You are on page 1of 5

KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN REWARD SYSTEM BERHUBUNGAN

DENGAN KINERJA PERAWAT


(Individual Characteristic and Reward System Relate to Nurses Performance)

Kusnanto*, Siti Guntarlin**, Endah Purnihasti*

ABSTRACT

Introduction : Nurses are one of the most important profession in health care system. Lack of
reward systems and different of individual nurses characteristic will be contributed to the quality
of nursing service given. This study was aimed to explain the correlation between individual
characteristic and nurse reward system with nurses performance at RSUD Bontang. Method :
This study used cross-sectional design involved 39 respondents, taken by purposive sampling. The
independent variable were individual characteristic and nurse reward system and the dependent
variable was nurses performance. Data were collected by using questionnaires and analyzed
using linier regression with level of significance 0,05. Result : Results showed that there were
significant correlation between nurses performance with individual characteristic and reward
system. Analysis : It can be concluded that individual nurses characteristic and nurse reward
system had correlation between nurses performance nursing care quality. Discussion : Individual
characteristic factors (sex, age, education, seniority or work period) and nurses reward system
must be considered to make judgement policy efficiency by human research. Further research must
be done for identification factors who related nurses performance.
.
Keyword : characteristic individual, reward system, and nurses performance

*Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya. Telp/Fax: (031)


5913257, E-mail: Kusnanto_ners@yahoo.com
** RSUD Dr.Soetomo Surabaya

PENDAHULUAN perawat rawat inap RSUD Bontang sebanyak


46,67% merasa tidak puas, 40% merasa
Perawat merupakan tenaga cukup puas, dan 13,3% merasa puas.
profesional yang mempunyai peran penting Kepuasan kerja diukur berdasarkan Hirarki
dalam memberikan pelayanan kepada pasien Kebutuhan Maslow yaitu kebutuhan
di rumah sakit. Perawat mempunyai kontak fisiologis, keamanan, sosial, ego/harga diri,
24 jam dengan pasien. Kinerja perawat dapat dan aktualisasi diri. Kebutuhan mendasar
dilihat dari mutu asuhan keperawatan yang yang dibutuhkan pekerja adalah kebutuhan
diberikan pada pasien. Mutu pelayanan fisiologis. Upah dan gaji yang layak
keperawatan yang baik dapat meningkatkan termasuk di dalam kebutuhan fisiologis yang
kepuasan pasien. Asuhan keperawatan yang merupakan sistem penghargaan kepada
bermutu dapat dibentuk melalui penggunaan perawat.
pendekatan proses keperawatan. Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Sistem dukungan dan penghargaan Bontang sebagai institusi pelayanan
bagi perawat akan memberikan pengaruh kesehatan selalu berusaha meningkatkan
yang cukup baik bagi kinerja perawat. mutu pelayanan. Sumber daya manusia
Kinerja perawat diharapkan dapat berkualitas dan mempunyai motivasi tinggi
menunjukkan kontribusi profesional secara menjadi penentu mutu pelayanan rumah
nyata dalam meningkatkan mutu pelayanan sakit. Pelaksanaan pelayanan keperawatan di
keperawatan yang berkualitas dan ruang rawat inap RSUD Kota Bontang tak
profesional. Kepuasan kerja tenaga lepas dari potensi sumber daya keperawatan
keperawatan di RSUD kota Bontang pada yang didukung oleh sekitar 125 personil yang
tanggal 10 Juli 2009 didapatkan data pada 30 terdiri dari berbagai latar belakang

