You are on page 1of 6

BERG BALANCE TEST (BBT) DAN TIME UP AND GO TEST (TUGT) SEBAGAI

INDIKATOR PREDIKSI JATUH LANSIA


( Berg Balance Test (BBT) and Time Up and Go Tes (TUGT) as Falls Prediction on
Elderly)

Nursalam*, Retno Indarwati* , Mikhael Caraka Kristi*

* Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya. Telp/Fax: (031)


5913257 E-mail: nursalam_psik@yahoo.com

ABSTRACT

Introduction: Aging process represent the natural process which cannot obtivated. It caused by
biological factor that goes naturaly and continuously that influence the anatomical, biochemical
and physiological change. The natural change in this aspect giving contribution of falling on
elderly. The objective of this study was to compare falls prediction on elderly using Berg Balance
Test and Time Up and Go Test. Method: Design used in this study was comparative study design.
The population was 28 elderly. Total sample was 20 elderly enrolled by means of purposive
sampling, taken according to inclusion criteria. The independent variabels were Berg Balance Test
and Time Up and Go Test The dependent variabels were falls prediction, falls, and falls influence
factors. Data were colected using Berg Balance Test, Time Up and Go Test and questionnaire that
modify from Minnesota Safety Council Fall Prevention Checklist. Data were then analyzed using
kruskall-wallis test and mann-withney test with level of significance 0.05. Result: The result
showed that Berg Balance Test (BBT) and Time Up and Go test (TUGT) had differences falls
prediction with significance level of p=0.014. Analyze :The dominant factors that caused of falls
was gait. Time Up and Go Test (TUGT) has valid prediction than Berg Balance Test (BBT) it
showed by difference smaller score from comparator test score. Discussion: It can be concluded
that TUGT more appropriate than BBT to predict the falls insident in elderly. Further studies
should be consider to used carioca activity model as falls prevention in elderly.

