You are on page 1of 5

BREATHING EXERCISE MENINGKATKAN RESPONS PENERIMAAN

PSIKOLOGIS ANAK USIA PRA SEKOLAH


(Breathing Exercise Relaxation Increase Phsycological Response Preschool Children)

Yuni Sufyanti Arief*, Nuzul Quraniati*, Fransisca Kristiningsih*

* Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya. Telp/Fax: (031)


5913257, E-mail: yuni_psik@ yahoo.com

ABSTRACT

Introduction: Being hospitalize will be made the children become stress. Hospitalization response
of the child particularly is afraid sense regard to painfull procedure and increase to attack the
invasive procedure. The aimed of this study was to describe the influence of breathing exercise
relaxation technique regarded to phsycological receiving responses in the preeliminary school
chidren while they were receiving invasive procedure. Method: A quasy experimental purposive
sampling design was used in this study. There were 20 respondents who met to the inclusion
criteria. The independent variable was the breathing exercise relaxation technique and the
dependent variable was phsycological receiving responses. Data for phsylogical response were
collected by using observation form then analyzed by using Wilcoxon Signed Rank Test and Mann
Whitney U Test with significance level 0.05. Result : The result showed that breathing exercise
relaxation technique had significance influence to phsycological response (p=0.000). Discussion:
It,s can be concluded that breathing exercise relaxation technique has an effect to increase
pshycological response in preeliminary school children who received invasive procedure.

Keywords: breathing exercise, phsycological response, invasive procedure, preeliminary school


