You are on page 1of 17

POLIP NASI

Agriawan, Nur Hilaliyah

A. Pendahuluan

Polip nasi adalah masa lunak yang mengandung banyak cairan di dalam

rongga hidung, berwarna putih keabu-abuan, yang terjadi akibat inflamasi

mukosa. Polip dapat timbul pada laki-laki ataupun perempuan, dari usia

anak- anak hingga usia lanjut.1

Polip hidung merupakan penyakit multifaktorial, mulai dari infeksi,

inflamasi non infeksi, kelainan anatomis, serta abnormalitas genetik. Banyak

teori yang mengarahkan polip ini sebagai manifestasi dari inflamasi kronis,

oleh karena itu, tiap kondisi yang menyebabkan adanya inflamasi kronis pada

rongga hidung dapat menjadi faktor predisposisi polip. Kondisi-kondisi ini

seperti rinitis alergi ataupun non alergi, sinusitis, intoleransi aspirin, asma,

Churg-strauss syndrome, cystic fibrosis, katagener syndrome, dan Young

syndrome.1

B. Epidemiologi

Prevalensi polip hidung di dunia bervariasi mulai dari 1-4%. Bisanya

terjadi antara usia 20-60 tahun dengan pucak usia di atas 50 tahun. Kejadianya

lebih banyak pada laki-laki dibandingkan perempuan. Prevalensi polip nasi

dilaporkan 1-2% pada orang dewasa di Eropa dan 4,2% di Finlandia. Di

Amerika Serikat prevalensi polip nasi diperkirakan antara 1-4%. Pada anak-

anak sangat jarang ditemukan dan dilaporkan hanya sekitar 0,1%. Penelitian

Larsen dan Tos di Denmark memperkirakan insidensi polip nasi sebesar 0,627

1
per 1000 orang per tahun. Di Indonesia studi epidemiologi menunjukkan

bahwa perbandingan pria dan wanita 2-3:1 dengan prevalensi 0,2%-4,3%.1,2

C. Anatomi

Secara umum, hidung dapat dibagi atas dua bagian, yaitu bagian luar

(eksternal) dan bagian dalam (internal). Di bagian luarnya, hidung dibentuk

oleh tulang, kulit dan otot. Osteokartilago hidung dibungkus oleh beberapa otot

yang berfungsi dalam pergerakan hidung meski minimal. Kulit yang melapisi

tulang hidung dan tulang rawan hidung merupakan kulit yang tipis dan mudah

untuk digerakkan serta mengandun banyak kelenjar sebasea. Sedangkan

dibagian dalamnya terdiri atas dua kavum berbentuk seperti terowongan yang

dibatasi oleh septum nasi.

Gambar 1. struktur dinding Gambar 2. anatomi septum


lateral hidung (Dikutip dari nasi. (Dikutip dari
kepustakaan 3) kepustakaan 3)

Setiap kavum nasi terhubung dengan nostril dibagian depan dan choana

dibagian belakang. Didalam cavum nasi anterior inferior terdapat vestibulum

yang berisi kelenjar sebasea dan rambut hidung dan dibagian lateralnya

2
terdapat tiga susun turbin konka yang disebut konka nasalis superior, media

dan inferior.

Gambar 3. Vaskularisasi ke cavum nasi. (Dikutip dari kepustakaan 11)

Vaskularisasi hidung berasal dari arteri karotis baik eksterna

maupun interna. Persarafan hidung terdiri atas fungsi sensorik dan autonom.

Cabang sensorisnya terbagi tiga yaitu, nervus ethmoidalis anterior, cabang

ganglion sphenopalatina dan cabang saraf infraorbitalis, sedangkan fungsi

autonominya berasal dari serat saraf parasimpatis nervus petrosus superfisial

terbesar.

Gambar 4. Persarafan ke cavum nasi. (Dikutip dari kepustakaan 11)

3
D. Definisi

Polip nasi adalah massa lunak yang tumbuh di dalam rongga hidung.

