You are on page 1of 6

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAK) SESSI 6 MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BEKERJASAMA ANAK RETARDASI MENTAL


(Group Activity Therapy (GAT) Socialization Session 6 Increase Socialization Ability on Child
of Mental Retardation)

Ah. Yusuf*, Khoridatul Bahiyah*, Yustina Barek Ola*

*Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya. Telp/Fax: (031) 5913257
E-mail: ah.yusuf_ners@unair.ac.id

ABSTRACT

Introduction: The main problem that experienced by child of mental retardation was slowness
development of socialization ability especially the ability to cooperate. This disability happened because
less of stimulation activity and because of the extraordinary school give more lessons to increase
intelligence ability. Group Activity Therapy (GAT) Socialization is a therapy given to child of mental
retardation to train their cooperate in playing group and increased their socialization ability (cooperate).
Method: This study used Quasy Experimental design. The population was the students of 1-5 class at
Karya Bhakti extraordinary school. The sample was recruited with purposive sampling consist of 20
respondents according the inclusions criteria and divided into treatment and control groups. The
Independent variable was GAT Socialization session 6 and the dependent variable was the increased of
socialization ability (cooperate). Data were collected with observation sheet and analyzed with Wilcoxon
Signed Rank Test and Mann Whitney U Test with level of significance p<0.05.Result : The result showed
that given GAT Socialization could increased the socialization ability (cooperate) with the result of
statistical test showed significance level p=0.004, that means there was differences of the socialization
ability pre and post test and between treatment and control group, showed the result of statistical test
with significance level p 0.031. Discussion: It can be conclude that GAT Socialization could increase
socialization ability (cooperate). Recommendation for teachers could give the lessons in one group and
not only individual. Important to do for further research until GAT Socialization session 7 for increased
socialization ability

Keywords: group activity therapy socialization, mental retardation, cooperate ability

