestasi kerja, kinerja dan kepuasan perawat sebagian besar responden yaitu sebanyak 12
sehingga stres kerja harus diatasi, dicegah orang (92,3%) memiliki stres kerja yang
dan dikurangi. Stres kerja dapat dicegah dan tergolong tingkat ringan dan 1 orang (7,7%)
dikurangi dengan cara mengidentifikasi dan responden mengalami stres kerja tingkat
mengendalikan faktor-faktor penyebabnya sedang. Tidak ada responden yang tidak
termasuk organizational role stressors.

95
Organizational Role Stressors dan Tingkat Stress Kerja Perawat ICU (Nursalam)

mengalami stres kerja dan tidak ada ada tetapi individu dapat mengatasi dengan
responden yang mengalami stres kerja berat. lebih baik. Bakal (1979) menyatakan bahwa
Hasil pengumpulan data tentang alasan mengapa tenaga kesehatan tidak
organizational role stressors pada perawat merasakan stres kerja karena mereka sudah
responden di ICU RSUD Dr. Soetomo. mengurangi aspek/potensi yang mengancam
Gambar tersebut menunjukkan bahwa dari suatu situasi (stresor) dengan
sebagian besar responden yaitu sebanyak 9 menggunakan penilaian kognitif (Niven,
orang (69,2%) merasakan organizational role 2000).
stressors sebagai stresor yang ringan. Berdasarkan uraian di atas, tingkat
Organizational role stressors dirasakan stres kerja ringan yang paling banyak dialami
sebagai stresor sedang oleh 4 orang (30,8%) responden dalam penelitian ini disebabkan
responden. Tidak ada responden yang mereka sudah mengurangi potensi ancaman
merasakan organizational role stressors dari suatu stresor dengan menggunakan
sebagai stresor yang tidak berpengaruh penilaian kognitif, sehingga respons stres
ataupun sebagai stresor yang berat. berupa respons emosional dapat
Hasil uji statistik korelasi dikendalikan. Selain itu tingkat stres kerja
Spearmans rho dengan 0,05 untuk ringan juga dapat disebabkan karena
menentukan hubungan antara organizational mekanisme koping yaitu tindakan paliatif
role stressors dengan tingkat stres kerja pada yang memodifikasi respons internal individu
perawat ICU adalah: r=0,433 dan p=0,139. terhadap stimulus. Pendidikan minimal
Hal tersebut menunjukkan korelasi tidak responden adalah DIII Keperawatan (92,3%)
signifikan atau tidak bermakna sehingga dan sebagian besar (92,3%) responden sudah
hipotesis penelitian ditolak dengan tingkat mendapat pelatihan ICU serta mempunyai
