You are on page 1of 17

1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Penyakit Demam Berdarah (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat di Indonesia karena penyakit ini disebabkan oleh Virus yang ditularkan oleh

nyamuk Aedes Aegypty maupuan nyamuk Aedes Albopiktus tetapi nyamuk ini

peranannya dalam penyebaran penyakit sangat kecil karena hidup nyamuk ini biasanya

hidup dikebun kebun.

Penyakit ini cenderung meningkat jumlah penderita serta semakin luas

penyebarannya sejalan dengan meningkatnya mobilias dan kepadatan penduduk.Salah

satu usaha untuk melakuakn pencegahan ataupun pemberantasan penyakit Demam

Berdarah Dongue ( DBD) yang dapat dilakukan saat ini dengan memberantas nyamuk

penularnya karena Vaksin untuk mencegah dan obat untuk membasmi Virusnya belum

tersedia.

Cara yang tepat untuk memberantas nyamuk ini adalah dengan membasmi

jentiknya antara lain dengan melakukan kegiatan PSN ( Pemberantasan Sarang Nyamuk

) yaitu dengan menguras,menutup tempat penampunagan air ataupun mengubur

barang-barang bekas yang dapat menjadi tempat perkembang biakan nyamuk Aedes

Aegypty,mengingat nyamuk ini tersebar di seluruh daerah di Indonesia baik di rumah-

rumah ataupun di tempat-tempat umum.

Pemberantasan nyamuk aedes Aegypty pada dasarnya di lakukan sesuai dengan

pemberantasan penyakit menular pada umumnya namun mengingat Vaksin untuk

mencegah dan obat untuk membasmi Virusnya belum ditemukan,maka pemberantasan


2

penyakit Deman Berdarah Dongue (DBD) dilaksanakan terutama dengan memberantas

nyamuk penularnya.Untuk memberantas Demam Berdarah Dongue diperlukan

pembinaan dan peran serta masyarakat guna mencegah dan membatasai penyebaran

penyakit.

Pembinaan peran serta masyarakat dilaksanakan dengan penyuluhan dan

motivasi kepada masyarakat.Oleh karena itu pemberantasan penyakit Demam Berdarah

dongue (DBD) di laksanakan melalui kerja sama lintas program dan lintas sektoral yang

di koordinasikan oleh Kepala Wilayah Daerah.

Untuk membatasi penularan penyakit yang cenderung semakin meluas dan

mencegah kejadian luar biasa (KLB) Pemerintah melakukan pemberantasan dengan

menggunakan Insektisida terutama di Desa atau Kelurahan yang rawan penyakit

Demam Berdarah Dongue (DBD) sehingga agar kematian dan kesakitan dapat ditekan

serendah mungkin.

Kecamatan Indramayu merupakan daerah dataran rendah yang topografinya

landai dengan ketinggian kisaran 0 - 2 meter diatas permukan laut,keadan ini

berpengaruh terhadap drainase yang bila terjadi genangan air atau banjir dan bila terjadi

musim kemarau akan mengakibatkan kekeringan atau kekurangan air bersih,keadaan

tersebut menimbulkan ancaman bagi kesehatan masyarakat Indramayu terutama

timbulnya penyakit menular melalui perantara air.Kecamatan Indramayu merupakan

daerah Endemis yang berpotensi terjadinya kejadian luar biasa (KLB) penyakit Demam

Berdarah Dongue dan dari 9 Desa / Kelurahan di Wilayah kerja Puskesmas Indramayu

Kecamatan Indramayui ada 8 desa/Kelurahan termasuk Desa Endemis Demam

Berdarah yaitu desa Pabean Udik, Desa karangsong, Kelurahan Karang

malang,Kelurahan Karanganyar,Kelurahan Lemah Mekar,Kelurahan Lemah


3

abang,kelurahan Margadadi dan Kelurahan Paoman, jumlah kasus ...... tersangka DBD

dan tidak ada kasus kematian selama tiga tahun dari tahun 2008 sampai dengan tahun

2010 ( Data Laporan Seksi P2BB/ Petugas Surveilans Puskesmas )

1.2. T U J U A N.

1.2.1. Tujuan umum.

Mengetahui Gambaran umum epidemiologi mengenai angka kejadian

kasus penyakit Demam Berdarah Dogue (DBD) di Wilayah Kerja

Puskesmas Margadadi Kecamatan Indramayu

1.2.2. Tujuan Khusus.

1. Mengetahui Distribusi penderita penyakit Demam Berdarah Dongue

menurut waktu

2. Mengetahui Distribusi penderita penyakit Demam Berdarah Dongue

Menuru tempat

3. Mengetahui Distribusi penderita penyakit Demam Berdarah Dongue

Menurut Jenis kelamin.