Kebanyakan polip berwarna putih bening atau keabu abuan, mengkilat, lunak

karena banyak mengandung cairan (polip edematosa). Polip yang sudah lama

dapat berubah menjadi kekuning kuningan atau kemerah merahan, suram

dan lebih kenyal (polip fibrosa).

Polip kebanyakan berasal dari mukosa sinus etmoid, biasanya multipel

dan dapat bilateral. Polip yang berasal dari sinus maksila sering tunggal dan

tumbuh ke arah posterior, sehingga disebut polip koanal.4

E. Etiologi

Sampai sekarang etiologi polip masih belum diketahui dengan pasti

tapi ada 3 faktor yang penting dalam terjadinya polip, yaitu :

1. Adanya peradangan kronik yang berulang pada mukosa hidung

dan sinus.

2. Adanya gangguan keseimbangan vasomotor.

3. Adanya peningkatan tekanan cairan interstisial dan edema

mukosa hidung.5

F. Patofisiologi

Fenomena Bernoulli menyatakan bahwa udara yang mengalir

melalui tempat yang sempit akan menyebabkan tekanan negatif pada daerah

sekitarnya. Jaringan yang lemah akan terhisap oleh tekanan negatif ini

sehingga mengakibatkan edema mukosa dan menyebabkan polip. Fenomena

ini menjelaskan mengapa polip banyak berasal dari area yang sempit di

infundibulum etmoid, hiatus semilunaris dan area lain di meatus medius.5

4
Pada tingkat permulaan ditemukan edema mukosa yang kebanyakan

terdapat di daerah meatus medius. Kemudian stroma akan terisi oleh cairan

interseluler, sehingga mukosa yang sembab menjadi polipoid. Bila proses terus

berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar dan kemudian akan turun ke

dalam rongga hidung sambil membentuk tangkai, sehingga terbentuk polip.4

Polip di kavum nasi terbentuk akibat proses radang yang lama.

Penyebab tersering adalah sinusitis kronik dan rinitis alergi. Dalam jangka

waktu yang lama, vasodilatasi lama dari pembuluh darah submukosa

menyebabkan edema mukosa. Mukosa akan menjadi ireguler dan terdorong ke

sinus dan pada akhirnya membentuk suatu struktur bernama polip. Biasanya

terjadi di sinus maksila, kemudian sinus etmoid. Setelah polip terrus membesar

di antrum, akan turun ke kavum nasi. Hal ini terjadi karena bersin dan

pengeluaran sekret yang berulang yang sering dialami oleh orang yang

mempunyai riwayat rinitis alergi karena pada rinitis alergi terutama rinitis

alergi perennial yang banyak terdapat di Indonesia karena tidak adanya variasi

musim sehingga alergen terdapat sepanjang tahun. Begitu sampai dalam kavum

nasi, polip akan terus membesar dan bisa menyebabkan obstruksi di meatus

media.4

Epitel pada polip merupakan epitel bertingkat semu bersilia yang

serupa dengan mukosa sinus dan mukosa hidung normal. Membran basal

tebal, stoma edematosa, sel-selnya terdiri dari campuran limfosit, sel plasma,

eosinofil dan makrofag, kadang-kadang di dapati banyak neutrofil. Mukosa

mengandung sel-sel goblet. Pembuluh darah sangat sedikit, dan terlihat

melebar, tidak mempunyai serabut syaraf. Polip yang sudah lama

5
dapat mengalami metaplasia epitel karena sering terkena aliran aliran udara

menjadi epitel transisional, kubik atau gepeng berlapis tanpa kertinisasi, yang

tingginya bervariasi. Selain sel goblet, polip juga mengandung kelenjer

di submukosa yang berbeda dengan kelenjer dimukosa hidung. Kelenjer-

kelenjer ini muncul setelah polip terbentuk. Hellquist membagi polip nasi

menjadi 4 sub-tipe histologis, yaitu, tipe I polip alergik dengan eosinofil

yang dominan, tipe II polip fibroinflamatorik dengan netrofil yang

dominan, tipe III polip dengan hiperplasia kelenjer seromusinosa dan tipe IV

polip dengan sroma atipik. (Gambar 3)

Gambar 5. Sel mast yang bergranula dan beberapa neutrofil pada stroma

edematous pada polip nasi. (Dikutip dari kepustakaan 5)

Gambar 6. Distribusi polip nasi dengan eosinofil-predominan dan neutrofil-

predominan berdasarkan jenis kelamin. (Dikutip dari kepustakaan 7)

Terdapat beberapa teori yang mengemukakakn tentang proses

terjadinya polip nasi, diantaranya adalah adenoma theory, necrosing etmoiditis

theory, dan glandular cyst theory.

