You are on page 1of 86

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA DAN INTENSITAS


PENGGUNAAN DIAPERS TERHADAP TINGKAT
KESIAPAN TOILET TRAINING PADA ANAK
USIA TODDLER DI LITTLE CARE
STIKES SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA

TESIS
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH
NINING FITRIANINGSIH
S 541108070

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA DAN INTENSITAS


PENGGUNAAN DIAPERS TERHADAP TINGKAT
KESIAPAN TOILET TRAINING PADA ANAK
USIA TODDLER DI LITTLE CARE
STIKES SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA

TESIS

Oleh
Nining Fitrianingsih
S 541108070

Dewan Nama Tanda Tangan Tanggal


Pembimbing

Pembimbing I Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd ...... .2013


NIP. 194404041976031001

Pembimbing II DR. dr. Hari Wujoso, Sp. F., MM ....................... .....2013


NIP. 196210221995031001

Telah dinyatakan memenuhi syarat


pada tanggal.2013

Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Program Pascasarjana UNS

DR. dr. Hari Wujoso,


commit Sp. F., MM
to user
NIP. 196210221995031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:


1. Tesis yang berjudul: PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA DAN
INTENSITAS PENGGUNAAN DIAPERS TERHADAP TINGKAT
KESIAPAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI
LITTLE CARE STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA ini
adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat
karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar
akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan
dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan (Permendiknas No 17, tahun 2010)
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah
lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs
UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu
semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan
publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Magister
Kedokteran Keluarga PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal
ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Magister Kedokteran Keluarga PPs UNS.
Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka
saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, 5 Februari 2012


Mahasiswa,

commit to user Nining Fitrianingsih


S 541108070
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Nining Fitrianingsih. S541108070. 2012. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan
Intensitas Penggunaan Diapers Terhadap Tingkat Kesiapan Toilet Training
Pada Anak Usia Toddler di Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta.
Tesis. Pembimbing I: Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd, Pembimbing II: DR. dr.
Hari Wujoso, Sp. F., M.M. Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pendahuluan: Anak yang dilahirkan wajib dibesarkan dan diasuh secara


bertanggung jawab sehingga berkembang secara sehat dan optimal. Golden age
terjadi saat anak berumur 13 tahun. Keberhasilan toilet training tergantung
pada kesiapan anak dan keluarga. Kebiasaan yang salah dalam mengontrol BAB
dan BAK akan menimbulkan masalah fisik dan psikologis. Anak yang terbiasa
memakai diapers sejak kecil akan mengalami keterlambatan pada toilet training.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pola asuh orang tua dan
intensitas penggunaan diapers terhadap tingkat kesiapan toilet training pada anak
usia toddler di Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta.

Metode penelitian: Jenis penelitian adalah analitik kuantitatif observasional


melalui pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu
yang mempunyai anak usia 1-3 tahun di Little Care STIKES Surya Global
Yogyakarta dan tidak menggunakan teknik sampling. Pengumpulan data
dilakukan pada tanggal 9-17 November 2012 menggunakan kuesioner yang diisi
oleh 42 responden. Teknik analisis menggunakan ANAVA dua jalur. Pengolahan
data menggunakan bantuan komputer dengan program SPSS versi 16.0 for
windows.

Hasil dan kesimpulan: Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang
dilakukan dengan menggunakan taraf signifikansi 5% diperoleh: (1) Ada
pengaruh pola asuh orang tua terhadap tingkat kesiapan toilet training diperoleh
nilai p 0,000 (<0,05); (2) Ada pengaruh intensitas penggunaan diapers terhadap
tingkat kesiapan toilet training diperoleh nilai p 0,006 (<0,05); (3) Tidak ada
interaksi antara pola asuh orang tua dan intensitas penggunaan diapers terhadap
tingkat kesiapan toilet training dengan nilai p 0,655 (>0,05).

Kata kunci: Pola Asuh Orang Tua, Diapers, Toilet Training, Toddler

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Nining Fitrianingsih. S541108070. 2012. The Influence of Parenting Parents


and The Intensity of The Use of Diapers to Toilet Training Readiness Level In
Children Aged of Toddler at The Little Care Surya Global School of Health
Yogyakarta. Thesis. Supervisor I: Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd, II: Dr. dr.
Hari Wujoso, Sp.F, MM. The Master of Family Medicine, Post Graduate Program
of Sebelas Maret University of Surakarta

ABSTRACT

Introduction: Children who are born shall be raised and cared for in a
responsible manner so that the healthy development and optimal. Golden age
occurs when a child is 1-3 years of old. The success of toilet training depends on
the readiness of the child and family. Wrong habits to control bowel and bladder
will cause physical and psychological problems. Children who are used to
wearing diapers since childhood will experience delays in toilet training.

Objectives: This study aimed to analyze the influence of parenting parents and the
intensity of the use of diapers to toilet training readiness levels in children aged of
toddler at Little Care Surya Global School of Health Yogyakarta.

Research methods: The study was a quantitative observational analytic with cross
sectional approach. The population of this study are all mothers with children
aged 1-3 years at Little Care Surya Global School of Health Yogyakarta and not
using sampling technique. The data collection was conducted on 9 to 17
November 2012 using questionnaires completed by 42 respondents. The data is
then analyzed by ANOVA two lines techniques. The processing data using
computer statistical programs with SPSS version 16.0 for windows.

Results and conclusions: Based on the data analysis and discussion with a
significance level of 5% was obtained: (1) There is a significant effect between
parenting parents to toilet training readiness level with p value 0.000 (<0.05), (2)
There is a significant effect between the intensity of the use of diapers to toilet
training readiness level with p value 0.006 (<0.05), (3) There is no significant
interaction between parenting parents and intensity of use of diapers to toilet
training readiness level with p value 0.655 (> 0.05).

Keywords: Parenting Parents, Diapers, Toilet Training, Toddler

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan tesis dengan judul Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Intensitas

Penggunaan Diapers Terhadap Tingkat Kesiapan Toilet Training Pada Anak

Usia Toddler di Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta. Sholawat

serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad

SAW, yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyah ke zaman penuh

ilmu dan teknologi seperti sekarang ini.

Terwujudnya tesis ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. H. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menempuh pendidikan Program Pascasarjana di Universitas Sebels Maret

Surakarta.

2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. H. Hari Wujoso, dr., Sp.F., M.M., selaku Ketua Program Studi Magister

Kedokteran Keluarga Minatcommit


Utamato user
Pendidikan Profesi Kesehatan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sekaligus selaku pembimbing II yang telah memberikan dorongan, bimbingan

dan arahan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.

4. Ari Natalia Probandari, dr. M.P.H, Ph.D., selaku Sekretaris Program Studi

Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan.

5. Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyusun tesis ini.

6. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd., selaku ketua penguji yang telah memberikan

arahan kepada penulis.

7. Prof. Dr. Sunardi, M.Sc., selaku sekretaris penguji yang telah memberikan

arahan kepada penulis.

8. Sugiono, S.IP., M.M., M.P.H., selaku Ketua STIKES Surya Global

Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan

penelitian di Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta.

9. Semua responden penelitian di Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta,

atas kerjasama dan kesediaannya menjadi responden penelitian.

10. Suami tercinta dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan penulisan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan tesis

ini, maka saran maupun kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, Februari 2013

commit to user
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING TESIS ..................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI TESIS ................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ISI TESIS ............................ iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
ABSTRACT ...................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. ... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... .. ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori.......................................................................................... 7
1. Pola Asuh Orang Tua ....................................................................... 7
2. Diapers ............................................................................................. 13
3. Toilet Training.................................................................................. 18
4. Toddler .............................................................................................. 27
5. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Intensitas Penggunaan
Diapers terhadap Tingkat Kesiapan Toilet Training ........................ 31
B. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 32
commit to user
C. Kerangka Pikir ...................................................................................... 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

D. Hipotesis ............................................................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 36
B. Jenis Penelitian ..................................................................................... 36
C. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................... 46
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...................................... 38
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 40
F. Teknik dan Instrumen untuk Mengumpulkan Data .............................. 40
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................... 44
H. Pengolahan Data................................................................................... 48
I. Teknik Analisis Data ............................................................................ 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 51
1. Deskripsi Data Responden Penelitian ............................................... 51
2. Deskripsi Data Variabel Penelitian ................................................... 53
3. Uji Persyaratan .................................................................................. 57
B. Pembahasan ........................................................................................... 72
1. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Tingkat Kesiapan
Toilet Training Toddler ...................................................................... 64
2. Pengaruh Intensitas Penggunaan Diapers Terhadap Tingkat
Kesiapan Toilet Training Toddler ..................................................... 67
3. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Intensitas Penggunaan
Diapers Terhadap Tingkat Kesiapan Toilet Training Toddler.. 69
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 72
B. Implikasi ......................................................................................... 72
C. Saran ............................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 38

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Kuesioner Pola Asuh Orang Tua.. 41

Tabel 3.3. Skoring Riwayat Intensitas Penggunaan Diapers berdasar usia


Anak... 42
Tabel 3.4. Kisi-Kisi Tingkat Kesiapan Toilet Training Pada Anak Usia

Toddler.............................................................................................. 45

Tabel 3.5. Kisi-kisi Tingkat Kesiapan Toilet Training Post Uji Coba. 46

Tabel 3.6. Rancangan Analisis ANAVA Dua Jalur ........................................ 49

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Umum Respon-


den Berdasarkan Umur ibu, Agama, Suku, Pendidikan,Pekerjaan,
Penghasilan, Jenis Kelamin Anak, dan Umur Anak di Little Care
STIKES Surya Global Yogyakarta Tahun 2012............................... 51
Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Pola Asuh Orang Tua. 54

Tabel 4.3. Distribusi Responden Menurut Intensitas Penggunaan Diapers..... 55

Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Tingkat Kesiapan Toilet Training 56

Tabel 4.5. Hasil Uji Homogenitas... 58

Tabel 4.6. Estimasi Interval Nilai Rata-Rata....... . 58

Tabel 4.7. Estimasi Interval Nilai Rata-Rata (Gabungan)........................... ..... 59


Tabel 4.8. Hasil Uji ANAVA Dua Jalur Tentang Perbedaan Rata-Rata Pola
Asuh Orang Tua dan Intensitas Penggunaan Diapers Menurut
Tingkat Kesiapan Toilet Training..... 60
Tabel 4.9. Hasil Uji Scheffe Variabel Pola Asuh Orang Tua Menurut Tingkat
commit to user
Kesiapan Toilet Training .................................................................. 62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Pikir ............................................................................. 34

Gambar 4.1. Grafik Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pola Asuh

Orang Tua .................................................................................... 54

Gambar 4.2. Grafik Distribusi Frekuensi Responden Menurut Intensitas

Penggunaan Diapers ................................................................... 55

Gambar 4.3. Histogram Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat

Kesiapan Toilet Training ............................................................ 56

Gambar 4.4. Means Plot (Grafik Posisi Mean) Interaksi Pola Asuh Orang Tua

Dan Intensitas Penggunaan Diapers Terhadap Tingkat Kesiapan

Toilet Training......... 60

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Lembar Surat Permohonan Ijin Penelitian .............................. 77