kepercayaan sebesar 95%. Hal ini berarti pengalaman kerja lebih dari satu tahun,
tidak ada hubungan antara organizational bahkan ada yang sudah bekerja sampai kurun
role stressors dengan tingkat stres kerja waktu 20-25 tahun (15,4%). Berdasarkan
perawat ICU (Tabel 1). latar belakang pendidikan, pelatihan dan
masa kerja yang lama memungkinkan
PEMBAHASAN berlangsungnya proses pembelajaran
sehingga individu dapat beradaptasi melalaui
Sebagian besar responden (92,3%) penggunaan mekanisme koping yang sesuai.
mengalami tingkat stres kerja yang ringan. Ancaman berupa stresor masih tetap ada
Hanya 7,7% responden yang mengalami stres tetapi individu dapat mengatasi dengan lebih
kerja tingkat sedang. Indikator stres yang baik sehingga stres kerja yang muncul berada
paling banyak dialami berupa gejala pada tingkat yang ringan.
ketidakstabilan psikologis, gejala fisik dan Indikator stres yang paling banyak
indikator yang paling sedikit dialami dialami oleh responden berupa gejala
responden adalah gejala perilaku. psikologis. Respons gejala psikologis yang
Terbentuknya respons stres dialami sebagian besar berupa perasaan lelah,
ditentukan oleh interpretasi dari stresor kehilangan konsentrasi dan mudah jengkel
(Lazarus (1965) dalam Niven (2000)). dalam bekerja.
Menurut Lazarus hal tersebut terbagi menjadi Perbedaan individual (gender) juga
dua bagian yaitu penilaian stres dan dapat membedakan bagaimana orang
mekanisme koping untuk mengatasinya. menerima dan berrespons terhadap stres.
Tahap pertama adalah penilaian Perempuan lebih cenderung mengalami
terhadap ancaman/stresor yang dipengaruhi respons stres psikologis (Davidson &
oleh latar belakang sosial, budaya individu Cooper, (1987); Jick & Mitz, (1985)) dalam
dan pengalaman masa lalu. Mekanisme Sulsky & Smith (2005)). Perempuan yang
koping diklasifikasikan menjadi dua kategori bekerja lebih sering mengalami gangguan
yaitu tindakan langsung dan tindakan paliatif. psikosomatis seperti kelelahan, kejengkelan
Tindakan langsung secara langsung mencoba dan kecemasan (Cooper & Davidson, 1982),
mengurangi atau menghilangkan sumber distress mental (Piltch et.al., 1994) dan
stres. Sebaliknya, tindakan paliatif depresi daripada pria (Murphy et.al. (1994)
memodifikasi respons internal individu dalam Sulsky & Smith (2005)). Kelelahan
terhadap stimulus. Potensi stresor masih tetap disebabkan karena banyak energi yang