Keywords: Falls prediction, Berg Balance Test, Time Up and Go Test, Elderly

PENDAHULUAN Penyebab utama yang sering mengakibatkan


seorang lansia mudah jatuh adalah gangguan
Proses menjadi tua merupakan proses keseimbangan.
alami yang tidak dapat dihindarkan. Proses Hasil studi pendahuluan melalui
ini disebabkan oleh faktor biologis yang wawancara dengan pendamping Panti
berlangsung secara alamiah, terus menerus Wredha Santo Yoseph Kediri menunjukkan
dan berkelanjutan yang dapat menyebabkan selama 2 tahun terakhir 16 orang lansia
perubahan anatomis, fisiologis, biokemis (60%) mengalami jatuh akibat kelemahan
pada jaringan tubuh sehingga mempengaruhi otot ekstremitas bawah yang mengganggu
fungsi, kemampuan badan dan jiwa keseimbangan postural. Delapan orang lansia
(Constantinides, 1994). Kemunduran atau (50%) dari prosentase lansia yang mengalami
perubahan morfologis pada lansia sering jatuh mengalami fraktur femur. Dua puluh
terjadi pada sistem muskuloskeletal yang orang lansia yang mengalami jatuh lebih dari
berdampak pada perubahan fungsional pada 1 kali terjadi dalam 3 bulan terakhir dan
otot, yaitu penurunan kekuatan, kontraksi, sebagian besar tidak sampai mengalami luka
elastisitas, fleksibilitas, kecepatan dan waktu yang mengganggu aktivitas maupun trauma
reaksi. Dua per tiga dari kecelakaan yang psikis.
menjadi penyebab kematian kelima pada Fraktur collum femuris merupakan
tahun 1994 untuk lansia terjadi akibat jatuh. komplikasi utama akibat jatuh pada lebih dari
200 ribu lansia di Amerika Serikat dan aktivitas berpindah, berputar, berdiri, serta
sebagian besar diderita oleh wanita. Satu duduk untuk mendapatkan score for
persen lansia yang jatuh diperkirakan akan independent safe ambulation, sehingga dapat
mengalami fraktur collum femuris, 5% akan diketahui batas kemampuan lansia terhadap
mengalami perlukaan jaringan lunak dan 5% kemampuan tersebut yang dapat digunakan
mengalami fraktur tulang lain seperti iga, untuk memprediksi kejadian jatuh.
humerus, pelvis, dan lain-lain. Perlukaan
jaringan lunak yang serius seperti sub dural BAHAN DAN METODE
hematome, hemarthroses, memar, dan
keseleo otot juga sering merupakan Penelitian ini menggunakan metode
komplikasi akibat jatuh (Kane, et al., 1994 studi komparasi dengan jumlah populasi 28
Isnaini Herawati dan Wahyuni 2004). lansia perempuan yang tinggal di Panti
Pemeriksaan prediksi jatuh penting Wredha Santo Yoseph Kediri. Sampel
untuk dilakukan. Hasil penelitian yang sebanyak 20 orang lansia diambil
dilakukan oleh Carpino pada tahun 2007 berdasarkan kriteria inklusi yang telah
menyatakan bahwa Berg Balance Test ditetapkan antara lain usia 65 tahun,
memiliki sensitifitas yang cukup tinggi dalam mampu beraktivitas, dapat berkomunikasi
memprediksi kejadian jatuh pada pasien yang dengan baik, mampu melihat dan mendengar
memiliki riwayat CVA di rehabilitation dengan baik. Penelitian ini dilaksanakan pada
centre Toronto, Canada. Sebuah studi bulan Mei 2009.
descriptive meta-analysis yang dilakukan Variabel independen dalam
oleh Bohannon pada tahun 2006 terhadap penelitian ini yaitu prediksi jatuh dan faktor-
referensi nilai dari pemeriksaan TUGT pada faktor kejadian jatuh. Pemeriksaan BBT dan
lansia usia 60-90 tahun dengan masalah TUGT sebagai variabel dependen. Instrumen
penuaan patologis seperti arthritis pengumpulan data dengan menggunakan
mendapatkan hasil bahwa pemeriksaan kuisioner faktor-faktor kejadian jatuh hasil
tersebut memang dapat digunakan untuk modifikasi dari minnesota fall prevention
mengidentifikasi ketidakmampuan mobilitas home safety checklist untuk faktor dominan
pada lansia serta memiliki satu kesensitifan kejadian jatuh dan lembar observasi
yang cukup tinggi dalam memprediksi pemeriksaan BBT, TUGT dan HCANJ
kejadian jatuh pada lansia. (Health Care Association of New Jersey) fall
Lansia yang memiliki riwayat jatuh, risk assesment untuk prediksi jatuh. HCANJ
dimungkinkan untuk kembali mengalami digunakan sebagai pembanding yang
kejadian jatuh berulang (Barr, 2004). dianggap suatu standar prediksi jatuh oleh
Pengulangan kejadian jatuh tersebut dapat suatu negara. Data yang diperoleh ditabulasi
diprediksi dengan melakukan pemeriksaan dan dianalisis menggunakan uji statistik
keseimbangan (balance assessment) sebagai Krusskal-wallis test, Mann Whitney U Test
upaya pencegahan (Muir, 2008). Beberapa dengan tingkat kemaknaan 0,05.
ahli seperti Burbank, Butler, Evans, Nied &
Franklin dan Wailmore menyarankan untuk HASIL
melakukan pemeriksaan keseimbangan
(balance assessment) pada lansia yang Perbandingan hasil prediksi jatuh
memiliki riwayat jatuh maupun yang tidak antara TUGT dan HCANJ memiliki
memiliki untuk mengetahui kecenderungan perbedaan yang tidak terlalu besar, terlihat
kejadian jatuh di waktu yang akan datang. dari selisih persentase hanya sebesar 10%.
