Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing :
Disusun oleh :
110210028
I. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. T
b. Usia : 56 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Pekerjaan : Polisi
f. Alamat : Kp. Ciketing Bantar Gebang Bekasi Jawa Barat
g. Tanggal Periksa: 09 Agustus 2016
Pasien datang ke poli kulit Rs. Polri dengan keluhan terdapat benjolan-
benjolan kecil pada pinggang kiri pasien sejak 1 minggu SMRS. Pada awalnya bulat-
bulat tersebut berisi cairan didalamnya, namun 3 hari SMRS gelembung-gelembung
pecah dan sekarang sudah mengering. Bekas luka tersebut mulai menimbulkan rasa
gatal, dan nyeri yang dirasakan terus menerus terutama bila tergesek dengan pakaian.
4 hari sebelum pasien ke poli Rs. Polri pasien pergi berobat ke klinik dan
diberikan obat acyclovir salep 5%, acyclovir 800 mg yang diminum 4 x 1 dan ibu
profen 3 x 1 hari. Pasien mengkonsumsi obat selama 3 hari namun pasien merasa
bahwa keluhannya belum hilang.
Terdapat riwayat cacar air pada saat pasien anak-anak. Pasien pernah memiliki
keluhan yang sama sebelumnya di ketiak kiri 5 tahun yang lalu.
Pasien menyangkal terdapat keluhan yang sama pada anggota keluarga lain
1
Pernafasan : 19 x/menit
Suhu : Afebris
Kepala : Normocephal
Mata : pupil bulat isokor , RCL/RCTL +/+
Leher : Tidak ada pembesaran KGB
Thorax : Simetris, Rhonki (-), wheezing (-) BJ I-II regular.
Abdomen : Simetris, timpani di 4 kuadran abdomen
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 dtk
B. Status dermatologi
Efloresensi
Primer : eritema
Sekunder : krusta
C. Sifat efloresensi
Susunan : Berkelompok/herpetiformis
2
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya lesi kulit berupa eritema dan krusta
yang unilateral dan herpetiformis di pinggang kiri pasien.
V. Diagnosis Banding
a. Herpes Simpleks
VIII. Penatalaksanaan
Non Medikamentosa
Medikamentosa
IX. Prognosis
a. Quo ad vitam : bonam
b. Quo ad functionam : bonam
c. Quo ad sanationam : bonam
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varisela-zoster
(VZV) yang menyerang kulit dan mukosa. Herpes zoster merupakan reaktivasi virus
yang terjadi setelah infeksi primer.1,2.
3. Etiologi
VZV merupakan virus dengan DNA berantai ganda berselimut yang termasuk
dalam famili Herpesviridae. Pada manusia, infeksi primer terjadi saat virus kontak
dengan mukosa saluran pernapasan atau konjungtiva. Dari tempat-tempat kontak
tersebur virus lalu menyebar ke seluruh tubuh melalui serat saraf sensoris menuju sel
akar ganglia dorsal dimana virus akan menjadi dorman.2
Reaktivasi VZV yang telah menjadi dorman, sering dalam puluhan tahun
setelah infeksi primer dalam bentuk varisela, menjadi herpes zoster. Penyebab pasti
timbulnya reaktivasi tersebut masih belum diketahui, akan tetapi mungkin
penyebabnya adalah salah satu atau kombinasi dari beberpa faktor seperti eksposur
eksternal dengan VZV, proses penyakit akut atau kronis (Terutama infeksi dan
keganasan), beberapa jenis pengobatan, dan stres emosional.2
Menurunya imunitas seluler diperkirakan meningkatkan resiko aktivasi
kembali, dimana keadaan tersebut meningkat sesuai dengan usia.2
4. Transmisi
Herpes zoster tidak dapat menular dari seseorang yang mengalami ke orang
lain. Namun VZV dapat menular ke orang lain yang belum pernah mengalami varisela
4
atau cacar air karena jika orang tersebut tertular VSV maka manifestasinya berupa
varisela.3
VSV pada orang yang mengalami herpes zoster berada pada vesikel herpes,
dan orang dapat tertular VSV jika menyentuh atau kontak dengan ruam maupun
cairan pada vesikel yang melepuh, namun pada saat vesikel belum terbentuk atau saat
telah mengering menjadi krusta merupakan saat dimana VSV tidak dapat menular
lagi.3
5. Patogenesis
6. Gejala Klinis
Daerah yang paling sering terkena adalah daerah toraks. Gejala prodromal
dapat berupa gejala sistemik dan gejala lokal. Gejala sistemik seperti demam atau
pusing. Gejala lokal berupa gatal dan nyeri atau neuralgia pada daerah dermatom
yang terkena. Nyeri yang terjadi merupakan salah satu ciri khas dari herpes yang
dapat dibedakan menjadi preherpetic neuralgia dan post herpetic neuralgia karena
nyeri dapat menetap setelah penyakit sembul dapat berlangsung berbulan-bulan
hingga menahun.1
Kemudian eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel herpetiformis
dengan dasar eritematus dan edema terbatas pada kulit yang terinervasi saraf sensoris
yang terasa nyeri. Vesikel tersebut berisi cairan yang jernih, kemudian menjadi keruh,
dapat menjadi pustul dan krusta. Terkadang vesikel mengandung darah yang disebut
sebagai herpes zoster hemoragik. Dapat pula menimbulkan infeksi sekunder sehingga
menimbulkan ulkus dengan penyembuhan berupa sikatrik.1,2
Lesi biasanya unilateral, mengenai 1 dermatom, tetapi walaupun jarang herpes
zoster dapat terjadi pada lebih dari satu dermatom dan mungkin saja bilateral (zoster
multiplex). Frekuensi terjadinya zoster pada lebih dari satu dermatom meningkat pada
5
populasi yang imunokompromis. Terkadang pasien mengeluh nyeri pada distribusi
dermatom tanpa adanya lesi (zoster sine herpete).2
Lesi pada herpes zoster dimulai dengan makula eritem, kemudian di atas
makula eritem ini timbul vesikel dalam 1-2 hari, terdapat pustul dalam 2 hari,
kemudian menjadi krusta dalam 7-10 hari, krusta biasanya menetap selama 2-3 pekan.