96
Jurnal Ners Vol.4 No.1 April 2009: 94-102

dikeluarkan dalam keadaan stres. Saat ataupun peningkatan aliran darah dan sekresi
keadaan stres tubuh akan mengaktifkan zat kimia ke bagian kepala. Ketegangan otot
respons melawan atau menghindar, baik pada juga dapat menyebabkan kekakuan otot.
saat memilih untuk tetap aktif ataupun diam Gangguan tidur disebabkan karena kerja
saja (NSC, 2003). Beberapa hasil penelitian sistem saraf yang terlalu aktif/berlebihan. Di
menunjukkan perempuan mengalami ruang perawatan akut dan kritis seperti ICU
tingkatan burn out dan diskriminasi perawat memerlukan konsentrasi dan
pekerjaan yang lebih berat daripada pria. kewaspasdaan lebih tinggi daripada ruang
Meskipun demikian perbedaan respons stres rawat inap lain dalam melaksanakan
dan penjelasan mekanisme perbedaan perawatan pada pasien. Oleh karena itu
respons tersebut belum sepenuhnya selama bekerja sistem saraf dituntut untuk
dimengerti (Sulsky & Smith, 2005). aktif sehingga perawat mampu
Responden dalam penelitian ini berkonsentrasi. Selain itu kerja sistem shift
semuanya perempuan. Perempuan cenderung juga menyebabkan perubahan pola tidur dan
mengalami respons stres psikologis. Hal akhirnya menyebabkan gangguan tidur.
tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya Indikator stres kerja yang paling sedikit
bahwa perempuan yang bekerja lebih sering dialami responden adalah gejala perilaku
mengalami gangguan psikosomatis seperti dengan rerata prosentase sebesar 33,01%.
kelelahan, kejengkelan dan kecemasan. Gejala perilaku yang paling jarang dan
perasaan lelah muncul disebabkan karena bahkan tidak pernah dilakukan adalah
banyak energi yang dikeluarkan dalam meninggalkan kerja. Saat mengalami stres
keadaan stres. Berbagai stresor yang perempuan cenderung mengatasi dengan
menuntut perhatian misalnya, tugas yang tending dan befriending tidak dengan cara
harus dikerjakan dalam waktu yang relatif fight atau flight. Tending meliputi aktivitas
singkat, jumlah pasien yang banyak, catatan bermanfaat yang dapat mengurangi stres
produktivitas (monitoring) dapat seperti meluangkan waktu untuk rekreasi
menyebabkan kejengkelan dan konsentrasi bersama keluarga. Sedangkan befriending
berkurang. adalah kreasi dan pemeliharaan hubungan
Indikator stres yang paling banyak sosial yang dapat membantu pengurangan
dialami setelah gejala psikologis adalah stres (Taylor, 2006).
gejala fisik dengan rerata prosentase sebesar Hasil pengkategorian organizational
37,98%. Gejala fisik yang paling banyak role stressors menunjukkan sebagian besar
dialami berupa sakit kepala, otot kaku saat perawat di ICU RSUD Dr. Soetomo
bekerja dan gangguan tidur. Stres adalah merasakan sebagai stresor tingkat ringan.
respons umum terhadap adanya tuntutan pada Sedangkan 30,8% perawat merasakannya
tubuh yang mengharuskan untuk sebagai stresor yang sedang. Dimensi yang
menyesuaikan diri dan karenanya paling tinggi dengan kategori sebagai stresor
keseimbangan tubuh dapat terganggu (Selye sedang adalah role overload. Skor tertinggi
(2000) dalam Yobel (2005)). Contoh gejala diperoleh untuk pernyataan Mengalami
fisik yang sering diamati sebagai gejala stres kesulitan dengan besarnya tanggung jawab
adalah ketegangan otot, sakit kepala (karena dan lamanya jam kerja di RS.
tegang dan migrain) dan insomnia. Role overload menggambarkan
Ketegangan otot merupakan gejala stres situasi karyawan merasa bahwa tanggung
paling utama. Gejala ini kemungkinan jawab atau tugas yang harus dilakukan terlalu
muncul dalam bentuk sakit kepala karena banyak dan tidak seimbang dengan
tegang, rahang terkatup, leher kaku dan nyeri kemampuan dan waktu yang mereka miliki
punggung bawah. Insomnia merupakan (Ahmady et.al., 2007). Role overload juga
gejala pasti akibat kerja sistem saraf yang termasuk melakukan beberapa fungsi atau
terlalu aktif/berlebihan. Stimulasi saraf yang harus merawat banyak pasien dalam waktu
berlebihan pada jaringan otak dan otot dapat bersamaan (Maslach and Jackson (1986)
menyebabkan rasa gelisah atau resah baik di dalam Lu (2008)). Rasio perawat dan pasien
siang hari maupun di malam hari (NSC, untuk unit perawatan kritis seperti ICU
2003). biasanya diterapkan satu perawat : satu
Sakit kepala yang dialami perawat pasien sesuai dengan MAKP kasus
dapat disebabkan karena ketegangan otot (Nursalam, 2007).