Lampiran 2. Lembar Surat Tanggapan Permohonan Ijin Penelitian ........... 78
Lampiran 3. Lembar Surat Permohonan Kesediaan Menjadi Responden ... 79
Lampiran 4. Lembar Persetujuan Respnden ................................................ 80
Lampiran 5. Lembar Kuesioner Penelitian .................................................. 81
Lampiran 6. Lembar Kunci Jawaban .......................................................... 86
Lampiran 7. Data Uji Coba Kuesioner ........................................................ 87
Lampiran 8. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ....................... 90
Lampiran 9. Tabel Data Variabel Pola Asuh Orang Tua Terhadap Tingkat
Kesiapan Toilet Training Toddler ........................................... 96
Lampiran 10. Hasil Analisis Variabel Pola Asuh Orang Tua Terhadap Ting-
kat Kesiapan Toilet Training Toddler .................................... 97
Lampiran 11. Tabel Data Variabel Intensitas Penggunaan Diapers Terha-
dap Tingkat Kesiapan Toilet Training Toddler ..................... 100
Lampiran 12. Hasil Analisis Variabel Intensitas Penggunaan Diapers Ter-
hadap Tingkat Kesiapan Toilet Training Toddler ................ 101
Lampiran 13. Tabel Data Variabel Pola Asuh Orang Tua dan Intensitas
Penggunaan Diapers Terhadap Tingkat Kesiapan Toilet
Training Toddler ................................................................... 104
Lampiran 14. Hasil Analisis Variabel Pola Asuh Orang Tua dan Intensitas
Penggunaan Diapers Terhadap Tingkat Kesiapan Toilet
Training Toddler .................................................................. 105
Lampiran 15. Hasil Uji Normalitas Variabel Tingkat Kesiapan Toilet
Training Toddler .................................................................. 110

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,

diyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif

secara sosial dan ekonomis. Selanjutnya, pada pasal 132 bagian kesatu tentang

kesehatan ibu, bayi dan anak dikatakan bahwa anak yang dilahirkan wajib

dibesarkan dan diasuh secara bertanggung jawab sehingga memungkinkan anak

tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal.

Masa anakanak adalah masa untuk tumbuh dan berkembang. Masa golden

age adalah masa yang paling hebat dalam tumbuh kembang mereka dan masa yang

penting untuk perkembangan kepandaian dan pertumbuhan intelektual. Pada masa

itu orang tua atau keluarga harus mendukung seorang anak agar tumbuh dan

berkembang secara optimal sesuai dengan tugas perkembangannya (Santi, 2008).

Golden age terjadi saat anak berumur 13 tahun atau bisa disebut juga masa

toddler. Anak toddler pertumbuhannya ditandai dengan peningkatan keterampilan

daya gerak, kemampuan untuk melepas pakaian dan perkembangan kontrol

sfingter yang memungkinkan anak untuk toilet training, tetapi jika anak tersebut

telah mengembangkan perkembangan kognitifnya terlebih dahulu maka anak

tersebut dikatakan sudah siap melaksanakan toilet training (Potter & Perry,

2009).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Toilet training merupakan suatu proses pengajaran untuk kontrol buang air

besar dan buang air kecil secara benar dan teratur. Biasanya kontrol buang air

kecil (BAK) lebih dahulu dipelajari oleh anak kemudian kontrol buang air besar

(BAB) (Hidayat, 2008). Peran orang tua di sini membaca kesiapan seorang anak

dalam toilet training ini. Pada kenyataannya, ada orang tua yang tidak

membiasakan anaknya untuk BAK atau BAB pada tempatnya bahkan kadang

memaksakan untuk pelatihan ini saat anak belum siap.

Keberhasilan toilet training juga tergantung pada kesiapan yang ada pada

diri anak dan keluarga seperti kesiapan fisik, di mana kemampuan anak secara

fisik sudah kuat dan mampu duduk atau berdiri sehingga memudahkan anak untuk

dilatih buang air, demikian pula kesiapan psikologis di mana anak membutuhkan

suasana yang nyaman agar mampu mengontrol dan konsentrasi dalam merangsang

untuk buang air besar atau kecil (Nursalam, 2009).

Konsep penerapan toilet training memang belum banyak dipahami di

kalangan masyarakat, bahkan dipandang tidaklah penting dalam tahap

perkembangan anak usia 1-3 tahun. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Wong

(2008) yang mengatakan bahwa kebiasaan yang salah dalam mengontrol BAB dan

BAK akan menimbulkan hal-hal yang buruk pada anak di masa mendatang, antara

lain dapat menyebabkan anak tidak disiplin, manja, dan yang terpenting adalah di

mana nanti pada saatnya anak akan mengalami masalah psikologis, anak akan

merasa berbeda dan tidak dapat secara mandiri dalam mengontrol buang air besar

dan buang air kecil.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Masa sekarang ini banyak dari kalangan ibu muda yang lebih memilih

menggunakan diapers untuk anaknya. Dahulu diapers hanya dikonsumsi oleh

kaum menengah ke atas saja, kini pemakaian diapers sudah mulai merata di

kalangan ibu-ibu muda yang mempunyai anak usia 1-3 tahun di semua kalangan.

Diapers tersebut tidak hanya dipakai saat bepergian atau anak jauh dari toilet saja,

namun juga digunakan dalam aktivitas sehari-hari karena penggunaannya yang

praktis.

Anak usia toddler yang terbiasa memakai diapers dari kecil akan

mengalami keterlambatan pada toilet training jika dibandingkan anak yang tidak

memakai diapers ketika berhadapan pada tuntutan lingkungan yang

mengharuskan anak untuk mampu mengeluarkan sisa makanan dan minuman di

tempat yang semestinya yaitu toilet. Keterlambatan anak-anak yang memakai

diapers tersebut dinamakan dengan hambatan yang dampaknya akan panjang

hingga anak dewasa apabila tidak segera ditangani. Kebiasaan memakai diapers

pada anak usia toddler maka anak akan kehilangan masa toilet trainingnya, dan

ini membawa dampak pada lingkungan, anak akan tidak percaya pada lingkungan

karena ketidakberhasilannya dalam melakukan toilet training (Hidayat, 2008).

Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta merupakan suatu tempat

yang menaungi anak-anak usia dini khususnya usia toddler dalam hal penitipan

dan pendidikan anak bagi karyawan dan masyarakat sekitar. Hasil studi

pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui observasi di Little Care STIKES

Surya Global Yogyakarta pada tanggal 24-26 Agustus 2012 terdapat anak usia

toddler sebanyak 42 anak yang terdiri dari laki-laki 15 anak dan perempuan 27
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

anak. Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 orang tua yang memiliki anak

batita didapatkan bahwa tujuh orang anak masih menggunakan diapers dengan

alasan lebih praktis karena belum dapat memberitahukan bila ingin buang air, tiga

orang anak sudah bisa memberitahukan bila ingin buang air, belum dapat ke

kamar mandi sendiri dan masih memerlukan bantuan untuk cebok. Selain itu juga

dua orang tua kurang tanggap jika anaknya ingin buang air besar atau buang air

kecil dengan membiarkan anaknya menangis. Sebagian orang tua yang

diwawancarai mengaku bahwa mereka memulai latihan toilet training kepada

anak setelah usia dua tahun, hal ini dikarenakan mereka ada yang bekerja dan

yang lain melatih toilet training setelah anak sudah dapat berjalan dan jongkok.

Ibu-ibu mengutarakan bahwa mulai bayi sampai anak dapat berjalan mereka tidak

lagi menggunakan popok kain tetapi menggunakan popok sekali pakai (diapers)

dikarenakan lebih praktis dan tidak repot.

Berdasarkan pengamatan peneliti juga diketahui bahwa sebagian besar

anak di antaranya masih memiliki kebiasaan yang salah dalam buang air besar dan

buang air kecil. Misalnya buang air besar dan buang air kecil di celana tidak

memberi tahu ibu ataupun pengasuh, buang air kecil dan buang air besar sambil

menangis. Terlihat juga perilaku yang kurang tepat yang dilakukan oleh ibu ketika

menghadapi anak yang buang air besar dan buang air kecil di celana yaitu ibu

terlihat kurang tanggap ketika anaknya buang air besar dan buang air kecil,

bahkan ada dua orang ibu yang marah dan membentak anak. Berdasarkan hasil

pengamatan tersebut, maka faktor pola asuh orang tua dan intensitas penggunaan

diapers dapat dijadikan sebagai faktor yang ikut berperan serta dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mempengaruhi tingkat kesiapan anak dalam melakukan toilet training di tempat

yang tepat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah dari

penelitian ini adalah: Apakah ada pengaruh pola asuh orang tua dan intensitas

penggunaan diapers terhadap tingkat kesiapan toilet training pada anak usia toddler

di Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisis pengaruh pola asuh orang tua dan intensitas penggunaan

diapers terhadap tingkat kesiapan toilet training pada anak usia toddler di Little

Care STIKES Surya Global Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis pengaruh pola asuh demokratis, pola asuh otoriter, dan pola

asuh permisif terhadap tingkat kesiapan toilet training pada anak usia

toddler

b. Menganalisis pengaruh intensitas penggunaan diapers tinggi dan intensitas

penggunaan diapers rendah terhadap tingkat kesiapan toilet training pada

anak usia toddler

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Menganalisis interaksi antara pola asuh orang tua dan intensitas

penggunaan diapers terhadap tingkat kesiapan toilet training pada anak usia

toddler.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mendukung teori yang dikemukakan oleh

Hidayat (2008) bahwa pola asuh orang tua dapat mempengaruhi kualitas dalam

penerapan toilet training pada anak di mana orang tua yang perhatian akan

memantau perkembangan toddler maka akan berpengaruh lebih cepat dalam

melatih toddler untuk melakukan toilet training secara dini.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Orang Tua

1) Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang pola asuh yang dapat

mendukung dalam tingkat kesiapan toilet training anak usia toddler.

2) Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang intensitas penggunaan

diapers terhadap tingkat kesiapan toilet training pada anak usia toddler.

b. Bagi Anak Usia Toddler

Meningkatkan tingkat kesiapan anak untuk belajar mengontrol buang

air besar dan buang air kecil secara benar dan teratur.

c. Bagi Mahasiswa Magister Kedokteran Keluarga

Menambah khasanah pengetahuan khususnya tentang pengaruh pola

commit
asuh orang tua dan intensitas to userdiapers terhadap tingkat kesiapan
penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

toilet training pada anak usia toddler.

d. Bagi Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk

meningkatkan kesiapan toilet training pada anak usia toddler dengan cara

memberikan bimbingan kepada para orang tua maupun para pengasuh anak

untuk melakukan toilet training pada anak usia toddler secara dini.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pola Asuh Orang tua

a. Pengertian

Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Pola berarti

corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan

asuh dapat berati menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing

(membantu; melatih dan sebagainya), dan memimpin (mengepalai dan

menyelenggarakan) satu badan atau lembaga. Lebih jelasnya, kata asuh

adalah mencakup segala aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan,

perawatan, dukungan, dan bantuan sehingga orang tetap berdiri dan

menjalani hidupnya secara sehat (Pusat Bahasa, 2008).

Pola asuh berarti pendidikan, sedangkan pendidikan adalah bimbingan

secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak

didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Jadi, pola asuh orang

tua adalah suatu keseluruhan interaksi antara orang tua dengan anak, di

mana orang tua bermaksud menstimulasi anaknya dengan mengubah

pengetahuan, nilai-nilai serta tingkah laku yang dianggap paling tepat oleh

orang tua, agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat

dan optimal (Yusniyah, 2008).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Syarat Pola Asuh Efektif

Menurut Santi (2008), agar pola asuh menjadi efektif antara lain:

1) Pola asuh harus dinamis

Pola asuh harus sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan dan

perkembangan anak, misalnya pola asuh batita berbeda dengan pola

asuh anak usia sekolah. Kemampuan berfikir batita masih sederhana.