Lesi pada herpes zoster berbentuk khas, yaitu berkelompok/herpetiformis.5
7. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dalam
anamnesis didapatkan keluhan berupa ruam atau vesikel berkelompok yang kemudian
pecah disertai nyeri. Selain itu dapat pula kronologis ruam seperti gejala prodromal
yang dirasakan.
Pemeriksaan fisik didapatkan pasien mengalami sedikit demam namun bisa
berbeda pada tiap individu, kemudian dapat dilihat pada inspeksi kulit kelainan
berupa vesikel bergerombol diatas kulit eritema yang sebagian dapat mengalami
eksoriasi dan tertutup krusta.1,2
Pemeriksaan penunjang dilakukan Tes Tzanck yang hasilnya didapatkan sel
datia berinti banyak.
8. Diagnosis Banding
Beberapa diagnosis banding dari herpes zoster adalah herpes simpleks dimana
pada herpes simpleks terdapat perbedaan pada tempat predileksinya yaitu pada herpes
simplek berulang di tempat yang sama terutama pada regio sacrum sedangkan herpes
zoster tidak, angina pektoris bila dermatom yang terserang setinggi jantung sehingga
menimbulkan nyeri pada daerah yang mirip dengan angina pektoris.1
9. Penatalaksanaan
Kejadian herpes zoster biasanya dapat sembuh tanpa intervensi, dan cendrung
lebih jinak pada anak-anak ketimbang orang dewasa. Pengobatan herpes zoster
dilakukan untuk mempercepat penyembuhan dan mengurangi resiko komplikasi.
Penatalaksanaan herpes zoster ada dua yaitu penatalaksanaan tanpa obat dan
dengan obat. Penatalaksanaan tanpa obat adalah dengan melakukan beberapa hal
berikut yaitu menjaga agar lesi tetap bersih dengan membersihkan dengan air dan
sabun untuk menghindari infeksi sekunder, lindungi lesi dengan memakai pakaian
bersih dan tidak ketat.4
Penatalaksanaan dengan obat bersifat simtomatik, untuk mengobati nyeri
diberikan analgetik sedangkan untuk infeksi sekunder diberikan antibiotik. Terapi
dengan antiviral bertujuan untuk mempersingkat waktu penyakit serta menurunkan
keparahan dari penyakit.4
Obat antiviral yang biasa digunakan adalah acyclovir, famciclovir, dan
valacyclovir. Dosis acyclovir adalah 800mg yang diberikan 5 kali sehari dalam 7 hari.
Sedangkan dosis famsciclovir diberikan 3x250 mg sehari dan valacyclovir diberikan
3x1000mg sehari.1
6
Pemberian kortikosteroid dapat diindikasikan untuk mencegah terjadinya
paralisis ataupun fibrosis ganglion. Pemberian prednison dengan dosis 3 x 20 mg
sehari, setelah 1 minggu dosis diturunkan secara bertahap. Pemberian dosis sebesar
itu harus disertai dengan pemberian antiviral.
Penatalaksanaan dengan obat topikal bergantung pada stadium. Jika masih
stadium vesikel, vesikel dapat diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk
mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder. Jika terdapat ulserasi
dapat diberikan salep antibiotik.1
10. Komplikasi
11. Prognosis
Lesi umumnya sembuh dalam 10-15 hari. Prognosis pada orang yang lebih
muda dan lebih sehat sangat baik, sementara pada lansia memiliki resiko komplikasi
yang lebih tinggi. Pada orang dengan imunokompeten pada umumnya baik dan
sembuh tanpa komplikasi namun pada orang dengan imunokompromisangka
mortalitas dan morbiditasnya signifikan.1, 2
Herpes zoster jarang menimbulkan kematian pada pasien yang
imunokompeten, namun dapat mengancam nyawa pada penderita dengan sistim imun
yang sangat rendah. Herpes zoster pada pasien dengan sistim imun yang rendah dapat
menyebabkan kematian karena ensepalitis, hepatitis, atau pneumoitis. Resiko
kematian pada penderita dengan sistim imun yang sangat rendah berkisar antara 5-
15%.
PEMBAHASAN
7
KASUS TEORI
DAFTAR PUSTAKA
1. Handoko R.P.. Penyakit Virus. dalam Djuanda A., Kosasih A., Wiryadi B.E.,
Nathasuda E.C., Sjamsoe-Daili E., Effendi E.H., dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. edisi ke 5. Jakarta: Penerbit FK UI;2010. Hal. 110-114.
2. Janniger C.K.. Herpes Zoster. WebMD LLC; [diperbaharui pada 26 Februari 2013;
dikutip pada 16 Mei 2014]. Dikutip dari:
(http://emedicine.medscape.com/article/1132465-overview).
8
3. Strauss, Stephen et al. Varicella and Herpes Zoster. In : Wolff K, Goldsmith L, editors.
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine : 7th ed. New York : McGraw-Hill,
2008 : 1885-1898.