97
Organizational Role Stressors dan Tingkat Stress Kerja Perawat ICU (Nursalam)

Tabel 1. Hubungan Organizational Role Stressors dengan Tingkat Stres Kerja Perawat ICU di
RSUD Dr. Soetomo Tanggal 23 Juni 2009
Tingkat Organizational Role Stressors
Tingkat Tidak Ringan Sedang Berat Total
Stres Kerja berpengaruh
JML % JML % JML % JML % JML %
Tidak stres 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Ringan 0 0,0% 9 69,2% 3 23,1% 0 0,0% 12 92,3%
Sedang 0 0,0% 0 0,0% 1 7,7% 0 0,0% 1 7,7%
Berat 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%
Total 0 0,0% 9 69,2% 4 30,8% 0 0,0% 13 100%
r= 0,433 ; p= 0,139
Keterangan: r = Koefisien korelasi p = signifikansi

Role overload yang dirasakan oleh 7,7% yang belum pernah mengikuti
responden disebabkan oleh tugas dan pelatihan. Berdasarkan uraian tersebut,
tanggung jawab yang besar harus dilakukan personal inadequacy pada perawat responden
berkaitan dengan perawatan pasien. Di ICU di ICU RSUD Dr. Soetomo muncul sebagai
RSUD Dr. Soetomo MAKP yang diterapkan stresor kemungkinan disebabkan oleh adanya
adalah model asuhan keperawatan yang perasaan subyektif berupa keraguan terhadap
sudah dimodifikasi dari MAKP tim, kasus kemampuan diri sendiri sehingga perawat
dan fungsional. Hal tersebut disesuaikan berpikir jika ada pelatihan dan persiapan
dengan jumlah perawat. Ketua tim juga turut lebih, mereka akan mampu melaksanakan
memberikan intervensi kepada pasien yang peran dan tugasnya dengan lebih baik.
menjadi tanggung jawabnya. Satu perawat Dimensi yang rerata persentase
bisa menangani lebih dari satu pasien. skornya tertinggi ketiga adalah role
Sebagian besar ketua tim memperoleh ambiguity. Skor tertinggi diperoleh pada
persentase skor yang tinggi (57,5%) karena pernyataan RS tidak memberikan umpan
tanggung jawab mereka sebagai ketua tim balik yang adekuat terhadap kinerja Anda.
yang sekaligus melakukan perawatan Role ambiguity adalah ketidakjelasan peran
langsung pada pasien. yang dapat terjadi ketika karyawan tidak
Rerata prosentase terbesar kedua memiliki cukup informasi untuk dapat
adalah personal inadequacy. Skor tertinggi melaksanakan tugasnya atau tidak mengerti
diperoleh pada pernyataan Anda berpikir realisasi harapan-harapan terhadap perannya.
bahwa Anda mungkin lebih baik daripada Menurut Everly dan Giordano dalam
saat ini jika pernah dilatih dan mempunyai Munandar (2001), salah satu faktor yang
persiapan lebih diikuti dengan pernyataan dapat menimbulkan ketidakjelasan peran
Merasa belum adekuat dalam hal ialah kurang adanya umpan balik atau
pengetahuan dan keterampilan sebagai ketidakpastian tentang kinerja pekerjaan.
perawat. Personal inadequacy meliputi Berdasarkan uraian tersebut role ambiguity
pengetahuan, keterampilan dan persiapan yang muncul pada perawat di ICU RSUD Dr.
yang tidak adekuat untuk dapat berperan Soetomo disebabkan karena kurangnya
secara efektif. Keadaan ini dapat terjadi umpan balik terhadap kinerja perawat.
ketika suatu organisasi tidak memberikan Umpan balik terhadap kinerja dapat berupa
kesempatan pelatihan/seminar yang evaluasi dan penghargaan.
memungkinkan karyawan mampu Dimensi keempat yang masih
beradaptasi untuk menghadapi perubahan mempunyai kriteria stresor sedang adalah
(Pareekh, 1981 dalam Aziz (2007)). Personal resource inadequacy dengan skor tertinggi
inadequacy dapat muncul saat adanya pada pernyataan Anda berpikir bahwa Anda
perasaan subyektif berupa keraguan terhadap mungkin dapat melakukan tugas dengan
kemampuan diri sendiri (Lopez, 2005) dalam lebih baik daripada saat ini jika terdapat
Lu (2008). Perawat di ICU RSUD Dr. sumber daya RS yang adekuat. Resource
Soetomo yang menjadi responden sebagian inadequacy adalah suatu keadaan di mana
besar pernah mengikuti pelatihan ICU, hanya sumber daya yang tidak adekuat untuk