Jadi pola asuh harus disertai komunikasi tidak bertele-tele dan dengan

bahasa yang mudah dimengerti.

2) Pola asuh harus sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak

Hal ini dilakukan karena setiap anak memiliki minat dan bakat

berbeda. Bakat anak mulai terlihat ketika anak berusia satu tahun,

misalkan anak mulai mendengarkan musik tampak tertarik daripada

anak seusianya, bisa jadi anak memiliki potensi kecerdasan musical.

Jika orang tua memiliki gambaran potensi anak, maka perlu diarahkan

dan difasilitasi. Selain pemenuhan kebutuhan fisik, orang tua pun mesti

memenuhi kebutuhan psikis anak. Sentuhan-sentuhan fisik seperti

merangkul, mencium pipi, mendekap dengan penuh kasih sayang, akan

membuat anak bahagia sehingga dapat membuat pribadinya

berkembang dengan matang. Kebanyakan anak yang tumbuh menjadi

pribadi yang dewasa dan matang, ternyata sewaktu kecil ia

mendapatkan kasih sayang dan cinta yang utuh dari orang tuanya.

Artinya, jika pola asuh orang tua membuat anak senang, tentu anak bisa

berkembang secara optimal.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3) Ayah-ibu mesti kompak

Ayah dan ibu sebaiknya menerapkan pola asuh yang sama. Dalam

hal ini, kedua orang tua sebaiknya berkompromi dalam hal menetapkan

nilai-nilai yang boleh dan tidak boleh. Jangan sampai orang tua saling

bersebrangan karena hanya akan membuat anak bingung.

4) Pola asuh disertai perilaku positif orang tua

Penerapan pola asuh juga membutuhkan sikap-sikap yang positif

dari orang tua sehingga bisa dijadikan contoh atau panutan bagi

anaknya. Menanamkan nilai-nilai kebaikan dengan disertai penjelasan

yang mudah dipahami. Diharapkan kelak anak bisa menjadi manusia

yang memiliki aturan dan norma yang baik dan berbakti.

5) Komunikasi efektif

Komunikasi efektif merupakan sub bagian dari pola asuh efektif.

Syaratnya sederhana dengan meluangkan waktu untuk berbincang-

bincang dengan anak, menjadi pendengar yang baik dan tidak

meremehkan pendapat anak. Dalam setiap diskusi, orang tua dapat

memberikan saran atau meluruskan pendapat anak yang keliru sehingga

anak lebih terarah dan dapat mengembangkan potensi yang maksimal.

6) Disiplin

Penerapan disiplin juga menjadi bagian dari pola asuh. Mulai hal-

hal yang kecil dan sederhana, misalnya membereskan mainan. Anak

perlu diajarkan membuat jadwal harian sehingga bisa teratur dan efektif

mengelola kegiatannya. Namun penerapan disiplin harus fleksibel


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anak, misalnya dalam kondisi

kelelahan jangan lantas diminta mengerjakan tugas sekolah hanya

karena saat itu merupakan waktunya untuk belajar.

7) Orang tua konsisten

Orang tua juga bisa menerapkan konsistensi sikap, misalnya

anak tak boleh minum air dingin jika sedang terserang batuk. Tapi kalau

anak dalam keadaan sehat ya boleh-boleh saja. Dari situ ia belajar untuk

konsisten terhadap sesuatu. Yang penting setiap aturan mesti disertai

penjelasan yang bisa dipahami anak, kenapa ini tidak boleh, kenapa itu

boleh. Lama-lama anak akan mengerti atau terbiasa mana yang boleh

dan tidak. Orang tua juga sebaiknya konsisten, jangan sampai lain kata

lain perbuatan. Misalnya, ayah atau ibu malah minum air dingin saat

sakit batuk.

c. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh

Gordon (2010) menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi pola asuh, antara lain:

1) Pendidikan orang tua

Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak

akan mempengaruhi persiapan mereka menjalankan pengasuhan. Ada

beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjadi lebih siap dalam

menjalankan peran pengasuhan antara lain: terlibat aktif dalam setiap

pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada

masalah anak, selalu berupaya menyediakan waktu untuk anak-anak


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dan menilai perkembangan fungsi keluarga dan kepercayaan anak.

Orang tua yang sudah mempunyai pengalaman sebelumnya dalam

mengasuh anak akan lebih siap menjalankan peran asuh, selain itu

orang tua akan lebih mampu mengamati tanda-tanda pertumbuhan dan

perkembangan yang normal.

2) Lingkungan

Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak,

maka tidak mustahil jika lingkungan juga ikut serta mewarnai pola-pola

pengasuhan yang diberikan orang tua terhadap anaknya.

3) Budaya

Sering kali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh

masyarakat dalam mengasuh anak, kebiasaan-kebiasaan masyarakat di

sekitarnya dalam mengasuh anak, karena pola-pola tersebut dianggap

berhasil dalam mendidik anak ke arah kematangan. Orang tua

mengharapkan kelak anaknya dapat diterima di masyarakat dengan

baik, oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam

mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan

pola asuh terhadap anaknya.

d. Macam-Macam Pola Asuh

Menurut Gordon (2010), terdapat tiga macam pola asuh orang tua

antara lain: demokratis, otoriter, dan permisif.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1) Pola Asuh Demokratis

Ciri-ciri pola asuh demokratis adalah (a) memprioritaskan

kepentingan anak; (b) orang tua bersikap rasional, selalu mendasari

tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran; (c) orang tua

bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang

berlebihan yang melampaui kemampuan anak; (d) orang tua tipe ini

juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan

melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat

hangat.

2) Pola Asuh Otoriter

Ciri-ciri pola asuh otoriter meliputi: (a) cenderung menetapkan

standar yang mutlak harus dituruti, biasanya disertai dengan ancaman-

ancaman; (b) orang tua tipe ini juga cenderung memaksa, memerintah,

menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan

oleh orang tua, maka orang tua tidak segan menghukum anak; (c) orang

tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi, dan dalam komunikasi

biasanya bersifat satu arah, tidak memerlukan umpan balik dari anaknya

untuk mengerti mengenai anaknya.

3) Pola Asuh Permisif

Ciri-ciri pola asuh permisif atau pemanja yaitu: (a) memberikan

pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada

anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup, tidak

mengenal tata tertib atau sopan santun; (b) tidak menegur atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya; (c) tidak

mengenal disiplin; (d) sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh

orang tua; (e) tidak dapat menghargai orang tua; (f) lebih mementingkan

diri sendiri (egois); Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat,

sehingga seringkali disukai oleh anak.

e. Dampak Pola Asuh

Nursalam (2009) menguraikan dampak pola asuh pada anak dapat

dikarakteristikkan sebagai berikut:

1) Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak yang

mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan

teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal

baru, dan koperatif terhadap orang-orang lain.

2) Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut,

pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar

norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri.

3) Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang

impulsif, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang

sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial.

2. Diapers

a. Pengertian

Diapers merupakan alat yang berupa popok sekali pakai berdaya

serap tinggi yang terbuat dari plastik dan campuran bahan kimia untuk

menampung sisa-sisa metabolisme seperti air seni dan feses (Wong, 2008).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Diapers

Hidayat (2008) menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi penggunaan diapers pada anak, antara lain:

1) Faktor predisposisi (predisposing factors)

a) Pengetahuan

Pengetahuan ibu tentang penggunaan diapers pada anak

sangat berhubungan erat dengan pengetahuan ibu tentang toilet

training pada anak. Pengetahuan ibu yang rendah mengenai dampak

dari penggunaan diapers pada anak ini akan berpengaruh pada

perkembangan anak dalam hal toilet training. Semakin tinggi

pengetahuan ibu tentang dampak dari penggunaan diapers pada

anaknya semakin baik pula pengetahuan ibu tentang toilet training

pada anaknya, di mana apabila anak tidak memakai diapers maka

anak akan melalui masa toilet trainingnya.

b) Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu serta pengalaman

sangat berpengaruh dalam hal penggunaan diapers pada anak usia

toddler. Pendidikan akan memberikan dampak bagi pola pikir dan

pandangan ibu dalam penggunaan diapers pada anaknya.

c) Pekerjaan

Status pekerjaan ibu mempunyai pengaruh besar dalam

penggunaan diapers pada anak. Pekerjaan ibu yang menyita waktu

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

untuk anak dalam melakukan pelatihan toilet training menjadi alasan

penggunaan diapers pada anak.

d) Tingkat Sosial ekonomi

Tingkat sosial ekonomi akan mempengaruhi penggunaan

diapers pada anak. Rata-rata masyarakat atau keluarga dengan

tingkat sosial ekonomi yang cukup baik akan lebih memilih

menggunakan diapers pada anaknya karena kelebihan dari diapers

seperti kenyamanan, kepraktisan dan lain-lain.

2) Faktor pendukung (enabling factors)

Ketersediaan sarana dan fasilitas dalam hal ini meliputi:

a) Banyaknya toko yang menjual diapers

Diapers bukan lagi suatu hal yang sulit di dapat karena sudah

banyak dijual misalnya di toko, pasar swalayan, atau supermarket

yang menjual diapers. Jadi, diapers bisa di dapat di mana saja dan

kapan saja terutama di kota-kota besar sehingga ini menjadi

alasan ibu menggunakan diapers untuk anaknya.

b) Iklan

Banyak iklan yang manawarkan kelebihan dari diapers

dengan harga yang relatif murah. Ini menjadi salah satu alasan ibu

menggunakan diapers untuk anaknya.

3) Faktor pendorong (reinforcing factors)

a) Sikap dan kebiasaan ibu

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan,

pemikiran, dan tindakan seseorang terhadap suatu aspek di

lingkungan sekitarnya (Azwar, 2011). Sikap dan kebisaan ibu hidup

penuh dengan serba praktis dan tidak mau repot ini akan

berpengaruh dengan penggunaan diapers pada anak.

b) Pengaruh lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat mempunyai peranan penting dalam

penggunaan diapers pada anak, di mana ibu akan memperhatikan

lingkungan sekitar apakah anak usia toddler yang lain masih

menggunakan diapers atau tidak seperti anak ibu yang masih

menggunakan diapers. Misalnya anak yang berusia dua tahun

yang lain masih menggunakan diapers seperti anak ibu. Hal ini akan

merepotkan ibu apabila anak sedang bersosialisasi atau bermain

dengan teman sebaya.

c. Intensitas Penggunaan Diapers

Dewar (2010) menyatakan bahwa pada anak usia toddler untuk BAB

dan BAK tidak seperti pada masa infant, selain dari feses yang lebih kental,

frekuensi BAK tidak sesering infant. Penggantian diapers sebaiknya

dilakukan setiap tiga jam atau setiap anak BAB harus langsung diganti dan

dibersihkan untuk mencegah terjadinya iritasi pada anak.

d. Dampak Penggunaan Diapers

Menurut Wong (2008), dampak dari penggunaan diapers pada anak

meliputi:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1) Dari aspek fisik

Aspek fisik yang paling berpengaruh adalah di bagian pinggul bawah,

yang terkait langsung dengan penggunaan diapers tersebut adalah cara

berjalan anak yang sedikit mengangkang atau kakinya tidak bisa

merapat. Pada kulit anak juga akan mengalami iritasi karena terbiasa

menggunakan diapers setiap saat.