PENDAHULUAN dengan anak yang usianya lebih muda dari


usianya sendiri, memiliki tingkat ketergantungan
Sosialisasi merupakan suatu proses terhadap orang tua yang sangat besar dan tidak
belajar yang membimbing anak kearah mampu memikul tanggung jawab sosial dengan
perkembangan kepribadian sosial. Sosialisasi bijaksana (Somantri, 2006). Menurut dr. Teddy
sangat diperlukan untuk membina hubungan Hidayat, SpKJ (Psikiater), adanya terapi
antar manusia. Masalah anak penderita retardasi aktivitas kelompok sosialisasi merupakan suatu
mental adalah mengisolasi diri dari lingkungan format yang sangat bagus untuk diberikan pada
sosialnya dan kurangnya daya penyesuaian diri anak retardasi mental selain untuk meningkatkan
sesuai dengan permintaan masyarakat sehingga sosialisasi khususnya kemampuan bekerjasama
penempatan anak dalam masyarakat yang dengan orang lain juga dapat mengembangkan
kurang menerima dapat mempengaruhi potensi yang ada pada dirinya yang selama ini
kemampuan sosialisasinya apalagi kemampuan tidak pernah ditunjukan.
dalam bekerja sama dengan sesamanya yang lain Terapi aktivitas kelompok sosialisasi
(Warsiki, 1999). Mereka cenderung bergaul (TAKS) sessi 6 merupakan suatu bentuk terapi
yang digunakan untuk memfasilitasi klien Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal
dengan masalah hubungan sosial untuk 7 November 2008 di SLB/BC Karya Bhakti
melakukan sosialisasi secara bertahap melalui Surabaya diperoleh data jumlah siswa 59 orang
kegiatan permainan sosialisasi kelompok untuk dan siswa yang mengalami Tuna C atau retardasi
meningkatkan kemampuan bekerja sama (Keliat, mental dari TKLB sampai SMALB sebanyak 38
2004). TAKS mempunyai 7 sessi berurutan dari siswa. Dari Sembilan siswa kelas 1-2 SDLB
sessi 1-7, yaitu kemampuan memperkenalkan yang disurvei 7 orang (78%) diantaranya terlihat
diri, kemampuan berkenalan, kemampuan menyendiri, pendiam dan tidak mau bergaul
bercakap-cakap, kemampuan bercakap-cakap sedangkan 2 siswa (22 %) lagi terlihat sedang
topik tertentu, kemampuan bercakap-cakap bercerita.
masalah pribadi, kemampuan bekerja sama dan Anak retardasi mental mempunyai
kemampuan menyampaikan pendapat. Selain keadaan intelegensi yang kurang (subnormal)
TAKS sessi 6, kemampuan sosialisasi anak juga sejak masa perkembangannya dan diikuti dengan
dapat distimulasi dengan latihan-latihan dan keterlambatan perkembangan hidup sosial
dukungan keluarga khususnya kasih sayang dari sehingga dapat mempengaruhi hubungannya
orang tua. dengan lingkungan sekitar dimana hal ini akan
Di SDLB Karya Bhakti Surabaya berpengaruh pada perkembangan jiwa anak
belum ada upaya meningkatkan kemampuan selanjutnya, yakni dapat menyebabkan anak
sosialisasi para siswa melalui kegiatan bermain mengalami frustasi, ketegangan, kecemasan dan
atau kegiatan sosial lain karena pembelajaran gampang takut serta kerenggangan hubungan
lebih berfokus pada peningkatan kemampuan antara anak dengan masyarakat di sekitarnya.
intelegensi daripada kemampuan sosialisasi. Kemampuan sosialisasi anak retardasi mental
Kurikulum pendidikan yang digunakan adalah dapat ditingkatkan dengan stimulus berupa kasih
Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran. Dari sayang orang tua atau keluarga dan penerimaan
hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala masyarakat serta latihan dalam bentuk bermain
sekolah dan pengamatan langsung di kelas, bersama yang dapat diperoleh di SLB yang
materi pembelajaran diberikan secara klasikal dikhususkan untuk anak retardasi mental.
tetapi dalam proses belajarnya siswa dibimbing Mereka akan dibimbing untuk meningkatkan
per individu sesuai kemampuan tiap anak yang kemampuan intelegensi melalui proses belajar
berbeda-beda. Terapi aktivitas kelompok mengajar serta dilatih untuk mengembangkan
sosialisasi belum pernah diberikan oleh tenaga rasa sosial dengan individu lain diluar dirinya
kesehatan khususnya perawat di lembaga dengan keterbatasan kemampuan yang sama.
pendidikan luar biasa yang menjadi tempat Kemampuan intelegensi dan sosial yang telah
pendidikan anak retardasi mental sehingga anak diperoleh selama di SLB diharapkan dapat
kurang bersosialisasi pada lingkungan luar dan membantu anak retardasi mental menyelesaikan
hanya terpaku pada dunianya sendiri (Hidayat, tugas perkembangannya dengan baik.
1999). Penatalaksanaan anak retardasi mental
Retardasi mental merupakan suatu mencakup pencegahan primer, sekunder, tersier
keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau dan pendidikan bukan hanya untuk
tidak lengkap sehingga berpengaruh pada tingkat perkembangan intelegensinya tapi perlu
kecerdasan secara menyeluruh, misalnya mencakup latihan keterampilan untuk
kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial beradaptasi dan latihan keterampilan sosial.
(Maslim, 2002). Diperkirakan 80-90% individu Latihan ini perlu diberikan karena kemampuan