98
Jurnal Ners Vol.4 No.1 April 2009: 94-102

melakukan peran individu secara efektif padahal yang paling intensif merawat pasien
(Pareekh, 1981 dalam Aziz (2007)). Sebagian di ICU adalah perawat. Namun hal ini
besar perawat berpendapat bahwa RS dalam dirasakan perawat sebagai stresor ringan
hal ini ICU RSUD Dr. Soetomo belum karena perawat di ICU RSUD Dr. Soetomo
memiliki sarana yang cukup bagi perawat diperkenankan memberikan saran kepada
untuk dapat melaksanakan tugas dan dokter mengenai perawatan pasien. Saran
perannya dengan baik. Hal itu dapat dilihat tersebut bisa disampaikan secara langsung
dari penerapan MAKP modifikasi tim dan ataupun melalui ketua tim dan kepala
kasus yang menyertakan metode asuhan ruangan.
keperawatan fungsional karena kurangnya Dimensi role stagnation memperoleh
fasilitas untuk pelaksanaan perawatan pasien. rerata prosentase sebesar 37,18% dan
Sebagai contoh jumlah troli rawat luka yang termasuk dalam kriteria stresor ringan. Skor
terbatas sehingga untuk rawat luka dilakukan tertinggi diperoleh pada pernyataan Anda
oleh perawat fungsional. Oleh sebab itu mengharapkan tanggung jawab dan
perawat berpendapat bahwa mereka dapat kesempatan lebih dalam bekerja. Role
melakukan tugas dengan lebih baik jika stagnation berupa perasaan terperangkap
terdapat sumber daya yang sudah adekuat dalam suatu peran dan menghasilkan persepsi
dari rumah sakit khususnya di ICU RSUD bahwa tidak ada kesempatan untuk
Dr. Soetomo. pengembangan karir (Pareekh (1981) dalam
Dimensi role expectation conflict Aziz (2007)). Perawat di ICU RSUD Dr.
memperoleh rerata persentase skor sebesar Soetomo sebagian besar tidak menyetujui
48,08% dan termasuk dalam kategori stresor bahwa profesi perawat tidak memberikan
ringan. Skor tertinggi diperoleh pada peluang ke arah profesionalisme dan
pernyataan Berbagai tuntutan dan tuntutan kesempatan pengembangan karir. Perawat
yang kontras dari pekerjaan membuat Anda berharap dapat memperoleh tanggung jawab
stres. Role expectation conflict dan kesempatan lebih dalam bekerja agar
menggambarkan konflik yang terjadi karena pengembangan ke arah profesionalisme dan
perbedaan tuntutan dan harapan dari orang pengembangan karir dapat terwujud. RSUD
lain yang berbeda terhadap suatu peran Dr. Soetomo memberikan kesempatan pada
individu (Pareekh, 1981) dalam Aziz (2007)). perawat ICU untuk melanjutkan pendidikan
Role expectation conflict yang dapat menjadi ke jenjang yang lebih tinggi misalnya dari
stresor bagi perawat ICU di RSUD Dr. DIII Keperawatan ke S1 Keperawatan dan
Soetomo berupa banyaknya tuntutan dan jika sudah menyelesaikan tugas belajar
tuntutan kontras yang harus dipenuhi oleh perawat tersebut mendapat tanggung jawab
perawat selain perbedaan harapan dari pasien yang lebih tinggi misalnya menjadi ketua
maupun atasan. Role expectation conflict tim. Perawat diseleksi berdasarkan loyalitas
termasuk dalam kategori stresor ringan dan kinerja. Oleh karena itu perawat
karena jarang sekali ditemui tuntutan yang mengharapkan tanggung jawab dan
kontras pada peran perawat. kesempatan lebih dalam bekerja sehingga
Dimensi role isolation diperoleh mereka dapat menunjukkan kinerja yang
rerata prosentase sebesar 47,44% dan terbaik.
termasuk dalam kategori stresor ringan. Skor Dimensi inter-role distance
tertinggi diperoleh pada pernyataan memperoleh rerata persentase skor sebesar
Berharap diikutsertakan dalam pengambilan 30,77% dan termasuk dalam kriteria stresor
keputusan untuk perawatan pasien. Role ringan. Pernyataan yang memperoleh skor
isolation dapat berupa perasaan terisolasi dari tertinggi adalah Pernah mengalami konflik
akses informasi tentang apa yang terjadi dan antara peran dan fungsi di tempat kerja dan di
tidak menjadi bagian yang penting dari hal rumah. Inter-role distance dapat terjadi saat
tersebut (Ahmady et.al., 2007). Perawat di tuntutan pekerjaan di rumah sakit
ICU RSUD Dr. Soetomo berharap untuk berbenturan dengan tuntutan di rumah
lebih diikutsertakan dalam pengambilan (Penson et al. (2000) dalam Lu (2008)).
keputusan untuk perawatan pasien Selain itu menyeimbangkan karier dan
kemungkinan disebabkan karena selama ini keluarga dapat menyebabkan stres tersendiri
perawat merasa partisipasi mereka masih bagi perempuan yang bekerja di luar rumah
kurang dalam pengambilan keputusan (Lucas & Wilson, 1995). Responden dalam