Time up and Go Test dan Berg Balance Test Hasil perbandingan antara BBT dan HCANJ
merupakan beberapa contoh pemeriksaan menunjukkan selisih sekitar 30-40%. Hal ini
keseimbangan yang dapat digunakan untuk menunjukan bahwa TUGT memiliki tingkat
memprediksi kejadian jatuh pada lansia, akurasi yang lebih tinggi dibandingkan BBT
dengan cara menilai kemampuan lansia (Gambar 1). Hasil analisis statistik prediksi
dalam mengintegrasikan persepsi, sensori jatuh pada lansia dengan menggunakan
serta mobilitas (Tooru, et al., 2002). Krusskal-wallis test menunjukkan bahwa
Pemeriksaan TUGT dan BBT menilai terdapat perbedaan prediksi jatuh antara BBT,
kesanggupan lansia untuk melakukan TUGT dan pemeriksaan pembanding yaitu
HCANJ dengan nilai signifikansi p=0,018. aman apabila di pakai oleh lansia.
Uji statistik Mann Whitney U Test antara Sebagian besar lansia di panti tersebut
BBT dan TUGT menunjukkan ada menggunakan alas kaki atau sandal yang
perbedaan hasil prediksi dengan nilai terbuat dari bahan plastik. Hal ini ternyata
signifikansi p = 0,005. Perbandingan hasil membuat lansia yang pada awalnya telah
prediksi antara BBT dan HCANJ mengalami penurunan kekuatan otot menjadi
menunjukkan nilai p=0,107 sedangkan hasil kehilangan kestabilan ketika berjalan akibat
TUGT dan HCANJ menunjukkan nilai tekstur alas kaki yang berubah menjadi licin.
p=0,202. Kedua hasil tersebut menunjukkan Alas kaki yang digunakan lansia
bahwa tidak ada perbedaan hasil prediksi selama ini merupakan alas kaki yang sudah
antara BBT dan HCANJ, begitu juga hasil disediakan oleh pihak pengelola panti ketika
prediksi antara TUGT dan HCANJ. masuk pertama kali, namun lansia boleh
memakai alas kaki lain selain yang telah
PEMBAHASAN diberikan pihak pengelola panti ketika masuk.
Terdapat beberapa lansia yang memakai alas
Berdasarkan hasil penelitian kaki dengan bahan dari karet yang mereka
didapatkan bahwa frekwensi kejadian jatuh dapatkan dari keluarga yang berkunjung.
pada lansia di Panti Wredha Santo Yosep Lansia yang memakai alas kaki dari bahan
Kediri selama bulan Maret sampai dengan karet memiliki tingkat kestabilan yang lebih
Mei 2009 sebanyak 1-2 kali. Frekuensi jatuh baik ketika berjalan dengan kondisi alas kaki
lansia dalam 1 tahun idealnya hanya 1-2 kali yang basah bila dibandingkan dengan lansia
(Klebe, 2004). Kejadian jatuh lebih dari 1 yang memakai alas kaki yang terbuat dari
kali dalam 1 tahun dapat meningkatkan risiko plastik.
pengulangan kejadian jatuh di waktu yang Pengaruh kekuatan otot terhadap gaya
akan datang (Barr, 2004). berjalan akan menyebabkan perubahan pada
Kejadian jatuh yang dialami sebagian kekuatan stepping, kecepatan berjalan, serta
besar responden bukan kejadian jatuh yang frekuensi langkah. Sebagian besar lansia yang
pertama namun merupakan pengulangan memiliki kekuatan otot rendah memiliki gaya
kejadian jatuh yang sudah pernah terjadi pada berjalan yang lamban, dengan langkah yang
waktu lalu. frekuensi jatuh yang dialami pendek-pendek, kaki tidak dapat menapak
lansia dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dengan kuat dan cenderung tampak goyah.
internal maupun eksternal. Faktor internal Kondisi ini dapat diperbaiki melalui latihan
yang mempengaruhi antara lain psikis, sistem keseimbangan postural dinamik, namun
muskuloskeletal, kondisi panca indera, sistem selama ini jenis latihan yang dilakukan
genitourinaria, sistem neurologi, medikasi, dipanti hanya sebatas latihan kebugaran fisik
dan riwayat penyakit. Faktor eksternal yang berupa senam lansia, sehingga yang
berpengaruh seperti mobilitas, gaya berjalan, mengalami perbaikan hanya kebugaran fisik
tempat tidur, kamar mandi, dan dapur. saja sedangkan gaya berjalan tetap.
Hasil penelitian tentang faktor-faktor Faktor internal tidak terlalu
dominan yang mempengaruhi jatuh pada mempengaruhi kejadian jatuh pada lansia di
lansia di panti tersebut menunjukan bahwa Panti ini. Faktor internal yang memiliki
faktor eksternal khususnya gaya berjalan persentase cukup besar antara lain adalah
menjadi faktor yang paling berperan. Gaya kondisi psikis dan aktivitas. Kondisi psikis
berjalan mereka pada dasarnya dipengaruhi sangat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti
oleh kekuatan otot dan alas kaki. Jenis bahan status perkawinan dan trauma psikis terhadap
alas kaki akan mempengaruhi pergerakan jatuh. Perubahan status perkawinan dan
kaki. Bahan alas kaki yang terbuat dari trauma psikis terhadap jatuh pada lansia akan
plastik cenderung mudah mengalami menyebabkan perubahan kondisi psikologis
perubahan tekstur menjadi licin ketika kearah negatif yang akan mempengaruhi
terkena air, sedangkan bahan dari karet kejadian jatuh (Hawari, 1999).
cenderung lebih memiliki tekstur yang tetap
ketika terkena air sehingga bahan ini lebih
Perbandingan prediksi jatuh