children

PENDAHULUAN baik secara perilaku maupun verbal


(Supartini, 2004).
Rumah Sakit secara umum dapat Keterbatasan pengetahuan mengenai
mengakibatkan stres karena berbagai faktor tubuh meningkatkan rasa takut yang khas
yang berkaitan dengan stres perpisahan, antara lain rasa takut terhadap prosedur yang
perubahan rutinitas, kondisi tidak familiar menyakitkan, sebagai contoh takut akan
dengan orang serta lingkungan sekitar dan kerusakan kulit akibat tindakan pemasangan
ketakutan serta nyeri yang berkaitan dengan infus atau pengambilan darah (Muscari,
kondisi sakit serta pengobatan (Rudolph, 2005). Prosedur tersebut menyebabkan nyeri
2006). Hospitalisasi menggambarkan dan perlukaan tubuh yang dapat menjadi
ketegangan dan merupakan krisis yang trauma bagi anak dan berlanjut pada
tampak pada anak, karena anak mengalami penolakan anak terhadap prosedur invasif
stres akibat perubahan lingkungan, (Ellis, 2004). Menurut Wong (2004), bentuk
perubahan status kesehatannya dan anak reaksi perilaku anak pra sekolah terhadap
mempunyai sejumlah keterbatasan dalam cedera dan nyeri tubuh akibat prosedur
mekanisme koping. Anak usia prasekolah invasif salah satunya ditunjukkan dengan
menginterpretasikan hospitalisasi sebagai regresi dan respons fisiologis yang akan
hukuman dan perpisahan dengan orangtua berlanjut pada penolakan anak terhadap
sebagai kehilangan kasih sayang. Reaksi tindakan perawatan yang diberikan.
yang dapat ditunjukkan anak usia prasekolah Hasil pengamatan Suparto (2006)
selama hospitalisasi antara lain menolak yang dikutip oleh Ni Luh (2008),
makan, kurang kooperatif, sering bertanya, melaporkan bahwa 70% anak yang dirawat di
menangis dan bahkan dapat menimbulkan rumah sakit menunjukkan perilaku awal yang
reaksi agresif seperti marah dan berontak negatif (agresif maupun depresif), dengan
tidak memandang jenis penyakit utamanya. penerimaan anak pada saat prosedur invasif
Hasil dari pengamatan lain yang dilakukan menjadi adaptif.
Yasmara (2007) terhadap 18 anak di Ruang Berdasarkan gambaran di atas maka
Anak RSU Dr. Soetomo menunjukkan bahwa peneliti mencoba menjelaskan pengaruh
sebagian besar anak usia prasekolah yang tehnik relaksasi breathing exercise terhadap
mendapat prosedur tindakan invasif selama respons penerimaan psikologis pada anak
hospitalisasi memperlihatkan respons usia prasekolah yang menjalani prosedur
penerimaan yang negatif terhadap prosedur invasif di Paviliun 14 RSK St. Vincentius A
invasif (injeksi obat) yaitu 83% anak Paulo Surabaya.
menangis/menjerit, 67% menarik anggota
tubuh dan membutuhkan penahanan fisik. BAHAN DAN METODE
Niven (2005) menyatakan bahwa
pada saat stres akan terjadi peningkatan Desain yang digunakan dalam
kortisol yang dapat menghambat penelitian ini adalah quasy experimental pre-
pembentukan antibodi dan menurunkan post test design. Populasi dalam penelitian ini
pembentukan sel darah putih. Penurunan adalah semua pasien anak usia prasekolah
antibodi akan menurunkan imunitas tubuh. yang dirawat di Paviliun 14 RSK St.
Jika hal ini dibiarkan maka akan berakibat Vincentius A Paulo Surabaya. Besar sampel
pada proses penyembuhan penyakit menjadi dalam penelitian ini adalah 20 anak yang
terhambat, waktu perawatan lebih lama dan diperoleh dengan menggunakan tehnik
meningkatkan risiko terjadinya komplikasi purposive sampling.
selama perawatan (Nursalam dan Kriteria inklusi pada penelitian ini
Susilaningrum, 2005). Berdasarkan hal antara lain pasien anak usia prasekolah (3-6
tersebut penting dilakukan suatu upaya untuk tahun), baru pertama kali dirawat di Rumah
menghilangkan kecemasan tersebut. Sakit dengan hari rawat 1 sampai 7 hari,
Penanggulangan stres hospitalisasi pasien mendapatkan prosedur invasif seperti
pada anak dapat menggunakan beberapa pemasangan infus, pemberian obat melalui
tehnik antara lain dengan tehnik relaksasi IV atau IM dengan jenis obat yang sama atau
breathing exercise dalam bentuk permainan. hampir sama viskositasnya, dalam keadaan
Bentuk sederhana dari relaksasi adalah apa sadar, belum pernah mendapatkan terapi
yang kita sebut bernafas dan meniup. Cara pernafasan selama perawatan dan orang tua
ini dapat diajarkan pada usia lebih dari 3 pasien bersedia menjadi responden.
tahun, tehnik ini sangat efektif untuk Penelitian ini dilakukan selama Januari 2009.
membantu anak rileks dan memberi mereka Sampel yang diperoleh dibagi
kontrol dalam situasi yang membuat nyeri menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol
dan melukai (Patti, 2005). Pada tahun 2006, dan kelompok perlakuan. Pengambilan
Kusumawati mencoba menggunakan tehnik sampel dilakukan dari 2 ruangan yang
relaksasi imagery terhadap respons berbeda di Paviliun 14 RSK St. Vincentius A
penerimaan (psikologis dan biologis) dalam Paulo Surabaya dengan maksud agar terapi