99
Organizational Role Stressors dan Tingkat Stress Kerja Perawat ICU (Nursalam)

penelitian ini semuanya adalah perempuan terdiri dari seleksi, organisasi dan interpretasi
dan berstatus sebagai ibu. Responden dalam stimuli. Stres ditentukan pula oleh individu
penelitian ini memiliki peran ganda yaitu sendiri. Perbedaan individual yang perlu
peran domestik dan peran publik. Peran diperhatikan dalam proses stres adalah
domestik meliputi peran dalam rumah tangga berupa jenis kelamin (gender), ras, usia,
yakni sebagai istri dan ibu. Peran publik status sosial, pengalaman terdahulu,
meliputi peran yang terkait dengan hereditas, intelligence dan tipe kepribadian.
pekerjaan/profesi. Masing-masing peran Menurut Payne (1988) perbedaan individual
mengharuskan perawat untuk mampu mempunyai peran sentral dalam proses stres.
beradaptasi dan dapat menimbulkan stres jika Secara teknis variabel ini dapat mengubah
kepentingan kedua peran tersebut atau sebagai moderator antara stressors-
berbenturan. Meskipun demikian stresor strains relationship (Sulsky & Smith, 2005).
dirasakan masih ringan karena perawat Dalam penelitian ini diperoleh bahwa
diperbolehkan untuk mengambil cuti atau ijin tidak ada hubungan yang signifikan antara
jika ada keperluan di luar pekerjaan yang organizational role stressors dengan tingkat
tidak bisa dikesampingkan. stres kerja pada perawat di ICU RSUD Dr.
Untuk dimensi role erosion diperoleh Soetomo. Hal itu dapat disebabkan karena
rerata persentase sebesar 27,57% dan efek moderator berupa perbedaan/
termasuk dalam kategori stresor tidak karakteristik individual yang dimiliki dan
berpengaruh. Role erosion adalah suatu mempengaruhi proses stress perception pada
keadaan di mana peran dan fungsi yang perawat. Karakteristik individu yang
seharusnya dilaksanakan oleh individu yang mungkin mempengaruhi hubungan antara
berwenang namun diambil alih oleh orang stresor dan respons stres ini adalah: jenis
lain yang mempunyai tanggung jawab dan kelamin, usia dan pengalaman terdahulu.
peran yang berbeda. Manifestasi lain berupa Semua responden dalam penelitian ini
penggunaan peran yang dirasa kurang berjenis kelamin perempuan dengan sebagian
(underutilization) (Pareekh (1981) dalam besar berusia di atas 30 tahun dan masa kerja
Aziz (2007)). Responden tidak merasakan sebagian besar 5 tahun ke atas. Dengan
role erosion sebagai stresor karena jarang karakteristik tersebut perawat sudah
sekali terjadi pengambilalihan tanggung berpengalaman dan mampu beradaptasi
jawab perawat. Perawat di ICU RSUD Dr. dengan stresor yang ada sehingga stres kerja
Soetomo bahkan mempunyai banyak tugas yang dialami perawat sebagian besar masih
terkait dengan peran yang harus dilakukan. dalam tingkat ringan meskipun ada stresor
Dimensi self-role distance diperoleh yang dirasakan dalam tingkat sedang.
rerata prosentase sebesar 11,54% yang Untuk mengatasi stres kerja secara
termasuk kategori stresor yang tidak positif diperlukan sebuah strategi koping.
berpengaruh. Self-role distance adalah Terdapat berbagai macam strategi koping,
konflik yang terjadi antara nilai-nilai individu namun tidak semuanya efektif. Koping yang
dengan tuntutan yang harus dilakukan sesuai efektif didefinisikan sebagai suatu proses
perannya dalam organisasi (Pareekh (1981) mental untuk mengatasi tuntutan yang
dalam Aziz (2007)). Responden tidak dianggap sebagai tantangan terhadap sifat
merasakan self-role distance sebagai stresor pada diri seseorang. diperlukan sifat internal
karena jarang sekali terjadi konflik antara dan eksternal untuk dapat melakukan koping.
nilai-nilai individu dengan tugas yang harus Kreativitas, kesabaran, optimisme dan intuisi,
dilakukan di ICU. rasa humor, hasrat dan kasih sayang
Uji statistik korelasi Spearmans rho merupakan contoh sifat internal. Sifat
dalam penentuan hubungan antara eksternal meliputi waktu, uang dan dukungan
organizational role stressors dengan tingkat sosial (NSC, 2003). Salah satu cara yang
stres kerja pada perawat ICU memperoleh dapat digunakan untuk mengurangi stres
hasil bahwa tidak ada hubungan antara adalah emotional outlets yaitu dengan cara
organizational role stressors dengan tingkat berdiskusi dengan kelompok pendukung,
stres kerja perawat ICU. Stres terbentuk oleh rekan sejawat dan keluarga (RCN, 2005).
stresor yang berupa stres kerja. Stresor Perawat di ICU RSUD Dr. Soetomo
tersebut diterima oleh individu dan mengalami stres kerja tingkat ringan
dilanjutkan dengan proses persepsi yang meskipun ada dimensi organizational role