80.00%

60.00%

BBT

TUGT
HCANJ
40.00%

HCANJ

HCANJ
TUGT
TUGT

BBT
BBT
20.00%

0.00%
Low risk Medium risk High risk

BBT HCANJ TUGT

Gambar 1. Distribusi responden berdasarkan prediksi jatuh dengan HCANJ falls risk assessment,
TUGT, BBT pada lansia di Panti Wredha Santo Yoseph Kediri, Mei 2009

Sebagian besar lansia dipanti ini aktif di masa tua berdasarkan teori aktivitas
adalah janda namun ada beberapa lansia yang merupakan kriteria sukses sebuah proses
tidak menikah. Lansia yang sudah lama penuaan, namun yang perlu diperhatikan
menjanda dan sudah beradaptasi dengan adalah kondisi aktif atau aktivitas pada
kondisi panti cenderung lebih jarang terjatuh. lansia yang terlalu berlebihan akan
Lansia yang pernah mengalami jatuh sampai meningkatkan risiko jatuh.
terjadi luka yang cukup parah cenderung Hasil perbandingan antara BBT dan
lebih memilih untuk tidak terlalu melakukan TUGT dengan pembanding pemeriksaan
mobilitas. Lansia tersebut menolak ketika HCANJ, diketahui bahwa pemeriksaan
diminta untuk mengangkat satu kaki selama 3 TUGT memiliki persentase nilai yang
detik karena merasa akan jatuh, demikian mendekati HCANJ. Pengukuran TUGT
juga ketika diminta untuk berdiri sambil melibatkan 3 faktor antara lain ankle, yaitu
menutup mata. Mereka akan cenderung menggunakan aktivasi otot-otot plantar
goyang dan mengatakan merasa badan fleksor pergelangan kaki untuk meggerakan
seperti tertarik untuk jatuh sehingga waktu pusat massa tubuh, hip, yaitu menggunakan
membuka mata cenderung lebih cepat dari aktivitas otot fleksor hip dan otot trunkus
waktu yang ditentukan. untuk menggerakan pusat massa tubuh secara
Berdasarkan teori kontinuitas dapat cepat, stepping yaitu melibatkan aktivasi
diketahui bahwa riwayat pekerjaan lansia otot abduktor sendi paha dan kontraksi otot
akan mempengaruhi kebiasaan frekuensi pergelangan kaki (Mufidah, 2007). Sebagian
aktivitas setelah berada di panti sebagai cara besar responden dalam penelitian ini
penyesuaian diri lansia terhadap situasi memiliki masalah pada faktor stepping, hal
lingkungan yang baru. Menurut Probosuseno ini ternyata menyebabkan gaya berjalan yang
(2008) tingkat aktivitas menjadi salah satu menjadi lebih lamban, dan cenderung mudah
penyebab kejadian jatuh pada lansia, goyang. Gangguan gaya berjalan akan
sehingga lansia yang aktif akan memiliki membuat waktu yang dibutuhkan untuk
risiko jatuh lebih besar dari pada lansia yang menyelesaikan instruksi pemeriksaan
tidak aktif. Sebagian besar responden adalah menjadi lebih lama.
lansia yang aktif. Pihak panti memfasilitasi Pemeriksaan BBT di pakai untuk
lansia tersebut yang masih sehat untuk mengetahui status keseimbangan postural
membantu kegiatan rumah tangga sehari-hari statis lansia sedangkan pemeriksaan TUGT
seperti memasak, mengambil pakaian kering dipakai untuk mengetahui status
dari tempat jemuran, berbelanja ke pasar keseimbangan postural dinamis. Perbedaan
maupun toko-toko di sekitar panti. Kondisi prediksi jatuh BBT dan TUGT dalam
penelitian ini dilihat melalui sebuah lansia di panti, apabila memungkinkan
perbandingan dengan pemeriksaan diganti dengan bahan karet untuk
pembanding yaitu HCANJ. Pemeriksaan ini mengurangi risiko jatuh, tenaga kesehatan
dijadikan sebagai pedoman pencegahan jatuh yang bertugas dapat melakukan pemeriksaan
di New Jearsy yang didalamnya terdapat keseimbangan postural dengan
unsur pemeriksaan status keseimbangan memperhatikan faktor dominan yang
postural statis dan dinamis sebagai indikator mempengaruhi kejadian jatuh, penelitian
prediksi jatuh dalam penelitian ini. Gangguan selanjutnya diharapkan agar meneliti tentang
gaya berjalan yang dialami sebagian besar pengaruh model aktivitas jalan kaki terhadap
lansia di panti ini mengindikasikan masalah perbaikan keseimbangan postural dinamis
pada keseimbangan postural dinamis yang sebagai alternatif pencegahan jatuh pada
menyebabkan risiko jatuh akan meningkat lansia.
akibat gangguan dalam proses pergerakan
tubuh. KEPUSTAKAAN