2) Dari aspek psikologis

Anak-anak yang terbiasa menggunakan diapers akan mengalami

kesulitan yang levelnya setingkat di atas anak-anak lainnya yang tidak

terbiasa menggunakan diapers ketika dihadapkan pada tuntutan

lingkungan yang mengharuskan anak mengeluarkan sisa-sisa sari

makanan dan minuman anak di tempat yang semestinya. Anak akan

mengalami keterlambatan dalam beradaptasi dengan tuntutan

lingkungan, dan dampaknya akan panjang sampai anak dewasa. Anak

kurang sensitif dengan lingkungan sekitar dan rasa percaya diri yang

kurang terhadap lingkungan. Jika penggunaan diapers berlangsung

dalam jangka panjang misalkan sampai umur 2-3 tahun maka anak akan

kehilangan masa toilet training, di mana anak dapat belajar cara

menggunakan toilet, kapan harus ke toilet, bagaimana cara

membersihkan toilet dan sebagainya. Sehingga dikhawatirkan pada usia

selanjutnya anak akan ngompol / malas ke kamar mandi, dan sedikit

banyak akan mempengaruhi perkembangan kreativitas anak karena

sudah terbiasa dengan hidup yang praktis.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Toilet Training

a. Pengertian

Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak

agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air

besar. Dalam proses toilet training ini diharapkan terjadi pengaturan atau

rangsangan dan instink anak dalam melakukan buang air besar dan buang air

kecil secara benar dan teratur (Hidayat, 2008).

b. Manfaat Toilet Training

Santi (2008), menyatakan bahwa toilet training pada anak usia dini

memiliki beberapa manfaat, yaitu:

1) Kesempatan belajar

Jika bayi tidak merasa mengompol karena selalu memakai

diapers akan menjadi kehilangan kesempatan belajar mengenali tanda-

tanda ingin buang air kecil dan keinginan untuk mengendalikannya

hingga tiba di tempat yang semestinya, yakni toilet training.

2) Rasa percaya

Karena merasa tidak nyaman, tentunya bayi akan menangis

mengungkapkan perasaannya. Tangisan tersebut membuat orang-orang

memberikan respon yang baik, yakni membersihkan dan mengeringkan

kulitnya, mengganti popok yang basah. Sehingga, tumbuh kepercayaan

dalam diri bayi bahwa ia disayang dan diterima oleh lingkungan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3) Lebih peka

Melalui pengalaman mengompol, bayi belajar tentang konsep

basah, hangat, dan tidak nyaman. Pada saat inilah kepekaan bayi

terasah, yang selanjutnya dinyatakan dalam sebuah reaksi yakni

mengangkat kakinya atau menangis.

4) Cerdas emosi

Kegiatan mengompol juga dapat menjadi sarana

mengembangkan atau menumbuhkan kecerdasan emosi bayi. Ini dapat

terjadi apabila ada interaksi dengan lingkungan. Sebaliknya, tujuan

mengembangkan kecerdasan emosi ini tidak akan tercapai bila bayi

tidak mendapatkan reaksi dari orang-orang di sekitarnya. Seandainya

dibiarkan basah dan tidak digantikan popoknya, sehingga bayi

menganggap kegiatan mengompol yang baru dialaminya sebagai

sesuatu yang biasa saja.

c. Prinsip Toilet Training

Menurut Nursalam (2009), pada prinsipnya ada tiga langkah dalam

toilet training yaitu melihat kesiapan anak, persiapan dan perencanaan

serta toilet training itu sendiri. Dalam melihat tanda kesiapan anak

melakukan toilet training dapat dilakukan oleh toddler dengan cara: (1)

dapat menjalankan perintah sederhana; (2) menggunakan kata-kata

untuk menjelaskan urin dan kotoran; (3) dapat mengontrol otot-otot yang

mengatur pengeluaran urin dan menahan buang air besar; (4) ingin tahu

kapan orang akan menggunakan kamar kecil; (5) tidak mengompol paling
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tidak selama dua jam; (6) dapat melepas dan memakai celana dalam dan

celana pendek; (7) menggaruk selangkangan atau berhenti melakukan

kegiatan sejenak sebelum BAK/BAB; (8) mengetahui apa yang terjadi saat

BAK/BAB; dan (9) meminta diapers diganti sesudah BAK/BAB.

Persiapan dan perencanaan toilet training meliputi 10 aspek, yaitu: (1)

gunakan istilah yang mudah dimengerti oleh anak yang menunjukkan

perilaku BAK/BAB; (2) memperlihatkan penggunaan toilet pada anak; (3)

berikan kenyamanan pada anak dengan segera mengganti diapers yang

sudah basah atau kotor; (4) meminta pada anak untuk memberitahukan

atau menunjukkan bahasa tubuhnya apabila dia ingin BAK/BAB; (5)

mendiskusikan tentang toilet training dengan anak; (6) orang tua bisa

menunjukkan dan menekankan bahwa pada anak kecil memakai diapers

dan pada anak besar memakai celana dalam. Orang tua juga bisa

membacakan cerita tentang cara yang benar dan tepat ketika buang air; (7)

menunjukkan penggunaan toilet; (8) orang tua harus mencontohkan kepada

anak sesuai dengan jenis kelamin anak (ayah dengan anak laki-laki dan

ibu dengan anak perempuan). Orang tua juga bisa meminta kakaknya

untuk menunjukkan pada adiknya bagaimana menggunakan toilet dengan

benar (disesuaikan juga dengan jenis kelaminnya); (9) membeli pispot yang

sesuai dengan kenyamanan anak; (10) pilih dan rencanakan metode reward

untuk anak. Dengan sistem reward yang tepat anak juga bisa melihat

sendiri kalau dirinya bisa melakukan kemajuan dan bisa mengerjakan apa

yang sudah menjadi tuntutan untuknya, sehingga hal ini akan menambah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

rasa mandiri dan rasa percaya dirinya. Orang tua bisa memilih metode

peluk cinta dan pujian di depan anggota keluarga yang lain ketika dia

berhasil melakukan sesuatu (Nursalam, 2009).

Beberapa hal yang harus diketahui yang berhubungan dengan

pelaksanaan toilet training antara lain: toilet training merupakan latihan

yang membutuhkan kerja sama; toilet training merupakan keterampilan

yang bersifat kompleks; kesiapan otot bladder dan bowel dibutuhkan

dalam pengontrolan BAK/BAB; sifat orang tua dari anak sangat

menentukan dalam keberhasilan toilet training; paksaan dari orang tua

tidak selamanya akan membuat anak lebih awal bisa mengikuti toilet

training (Potter & Perry, 2009).

d. Cara Menggunakan Toilet

Terdapat beberapa cara menggunakan toilet yang praktis dalam

pelaksanaan toilet training, yaitu: (1) tunjukkan bagaimana caranya, ajak

anak ke toilet ketika anda menggunakannya dan biasanya mereka duduk di

atasnya sambil tetap menggunakan diapers. Ketika saatnya tiba untuk

latihan menggunakan toilet, proses ini sudah akan lebih dikenal oleh anak;

(2) sesuaikan toilet, dengan cara menyiapkan dudukan yang sesuai untuk

anak, dengan menggunakan toilet sebagai tempat latihan toilet. Dudukan ini

harus kencang posisinya dan aman berada di atas jamban sehingga selain

nyaman diduduki anak juga mencegah mereka selip dan jatuh ke dalam; (3)

menggunakan anak tangga atau dengan bangku pendek untuk meletakkan

kaki sehingga anak dapat naik sendiri. Orang tua sering disibukkan dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

berbagai kegiatan dalam rumah sehingga tidak perlu setiap saat

menggendong anaknya duduk di toilet dan mengangkat sesudahnya.

Apalagi bila pada masa awal dituntut untuk melakukan ini setiap lima

menit sekali. Bangku ini menjadi fondasi sendiri sehingga mereka merasa

lebih aman saat duduk di toilet; (4) ajarkan anak untuk selalu menjaga

kebersihan, karena anak akan menggunakan tangan mereka untuk

menyeimbangkan diri duduk di toilet, maka pastikan toilet dibersihkan

dengan anti kuman. Dorong mereka untuk melakukan kebiasaan bersih

dengan mencuci tangan mereka, dengan berdiri menggunakan pijakan

bangku; (5) jangan pernah memaksa anak, karena untuk beberapa anak

balita, toilet dapat membantu mereka takut, dengan suaranya yang keras

dan air yang menciprat. Walaupun ada dudukan khusus, mereka mungkin

akan takut jatuh dan terbawa oleh air yang banyak tersebut (Gilbert, 2005).

e. Kesalahan Utama Orang Tua

Menurut Santi (2008), pada saat mengajari cara buang air pada

anak, ada beberapa kesalahan yang seringkali dilakukan orang tua, yaitu:

(1) cepat hilang kesabaran, hal ini dapat dikarenakan anak kecil merupakan

penyerap emosi. Meskipun sangat sulit untuk menjadi orang tua yang tenang

setiap saat, namun sebaiknya orang tua dapat menyampaikan pesan kepada

anak bahwa memakai toilet adalah proses alami. Sehingga, jika anak gagal

melakukannya bukan masalah karena toilet akan ada kapan pun anak

merasa siap; (2) menggunakan jadwal orang tua bukan jadwal anak dalam

melatih anak melakukan toilet training dengan tidak terburu-buru karena


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

hanya akan membuat anak frustasi dan kecewa; (3) memaksa anak untuk

duduk di toilet mini selama berjam-jam: (4) berlebihan dalam mengingatkan

anak meskipun anak tidak perlu ke toilet; (5) tidak konsisten; (6) terlalu

cepat memulai latihan toilet training meskipun anak terlihat belum siap.

f. Hambatan Dalam Toilet Training

Beberapa hambatan umum yang sering ditemui saat mengajari cara

buang air pada anak, yaitu: (1) buang air di tempat yang salah, orang tua

sebaiknya jangan menunjukkan perasaan kecewa ketika anak buang air di

tempat yang salah. Hal ini merupakan akibat ketidakmatangan otot atau

pengaturan waktu yang buruk; (2) diare, saat anak mengalami diare,

informasikan kepada anak bahwa menghentikan pengajaran cara buang air

sementara tidak apa-apa. Biarkan dia memakai diapers kembali selama

beberapa hari selama dia ingin; (3) sembelit, merupakan BAB yang keras

dan sakit yang dapat menggangu anak belajar menggunakan toilet. Anak

lebih suka menunda untuk menghindari rasa sakit yang malah

menyebabkan sembelit yang lebih buruk; (4) cirit (Encopresis), yaitu BAB

secara tidak sengaja dalam diapers atau celana. Jika anak merasa tertekan

dalam mempelajari cara mempergunakan toilet dan tidak siap, ia mungkin

mengalami cirit (encopresis) (Dewar, 2010).

g. Kesiapan Toilet Training

Menurut Wong (2008), kesiapan toilet training adalah keberhasilan

yang dicapai anak saat peralihan dari popok ke pakaian dalam dan tidak lagi

memerlukan pengawasan secara penuh pada siang hari. Tanda kesiapan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

anak mampu mengontrol rasa ingin berkemih dan defekasi, antara lain

meliputi:

1) Kesiapan fisik

Tanda kesiapan fisik adalah: kemampuan mengontrol sfingter anal dan

uretral (usia 18-24 bulan), kemampuan tidak mengompol selama dua

jam, penurunan jumlah popok yang basah, bangun dari istirahat siang

tetap kering, buang air besar secara teratur, kemampuan motorik kasar

(seperti duduk, berjalan, meloncat), dan kemampuan motorik halus

(membuka baju dan celana).