100
Jurnal Ners Vol.4 No.1 April 2009: 94-102

stressors dirasakan dalam tingkat sedang. Hal (http://www.aacn.org/aacn/pubpolcy.


itu dipengaruhi juga oleh strategi koping nsf/), diakses tanggal 4 Mei 2009,
yang sudah baik dari perawat di ICU RSUD Jam 18.03 WIB).
Dr. Soetomo. Koping tersebut kemungkinan Ahmady, et.al., 2007. Organizational Role
didukung oleh kreativitas, kesabaran, Stress among Medical School
optimisme dan intuisi, rasa humor, hasrat dan Faculty Members in Iran: Dealing
kasih sayang yang merupakan sifat internal. with Role Conflict. BMC Medical
Sedangkan sifat eksternal meliputi dukungan Education 7 (14), hlm. 2-3, 6-8.
sosial dari rekan sejawat maupun tenaga Aziz, M., 2007. Organizational Role Stress:
kesehatan lain. Perawat di ICU RSUD Dr. An Investigation of Gender
Soetomo memanfaatkan waktu luang di sela- Differences. Studia Psychologica, 49
sela rutinitas pekerjaan untuk berdiskusi (1), hlm. 53-61.
dengan rekan sejawat maupun dengan tenaga Churiyah, M., 2007. Pengaruh Konflik Peran
kesehatan lainnya tentang masalah dalam (Role Conflict) terhadap Kepuasan
pekerjaan maupun luar pekerjaan yang dapat Kerja Perawat serta Komitmen pada
menyebabkan stres pada perawat tersebut. Organisasi. Jurnal Ekonomi
Dengan demikian perawat mampu mengelola Modernisasi, 3 (1).
stres sehingga stress response yang muncul Depkes RI., 2007. Kompetensi Perawat Perlu
berupa stres kerja yang ringan. Ditingkatkan. (online),
(http://www.tenaga-
SIMPULAN DAN SARAN kesehatan.or.id/publikasi.php?do,
diakses tanggal 9 Juni 2009, Jam
Simpulan 12.14 WIB).
Ho, et.al., 2007. Effects of Job Rotation and
Organizational role stressors tidak Role Stress among Nurses on Job
berdampak terhadap tingkat stres kerja Satisfaction and Organizational
perawat ICU di RSUD Dr. Soetomo. Commitment. (online),
(http://www.pubmedcentral.nih.gov/t
Saran ocrender.fcgi?iid=175725. diakses
tanggal 12 Mei 2009, Jam 20.04
Peneliti menyarankan: 1) bagi WIB)
instansi IRIR, ICU dan bidang keperawatan ILO, 2000. Work-related Stress in Nursing.
diharapkan untuk merencanakan jadwal (online),
pelatihan yang berkelanjutan serta (http://www.ilo.org/public/english/pr
penambahan jumlah tenaga keperawatan otection/safework/index.htm. diakses
disesuaikan dengan kebutuhan, 2) perawat tanggal 9 Mei 2009, Jam 16.04 WIB)
diharapkan dapat menerapkan strategi koping Lu, J.L., 2008. Organizational Role Stress
efektif melalui komunikasi dan diskusi Indices Affecting Burnout among
situasi potensial serta strategi koping yang Nurses. Journal of International
efektif dalam pertemuan formal (rapat) Womens Studies, 9, hlm. 63-78.
maupun pertemuan informal di sela-sela Lucas & Wilson, 1995. Memelihara Gairah
rutinitas sehari-hari, 3) bagi peneliti Kerja, alih bahasa: Ansis Kleden.
selanjutnya dapat hubungan organizational Jakarta: Arcan, hlm. 188.
role stressors dengan tingkat stres kerja Mims & Stanford, 2003. Stress and Burnout
perawat agar lebih mengeksplorasi persepsi among Critical Care Nurses,
subyek mengenai stres kerja, organizational (online),
role stressors dan proses terbentuknya (http://www.lagrange.edu/resources/
respons stres beserta faktor-faktor lain yang pdf/citations/nursing/Stress%20and%
mungkin mempengaruhi proses tersebut. 20Burnout.pdf, diakses tanggal 16
Mei 2009, Jam 17.08 WIB).
KEPUSTAKAAN Moyen, et.al., 2008. Clinical review:
Medication Errors in Critical Care.
AACN, 2002 . American Association of Critical Care, 12 (2), hlm. 3.
Critical Care Nurses Backgrounder,
The Nursing Shortage. (online),