dalam populasi dengan retardasi mental berkisar sosialnya yang masih kurang. Dalam upaya
dari retardasi mental yang ringan sampai berat menunjang peningkatan kemampuan sosial anak,
dengan diagnosis didasarkan pada penilaian maka sangat penting bagi orang tua untuk
perilaku penyesuaian diri dan tidak hanya pada menyekolahkan anak retardasi mental pada suatu
IQ (Nelson, 1999). Retardasi mental dapat lembaga pendidikan seperti SLB. SLB akan
disebabkan oleh faktor deprivasi psikososial dan membantu meningkatkan kemampuan sosial
penyesuaian diri sehingga kurang adanya anak dengan memberikan stimulasi, yaitu salah
stimulasi untuk bersosialisasi (Maramis, 1998). satunya yang berperan penting adalah aktivitas
bermain sehingga anak bisa berhubungan PEMBAHASAN
dengan anak-anak lain seta mengenal orang lain
diluar keluarga. Aktivitas bermain yang dapat Hasil penelitian pada kelompok
berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan perlakuan menunjukan bahwa kemampuan
sosialisasi adalah bermain kelompok. Oleh sosialisasi cukup dan kurang masing-masing
karena itu, pada anak retardasi mental dapat sebanyak 5 anak (50%) dan kelompok kontrol
diberikan suatu bentuk terapi aktivitas kelompok menunjukan bahwa sebagian besar memiliki
sosialisasi sesi 6 (bekerja sama) sebagai salah kemampuan sosialisasi kurang sebanyak 6 anak
satu cara meningkatkan kemampuan sosialisasi (60%) dan cukup sebanyak 4 anak (40%).
anak. Terapi ini akan dilakukan dalam Kemampuan sosialisasi (bekerja sama) adalah
permainan kelompok dan kemampuan bekerja kemampuan seseorang dalam menjalin relasi
sama yang akan ditingkatkan lebih difokuskan dengan melakukan kegiatan bersama secara
pada peningkatan kemampuan verbal, non kooperatif dan saling mendukung untuk
verbal, motorik dan sensorik. mencapai tujuan bersama (Widiarti, 2005).
Belum ada perubahan pada kelompok
perlakuan dan kontrol sebelum TAKS sessi 6
BAHAN DAN METODE baik dari kemampuan verbal, non verbal,
motorik dan sensorik. Pada kemampuan verbal
Desain penelitian yang digunakan dan non verbal, anak RM belum mampu
adalah quasy experiment. Populasi dalam membina hubungan dengan anggota kelompok,
penelitian ini adalah seluruh anak retardasi masih terlihat lebih ingin sendiri, berdiam diri
mental SDLB Karya Bhakti Surabaya kelas 1-5 dan masih ada yang sibuk dengan mainannya,
berjumlah 24 orang. Dari populasi tersebut tidak memperdulikan yang lain. Pada
dipilih sampel menggunakan tehnik purposive kemampuan motorik dan sensorik, anak belum
sampling. Sampel dibagi menjadi dua yaitu mampu berkonsentrasi melakukan sesuatu. Hal-
kelompok perlakuan (pemberian TAKS sesi 6), hal yang mempengaruhi ketidakmampuan
dan kelompok kontrol (tidak diberikan sosialisasi mereka antara lain Anak RM
perlakuan). Besar sampel tiap kelompok adalah mengalami keterlambatan perkembangan jiwa
10 orang. Penelitian dilaksanakan mulai Januari yang mempengaruhi kemampuan kognitif,
sampai dengan Februari 2009. kemampuan bahasa, motorik, sensorik dan
Variabel independen dalam penelitian sosial, Mekanisme koping anak RM yang tidak
ini adalah terapi aktivitas kelompok sosialisasi efektif dan cenderung menarik diri sehingga
sessi 6, sedangkan variabel dependen adalah sosialisasinya maladaptif, Keluarga dan
kemampuan sosialisasi (bekerja sama) pada anak masyarakat sekitar yang belum memahami
retardasi mental. Data yang diperoleh, dianalisis perkembangan anak RM sehingga masih
dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon menuntut penyesuaian sosial yang sama dengan
Signed Rank Test dan Mann Whitney U Test, anak normal, Belum adanya suatu kegiatan
dengan derajat kemaknaan <0,05. bermain bersama untuk meningkatkan
kemampuan sosialisasi karena di SLB lebih
HASIL difokuskan peningkatan intelegensi, Pada
kelompok perlakuan terdapat 7 anak yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengalami RM sedang dan jarang berinteraksi
terdapat perbedaan kemampuan sosialisasi di luar SLB sehingga proses sosialisasi berjalan
setelah pemberian TAKS sesi 6 (p= 0,004) pada sangat lamban dan interaksi hanya berfokus
kelompok perlakuan dan p=0,015 pada pada orang-orang di sekitarnya yaitu keluarga
kelompok kontrol. Perbedaan yang signifikan sehingga tidak ada kesempatan berinteraksi
juga terlihat antara kemampuan sosialisasi dengan masyarakat luas.
kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol
(p=0,031).
Tabel 1 Data hasil uji statistik pengaruh TAKS sessi 6 terhadap peningkatan kemampuan sosialisasi
(bekerja sama) pada anak RM
Kemampuan Sosialisasi Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok
Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol
Sebelum Sesudah sebelum sesudah Sesudah Sesudah
Sangat Baik 0 80% 0 0 80% 0
Baik 0 20% 0 10% 20% 10%
Cukup 50% 0 40% 50% 0 50%
Kurang 50% 0 60% 40% 0 40%
Tidak Ada Peningkatan 0 0 0 0 0 0
Total 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Wilcoxon Signed Rank Test Mann Whitney U Test
p = 0,004 p= 0,015 p = 0,031