pelaksanaan prosedur invasif pada anak usia pernafasan yang diberikan tidak saling
sekolah di Ruang Melati RSU Dr. Soedono mempengaruhi. Variabel independen dalam
Madiun. penelitian ini yaitu tehnik relaksasi breathing
Aktifitas bermain maupun berbagai exercise sedangkan variabel dependen adalah
terapi lain yang pernah diteliti sebenarnya respons penerimaan psikologis yang
juga pernah diberikan, namun menjalani prosedur invasif. Data respons
pelaksanaannya masih belum rutin dan belum penerimaan psikologis diperoleh dengan
disesuaikan dengan protap yang telah ada di menggunakan lembar observasi. Data
ruangan. Di Paviliun 14 RSK St. Vincentius tersebut kemudian ditabulasi dan dianalisis
A Paulo Surabaya selama ini belum pernah dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon
melakukan aktivitas bermain dengan nafas Signed Rank Test dan Mann Whitney U Test
dalam, khususnya pada anak usia prasekolah dengan derajat kemaknaan <0,05.
yang menjalani prosedur invasif. Pemberian
tehnik relaksasi breathing exercise ini HASIL
diharapkan dapat merubah respons
Hasil penelitian ini menunjukkan menurut Muscari (2005) bahwa mekanisme
bahwa pada saat pra tes 9 anak (90%) baik pertahanan utama anak usia prasekolah
pada kelompok kontrol maupun perlakuan adalah regresi, mereka akan bereaksi
memiliki respons penerimaan psikologis terhadap perpisahan dengan regresi atau
yang maladaptif. Pada paska tes 10 anak pada menolak untuk bekerja sama.
kelompok perlakuan (100%) menunjukkan Paska diberikan tindakan tehnik
respons penerimaan psikologis yang adaptif, relaksasi breathing exercise melalui media
sedangkan pada kelompok kontrol tidak permainan, semua responden (100%) pada
terjadi perubahan. kelompok perlakuan menunjukkan respons
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa psikologis adaptif terhadap prosedur invasif,
tehnik relaksasi breathing exercise yang terlihat dengan respons anak yang
mempunyai pengaruh yang signifikan menerima kehadiran perawat, bersedia
terhadap respons psikologis dengan hasil mendengarkan instruksi perawat, anak
analisis statistik Wilcoxon Signed Rank Test komunikatif dan anak tidak trauma saat
didapatkan nilai signifikansi p=0,004. Hasil bertemu lagi dengan perawat. Menurut teori,
penelitian ini menunjukkan terdapat salah satu prinsip dalam perawatan
perbedaan respons penerimaan psikologis atraumatik adalah dengan mencegah atau
yang signifikan antara kelompok kontrol dan mengurangi cedera baik fisik maupun
kelompok perlakuan pada anak usia psikologis. Rasa nyeri karena tindakan
prasekolah dengan hasil analisis statistik (misalnya: disuntik) tidak akan bisa
Mann Whitney U Test menunjukkan nilai dihilangkan, tapi dapat dikurangi dengan
signifikansi p=0,000. menggunakan tehnik distraksi dan relaksasi
Pada kelompok perlakuan terjadi (Hidayat, 2005). Asuhan yang terapeutik
perubahan respons maladaptif pada pra tes tersebut dapat dilakukan dengan intervensi
(rerata 48; standar deviasi 15,492) menjadi melalui pendekatan psikologis misalnya
respons adaptif paska tindakan breathing menyiapkan anak untuk prosedur fisik
exercise (rerata 74; standar deviasi 10,750). dengan mengajarkan tehnik pernafasan dan
relaksasi yang dapat membantu mereka untuk
PEMBAHASAN rileks dan memberi kontrol dalam situasi
yang membuat nyeri dan melukai. Tehnik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pernafasan sangat penting dan efektif untuk
90% responden baik pada kelompok kontrol semua anak karena dapat membantu
maupun kelompok perlakuan saat dilakukan mencegah kepanikan, agresi atau mencairkan
pra tes menunjukkan respons psikologis kemarahan (Patti, 2005).
maladaptif yang terlihat pada sikap anak Hal ini sesuai dengan teori bahwa
yang menolak kehadiran perawat, tidak tehnik relaksasi breathing exercise melalui
bersedia mendengarkan instruksi perawat, media permainan juga merupakan tehnik
anak tidak kooperatif dan anak menangis distraksi yang melibatkan indera visual atau
keras saat dilakukan perawatan. Kondisi ini auditorik dan mungkin akan lebih efektif
terjadi karena pada saat anak dirawat di dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi
rumah sakit, anak akan mengalami berbagai satu indera saja (Smeltzer dan Bare, 2003).
perasaan yang tidak menyenangkan seperti Melalui permainan yang terapeutik ini dapat
marah, takut, cemas, sedih dan nyeri. memudahkan komunikasi verbal tidak
Perasaan tersebut merupakan dampak dari langsung dan non verbal tentang kebutuhan,
hospitalisasi karena berbagai faktor yang rasa takut dan keinginan mereka (Wong,
berkaitan dengan stres perpisahan, perubahan 2004).
rutinitas, kondisi tidak familiar dengan orang Menurut Rudolph (2006), nafas
atau lingkungan sekitar, ketakutan dan nyeri dalam sebagai bentuk aktivitas bermain