101
Organizational Role Stressors dan Tingkat Stress Kerja Perawat ICU (Nursalam)

Munandar, A.S., 2001. Psikologi Industri dan Nursing Performance of Increasing


Organisasi. Jakarta: UI-Press, hlm. Criticality, (online),
380-409. (http://www.mayo.edu/proceedings/2
NSC, 2003. Manajemen Stres. Jakarta: EGC, 001/mar/7603a5.pdf. diakses tanggal
hlm. 11, 17-20, 27-28. 4 Mei 2009, Jam 18.09 WIB).
Taylor, S.E., 2006. Tend and Befriend Sulsky & Smith, 2005. Work Stress.
Biobehavioral Bases of Afliation California: Wadsworth, hlm. 4-6.
under Stress. Association for Vokic & Bogdanic, 2007. Individual
Psychological Science. 15 (6), hlm. Differences and Occupational Stress
273. Perceived: A Croatian survey,
Niven, N., 2000. Psikologi Kesehatan, alih (online),
bahasa: Agung Waluyo. Jakarta: (http://web.efzg.hr/repec/pdf/Clanak
EGC, hlm. 120-127. %2007-05.pdf. diakses tanggal 4 Mei
Nursalam, 2007. Manajemen Keperawatan: 2009, Jam 17.01 WIB).
Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Wijono, S., 2006. Pengaruh Kepribadian
Profesional. Jakarta: Salemba Type A dan Peran terhadap Stres
Medika, hlm. 142-145, 148-149. Kerja Manajer Madya. INSAN. 8 (3),
RCN, 2005. Managing Your Stress: A Guide hlm. 188-197.
For Nurses. London: Royal College Yobel, S., 2005. Hubungan Tingkat Stres
of Nursing, hlm. 6. Kerja dengan Kinerja Perawat di
Smith, et.al., 2000. A Further Analysis of The Unit Perawatan Kritis (ICU). Skripsi
Impact of Demographic Factors and Tidak Dipublikasikan, Universitas
Type of Job. California: Crown, hlm. Airlangga, Surabaya, hlm. 1-5, 25 &
52. 66-67.
Smith, et.al., 2001. A Preliminary Analysis of
Psychophysiological Variables and

102

You might also like