89
Jurnal Ners Vol.4 No.1 April 2009: 89-93

pendidikan yang berbeda, diantaranya keperawatan. Penampilan karakteristik


SPK/SPR: 20%, SPRG: 1,6%, D3 Anastesi: individu perawat yang kurang kondusif,
1,6%, D3 Kebidanan: 9,6%, D4 Kebidanan: sehingga dapat mengakibatkan rendahnya
0,8%, Bidan: 2,4%, D3 Keperawatan: 60% mutu asuhan keperawatan (Oetomo, I.,
serta 4% berpendidikan S1 keperawatan 2002). Faktor lain yang dapat mempengaruhi
(Bidang Keperawatan, 2008). Pada tahun kinerja perawat adalah faktor umur, jenis
2000 Direktorat Pelayanan Keperawatan kelamin, tingkat pendidikan dan masa kerja
Depkes bekerja sama dengan WHO perawat yang bekerja di ruang rawat inap
mengadakan penelitian tentang pelayanan (Dessler, G., 1997).
keperawatan di Kaltim, Sumut, Sulut, Keinginan untuk berinovasi dan
Jabar dan DKI menunjukkan gambaran: berkreativitas para perawat merupakan
1) 70,9% perawat selama 3 tahun terakhir aktualisasi diri dari keinginan untuk
tidak pernah mengikuti pelatihan, 2) 39,8% berkembang (need of achievement). Teori
perawat masih melakukan tugas- tugas non perubahan yang disampaikan oleh Kurt
keperawatan, 3) 47,4% perawat tidak Lewin memberikan penjelasan bahwa
memiliki uraian tugas secara tertulis, dan perubahan terjadi melalui dua mekanisme,
4) belum dikembangkan monitoring dan yaitu : (1) mengurangi hambatan (barriers)
evaluasi kinerja perawat secara khusus. dan (2) meningkatkan dukungan (Schein,
Mustar, L (1999) dalam tesisnya di 1997). Perawat perlu mengkondisikan
RSJP Surakarta menyatakan bahwa lingkungan agar kondusif untuk
hubungan karakteristik individu terhadap mengekspresikan inovasi dan kreativitas.
kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan Pelatihan tentang pengelolaan penampilan
keperawatan yang berdasarkan standar individu perawat profesional serta
berkisar 57%. Penelitian yang dilakukan oleh menciptakan perubahan suasana keterbukaan,
Institute of Medicine di Amerika Serikat pada kejujuran secara langsung sesuai nilai-nilai
tahun 2006 merekomendasikan bahwa sistem yang diyakini dapat membentuk lingkungan
pembayaran gaji berbasis kinerja dan karakteristik perawat profesional (Porter
memberikan rangsangan untuk peningkatan dan OGrady, 1986 dalam Nursalam, 2002).
kinerja dalam pelayanan kesehatan di rumah Menurut Rogers (1995) dalam Hebert (2000),
sakit dan meningkatkan pendapatan para langkah strategis upaya adopsi inovasi dalam
dokter sebesar 20% dari sebelumnya. rangka peningkatan standar praktik
Penelitian yang dilakukan Lindernauer tahun keperawatan adalah meningkatkan
2007 di rumah sakit pemerintah dan swasta kesempatan pelatihan dan pendidikan
Amerika Serikat menunjukan bahwa berkelanjutan (continuing education) bagi
kompensasi berbasis kinerja dapat para perawat.
meningkatkan perubahan mutu pelayanan di
rumah sakit berkisar antara 2,6% sampai BAHAN DAN METODE PENELITIAN
4,1% dalam waktu dua tahun sejak
diberlakukan sistem kompensasi berbasis Penelitian ini menggunakan metode
kinerja. cross-sectional dengan seluruh perawat yang
Kinerja yang baik merupakan bekerja di ruang rawat inap Rumah Sakit
cerminan mutu pelayanan keperawatan. Umum Daerah Taman Husada Kota Bontang.
Permasalahan yang sering dihadapi dari Besar populasi penelitian ini adalah 94 orang
kinerja perawat ruang inap yaitu lingkungan perawat. Sampel penelitian sebanyak 39
yang kurang kondusif, kurangnya umpan perawat diambil berdasarkan kriteria inklusi
balik/pengawasan, kurangnya reward system yang telah ditetapkan yaitu : 1) pendidikan
atau imbalan atau tidak ada promosi minimal D3 keperawatan, 2) umur minimal
(Rosemary, 1999 dalam Widiastuti, 2005). 22 tahun, 3) berstatus sebagai pegawai tetap
Dampak reward system yang kurang (PNS/CPNS), 4) lama kerja minimal 1 tahun.
terstruktur dapat mempengaruhi kinerja dan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli
penampilan karakteristik individu perawat. 2009.
Kinerja perawat yang kurang baik akan Variabel independen dalam
menghambat proses penyembuhan pasien, penelitian ini yaitu karakteristik individu
proses pelayanan medik, produktivitas (umur, jenis kelamin, pendidikan, dan
perawat maupun proses pelayanan senioritas atau masa kerja) dan reward system