yang berkaitan dengan kondisi sakit serta antara lain bisa dilakukan dengan
pengobatan (Rudolph, 2006). Wong (2004) menggunakan media latihan pura-pura
menyatakan bahwa respons hospitalisasi pada meniup lilin ulang tahun, tiup gelembung
anak dapat berupa protes, putus asa, dengan sedotan (tanpa sabun), tiup tisu, bulu,
pelepasan, agresi fisik dan verbal serta bola kapas, pinwheel, balon atau terompet
regresi. Hal ini juga sesuai dengan teori mainan. Menurut Wong (2004) dengan
melakukan permainan, anak akan terlepas (http://www.medscape.com, diakses
dari ketegangan dan stres yang disebabkan tanggal 14 September 2008, jam 10.05
oleh pembatasan lingkungan terhadap WIB).
perilaku mereka. Permainan yang terapeutik Hidayat, A.A. 2005. Pengantar Ilmu
dapat mengalihkan rasa sakit dan anak akan Keperawatan Anak 1. Jakarta:
mengalami relaksasi melalui kesenangan Salemba Medika, hlm. 43-45.
melakukan permainan sehingga Kusumawati, M.D. 2006. Pengaruh Tehnik
meningkatkan kemampuan untuk mempunyai Relaksasi Imagery Terhadap Respons
tingkah laku yang positif yaitu koping adaptif Penerimaan (Psikologis dan Biologis)
(Supartini, 2004). Dalam Prosedur invasif Pada Anak
Intervensi kognitif ini dapat secara Usia Sekolah (8-12 tahun) di Ruang
aktif mengurangi nyeri dengan mengalihkan Melati RSUP Dr. Soedono Madiun,
perhatian anak menjauh dari rangsang yang Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya:
menyakitkan ke arah pengalaman yang tidak Program Studi Ilmu Keperawatan
mengancam dan menyenangkan. Hal ini Fakultas Kedokteran Universitas
kemudian akan berlanjut pada respons Airlangga.
penerimaan anak terhadap prosedur invasif Muscari, E.M. 2005. Panduan Belajar
meningkat dan selanjutnya anak akan Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC,
mempunyai koping yang positif serta respons hlm. 59-69.
yang adaptif. Ni Luh. 2008. Pengaruh Terapi Bermain
Terhadap Penurunan Stres
SIMPULAN DAN SARAN Hospitalisasi Anak Usia Pra Sekolah
Di Paviliun 14 RSK St. Vincentius a
Simpulan Paulo Surabaya. Skripsi tidak
dipublikasikan. Surabaya: Program
Tehnik relaksasi breathing exercise Studi Ilmu Keperawatan Stikes Katolik
merubah respons penerimaan (psikologis) St. Vincentius A Paulo.
terhadap prosedur invasif menjadi adaptif Niven, N. 2002. Psikologi Kesehatan
karena intervensi ini melibatkan proses Pengantar untuk Perawat dan
kognitif melalui permainan yang dapat Profesional Kesehatan Lain. Jakarta:
membuat pasien anak usia prasekolah EGC, hlm. 53-54.
menjadi interest dan perhatian anak akan Nursalam dan Susilaningrum, R. 2005.
prosedur invasif yang dialami dapat Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak
dialihkan. (untuk perawat dan bidan). Jakarta:
Salemba Medika, hlm. 17, 25-30, 74-
Saran 84.
Patti, T. 2005. Breathing Technique to Relax
Peneliti menyarankan supaya tehnik Your Child, (Online),
breathing exercise dilakukan sebagai salah (http://breathingtechniquetorelaxyour
satu intervensi keperawatan yang merupakan child/specialchildren.about.com/od/
alternatif bentuk terapi bermain dalam mentalhealthissues/a/breathing.htm.,
mengatasi respons penolakan anak usia pra diakses tanggal 12 Oktober 2008,
sekolah terhadap prosedur invasif dan jam 11.00 WIB).
penelitian selanjutnya dapat dilakukan untuk Rudolph, et al. 2006. Rudolphs Pediatrics
mengetahui pengaruh tehnik breathing 21st Edition. USA: The Mc. Graw Hill
exercise terhadap penerimaan prosedur Companies.
invasif dengan mengukur kadar kortisol dan Smeltzer, S.C. dan Bare, B. 2002. Brunner
menggunakan sampel yang lebih besar dan and Suddarths Buku Ajar
spesifik. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8
vol 1. Jakarta: EGC, hlm. 232-249.
KEPUSTAKAAN Supartini, Y. 2004. Konsep Dasar
Keperawatan Anak. Jakarta: EGC,
Ellis, J.A. 2004. Survey of Intervention for hlm. 81-85.
Needle Procedures, (Online),
Wong, D.L. 2004. Pedoman Klinis Anak Usia Pra Sekolah di Ruang Anak
Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. lantai 1 RSU Dr. Soetomo Surabaya.
Jakarta: EGC, hlm. 281-283. Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya:
Yasmara, D. 2007. Pengaruh Aktifitas Program Studi Ilmu Keperawatan
Bermain Peran dengan Boneka Fakultas Kedokteran Universitas
Tangan Terhadap Respons Airlangga.
Penerimaan Prosedur Invasif Pada

Tabel 1. Hasil analisis statistik respons penerimaan psikologis anak usia prasekolah terhadap
prosedur invasif di Paviliun 14 Rumah Sakit Katolik St. Vincentius A Paulo Surabaya,
Januari 2009.
Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan
Pre Post Pre Post
Mean 37 42 48 74
SD 13,375 13,984 15,492 10,750
Wilcoxon Signed Rank Test Wilcoxon Signed Rank Test
(p=0,059) (p=0,004)
Hasil Analisis
Statistik Mann Whitney U Test
(p=0,000)

Keterangan:
p = Derajat kemaknaan
SD = Standar Deviasi
Mean = Rerata

You might also like