4. Menentukan langkah kebijakan selanjutnya atau melakukan langkah

pengendalian kasus Demam Berdarah Dongue di wilayah kerja

Puskesmas Margadadi Kecamatan Indramayu


4

BAB. II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. MEKANISME PENULARAN.


Seseorang yang di dalam darahnya mengandung Virus dongue
merupakan sumber penular penyakit demam berdarah dongue (DBD).Virus
dongue berada dalam darah selama 4 -7 hari mulai 1 2 hari sebelum demam
Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular,maka virus dalam darah

akan ikut terhisap masuk kedalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan

memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk di

dalam kelenjar liurnya.Kira-kira 1 minggu setelah menghisap darah penderita,

nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain.Virus ini akan tetap

berada pada tubuh nyamuk sepanjang hidupnya dan menjadi penular sepanjang

hidupnya kepada orang lain (Depkes RI.1992).

2.2. TEMPAT POTENSIAL BAGI PENULARAN DBD.

Penularan demam berdarah dongue dapat terjadi disemua tempat yang

terdapat nyamuk penularnya. Menurut teori infeksi sekunder seseorang dapat

terserang demam berdarah dongue,jika infeksi ulangan dengan virus dongue tipe

yang berlainan dengan infeksi sebelumnya.(misalnya infeksi pertama dengan

virus dongue-1,infeksi ke dua dengan dongue-2.Infeksi dengan satu tipe virus

dongue saja, paling berat hanya akan menimbulkan demam dengan tanpa

disertai pendarahan) (Depkes RI 1992 )

Oleh karena itu tempat yang potensial untuk terjadi penularan DBD

adalah;

1. Wilayah yang banyak kasus DBD ( Rawan/Endemis)


5

2. Tempat-tempat Umum yang dijadikan tempat berkumpulnya orang-

orang yang kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus

dongue cukup besar ( Depkes RI,1992)

3. Pemukiman baru yang pada umumnya dihuni oleh penduduk yang

berasal dari berbagai wikayah,maka kemungkinan terdapat penderita

atau Carier yang membawa tipe Virus dongue yang berlainan dari

masing-masing lokasi asal.

2.3. MORFOLOGI DAN LINGKUNGAN HIDUP.


2.3.1. Morfologi

Aedes Aegypti mempunyai morfologi sebagai berikut

1. Nyamuk dewasa

Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan

jenis nyamuk lainnya ( Depkes RI 1992)

a. Pupa (Kepompong )

Pupa atau kepompong berbentuk seperti Koma dan berukuran lebih kecil

bila di bandingkan dengan pupa nyamuk lain.( Depkes RI 1992)

b. Larva ( Jentik )

Ada 4 tingkat (Instar) larva sesuai dengan pertumbuhan larva

yaitu:

1. Larva Instar I berukuran paling kecil yaitu 1-2 mm

2. Larva Instar II berukuran 2,5 - 3,8 mm

3. Larva Instar III lebih besar sedikit dari Instar II.

4. Larva Instar IV berukuran paling besar 5 mm


6

c. Telur.

Telur berwarna hitam dengan ukuran 0.80 mm dan berbentuk oval

yang mengapung satu persatu pada permukaan air yang jernih atau

menempel pada dinding tempat penampung air.

2. Lingkungan Hidup.

Nyamuk Aedes Aegypty mengalami metamorpose sempurna yaitu :

telur Jentik Kepompong Nyamuk. Stadium telur jentik dan kepompong

hidup dalam air, telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu 2 hari setelah

telur terendam air dan stadium jentik biasanya berlangsung 6 - 8 hari serta

stadium pupa (kepompong) antara 2 4 hari Pertumbuhan dari telur sampai

nyamuk dewasa mencapai 9 10 hari sedangkan umur nyamuk betina dewasa

dapat mencapai 2 3 bulan. ( Depkes RI 1992 )

2.3.2. Tempat Perkembangbiakan.

Tempat perkembambang biakan nyamuk Aedes Aegypty ialah tempet-

tempat penampungan air di dalam atau di sekitar rumah atau tempat-tempat

umum,biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah.tempat perkembang

biakan nyamuk ini berupa genangan air yang tertampung di suatu tempat atau

bejana,Nyamuk ini tidak dapat berkembang biak di genangan air yang langsung

berhubungan dengan tanah.