2) Kesiapan psikologis

Tanda anak yang sudah siap secara psikologisnya untuk melakukan

toilet training adalah: anak mampu mengungkapkan keinginannya

untuk membiarkan orang tua membantunya, anak mampu untuk duduk

di toilet selama 10 menit tanpa menolak, anak merasa ingin tahu tentang

kebiasaan saudaranya atau orang dewasa di toilet, anak mulai tidak

sabar dengan popok yang basah dan berkeinginan untuk diganti segera,

anak mampu untuk mengkomunikasikan keinginannya untuk buang air

kecil dan buang air besar, anak mampu untuk meniru secara tetap

terhadap perilaku dan kemampuan untuk mengikuti petunjuk, dan

terakhir anak sudah mengenali adanya keinginan untuk buang air kecil

dan buang air besar.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3) Kesiapan orang tua

Orang tua perlu untuk mengenali kesiapan anak sebelum dilakukan

toilet training. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara ingin

menyediakan waktu yang dibutuhkan dalam toilet training dan

ketidakadaan stress atau perubahan dalam keluarga, seperti perceraian,

perpindahan, saudara baru atau liburan yang dekat.

h. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Toilet Training

Menurut Hidayat (2008), terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi kesiapan toilet training, yaitu:

1) Pendidikan

Tingkat pendidikan orang tua turut menentukan mudah tidaknya

seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh.

Tingkat pendidikan berpengaruh pada pengetahuan orang tua tentang

penerapan toilet training, apabila pendidikan orang tua rendah akan

berpengaruh pada pengetahuan tentang penerapan toilet training

sehingga berpengaruh pada cara melatih secara dini penerapan toilet

training.

2) Pekerjaan

Status pekerjaan mempunyai hubungan yang bermakna dengan

penerapan toilet training secara dini pada toddler, di mana pekerjaan

dapat menyita waktu orang tua untuk melatih anak melakukan toilet

training secara dini sehingga akan berdampak pada terlambatnya anak

untuk mandiri melakukan toilet training.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3) Pola asuh orang tua

Kasih sayang dan perhatian orang tua yang dimiliki mempengaruhi

kualitas dalam penerapan toilet training secara dini di mana orang tua

yang perhatian akan memantau perkembangan toddler maka akan

berpengaruh lebih cepat dalam melatih toddler melakukan toilet

training secara dini. Dengan dukungan perhatian orang tua maka anak

akan lebih berani atau termotivasi untuk mencoba karena mendapatkan

perhatian dan bimbingan.

4) Pengetahuan

Pengetahuan yang dimiliki orang tua pada dasarnya dapat berpengaruh

pada cepat atau lambatnya orang tua melakukan penerapan toilet

training, di mana orang tua yang memiliki pengetahuan yang baik

tentang toilet training akan berdampak pada cepatnya melatih toilet

training secara dini pada toddler, hal ini berdampak positif bagi orang

tua maupun toddler yaitu anak dapat mandiri melakukan toilet training.

5) Lingkungan

Lingkungan berpengaruh besar pada cepat atau lambatnya penerapan

toilet training, di mana orang tua akan memperhatikan lingkungan

sekitar apakah anak seusianya sudah dilatih toilet training atau belum.

Hal ini menjadi suatu hambatan, di mana anak usia satu tahun

sebenarnya sudah harus dilakukan penerapan toilet training secara dini

agar tidak merepotkan apabila sedang bersosialisai atau bermain

dengan teman sebaya.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

i. Dampak Toilet Training

Menurut Hidayat (2008), dampak yang paling umum dalam kegagalan

toilet training dapat berupa adanya perlakuan atau aturan yang ketat bagi

orang tua kepada anaknya yang dapat mengganggu kepribadian anak atau

cenderung bersifat retentif di mana anak cenderung bersikap keras kepala

bahkan kikir. Hal ini dapat dilakukan oleh orang tua apabila sering

memarahi anak pada saat buang air besar atau kecil, atau melarang anak saat

berpergian. Bila orang tua santai dalam memberikan aturan dalam toilet

training maka anak akan dapat mengalami kepribadian ekspresif di mana

anak lebih tega, cenderung ceroboh, suka membuat gara-gara, emosional,

dan seenaknya dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

4. Toddler

a. Pengertian

Toddler adalah anak antara rentang usia 12 sampai 36 bulan. Toddler

tersebut ditandai dengan peningkatan kemandirian yang diperkuat dengan

kemampuan mobilitas fisik dan kognitif lebih besar. Perkembangan fisik,

perkembangan keterampilan motorik yang cepat membolehkan anak untuk

berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri sendiri seperti makan,

berpakaian, dan eliminasi (Bengiugul & Rios, 2012).

Potter & Perry (2008), menyatakan bahwa pada anak usia toddler ini

dimulai dari usia 1-3 tahun, di mana pada periode ini meluas dari masa

anak-anak mencapai peningkatan daya gerak sampai anak masuk sekolah,


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang ditandai dengan aktivitas dan penemuan yang intens, ini adalah waktu

penandaan perkembangan fisik dan kepribadian. Perkembangan motorik

meningkat secara stabil. Anak-anak pada usia ini mendapatkan bahasa dan

perluasan hubungan sosial, belajar standar peran, meningkatkan kontrol diri

dan penguasaan, mengembangkan peningkatan kesadaran tentang

ketergantungan dan kemandirian, dan mulai mengembangkan konsep diri.

b. Tugas-Tugas Perkembangan Toddler

Adapun tugas perkembangan pada anak usia toddler adalah: 1)

menyusun dua atau tiga kotak; 2) dapat mengatakan lima sampai 10 kata; 3)

mampu naik turun tangga; 4) belajar makan sendiri; 5) bermain dengan anak

lain; 6) bertanya; 7) mampu menyusun kalimat; 8) mulai belajar

mengontrol BAK dan BAB (Hidayat, 2008).

Peningkatan keterampilan daya gerak, kemampuan untuk melepas

pakaian termasuk melepas celana pada saat anak akan buang air besar atau

buang air kecil, dan perkembangan control spingter uretra dan spingter ani

memungkinkan anak usia toddler ini melakukan toilet training (Wong,

2008). Menurut Ericson dalam Gunarsa (2010), mengatakan bahwa anak

usia toddler akan melalui tahapan perkembangan sebagai berikut:

1) Otonomi versus rasa malu

Pada usia ini alat gerak dan rasa telah matang serta rasa percaya

terhadap ibu dan lingkungannya. Perkembangan otonomi selama

periode balita berfokus pada peningkatan kemampuan anak untuk

mengontrol tubuhnya, dirinya dan lingkungan. Anak menyadari bahwa


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

anak dapat menggunakan kekuatannya untuk bergerak dan berbuat

sesuai dengan kemauannya sendiri. Misalnya anak akan puas jika bisa

berjalan, mampu melakukan toilet training dengan baik. Selain itu anak

menggunakan kekuatan mentalnya untuk menolak dan mengambil

sebuah keputusan. Rasa otonomi ini perlu untuk dikembangkan karena

sangat penting untuk terbentuknya rasa percaya diri dan harga diri di

kemudian hari. Adapun peranan lingkungan dalam hal ini adalah

memberikan dukungan dan memberikan keyakinan yang jelas.

Perasaan negatif pada anak adalah rasa malu dan rasa ragu yang timbul

jika anak merasa tidak mampu untuk mengatasi segala tindakan yang

dipilihnya sendiri serta kurangnya dukungan dari kedua orang tua dan

lingkungan, misalnya orang tua selalu mengintervensi anak, orang tua

tidak memberikan keleluasaan bagi anak untuk memilih satu atau

dua pilihan dari berbagai alternatif pilihan yang ada.

2) Fase anal

Anak usia toddler mengalami tahapan perkembangan pada fase anal.

Fungsi tubuh yang memberikan kepuasan terpusat pada anus. Misalnya

anak akan melakukan buang air besar dan buang air kecil secara

mandiri. Orang tua jangan memarahi anak jika dia tidak bersih

menyiram WC, atau jangan dimarahi jika anak kedapatan kencing di

tembok belakang rumah. Jika hal tersebut terjadi, berikan pengertian

dan contohkan di mana dia harus buang air kecil dan buang air

besar serta bagaimana cara menyiram bekas kencing dan BAB dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

bagaimana cara bercebok yang baik. Apabila ibu memarahi anak

akibatnya di lain hari jika anak ingin buang air besar dan buang air

kecil dia akan menahannya dan tidak memberitahukan orang tua, atau

dia akan buang air kecil dan buang air besar setelah selesai akan

mengacak-ngacaknya. Pada fase ini ajarkan anak konsep bersih,

ketetapan waktu dan cara mengontrol diri. Latihan otot anal dapat

menurunkan ketegangan.

3) Perkembangan intelektual

Menurut Piaget anak usia toddler mengalami tahapan perkembangan

intelektual sebagai berikut:

a) Sensorik-Motorik (sejak lahir-2 tahun)

Merupakan tahap di mana anak menggunakan sistem penginderaan,

sistem motorik dan benda-benda untuk mengenal lingkungannya.

Bayi tidak hanya menerima rangsangan secara pasif dan luar tetapi

juga akan memberikan jawaban terhadap rangsangan tersebut.

Jawaban tersebut berupa reflek-reflek bersin, makan,

menggenggam, dan lain sebagainya yang diharapkan dengan

adanya reflek ini bayi dapat berkomunikasi dengan lingkungannya.

b) Pre operasional (umur 2-7 tahun)

Adanya perubahan fungsi kognitif pada tahap ini adalah yang

semula dari sensorik motorik menjadi pre operasional. Pada pre

operasional anak mampu menggunakan simbol-simbol dengan

menggunakan kata-kata, mengingat masa lalunya, masa sekarang


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dan akan terjadi di masa yang akan datang. Tingkah laku akan

mulai berubah dari yang semula sangat egosentris menjadi lebih

rasional.

5. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Intensitas Penggunaan Diapers

Terhadap Tingkat Kesiapan Toilet Training

Salah satu upaya yang dilakukan oleh orang tua untuk meningkatkan

kesiapan toilet training pada anak adalah dengan menggunakan pola asuh yang

baik dan meminimalisir penggunaan diapers. Hal ini sesuai dengan pendapat

Hidayat (2008), yang menyatakan bahwa tingkat kesiapan toilet training

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pola asuh orang tua, pekerjaan,

lingkungan, pendidikan dan pengetahuan termasuk di dalamnya adalah

penggunaan diapers.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang pola asuh orang tua, penggunaan diapers, dan toilet training

pada usia toddler pernah dilakukan oleh:

1. Irawati (2005), dengan judul Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan

Perkembangan Anak Usia 1-3 Tahun di RW XI Kelurahan Tanjungrejo Kota

Malang dengan hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola asuh

orang tua dengan perkembangan anak usia 1-3 tahun, dengan nilai rho hitung >

rho tabel. Hal ini berarti bahwa pola asuh orang tua yang diterapkan

mempengaruhi perkembangan anak. Hal ini perlu diperhatikan bagi setiap


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

orang tua dalam menerapkan pola asuh yang sesuai dengan tahap

perkembangan anak agar mendapat hasil yang sesuai dengan tahap

perkembangan anak agar mendapat hasil yang baik.