6
Terdapat formasi baru pada glandula

di dalam mukosa hidung (ditunjukkan

oleh arah panah)

Formasi baru tersebut tumbuh dan

mendesak epitel sehingga terbentuklah

polip.

Gambar 7. Adenoma theory. (Dikutip dari kepustakaan 9)


Tulang mengalami nekrosis termasuk

tulang ethmoid, dan terdapat jaringan

myxomatous menembus jaringan ke

mukosa hidung (ditunjukkan oleh arah

panah)

Pertumbuhan dari jaringan myxomatous

menekan glandula tubulo-alveolar (G)

hingga membentuk polip nasi.

Gambar 8. Necrosing etmoiditis theory. (Dikutip dari kepustakaan 9)

7
Sebuah kista (C) kista (C) tersebut Hasil dari ekspansi kista

terbentuk pada glandula berekspansi, lalu (C) tersebutlah yang

tubulo-alveolar (G) menekan epitel nasal membentuk polip nasi.

keluar

Gambar 9. Glandular cyst theory. (Dikutip dari kepustakaan 9)

G. Gambaran Klinis dan Diagnosa

Gejala utama yang ditimbulkan oleh polip hidung adalah rasa tersumbat

di hidung. Sumbatan makin lama semakin memberat. Pada sumbatan yang

hebat dapat menyebabkan gejala hiposmia atau anosmia. Bila polip ini meluas

ke sinus paranasal, maka sebagai komplikasinya akan terjadi sinusitis dengan

keluhan nyeri kepala dan rinore.

Bila penyebabnya adalah alergi, maka gejala yang utama ialah bersin

dan iritasi di hidung. Pada rinoskopi anterior polip hidung seringkali harus

dibedakan dari konka hidung yang menyerupai polip (konka polipoid).

Perbedaan antara polip dan konka polipoid ialah :

Polip :

Bertangkai

Mudah digerakkan

8
Konsistensi lunak

Tidak nyeri bila ditekan

Tidak mudah berdarah

Pada pemakaian vasokonstriktor (kapas adrenalin) tidak

mengecil.4

Gambar 10. Gejala mayor pada penyakit polip nasi. (Dikutip dari

kepustakaan 8)

9
H. Pemeriksaan penunjang

Salah satu pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan diantaranya

adalah dengan menggunakan endoscopy dan pencitraan CT-Scan.

Gambar 11. Potongan coronal CT scan. Polip yang oleh huruf P.

(Dikutip dari kepustakaan 5)

Gambar 12. Gambaran endoscopy polip nasi. (Dikutip dari kepustakaan 6)

10
I. Klasifikasi

Kasus polip nasi diklasifikasikan menjadi 4 derajat yang

dipublikasikan oleh Johansen tahun 1993.

Gambar 13. Derajat pengklasifikasian polip nasi. (Dikutip dari

kepustakaan 6)

Klasifikasi dan stadium polip nasi Stadium polip nasi menurut

mackay :

Stadium 0 : tidak ada polip

Stadium 1 : polip terbatas dimeatus media (MM) tidak keluar ke

rongga hidung. Tidak tampak dengan pemeriksaan

11
rinoskopi anterior hanya terlihat dengan pemeriksaan

endoskopi.

Stadium 2 : polip sudah keluar dari MM dan tampak dirongga

hidung tetapi tidak memenuhi / menutupi rongga

hidung.