Jenis-jenis tempat perkembang biakan nyamuk Aedes Aegypty dapat

dikelompokan sebagai berikut:

1. Tempat Penampunag Air (TPA) unuk keperluan sehari-hari

seperti drum,tangki reservoir,tempayan,bak mandi/WC ember dan lain-

lain.
7

2. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari

seperti: Tempat Minum burung,Vas Bunga,perangkap semut dan barang-

barang bekas ( ban, Kaleng,botol,plastik dan lain-lain)

3. Tempat penampungan air alamiah seperti: lobang

pohon,lobang batu pelepah daun, tempurung kelapa,pelepah pisang

potongan bambu adan lain-lain)

2.3.3. Perilaku Nyamuk Dewasa.

1. Setelah lahir ( keluar dari kepompong ) nyamuk istirahat di kulit

kepompong untuk sementara waktu.Beberapa saat setelah itu sayap

meregang menjadi kaku sehingga nyamuk mampu terbang untuk mencari

mangsa/darah.

2. Nyamuk Aedes Aegypty jantan menghisap cairan tumbuhan atau sari

bunga untuk keperluan hidupnya.Sedangkan yang betina menghisap

darah. Nyamuk betina lebih menyukai darah manusia dari pada darah

binatang (bersipat antropopilik).Darah (proteinnya) diperlukan untuk

mematangkan telur agar jika dibuahi oleh sperma nyamuk jantan dapat

menetas.Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan

telur,mulai dari nyamuk menghisap darah sampai telur

dikeluarkan,biasanya bervariasi antara 3-4 hari.Jangka waktu tersebut

disebut satu siklus gonotropic. Nyamuk betina mencari mangsanya pada

siang hari.Aktifitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang

hari,dengan 2 puncak aktivitas antara pukul 09.00 10.00 dan 16.00

17.00
8

CARA MEMBERANTAS NYAMUK PENULAR DBD.

2.4.1. Permberantasan Nyamuk dewasa.

Memberantas nyamuk penular ( Aedes aegypty) merupakan suatu cara

yang sangat diutamakan karena sampai saat ini untuk mencegah dan obat untuk

membasmi penyalit DBD belum ditemukan bahkan Vaksin untuk mencegah

belum tersedia.

Cara Pemberantasan.:

Nyamuk Degan Insektisida(Fogging)

Dengan PSN
1. Kimia
Jentik 2. Biologi
. 3. Fisik

Pemberantasan nyamuk dewasa dilakukan dengan cara penyemprotan

( pengasapan=Foging ) dengan menggunakan Insektisida antara lain:

1. Organophospate seperti malathion atau Fenitrithion.

2. Pyretroid sintetik seperti lamda sihalotrin atau permetrin.

3. Carbamat.

Penyemprotan Insektida dilakukan 2 siklus dengan interval 1 minggu

dengan tujuan agar nyamuk yang disemprot pada siklus pertama mati dan untuk

menghindari nyamuk yang infektif berikutnya perlu dilakukan penyemprotan

yang ke 2.

2.4.2. Pemberantasan Jentik.


9

Untuk memberantas jentik nyamuk penular penyakit DBD dilakukan

dengan cara Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN ) antara lain :

1. Dengan cara Kimia yaitu dengan menggunakan pembasmi

jentik ( larvasida ) yaitu dengan menggunakan abatisasi dengan

dosis penggunaan 10 gram atau 1 sendok makan meres untuk air 100 liter,

abate ini mempunyai efek residu selama 3 bulan dalam bak mandi atau

tepat air lainnya.

2. Dengan cara biologi yaitu mencegah perkembang biakan

nyamuk penular penyakit DBD dengan menggukan atau memlihara ikan

pada bak penampung air.

3. Dengan cara Fisik yaitu dengan cara melakuakan kegiatan 3

M ( Menguras, menutup,mengubur) yang dijadikan tempat

berkembang biaknya nyamuk,cara ini yang paling epektif untuk

menghambat atau memutuskan perkembang biakan nyamuk penular DBD.

2.5. PELAKSANAN KEGIATAN PEMBERANTASAN NYAMUK

PENULAR DEMEM BERDARAH DONGUE.

2.5.1. Kegiatan pemberantasan Nyamuk pada kejadian DBD

1. Penyelidikan Epidemiologi ( PE ) pada kasus DBD/tersangka DBD

diperlukan untuk pencarian penderita/tersangka DBD lainnya dan

pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD.

2. Melakukan tindakan pada kejadian penyakit DBD

dengan cara penyemprotan Insektisida,Pemberantasan Sarang Nyamuk dan

di dahului dengan penyuluhan kepada masyarakat.