90
Karakteristik Individu dan Reward System (Kusnanto)

perawat. Variabel dependen yaitu kinerja Karakteristik responden berdasarkan


perawat dalam melaksanakan asuhan pendidikan menunjukkan terdapat dua
keperawatan. Instrumen pengumpulan data jenjang pendidikan perawat yaitu D3
dengan menggunakan kuesioner digunakan Keperawatan berjumlah 29 responden dan 10
untuk mengukur karakteristik individu dan responden berpendidikan S1 Keperawatan.
reward system. Kinerja perawat diukur Responden yang berpendidikan D3
menggunakan lembar observasi berdasarkan Keperawatan mempunyai kinerja cukup baik
pendekatan proses keperawatan yang berisi sebanyak 18 responden (62%). Responden
item pertanyaan tentang pengkajian, yang berpendidikan S1 Keperawatan
perencanaan, implementasi, evaluasi, catatan sebanyak 9 (90%) orang mempunyai kinerja
asuhan keperawatan, keterampilan baik, tidak ada responden yang mampunyai
komunikasi, dan harapan institusi maupun kinerja kurang baik. Hasil uji regresi linier
profesi. Kinerja perawat diobservasi satu kali menunjukkan nilai signifikan p=0,001,
oleh peneliti pada saat shift pagi dan sore. menunjukkan bahwa ada hubungan antara
Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis pendidikan dengan kinerja perawat dalam
menggunakan uji statistik Regresi Linier melaksanakan asuhan keperawatan, dengan
dengan tingkat kemaknaan 0,05. tingkat hubungan yang kuat .
Karakteristik responden berdasarkan
HASIL PENELITIAN status perkawinan menunjukkan bahwa 61%
responden berstatus menikah, sebanyak 36%
Kinerja perawat diukur melalui belum menikah, sebesar 3% berstatus janda.
observasi berdasarkan pendekatan proses Responden dengan status menikah/kawin
keperawatan pada shift pagi dan sore. Hasil sebanyak 14 reponden (58,35) mempunyai
penelitian menunjukkan hampir setengah kinerja cukup baik dan responden dengan
responden mempunyai kinerja cukup baik status belum menikah sebagian besar (64,3%)
sebanyak 19 orang (48,7%). Karakteristik memiliki kinerja baik. Hasil uji regresi linier
individu diukur berdasarkan umur, jenis menunjukkan nilai signifikan p=0,024,
kelamin, pendidikan, dan senioritas atau menunjukkan bahwa ada hubungan antara
masa kerja. Responden yang diteliti status perkawinan dengan kinerja perawat
berjumlah 39 perawat dengan jeni kelamin 6 dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Karakteristik responden berdasarkan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masa kerja dibedakan menjadi dua masa
sebagian besar perawat perempuan kerja yaitu 1-5 tahun dan 6-15 tahun.
mempunyai kinerja cukup baik 19 orang Sebagian besar responden (67%) mempunyai
(57,57%). Sedangkan responden laki-laki masa kerja 1-5 tahun. Sebagian besar
sebagian besar mempunyai kinerja kurang responden (57,7%) dengan masa kerja 1-5
baik (83,3%). Hasil uji regresi linier tahun mempunyai kinerja baik, sedangkan
menunjukkan nilai terdapat hubungan antara masa kerja 6-15 tahun sebesar 38,4%
jenis kelamin dengan kinerja perawat dalam mempunyai kinerja baik. Hasil uji regresi
melaksanakan asuhan keperawatan linier menunjukkan nilai signifikan p=0,278,
(p=0,007). menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
Karakteristik umur responden antara senioritas dengan kinerja perawat
menunjukkan sebagian besar berada dalam dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
rentang usia 22-30 tahun sebanyak 23 orang Karakteristik responden berdasarkan
(59%) dengan kinerja cukup baik sebanyak status pegawai dibedakan menjadi PNS dan
13 responden (39,39%) tidak ada responden CPNS. Status pegawai PNS mempunyai porsi
yang mempunyai kinerja baik. Responden yan lebih besar daripada CPNS. Sebagian
yang berumur 31-40 tahun sebanyak 16 besar responden CPNS dan PNS mempunyai
orang dengan kinerja baik 10 orang (62,5%), kinerja cukup baik. Hasil uji regresi linier
tidak ada responden yang mempunyai kinerja menunjukkan nilai signifikan p=0,830,
kurang baik. Hasil uji regresi linier menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
menunjukkan nilai signifikan p=0,025, antara status pegawai dengan kinerja perawat
berarti ada hubungan antara umur dengan dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan Rekapitulasi hasil uji statistik karakteristik
keperawatan. individu disajikan dalam tabel1.