Keterangan :
p = signifikansi

Kemampuan sosialisasi pada anak RM terdapat 7 anak dengan RM sedang tapi setelah
setelah intervensi mengalami perubahan yang TAKS kemampuan sosialisasinya meningkat
lebih baik. Pada kelompok perlakuan karena telah memperoleh pendidikan di SLB
menunjukan bahwa sebagian besar anak berupa bimbingan dan latihan sehingga mampu
memiliki kemampuan sosialisasi sangat baik beradaptasi dan berinteraksi dengan baik.
sebanyak 8 anak (80 %) dan kemampuan Peran aktif anak juga dapat berpengaruh
sosialisasi baik sebanyak 2 anak (20 %). Pada dimana anak harus memacu dirinya sendiri
kelompok kontrol yang tidak diintervensi terjadi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar
sedikit perubahan, yaitu sebanyak 5 anak (50 %) walaupun memiliki keterbatasan yang tidak
dengan kemampuan sosialisasi cukup. Menurut mudah diterima oleh masyarakat sehingga
Suraj Gupte (2004) hal-hal yang dapat muncul rasa saling membutuhkan dan sosialisasi
mempengaruhi kemampuan sosialisasi pada pun akan berkembang. Semakin tinggi usia
anak RM antara lain pendidikan dan peran aktif maka semakin baik kemampuan sosialisasinya.
anak, pendidikan dan peran aktif orang tua serta Pada kelompok perlakuan dan kontrol sebagian
lingkungan. besar anak berusia 6-9 tahun dan setelah TAKS
Pendidikan anak dapat mempengaruhi kemampuan sosialisasi dapat meningkat karena
kemampuan sosialisasi dimana anak yang kegiatan bermain digabung menjadi satu
belajar di SLB telah memperoleh pengetahuan kelompok. Anak yang usianya lebih tinggi
dan informasi sehingga telah beradaptasi. digabung menjadi satu dengan anak yang
Semakin tinggi tingkat pendidikan maka usianya lebih rendah sehingga dapat saling
semakin mampu untuk beradaptasi dan bekerja sama menyelesaikan permainan.
bersosialisasi. Pada kelompok perlakuan dan Interaksi di luar SLB pun sangat penting untuk
kontrol, dari kelas 1-5 masing-masing terdapat 2 anak RM. Pada kelompok perlakuan terdapat 7
anak. Kemampuan sosialisasinya dapat anak yang jarang berinteraksi di luar SLB tetapi
meningkat karena setiap kelompok terdiri dari setelah intervensi kemampuan sosialisasi dapat
anak yang berbeda kelas. Anak yang duduk di meningkat karena didukung oleh kegiatan TAKS
kelas yang lebih tinggi dapat membantu dan berupa kegiatan bermain bersama yang
bekerja sama dengan anak di kelas yang lebih dilakukan secara berkelanjutan setiap harinya
rendah. Kemampuan sosialisasi anak dengan sehingga memudahkan anak mengingat kegiatan
RM sedang dapat ditingkatkan dengan yang dilakukan, saling mengenal satu sama lain
bimbingan dan latihan melalui pelajaran dan dan berkomunikasi serta saling bekerja sama
interaksi di sekolah. Pada kelompok perlakuan menyelesaikan permainan.
Pendidikan orang tua pun dapat interpersonal, kelompok dan massa (Keliat,
berpengaruh dimana orang tua yang memiliki 2004). Pada TAKS sessi 6 ini anak RM dilatih
pendidikan yang baik dapat menerima segala untuk bekerja sama agar dapat menerapkannya
informasi dari luar terutama tentang pengasuhan dalam kehidupan sosialnya sehari-hari. Cara
anak dan cara melatih anak bersosialisasi. Pada yang digunakan yaitu bermain bersama dalam
kelompok perlakuan sebagian besar orang tua kelompok yang dimulai dengan tahap persiapan,
hanya menempuh pendidikan SD yaitu sebanyak tahap kerja dan diakhiri dengan tahap terminasi.
4 orang tetapi kemampuan sosialisasi meningkat Anak RM mengikuti kegiatan ini secara
karena adanya kesadaran untuk menyekolahkan berkelanjutan sehingga kegiatan ini dapat
anak di SLB sehingga anak dapat memiliki dengan mudah diingat dan diterapkan lagi setiap
kecerdasan dan ketrampilan walaupun memiliki pertemuan berikutnya. Anak yang lebih mampu
keterbatasan mental. Peran aktif orang tua juga diarahkan untuk membantu anak yang kurang
sangat dibutuhkan untuk membimbing dan mampu sehingga terciptalah suatu kerja sama
mengawasi anak. Orang tua dapat memberi diantara mereka untuk menyelesaikan suatu
stimulus berupa kasih sayang sehingga anak permainan. Dalam permainan ini juga mulai
merasa diperhatikan dan lebih terbuka untuk muncul perilaku sosial yang adaptif dari masing-
berkomunikasi. Pada kelompok perlakuan masing anak.
sebagian besar orang tua sebanyak 6 orang
memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta yaitu SIMPULAN DAN SARAN
pedagang kecil di pasar sehingga memiliki
waktu yang lebih banyak untuk berinteraksi SIMPULAN
dengan anak dan sebanyak 6 orang tua juga yang
memiliki 2 anak sehingga perhatian dan kasih
sayang yang diberikan akan lebih besar. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
Sebagian besar orang tua juga berpenghasilan sessi 6 memberi pengaruh yang signifikan dan
cukup, rata-rata Rp.750.000-1.000.000 sebanyak dapat meningkatkan kemampuan sosialisasi
4 orang sehingga dapat memenuhi kebutuhan (bekerja sama) yang ditunjukkan dengan
anak RM yang tentunya lebih kompleks kemampuan verbal, non verbal, motorik dan
dibanding anak normal. Lingkungan di sekitar sensorik sehingga anak mampu melakukan
anak RM juga mempengaruhi kemampuan sosialisasi dengan anggota kelompoknya melalui
sosialisasi. Lingkungan yang kondusif dan dapat permainan bersama dalam kelompok.
menerima keterbatasan anak akan
mempermudah untuk mengeksperesikan diri dan SARAN
memiliki rasa percaya diri untuk berinteraksi.
Lingkungan sekolah dengan kegiatan belajar Peneliti menyarankan agar Proses
yang rutin lebih difokuskan untuk peningkatan belajar mengajar di SLB tidak hanya melalui
intelegensi dan sangat membosankan bagi pembelajaran individual tapi dapat dibuat dalam
mereka. Melalui TAKS yang berupa permainan bentuk belajar kelompok yang dapat dimasukkan
bersama dalam kelompok memberikan rasa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia,
senang tersendiri dan menumbuhkan rasa saling Matematika, IPA dan IPS sehingga dapat
percaya pada masing-masing anggota sehingga membantu meningkatkan kemampuan sosialisasi
berusaha untuk menyelesaikan permainannya. anak retardasi mental, Setting dari proses belajar
Hasil statistik Wilcoxon signed rank test mengajar melalui permainan berkelompok
didapatkan p=0,004 dimana ada perbedaan yang mengikuti kondisi tertentu yang dapat dilakukan
nyata antara kemampuan sosialisasi sebelum dan dalam durasi yang cukup (tidak terlalu singkat
sesudah TAKS sessi 6 dan dari hasil statistik dan tidak terlalu lama) agar anak retardasi
Mann whitney test didapatkan p=0.031 dimana mental tidak merasa kurang ataupun bosan
ada perubahan yang signifikan antara kelompok sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai,
perlakuan dan kontrol. TAKS adalah suatu terapi Selain dilakukan evaluasi perkembangan belajar
untuk melakukan sosialisasi dengan individu juga dilakukan evaluasi untuk perkembangan
yang ada di sekitar klien secara bertahap dan kemampuan sosialisasi secara berkala. Orang tua
hendaknya menstimulasi anak dengan selalu Maramis, W. F. 1998. Catatan Ilmu Kedokteran
memberikan kesempatan untuk berinteraksi Jiwa. Surabaya: Airlangga University
dengan keluarga besar, Perlu dilakukan Press, hlm. 385-397.
penelitian lebih lanjut tentang pengaruh TAK Maslim, Rusdi. 2002. Diagnosis Gangguan Jiwa
Sosialisasi sessi yang lain dengan menggunakan PPDGJ-III. Jakarta: Direktorat
alat ukur yang lebih baik dan waktu penelitian Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan
yang lebih lama. RI, hlm. 119-121.
Nelson, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak.
KEPUSTAKAAN Jakarta: EGC, hlm.161-165.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku
Gupte, Suraj. 2004. Panduan Perawatan Anak. Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, hlm.
Jakarta: Pustaka Populer Obor, hlm. 84.
207. Somantri, S. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa.
Hidayat, Teddy. 1999. Cermin Dunia Bandung:Rafika Aditama, hlm.18
Kedokteran Jiwa, (Online), Warsiki, Endang. 1999. Cermin Dunia
(http://www.PortakabkeKesehatan.Com/ Kedokteran, (Online),
site/en/page.jsp., diakses tanggal (http://www.PortakabkeKesehatan.Com.
27 Oktober 2008, jam 18.30 WIB). /comment/Erikson.html/??, diakses
Keliat,Budi Anna. 2004. Keperawatan Jiwa: tanggal 27 Oktober 2008, jam 18.30
Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: WIB).
EGC, hlm. 3-48. Widiarti, Sri. 2005. Arti Kerja Sama, (Online),
Keliat, Budi Anna dkk. 2005. Proses (http://www.total.or.id/info.php?kk=kerj
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. asama., diakses tanggal 10 Nopember
Jakarta: EGC, hlm. 46. 2008, jam 19.00 WIB).

You might also like