2. Larosa (2008), dengan judul Parental Depressive Symptoms: Relationship

to Child Development, Parenting, Health, and Result on Parent Reported

Screening Tools, menyatakan 15% orang tua dengan skor positif pada skrining

untuk depresi. Orang tua dengan hasil skrining positif memiliki dua kali

kecenderungan untuk menilai anak-anak mereka di bawah rata-rata

perkembangan anak termasuk masalah-masalah kesehatan pada anak-anaknya.

Orang tua dengan hasil skrining positif mempunyai lebih kecil

kemungkinannya untuk mengasuh anak-anak mereka menjadi anak-anak yang

tumbuh optimal.

3. Bruce (2005), dengan judul Post Separation Pattern Of Parenting In

Australia Who Opts For Which Pattern And Why, menyatakan bahwa adanya

perbedaan yang membandingkan setelah dilakukan identifikasi dan menggali

pola pengasuhan yaitu 50/50 dalam pengasuhan, sedikit atau tidak ada kontak

dengan orang tua, setiap hari libur atau sekali kontak, setiap waktu, dan selalu

kontak.

4. Heriyanto (2010), dengan judul Pengaruh Peran Keluarga Terhadap

Pelaksanaan Toilet Training Pada Anak Toddler di Pos PAUD Harapan

Bangsa Wonokromo Surabaya. Pengumpulan data dengan kuesioner dalam

bentuk pertanyaan dikotomi. Sampel berjumlah 30 keluarga yang mempunyai

anak usia 18-36 bulan. Data dianalisis dengan menggunakan Regresi Logistik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran keluarga pada anak toddler

sebagian besar (63,3%) adalah baik, pelaksanaan toilet training pada anak

toddler sebagian besar (6%) adalah baik, terdapat pengaruh peran keluarga

terhadap pelaksanaan toilet training pada anak usia toddler di Pos PAUD

Harapan Bangsa Wonokromo Surabaya dengan tingkat signifikansi p=0,02.

5. Rahayu (2010), dengan judul Pengaruh Pembelajaran Metode Demonstrasi

Terhadap Perubahan Perilaku Orang Tua dan Kemampuan Toilet training

Pada Anak Usia 15-36 Bulan di Poliklinik Anak Rumah Sakit Sardjito.

Penelitian ini merupakan ekperimental dengan teknik simple random sampling

dengan jumlah 30 sampel. Metode statistik yang digunakan adalah uji t test dan

hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh antara pembelajaran metode

demonstrasi terhadap perubahan perilaku orang tua dan kemampuan toilet

training pada anak usia 15-36 bulan (p<0,05).

6. Barone & Ankem (2001), dengan judul Use Of Cyanoacrylate Tissue

Adhesive Under A Diaper. Penelitian bersifat retrospektif dengan mengambil

data selama dua tahun (dari bulan juli 1998 juli 2000) dengan

mengidentifikasi 45 anak laki-laki yang tidak mampu melakukan toilet training

dikarenakan pembedahan inguinal (hernia, hidrokel). Semua sampel dilakukan

follow up setiap dua minggu. Hasil penelitian diperoleh data bahwa

cyanoacrylate adhesive aman dan efektif digunakan di bawah popok.

Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian di atas adalah terletak pada

variabel independen yaitu pola asuh orang tua dan intensitas penggunaan diapers,

dan variabel dependen yaitu tingkat kesiapan toilet training, tempat yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

digunakan yaitu Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta, waktu

pelaksanaan pada bulan November 2012, analisis yang digunakan adalah ANAVA

dua jalur.

C. Kerangka Pikir

Pola Asuh Orang Tua: Intensitas Penggunaan Diapers:


1. Demokratis 1. Intensitas Tinggi
2. Permisif 2. Intensitas rendah
3. Otoriter

Tingkat Kesiapan Toilet Training

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ada pengaruh pola asuh orang tua demokratis, permisif, dan otoriter terhadap

tingkat kesiapan toilet training pada anak usia toddler.

2. Ada pengaruh intensitas penggunaan diapers tinggi dan intensitas

penggunaan diapers rendah terhadap tingkat kesiapan toilet training pada

anak usia toddler.

3. Ada interaksi antara pola asuh orang tua dan intensitas penggunaan diapers

terhadap tingkat kesiapan toilet training pada anak usia toddler.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta

dengan alamat di Jalan Ringroad Selatan Blado Potorono Banguntapan Bantul

Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 9-17 November 2012.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik kuantitatif observasional

karena peneliti ingin mengetahui pengaruh pola asuh orang tua dan intensitas

penggunaan diapers terhadap tingkat kesiapan toilet training pada anak usia

toddler dan datanya berbentuk angka. Penelitian ini menggunakan metode

pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian di mana variabel-variabel bebas

dan variabel terikat diteliti pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2010).

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Polulasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang tua yang mempunyai anak

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

usia toddler (1-3 tahun) yang berjumlah 42 orang di Little Care STIKES Surya

Global Yogyakarta.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2010). Jumlah sampel ditentukan dengan

menggunakan Nomogram Harry King dengan tingkat kepercayaan 95% dan

tingkat kesalahan 5%, didapatkan persentase populasi yang diambil sebagai

sampel adalah 85%, maka jumlah sampel minimal yang diteliti adalah 0,85 x

42 = 36 sampel. Karena jumlah populasi yang tidak jauh berbeda jumlahnya

dengan jumlah sampel minimal, sehingga peneliti tidak melakukan teknik

sampling, di mana semua anggota populasi dijadikan sampel penelitian.

Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi:

1) Orang tua yang mempunyai anak dengan usia 1-3 tahun

2) Orang tua bersedia menjadi responden

3) Anak memiliki riwayat atau masih menggunakan diapers

4) Berada di Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta.

b. Kriteria eksklusi:

1) Orang tua yang mempunyai anak dengan usia kurang dari 1 tahun atau

lebih dari 3 tahun

2) Anak tidak pernah menggunakan diapers

3) Orang tua yang mempunyai anak usia 1-3 tahun dengan cacat bawaan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4) Orang tua yang mempunyai anak usia 1-3 tahun dengan spincter uretra

terganggu.

5) Orang tua tidak bersedia menjadi responden

6) Berada di luar Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Tabel 3.1
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel Definisi Instrumen Hasil ukur Skala


Penelitian Operasional
1. Independen:
a. Pola asuh Cara yang Diukur dengan Merupakan Nominal
orang tua dilakukan oleh metode kuesioner skor yang
orang tua (ibu yang terdiri dari 30 dapat
atau ayah) dalam pernyataan tentang dijelaskan
mengasuh anak pola asuh: sebagai
yang berusia 1-3 - 10 pernyataan berikut:
tahun, yang pola asuh 1. Pola asuh
meliputi: dengan otoriter otoriter
paksaan / otoriter, - 10 pernyataan 2. Pola asuh
kebebasan / pola asuh demokratis
demokratis, demokratis 3. Pola asuh
maupun acuh tak - 10 pernyataan Permisif
acuh / permisif pola asuh
yang permisif.
berhubungan Dengan
dengan toilet menggunakan skala
training guttman, untuk
pernyataan
favourable:
1:ya
0:tidak
Pernyataan
unfavourable:
0: ya
1: tidak
b. Intensita Pemakaian suatu Diukur dengan Data Interval
spenggu alat yang berupa metode kuesioner dikategorikan
commit to user
naan popok sekali yang terdiri dari 2 berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

diapers pakai berdaya pertanyaan tentang median/nilai


serap tinggi yang lama penggunaan tengah data
terbuat dari bahan diapers yang (skor 2-10
plastik dan dikendalikan mediannya
campuran bahan dengan faktor usia adalah 6),
kimia untuk anak dan jumlah menjadi:
menampung urin penggunaan - Intensitas
dan feses pada diapers dengan 5 tinggi:
anak. pilihan jawaban: Skor 7-10
a (skor 1), b (skor - Intensitas
2), c (skor 3), d rendah:
(skor 4), dan e Skor 2-6
(skor 5).
Skor tertinggi (10)
dan terendah (2)
2. Dependen:
Tingkat Kesiapan yang Diukur dengan Data berupa Interval
kesiapan toilet telah dimiliki menggunakan rentang skor
training anak usia 1-3 kuesioner yang mulai dari
tahun baik secara diisi oleh orang tua, skor 16-64.
fisik maupun yang terdiri dari 16
psikologis dalam pernyataan:
hal latihan buang 4 pernyataan untuk
air besar dan menilai kesiapan
buang air kecil di fisik, dan 12
tempat yang pernyataan untuk
benar. kesiapan
psikologis.
Menggunakan
skala likert, untuk
pernyataan
favourable:
SL : 4
TP : 1
Pernyataan
unfavourable:
SL : 1
TP : 4
Skor tertinggi 64
skor terendah 16

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

E. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan peneliti dalam pengumpulan

data. Dalam penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner

yang dibagikan langsung oleh peneliti kepada orang tua dari anak yang berusia 1-

3 tahun. Kuesioner berupa pernyataan untuk mengetahui pola asuh orang tua dan

tingkat kesiapan toilet training anak. Sedangkan untuk intensitas penggunaan

diapers menggunakan kuesioner dalam bentuk pertanyaan tertutup.

F. Teknik dan Instrumen untuk Mengumpulkan Data

1. Pola Asuh Orang Tua

Data tentang pola asuh orang tua diperoleh dengan menggunakan kuesioner

pola asuh orang tua mengacu pada indikator dari Gordon (2010), yaitu:

a. Pola asuh demokratis, yaitu: memprioritaskan kepentingan anak,

rasional, realistis, dan kebebasan.

b. Pola asuh permisif, yaitu: tidak ada pengawasan, tidak ada teguran,

sedikit bimbingan.

c. Pola asuh otoriter, yaitu: paksaan, hukuman, ancaman.