10

3. Penyemprotan Insektisida dilakukan dengan 2 siklus dengan intervai 1

minggu di lokasi rumah penderita denga radus 200 meter

4. Bila terjadi Kejadian Luar Biasa ( KLB ) atau wabah dilakukan

penyemprotan isektisida 2 siklus dengan intervai 1 minggu dan dilakukan

penyuluhan.

2.5.2. Pemberantasan Nyamuk Penular di Wilayah kecamatan/Puskesmas

Kecamatan Puskesmas rawan adalah Kecamatan./Puskesmas yang dalam

3 tahun yang terahir kejangkitan penyakit demam berdarah dongue dan

mempunyai resiko terjadinya kejadian luar biasa ( KLB).

Tingkat kerawanan kecamatan atau Puskesmas disuatu wilayah terhadap

ancaman penyakit DBD adalah sebagai berikut:

1. Kecamatan/Puskesmas Rawan I ( Endemis ) yaitu

kecamatan/Puskesmas yang dalam 3 tahun terahir setiap tahun terjangkit

penyakit demam berdarah dongue (DBD ).

Kegiatan penanggulangannya meliputi:

a. Penyemprotan masal.

b. Pemeriksaan jentik berkala di rumah-rumah dan tempat umum.

c. Penyuluhan kepada masyarakat.

d. PSN ( Pemberantasan sarang nyamuk dengan melakukan 3 M yaitu

menguras, mengubur dan menutup tempat berkembangnya biaknya

nyamuk

2. Kecamatan/Puskesmas rawan II ( Sporadis ) yaitu

Kecamatan/Puskesmas yang dalam 3 tahun terahir terjangkit demam

berdarah tetapi tidak setiap tahun.


11

Kegiatannya Penanggulangannya meliputri :

a. Pemeriksaanjentik berkala di rmah-rumah dan tempat umum.

b. Penyuluhan kepada masyarakat.

3. Kecamatan/Puskesmas rawan III ( Potensial ) yaitu Kecamatan

/Puskesmas yang dalam 3 tahun terahir tidak pernah terjangkit penyakit

demam berdarah dongue tetapi penduduknya padat, mempunyai hubungan

teransportasi yang ramai dengan wilayah lain dan prosentase jentik

ditemukan lebih dari 5 %.

Kegiatan penanggulangannya meliputi :

a. Pemeriksaan jentik berkala di rumah-rumah dan tempat umum.

b. Penyuluhan kepada masyarakat.

4. Kecamatan.atau Puskesmas Bebas yaitu Kecamatan/Puskesmas tidak

pernah terjangkit demam berdarah dongue dengan prosentase jentik

ditemukan kurang dari 5 %.


12

BAB. III

GAMBARAN EPIDEMIOLOGI KASUS DEMAM BERDARAH DONGUE


DI KECAMATAN INDRAMAYU

3.1. Gambaran Efidemiologi kasus DBD.

Berdasarkan perkembangan penyakit Demam Berdarah Dongue di

Kecamatan Indramayu dari tahun ke tahun semakin meningkat, hal ini di karenakan

letak Kecamatan Indramayu merupakan jalur tranportasi yang sangat ramai dan tinggi

mobilitas penduduk dari Indramayu ke luar wilayah Kabupaten sehingga kemungkinan

adanya penderita sebagai Carier yang membawa penyakit tipe Virus yang berlainan dari

luar daerah dan adanya kepadatan penduduk serta masih rendahnya kualitas lingkungan

yang memenuhi syarat.Dengan keadaan ini Kecamatan Indramayu merupakan

Kecamatan Endemis Demam Berdarah Dongue (DBD) karena kasus DBD yang dalam 3

tahun terakhir setiap tahun terjangkit penyakit DBD.

Tabel. 3.1.1 Distribusi kasus DBD dari tahun 2008s / d 2010

Tahun
Kasus
2008 2009 2010
Penderita
Meninggal

Sumber Arsip P2BB 2008 s/d 10

Dari grafik diatas dapat dilihat adanya peningkatan kasus DBD dari

tahun 2008 s/d 2010.

GRAFIK PENDERITA DEMEM BERDARAH


DI WILAYAH PUSKESMAS INDRAMAYU
TAHUN 2008 S/D 2010
13

Tabel . 3.1.2. Distribusi kasus DBD menurut waktu Tahun 2008 s/d 2010
wil.kerja Puskesmas Margadadi.