SIMPULAN DAN SARAN Bohannon, W Richard. 2006. Reference


Values for the Timed Up and Go Test:
Simpulan A Descriptive Meta-Analysis. Journal
of Geriatric Physical Therapy, 29, 12-
Kejadian jatuh yang dialami sebagian 16
besar lansia di panti Wredha Santo Yoseph Carpino, Chris.2007. New ideas in Balance
Kediri merupakan pengulangan dari kejadian and Falls Prevention. 3 ed. St.Louis:
jatuh pada waktu yang lalu dengan frekuensi Elsevier Saunders, p. 51.
melebihi kondisi yang seharusnya yaitu1 kali Constantinides, P. 1994. General
jatuh dalam rentang waktu 1 tahun. Faktor Pathobiology. Appleton and lange.
yang paling dominan mempengaruhi kejadian Hawari, Dadang . 1999. Manajemen Stress
jatuh pada lansia di Panti Wredha Santo Cemas dan Depresi. Jakarta: Gaya
Yoseph Kediri adalah faktor gaya berjalan, Baru,hlm.12
akibat gangguan pada proses steping. Health Care Association of New Jersy.2005.
Pemeriksaan TUGT lebih sesuai untuk Fall Management Guidelines, (Online),
memprediksi jatuh pada lansia dengan (www.hcanj.org., diakses tanggal 26
gangguan keseimbangan postural dinamis Maret 2009, jam 13.00 WIB).
sedangkan pemeriksaan BBT lebih sesuai Hideomi S TK, Tooru A, et al. 2002.The
untuk memprediksi jatuh pada lansia dengan relationship between the balance
gangguan keseimbangan postural statis. function and the elderlys ability to
walk. Using the Berg Balance Scale [in
Saran Japanese]. Journal Hokkaido Physio
Theraphist, 19, pp. 42-44.
Penulis menyarankan agar lansia Isnaini Herawati dan Wahyuni. (2004).
dianjurkan untuk mengikuti pemeriksaan Perbedaan pengaruh senam otak dan
keseimbangan postural setiap 3-6 bulan senam lansia terhadap keseimbangan
sekali yang diselenggarakan pihak pengelola oang lanjut usia. Infokes, 8(1), 1-9.
panti, lansia dianjurkan untuk melakukan Kane RL, Ouslander JG and Abrass IT. 1994.
latihan keseimbangan postural dinamis Evaluating the Elderly Patient. In
seperti jalan kaki untuk memperbaiki steping, Essentials of Clinical Geriatrics. MC.
hip, dan ankle, pengelola panti memasukkan Graw-Hill Inform. Sev.Coy.
pemeriksaan prediksi jatuh ke dalam salah Mufidah, Nisfil. 2007. Peningkatan
satu rangkaian pemeriksaan rutin yang Keseimbangan Postural Manula
dilakukan setiap 3 bulan sekali, pengelola dengan Latihan Balance Exercise.
panti mengadakan latihan keseimbangan Skripsi tidak dipublikasikan
postural dinamik secara bergantian dengan Keperawatan, Surabaya: PSIK FK
senam lansia sebagai upaya pencegahan Unair.
kejadian jatuh pada lansia melalui perbaikan Probosuseno dan Sukendro Sendjaja. 2008.
steping, bahan alas kaki yang digunakan Hubungan Antara Pemeriksaan Time
Up dan Go Test (TUG-test) dan Stephan Klebe, Henning Stolze, Christiane
Riwayat Roboh (falls) pada Populasi Zechlin, Christoph Baecker, Lars
Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Friege, Gnther Deuschl.(2004). Falls
Werdha Abiyoso Pakem Sleman in frequent neurological diseases
Yogyakarta. Kumpulan Makalah Temu Prevalence, risk factors and etiology.
Ilmiah Geriatri Semarang tidak Journal of Neurology, 251, 79-84
dipublikasikan. 28 30 Maret 2008 Susan.W. Muir, Katherine Berg .2008. Use
RJ., Barr 2005. Screening Elderly Women Berg Balance Scale for Predicting
for Risk of Future Fracture Multiple Falls in Community
Participation Rate and Impact on Dweling Elderly People: Prospective
Incidence of Falls and Fracktures, Study. Journal of Physical Therapy 88
Calcified Tissue International, 76, 243- (44), hal 449-459.
248)

You might also like