Pengukuran dalam penelitian pola asuh ini dengan diberikan kuesioner pola

asuh orang tua untuk kemudian diisi. Kisi-kisi kuesioner pola asuh orang tua

adalah sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 3.2
Kisi-kisi Kuesioner Pola Asuh Orang Tua

Jenis Pola Indikator Jumlah No Soal


Asuh Item Favourable Unfavourable
1. Pola asuh a. Perilaku 1 7, 10
Otoriter b. Aturan 10 5 2, 8
c. Hukuman 3 4
d. Realistis 6, 9 -
2. Pola asuh a. Perilaku 11 17, 20
Demokratis b. Aturan 10 12, 18 15
c. Hukuman - 13,1 4
d. Realistis 16, 19 -
3. Pola asuh a. Perilaku 21, 30 27
permisif b. Aturan 10 28 22, 25
c. Hukuman 23 24
d. Realistis 26, 29 -
TOTAL 30 16 14

Pengukuran yang digunakan adalah menggunakan Skala Guttman dengan

dua alternatif pilihan jawaban yaitu ya dan tidak. Untuk pernyataan

Favourable ya diberi skor 1 dan tidak diberi skor 0, sedangkan untuk

pernyataan Unfavourable ya diberi skor 0, dan tidak diberi skor 1 (Azwar,

2011). dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu: nomor item 1-10 berisikan

pernyataan tentang pola asuh otoriter, item 11-20 untuk pernyataan pola asuh

demokratis, dan item 21-30 berkaitan dengan pernyataan untuk pola asuh

permisif. Skoring untuk pernyataan favourable dinyatakan dengan ya (skor 1) dan

tidak (skor 0). Pernyataan unfavourable dinyatakan dengan ya (skor 0) dan tidak

(skor 1). Responden dengan jumlah skor tertinggi dari ketiga kelompok pola asuh

tersebut maka dapat dinyatakan sebagai jenis pola asuh yang diterapkan oleh

orang tua tersebut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Intensitas Penggunaan Diapers

Data untuk instrumen intensitas penggunaan diapers diperoleh dengan

kuesioner. Skoring untuk intensitas penggunaan diapers adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.3
Skoring Riwayat Penggunaan Diapers Berdasarkan Usia Anak
Riwayat Penggunaan Skor Berdasar Usia Anak
Diapers 1 1,5 tahun >1,5 tahun-2 >2 tahun -
tahun 3tahun
< 6 bulan 3 2 1
6 bulan-1 tahun 4 3 2
1 tahun - 1,5 tahun 5 4 3
> 1,5 tahun - 2 tahun 5 4
>2 tahun 5
Sumber: Data Primer, 2012

Berdasarkan tabel di atas, skoring untuk pertanyaan riwayat / lama

penggunaan diapers dikendalikan dengan usia anak, yaitu pada orang tua

yang mempunyai anak usia 1-1,5 tahun adalah: jika anak sudah menggunakan

diapers < 6 bulan maka diberi skor 3; 6 bulan-1 tahun diberi skor 4, dan jika

penggunaan diapers 1-1,5 tahun maka diberi skor 5. Responden yang

mempunyai anak usia >1,5 - 2 tahun dengan riwayat penggunaan diapers < 6

bulan maka diberi skor 2; 6 bulan-1 tahun (skor 3); 1 - 1,5 tahun (skor 4); >

1,5 - 2 tahun (skor 5). Sedangkan responden yang mempunyai anak usia >2

tahun dengan riwayat penggunaan diapers < 6 bulan maka diberi skor 1; 6

bulan-1 tahun (skor 2); 1 - 1,5 tahun (skor 3); > 1,5 - 2 tahun (skor 4); serta

penggunaan diapers >2 tahun (skor 5).

Skoring untuk jumlah diapers yang digunakan setiap harinya terdiri dari

lima alternatif pilihan jawaban, yaitu:toa user


commit (skor 1), b (skor 2), c (skor 3), d (skor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4), dan e (skor 5). Skor total untuk variabel intensitas penggunaan diapers

adalah 10, didapatkan dari penjumlahan skor riwayat lamanya penggunaan

diapers serta jumlah diapers yang digunakan setiap harinya, dan skor

terendah adalah 2. Data dikategorikan berdasarkan median / nilai tengah data.

Skor 2-10 mediannya adalah pada angka 6. sehingga dikategorikan intensitas

tinggi jika skor total > 6 dan intensitas rendah jika skor total < 6.

3. Tingkat Kesiapan Toilet Training pada Anak Usia Toddler

Penilaian tingkat kesiapan toilet training pada anak usia toddler

menggunakan instrumen berupa kuesioner yang dilakukan dengan

memberikan angket kepada orang tua untuk diisi yang berupa pertanyaan

tentang tingkat kesiapan toilet training anak. Kisi-kisi kuesioner tingkat

kesiapan toilet training anak adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4
Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Kesiapan Toilet Training
Pada Anak Usia Toddler

Kesiapan Indikator Jumlah No Soal


Item Favourable Unfavourable
1. Fisik Perkembangan
fisik dan 4 1, 3 2, 4
kebiasaan
toileting
2. Psikolo a. Perkembang 1, 2, 6, 9, 4
gis an psikis 12 11, 12
b. Kebiasaan 3, 5, 7 8, 10
toileting
TOTAL 16 11 5

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pengukuran yang digunakan adalah menggunakan Skala Likert

dengan 4 alternatif pilihan jawaban yaitu Selalu (SL), Sering (SR),

Kadang-kadang (KD), dan Tidak Pernah (TP). Untuk pernyataan

Favourable, Selalu (SL) diberi skor 4 dan Tidak Pernah (TP) diberi skor

1, sedangkan untuk pernyataan Unfavourable, Selalu (SL) diberi skor 1,

dan Tidak Pernah (TP) diberi skor 4 (Azwar, 2011).

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum digunakan untuk penelitian, sebuah instrumen pengumpulan data

harus diuji kesahihan dan keajegannya dengan melakukan uji validitas dan

reliabilitas. Untuk kuesioner pola asuh orang tua, intensitas penggunaan diapers,

dan tingkat kesiapan toilet training dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada

orang tua yang mempunyai anak usia 1-3 tahun di PAUD Ibnul Qoyyim

Yogyakarta dengan jumlah responden 30 orang tua. Hasil dari uji validitas dan

reliabilitas instrumen yang dinyatakan valid dan reliabel dijadikan sebagai alat

untuk mengambil data dalam penelitian ini.

1. Uji Validitas

Validitas adalah tingkattingkat kesahihan suatu instrumen (Arikunto,

2010). Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi

Product Moment Pearson sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Keterangan:

r = Koefisien korelasi

= Sigma/Jumlah

X = skor item pertanyaan

Y = skor total item pertanyaan

n = jumlah sampel

Keputusan uji:

Bila rhitung > ttabel maka instrumen valid

Bila rhitung < ttabel maka instrumen tidak valid

a. Pola Asuh Orang Tua

Berdasarkan hasil uji coba untuk 30 item dari kuesioner pola asuh orang

tua, jika dianalisis menggunakan SPSS, dinyatakan valid di mana korelasi

item total untuk semua item > 0,2. Selain itu, nilai rtabel pada uji validitas

dengan n = 30 sampel dan taraf kepercayaan 5 % adalah 0,361 maka untuk

item soal dengan nilai rhitung < 0,361 dinyatakan tidak valid. Jumlah awal

item soal sebanyak 30 butir didapatkan sebanyak 30 soal yang nilai rhitung >

0,361. Sehingga semua pernyataan dapat digunakan untuk mengambil

data.

b. Intensitas Penggunaan Diapers

Hasil uji validitas untuk instrumen intensitas penggunaan diapers

didapatkan semua item pertanyaan sebanyak dua soal dinyatakan valid

dengan korelasi item total untuk semua item > 0,2.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Tingkat Kesiapan Toilet Training

Berdasarkan hasil uji coba untuk 16 item dari kuesioner tingkat kesiapan

toilet training, dinyatakan memenuhi standar validitas sebanyak 13 item

dikarenakan korelasi item total < 0,2 atau rhitung < 0,361.

Berikut kisi-kisi kuisioner untuk instrumen tingkat kesiapan toilet training

setelah dilakukan uji validitas:

Tabel 3.5
Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Kesiapan Toilet Training (pasca uji coba)
Pada Anak Usia Toddler

Kesiapan Indikator Jumlah No Soal


Item Favourable Unfavourable
3. Fisik Perkembangan
fisik dan 4 1, 3 2, 4
kebiasaan
toileting
4. Psikolo c. Perkembang 1, 2, 6, 11 4
gis an psikis 9
d. Kebiasaan 3, 5, 7 10
toileting
TOTAL 13 9 4

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan bahwa variabel suatu penelitian dapat dipercaya.

Dalam penelitian ini digunakan teknik pengukuran reliabilitas internal dengan

rumus Alpha Cronbrach, yaitu sebagai berikut:

Keterangan:

r = reliabilitas variabel t

k commit to user
= banyaknya butir pernyataan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2
b = jumlah varians butir
2
1 = varians total

Keputusan uji:

Bila rhitung > rtabel maka instrumen reliabel

Bila rhitung < rtabel maka instrument tidak reliabel

Uji reliabilitas dapat juga dilakukan penghitungan dengan bantuan program

SPSS, di mana jika dilihat dari nilai Alpha Cronbach > 0,6 maka dapat dikatakan

instrumen tersebut reliabel.

a. Pola Asuh Orang Tua

Berdasarkan hasil uji coba reliabilitas pola asuh orang tua, diperoleh nilai

Alpha Cronbach 0,918 (> 0,6). Nilai rtabel pada uji reliabilitas dengan n =

30 sampel dan taraf kepercayaan 5 % adalah 0,792. Instrumen tersebut

mempunyai rhitung 0,918, maka dapat diambil kesimpulan bahwa instrumen

tersebut reliabel.

b. Intensitas Penggunaan Diapers

Hasil uji coba reliabilitas intensitas penggunaan diapers, diperoleh nilai

Alpha Cronbach 0,918 (> 0,6). Instrumen tersebut mempunyai rhitung 0,921

(> 0,792), sehingga dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut reliabel.

c. Tingkat Kesiapan Toilet Training

Berdasarkan hasil uji coba untuk 13 item dari kuesioner tingkat kesiapan

toilet training, dinyatakan memenuhi standar reliabilitas di mana korelasi

item total > 0,2 dan Alpha Cronbach > 0,6 yaitu 0,914.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

H. Pengolahan Data

1. Editing

Memeriksa seluruh daftar pernyataan dan pertanyaan yang diberikan kepada

responden apakah kembali secara lengap. Editing dilakukan di tempat

pengumpulan data dalam hal ini di Little Care Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Surya Global Yogyakarta.

2. Coding

Jawaban-jawaban yang ada pada lembar kuesioner dilakukan klarifikasi dengan

jalan memberi tanda dari tiap-tiap option dengan simbol yang berupa angka,

kemudian dimasukkan dalam lembar tabel kerja untuk mempermudah

membacanya.

3. Scoring

Teknik pemberian nilai pada setiap variabel yang perlu diberi skor.

4. Entry

Teknik memasukkan seluruh data ke dalam program komputer untuk dilakukan

analisis data.

I. Teknik Analisis Data

Analisis dari penelitian terdiri dari dua analisis yaitu deskriptif dan analisis

inferensial. Analisis deskriptif dilakukan dengan menyajikan data melalui tabel

data distribusi frekuensi dan histogram. Analisis inferensial digunakan untuk

menguji hipotesis. Dalam analisis data diadakan uji persyaratan sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Uji Persyaratan

Uji persyaratan digunakan untuk mengetahui normalitas data dan homogenitas

varians populasi agar Analisis Varians (Anava) dapat digunakan. Uji kenormalan

data menggunakan teknik uji Kolmogorov-Smirnov sedangkan homogenitas

varians populasi dengan bantuan SPSS.

2. Uji hipotesis

Untuk menguji hipotesis dalam pengolahan data digunakan teknik analisis varians

dua jalur, karena teknik Anava dua jalur dipakai untuk menguji perbedaan dua

means atau lebih.