91
Jurnal Ners Vol.4 No.1 April 2009: 89-93

Reward system (imbalan) yang Nursalam (2008) meyatakan bahwa semakin


diberikan kepada perawata dibagi menjadi tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin
dua yaitu: imbalan intrinsik dan ekstrinsik. mudah menerima informasi, sehingga
Imbalan intrinsik lebih dari cukup semakin banyak pula pengetahuan yang
menciptakan kinerja cukup baik sebesar dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang
38,5%. Imbalan ekstrinsik sebagian besar akan menghambat perkembangan sikap
adalah cukup, menciptakan kinerja cukup seseorang terhadap nilai-nilai yang baru
baik (35,9%). Hasil uji regresi linier diperkenalkan. Seorang perawat yang
menunjukkan nilai signifikan p=0,003, memperoleh pendidikan dan pelatihan akan
menunjukkan ada hubungan antara imbalan lebih dapat dipercaya, semua konseptual
ekstrinsik dengan kinerja perawat dalam tenaga keperawatan termasuk dalam kriteria
melaksanakan asuhan keperawatan. profesional adalah perawat dengan
pendidikan formal minimal D III.
PEMBAHASAN Status perkawinan berhubungan
dengan kinerja. Semakin banyak perawat
Hasil uji statistik menunjukkan yang belum menikah semakin rendah
bahwa tidak semua karakteristik individu kontribusi kinerja yang diberikan. Sejalan
(umur, jenis kelamin, pendidikan, status dengan pendapat Noor A. S. Dan Didik
perkawinan, masa kerja, dan status pegawai) Purbadi (2006), bahwa perawat yang telah
berpengaruh terhadap kinerja perawat dalam menikah memiliki kemampuan bijaksana
melaksanakan asuhan keperawatan. Menurut dalam mengambil keputusan serta
hasil penelitian yang diperoleh dari faktor mempunyai rasa percaya diri dan ketenangan
karakteristik individu, jenis kelamin dapat dalam melakukan kegiatan, karena mereka
mempengaruhi kinerja perawat dalam pernah mengalami menjadi bagian dari
melaksanakan asuhan keperawatan dengan keluarga, maupun sebagai anggota
kategori hubungan yang sangat lemah, masyarakat, sehingga diharapkan dapat
perawat perempuan mempunyai kinerja yang memahami keberadaannya.
lebih baik daripada laki-laki. Secara kodrati Masa kerja dan status pegawai tidak
dan sifat kepribadian antara perawat laki-laki berhubungan dengan kinerja perawat dalam
dan perempuan berbeda. Perawat perempuan menjalankan asuhan keperawatan. Faktor
lebih rapi, lebih rajin, lebih bersih, lebih dominan yang berhubungan dengan kinerja
sabar, lebih teliti, lebih perhatian, dan lebih perawat dalam pelayanan kesehatan adalah
telaten dalam menghadapi pasien. Hasil pengetahuan karena pengetahuan didapat dari
tabulasi penelitian didapatkan terdapat pengalaman dan sangat erat hubungannya
hubungan antara umur dengan kinerja dengan lama bekerja serta adanya tambahan
perawat dalam menjalankan asuhan pegawai baru, baik Pegawai Negeri Sipil
keperawatan. Perawat yang menjadi (PNS) maupun Calon Pegawai Negeri Sipil
responden berada pada tingkat umur 22-30 (CPNS) dengan masa kerja < 5 tahun. Selain
tahun dengan tingkat kinerja yang cukup itu bukan berarti faktor status pegawai tidak
baik. Semakin tinggi umur semakin baik pula memiliki peran dalam melaksanakan standar
kinerja perawat dalam menjalankan asuhan asuhan keperawatan, sebab status pegawai
keperawatan. Siagian (1995) menyatakan dipengaruhi oleh faktor umur, senioritas, dan
semakin lanjut usia seseorang diharapkan status perkawinan yang mendukungnya.
kedewasaan tehnik meningkat, demikian pula Perawat di ruang rawat inap RSUD Bontang
psikologisnya mampu menunjukkan mengandalkan pegawai yang berstatus
kematangan jiwa. Usia yang semakin tinggi pegawai negeri yang mempunyai
menimbulkan kemampuan seseorang dalam pengetahuan dan pengalaman dengan
mengambil keputusan semakin bijaksana, menggunakan pendekatan ilmiah dan
mampu berpikir rasional, mampu sistematis dalam melaksanakan asuhan
mengendalikan emosi, dan toleransi terhadap keperawatan. Carpenito (1989) dalam Keliat
pandangan orang lain. (1999) mengatakan bahwa penerapan asuhan
Pendidikan terakhir berhubungan keperawatan harus menggunakan metode
dengan kinerja perawat dalam melaksanakan ilmiah, logis, sistematis, dan terorganisir
asuhan keperawatan. Semakin tinggi tingkat dalam memenuhi kebutuhan pasien, dan ini
perawat semakin tinggi pula kinerja perawat. hanya dapat dilakukan perawat profesional.