Stadium 3 : polip sudah memenuhi rongga hidung.5

J. Penatalaksanaan

1. Medikamentosa

Untuk polip edematosa, dapat diberikan pengobatan

kortikosteroid :

a. Oral, misalnya prednison 50 mg/hari atau deksametason

selama 10 hari, kemudian dosis diturunkan perlahan lahan

(tappering off).

b. Suntikan intrapolip, misalnya triamsinolon asetonid atau

prednisolon 0,5 cc, tiap 5 7 hari sekali, sampai polipnya

hilang.

c. Obat semprot hidung yang mengandung kortikosteroid,

merupakan obat untuk rinitis alergi, sering digunakan bersama

atau sebagai lanjutan pengobatn kortikosteroid per oral. Efek

sistemik obat ini sangat kecil, sehingga lebih aman.

2. Operatif

Untuk polip yang ukurannya sudah besar dilakukan ektraksi

polip (polipektomi) dengan menggunakan senar polip. Selain itu bila

12
terdapat sinusitis, perlu dilakukan drenase sinus. Oleh karena itu

sebelum operasi polipektomi perlu dibuat foto sinus paranasal untuk

melihat adanya sinusitis yang menyertai polip ini atau tidak. Selain

itu, pada pasien polip dengan keluhan sakit kepala, nyeri di daerah

sinus dan adanya perdarahan pembuatan foto sinus paranasal tidak

boleh dilupakan.

Prosedur polipektomi dapat mudah dilakukan dengan senar

polip setelah pemberian dekongestan dan anestesi lokal. Pada kasus

polip yang berulang ulang, perlu dilakukan operasi etmoidektomi

oleh karena umumnya polip berasal dari sinus etmoid. Etmoidektomi

ada dua cara, yakni :

1. Intranasal
2. Ekstranasal.4
Teknik operasi yang dapat dilakukan untuk penanganan polip

nasi adalah metode Functional Endoscopic Sinus Surgery (FESS)

yang pertama kali dipublikasikan oleh Messerklinger pada tahun

1978.

K. Prognosis

Polip hidung sering tumbuh kembali, oleh karena itu pengobatannya

juga perlu ditujukan kepada penyebabnya, misalnya alergi. Terapi yang paling

ideal pada rinitis alergi adalah menghindari kontak dengan alergen penyebab

dan eliminasi.4

13
L. Kesimpulan

1. Polip nasi adalah massa lunak yang tumbuh di dalam rongga hidung.

Kebanyakan polip berwarna putih bening atau keabu abuan, mengkilat,

lunak karena banyak mengandung cairan (polip edematosa).

2. Sampai sekarang etiologi polip masih belum diketahui dengan pasti

tapi ada 3 faktor yang penting dalam terjadinya polip, yaitu :

peradangan berulang, gangguan keseimbangan vasomotor,

peningkatan tekanan cairan interstisial dan edema mukosa hidung.

3. Terdapat beberapa teori yang mengemukakakn tentang proses terjadinya

polip nasi, diantaranya adalah adenoma theory, necrosing etmoiditis

theory, dan glandular cyst theory.

4. Gejala utama yang ditimbulkan oleh polip hidung adalah rasa sumbatan

di hidung. Sumbatan ini tidak hilang timbul dan makin lama semakin

berat keluhannya. Pada sumbatan yang hebat dapat menyebabkan gejala

hiposmia atau anosmia. Bila polip ini menyumbat sinus paranasal, maka

sebagai komplikasinya akan terjadi sinusitis dengan keluhan nyeri kepala

dan rinore.

5. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu dengan enodoscopy

dan CT-Scan.

6. Klasifikasi dan stadium polip nasi Stadium polip nasi menurut mackay

terbagi menjadi 3 stadium.

7. Pengobatan polip nasi terbagi menjadi pengobatan medikamentosa dan

pengobatan secara operatif.

14
8. Rekurensi polip nasi sering terjadi, hingga perlu dilakukan eliminasi

faktor resiko

Gambar 14. Algoritme penanganan polip nasi. (Dikutip dari kepustakaan 10)

15
16
17

You might also like