2008 2009 2010


No Bulan
P M P M P M
1 Januari
2 Februari
3 Maret
4 April
5 Mei
6 Juni
7 Juli
8 Agustus
9 September
10 Oktober
11 Nopember
12 Desember
Jumlah

Sumber Arsip P2BB Kab. 2008 s/d 2010

Dari tabel diatast bahwa kasus tertinggi dari tahun ke tahun

yaitu pada bulan Desember,Januari ,Februari dan bulan Maret,hal ini

karena pada bulan tersebut lagi keadaan musim hujan. Dan kasus tertinggi

pada bulan Desember 200...


14

Tabel. 3.1.3. Distribusi kasus DBD tahun 2008 s/d 2010 menurut
tempat Wil.Puskesmas Margadadi

2008 2009 2010


No DESA/KELURAHAN
P M P M P M
1Karangmalang
2Karanganyar
3Lemahmekar
4Lemahabang
5Margadadi
6Paoman.
7Pabean Udik
8Karangsong
9Tambak
Jumlah

Sumber Arsip P2BB Kab.2008 s/d 2010


Dari tabel diatas kasus yang paling tertinggi dari tahun ke tahun

yaitu di Desa ..................................a hal ini karena Desa tersebut termasuk daerah

yang penduduknya paling banyak atau padat dan banyak penduduk yang keluar

masuk kota serta masih ada lingkungan yang kumuh dan kurang sehat.

Tabel. 3.1.4. Distribusi kasus yang dilakuakan tindakan Foging Fokus


Tahun 2008 s/Tahun 20109 menurut
jenis kelamin

Jenis Tahun Tahun Tahun


No Proporsi
Kelamin 2008 2009 2010

1 Laki-laki
Perempuan.
2
Jumlah
Sumber Arsip P2BB Kab. 09.

Jumlah kasus DBD menurut jenis kelamin yang dilakukan tindakan foging

fokus pada tabel 3.4. terdapat perbedaan proporsi jumlah penderita DBD laki-laki

( ...... % ) dan perempuan (....... % )

3.2 Upaya penanggulangan. atau pemberantasan.


15

1. Investigasi kasus DBD untuk mengetahui distribusi, penyebaran

besarnya masalah dan faktor pendukung.

2. Penemuan,pertolongan dan pelaporan

3. Penyelidikan Epidemiologi dan pengamatan penyakit DBD

4. Penyuluhan kepada masyarakat.

5. Pemantauan jentik berkala. Dan PSN

6. Pengasapan ( Foging )
16

BAB. IV.

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan.

Dari hasil pengamatan bahwa kasus Demam Berdarah Dongue

(DBD ) di Wilayah Puskesmas Margadadi Kecamatan Indramayui yang paling

tinggi terjadi pada bulan Desember,Januari dan bulan Februari tiap tahun dan

dalam 3 tahun terakhir kasus DBD paling tinggi terjadi bulan ..................tahun

200.......,hal ini terjadi pada bulan ini karena bulan Desember januari dan pebruari

sedang musim hujan.

4.2. S a r a n.

1. Tingkatkan kerja sama lintas program dan lintas sektor dalam rangka

usaha memutuskan mata rantai penularan penyakit Deman Berdarah

dongue ( DBD ).

2. Pembinaan Kader Jumantik agar dilakukan secara rutin dan

berkesinambungan.

3. Peran serta masyarakat agar lebih di tingkatkan dalam rangka

memutuskan ratai penularan penyakit DBD.

4. Anjurkan kepada masyarakat agar menanam ikan cupang di bak yang

jarang di kuras dan di komandokan oleh Pemerintah Daerah setempat.


17

DAFTAR KEPUSTAKAAN.

1. `Hadi,Suwasono.Pemberantasan larva Vektor Demam Berdarah Dongue

Aedes Aegypti.Majalah pencinta kesling Sanitasi Volume 3 (02)105-107.1997

2. Soemarto,Diktat Entomologi Kesehatan.Akademi Penilik Kesehatan Teknologi

Sanitasi,Bandung: 1991

3. Iskandar,Adang. Pemberantasan serangga dan binatang

Pengganggu,Pusdiknakes Depkes RI,1985.

4. Departemen Kesehatan RI ( 1992 ) Kumpulan Surat Keputusan/Edaran tentang

Pemberantasan Penyakit DBD,Edisi 1995/1996 DitJen PPM dan PLP

5. Depkes RI ( 1992).Petunjuk Teknis Pemberantasan Penyakit Menular Penyakit

Demam Berdarah Dongue.DitJen PPM &PLP

You might also like