92
Karakteristik Individu dan Reward System (Kusnanto)

Tabel 1. Rekapitulasi Hubungan Karakteristik Individu dengan Kinerja Perawat dalam


Melaksanakan Asuhan Keperawatan di Unit Rawat Inap RSUD Bontang 9-27 Juli 2009
Signifikansi Koefisien
Variabel Hubungan
(p) (r)
Jenis kelamin 0,007 -0,457 Sangat lemah
Umur 0,025 0,383 Cukup
Pendidikan terakhir 0,001 0,565 Kuat
Status Perkawinan 0,024 -0,387 Sangat lemah
Masa kerja 0,278 -0,192 Tidak ada hubungan
Status pegawai 0,830 0,038 Tidak ada hubungan

Sistem penghargaan intrinsik kesempatan kepada perawat untuk


(intrinsic reward system) dengan kinerja mengembangkan diri melalui pelatihan dan
perawat menunjukkan ada hubungan yang pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
signifikan diantara keduanya dengan
kekuatan hubungan yang lemah. Hal ini KEPUSTAKAAN
disebabkan karena sebagian besar perawat
RSUD Kota Bontang merasa tidak perlu Desler, G., 1997. Manajemen Sumber Daya
adanya pengawasan dalam bekerja. Manusia. Edisi Bahasa Indonesia Jilid
ke-2. Jakarta: PT Prenhallindo.
SIMPULAN DAN SARAN Mustar, L., 1999. Hubungan antara
Karakteristik Demografik dengan
Simpulan Kepuasan Kerja dan Komitmen
Karyawan di Bangsal Rawat Inap
Kinerja perawat dalam memberikan RSJP Surakarta. Tesis Tidak
asuhan keperawatan berhubungan dengan dipublikasikan. Yogyakarta: GM,
karakteristik individu yaitu jenis kelamin, Nursalam, 2008. Manajemen Keperawatan
umur, pendidikan dan status perkawinan. Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Pendidikan mempunyai hubungan yang kuat Proofesional. Edisi ke-2. Jakarta:
diantara berbagai karakteristik individu yang Salemba Medika.
lain. Kinerja perawat juga berhubungan Oetomo, I., 2002. Penampilan Perawat
dengan reward system (imbalan ekstrinsik dalam Pelayanan Keperawatan
dan intrinsik). (Pelayanan Prima untuk Rumah
Sakit). Makalah Seminar pada
Saran Keperawatan dalam Rangka Dies
Natalis XVII Prodi Keperawatan
Peneliti memberikan saran : 1) bagi Soetomo Surabaya tidak
kepala ruangan di ruang rawat inap RSUD dipublikasikan.
Bontang hendaknya melakukan supervisi Simamora, H., 1999. Manajemen Sumber
yang lebih intensif tentang standar asuhan Daya Manusia. Edisi Kedua.
keperawatan mengenai catatan asuhan Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE.
keperawatan sehingga dalam pelaksanaan Widiastuti, E., 2005. Hubungan Karakteristik
pendokumentasian dapat terlaksana dengan Individu dan Lingkungan Kerja
baik, 2) pihak instansi dan kepala ruangan dengan Kinerja Perawat di Rumah
hendaknya memberi dukungan atau Sakit Umum Daerah Kota Bontang
penghargaan kepada perawat pelaksana Kalimantan Timur. Skripsi Tidak
dalam bentuk pujian atau apresiasi terhadap dipublikasikan.
hasil kerja perawat dan memberikan

93

You might also like