Tabel 3.6
Rancangan Analisis Anava Dua Jalur

Intensitas Diapers (B) Intensitas Intensitas


Pola Asuh (A) Tinggi (B1) Rendah (B2)
Pola Asuh Otoriter (A1) A1B1 A1B2
Pola Asuh Demokratis (A2) A2B1 A2B2
Pola Asuh Permisif (A3) A3B1 A3B2

Keterangan:

A : Pola Asuh Orang Tua

A1 : Pola Asuh Otoriter

A2 : Pola Asuh Demokratis

A3 : Pola Asuh Permisif

B : Intensitas Penggunaan Diapers

B1 : Intensitas tinggi

B2 : Intensitas rendah

A1B1 : Pola Asuh Otoriter dengancommit


penggunaan
to userdiapers intensitas tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

A1B2 : Pola Asuh Otoriter dengan penggunaan diapers intensitas rendah

A2B1 : Pola Asuh Demokratis dengan penggunaan diapers intensitas tinggi

A2B2: Pola Asuh Demokratis dengan penggunaan diapers intensitas rendah

A3B1 : Pola Asuh Permisif dengan penggunaan diapers intensitas tinggi

A3B2 : Pola Asuh Permisif dengan penggunaan diapers intensitas rendah

Setelah dilakukan uji Anava kemudian dilanjutkan dengan uji Scheffee untuk

mengetahui sampel manakah yang mempunyai hubungan dominan yang lebih

memberikan efek terhadap tingkat kesiapan toilet training pada anak usia toddler.

Rumus Uji Scheffee:

2
Xi X j
Fi j
1 1
RKG
ni nj

Keterangan:

Fi j = nilai F Sheffee

Xi = rataan pada baris ke-i

X j = rataan pada baris ke-j

RKG = rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan analisis


variansi

ni = ukuran sampel baris ke-i

nj = ukuran sampel baris ke-j

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data Responden Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta.

Responden penelitian ini terdiri dari ibu yang mempunyai anak usia 1-3 tahun

sebanyak 42 orang. Karakteristik responden dibedakan berdasar umur ibu, agama,

suku, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, jenis kelamin anak, dan umur anak.

Kuesioner yang dididtribusikan sebanyak 42 lembar, dan semuanya diisi dengan

lengkap sehingga seluruhnya dapat diolah. Deskripsi lengkap data reponden

penelitian ini dapat dibaca pada tabel berikut:

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Umum Responden Berdasarkan
Umur ibu, Agama, Suku, Pendidikan, Pekerjaan, Penghasilan, Jenis kelamin anak,
dan Umur anak di Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta Tahun 2012
No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
1. Umur Ibu
20 tahun - -
21-30 tahun 17 40,48
31 tahun 25 59,52
Total 42 100
2. Agama
Islam 36 85,71
Kristen 1 2,39
Katolik 5 11,90
Total 42 100
3. Suku
Jawa 42 100
Luar Jawa - -
Total 42 100
4. Pendidikan
SD commit to user 4 9,52
SLTP 10 23,81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

SMU 11 26,19
PT 17 40,48
Total 42 100
5. Pekerjaan
Petani 1 2,39
PNS 12 28,57
Karyawan swasta 29 69,04
Lain-lain - -
Total 42 100
6. Penghasilan
< Rp. 500.000,- 1 2,39
Rp. 500.000 Rp. 1.000.000,- 24 57,14
> Rp. 1.000.000 Rp. 2.000.000 13 30,95
> Rp. 2.000.000,- 4 9,52
Total 42 100
7. Jenis Kelamin Anak
Laki-laki 15 35,71
Perempuan 27 64,29
8. Umur Anak
1 1,5 tahun 5 11,91
>1,5 tahun-2 tahun 27 64,28
>2 tahun - 3tahun 10 23,81
Total 42 100
Sumber: Data primer, 2012

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, diketahui bahwa sebagian besar responden berusia

lebih dari 30 tahun yaitu berjumlah 25 orang (59,52 %) dan tidak ada responden

yang berusia 20 tahun. Sebagian besar responden beragama islam yaitu

sebanyak 36 orang (85,71 %) dan yang paling sedikit responden yang beragama

kristen yaitu satu orang (2,39 %). Adapun untuk suku asal responden seluruhnya

berasal dari suku jawa, yaitu sebesar 42 orang (100%). Pendidikan responden

sebagian besar adalah dari Perguruan Tinggi (PT) yaitu sebanyak 17 orang

(40,48%) dan yang paling sedikit adalah responden dengan pendidikan Sekolah

Dasar (SD) yaitu sebanyak empat orang (9,52%). Sebagian besar responden

memiliki pekerjaan sebagai karyawan swasta yaitu sebanyak 29 orang (69,04%)


commit to user
dan yang paling sedikit adalah pekerjaan sebagai petani yaitu satu orang (2,39%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dilihat dari jumlah penghasilan setiap bulannya, sebagian besar responden

berpenghasilan antara Rp.500.000-Rp.1.000.000 yaitu sebanyak 24 orang

(57,14%) dan yang paling sedikit responden dengan penghasilan < Rp.500.000

yaitu satu orang (2,39%). Sebagian besar responden mempunyai anak berjenis

kelamin perempuan yaitu sebanyak 27 orang (64,29%) dan responden yang

mempunyai anak laki-laki sebanyak 15 orang (35,71%). Responden terbanyak

adalah responden yang mempunyai anak dengan usia >1,5 tahun-2 tahun yaitu

sebanyak 27 orang (64,28%) dan sebagian kecil responden mempunyai anak usia

1-1,5 tahun yaitu sebanyak 5 orang responden (11,91%).

2. Deskripsi Data Variabel Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini terdiri dari tiga variabel, yaitu dua variabel bebas

terdiri dari pola asuh orang tua dan intensitas penggunaan diapers serta satu

variabel terikat berupa tingkat kesiapan toilet training pada anak usia toddler.

a. Pola Asuh Orang Tua

Berdasarkan hasil penelitian variabel pola asuh orang tua diperoleh data untuk

responden kode nomor 1, 10, 11, 14, 16, 17, 28, dan 41 menerapkan pola asuh

permisif. Responden dengan kode nomor 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 18, 19, 20, 21, 22,

23, 24, 25, 26, dan 27 menerapkan pola asuh demokratis. Sedangakan untuk

responden yang menerapkan pola asuh otoriter adalah kode nomor 12, 13, 15, dan

42. Melalui proses tabulasi data pola asuh orang tua, peneliti mengemukakan hasil

penelitian sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.2
Distribusi Responden Menurut Pola Asuh Orang Tua

Pola Asuh Orang Tua Frekuensi Persentase


Otoriter 4 9,52
Demokratis 30 71,43
Permisif 8 19,05
Total 42 100
Sumber: Data Primer, 2012

Gambar 4.1
Grafik Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pola Asuh Orang Tua
Sumber: Data Primer, 2012

Berdasarkan tabel 4.3 dan gambar 4.1 dapat diketahui bahwa responden

menerapkan pola asuh demokratis sebesar 30 (71,43 %), otoriter sebesar 4

(9,52%), dan permisif sebesar 8 (19,05%).

b. Intensitas Penggunaan Diapers

Hasil penelitian variabel intensitas penggunaan diapers diperoleh data untuk

commit
responden kode nomor 1, 3, 5,8, 10, to user
11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 20, 21, 22, 27, 28,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31, 33, 36, 37, 38, 41 dan 42 dengan penggunaan diapers intensitas tinggi.

Responden dengan kode nomor 2, 4, 6, 7, 9, 16, 19, 23, 24, 25, 26, 29, 30, 32, 34,

35, 39 dan 40 dengan penggunaan diapers intensitas rendah. Hasil penelitian

untuk variabel intensitas penggunaan diapers diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.3
Distribusi Responden Menurut Intensitas Penggunaan Diapers
Nilai intensitas penggunaan diapers Frekuensi Persentase
Tinggi (skor 7-10) 24 57,14
Rendah (skor 6-2) 18 42,86
Total 42 100
Sumber: Data Primer, 2012

Gambar 4.2
Grafik Batang Distribusi Frekuensi Responden Menurut
Intensitas Penggunaan Diapers (n=42)
Sumber: Data Primer, 2012

Berdasarkan tabel 4.6 dan gambar 4.2 di atas dapat diketahui bahwa responden

dengan intensitas penggunaan diapers tinggi sebesar 24 (57,14%), sedangkan

yang intensitas penggunaan diapers rendah sebesar 18 (42,86%) dengan nilai

commit
mean 6,33 dan standar deviasi (SD) =2,02.to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Tingkat Kesiapan Toilet Training

Hasil penelitian berdasarkan distribusi responden menurut tingkat kesiapan toilet

training adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4
Distribusi Responden Menurut Tingkat Kesiapan Toilet Training

Nilai Frekuensi Persentase


51-60 0 0
41-50 15 35,70
31-40 13 30,95
20-30 13 30,95
13- 20 1 2,4
Total 42 100
Sumber: Data Primer, 2012

Gambar 4.3
Histogram Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Kesiapan
Toilet Training
Sumber: Data Primer, 2012
Tabel 4.8 dan gambar 4.3 menunjukkan bahwa skor terendah tingkat kesiapan

toilet training toddler terdapat pada rentang nilai 13-20 yaitu sebanyak satu

responden (2,4%). Adapun untuk skor tertinggi terdapat pada rentang skor 41-50

dengan jumlah responden 15 (35,70 %). Skor rata-rata untuk tingkat kesiapan
commit to user
toilet training adalah 35,52 dengan standar deviasi 9,115.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Uji Persyaratan

a. Uji Normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini hanya dilakukan untuk variabel dengan skala

data interval, yaitu pada variabel intensitas penggunaan diapers dan tingkat

kesiapan toilet training toddler. Uji normalitas menggunakan Kolmogorov

Smirnov dan diperoleh nilai signifikansi 0,068 dan 0,468 (>0,05). Hal ini berarti

data untuk variabel intensitas penggunaan diapers dan data untuk variabel tingkat

kesiapan toilet training terdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan Levenes test dan dilakukan tiga kali yaitu

untuk menguji kesamaan variansi kesiapan toilet training berdasar pola asuh,

kesamaan variansi kesiapan toilet training berdasarkan intensitas penggunaan

diapers, dan kesamaan variansi kesiapan toilet training berdasar pola asuh dan

intensitas penggunaan diapers.

Tabel 4.5
Hasil Uji Homogenitas Varians Populasi
Desain variabel F Sig.
Tingkat kesiapan toilet training dan Pola asuh 9,927 0,503
orang tua
Tingkat kesiapan toilet training dan Intensitas 8,555 0,180
penggunaan diapers
Tingkat kesiapan toilet training, 1,278 0,296
Pola asuh orang tua, dan Intensitas penggunaan
diapers
Sumber: Data Primer, 2012

Hasil uji homogenitas pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai signifikansi ketiga

desain variabel di atas lebih besar dari 0,05 yang berarti varians sama (homogen)
commit to user
sehingga asumsi anava 2 jalur terpenuhi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Estimasi Interval Nilai Rata-Rata


Tabel 4.6
Estimasi Interval Nilai Rata-Rata
Variabel dependen: Tingkat Kesiapan Toilet Training
Variabel Mean Std. 95% Confidence
Error Interval
Lower Upper
Bound Bound
Pola asuh orang tua:
Demokratis 36,000 0,698 32,565 39,435
Permisif 33,750 0,328 27,098 40,402
Otoriter 35,500 0,465 26,093 44,907
Intensitas penggunaan diapers:
39,000 0,416 30,052 47,948
Rendah
33,137 0,961 29,164 37,111
Tinggi
Sumber: Data Primer, 2012

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa:

1) Nilai rata-rata pola asuh demokratis adalah 36,000 dengan batas

bawah dan batas atas nilai rata-rata masing-masing adalah 32,565 dan

39,435.

2) Nilai rata-rata pola asuh permisif adalah 33,750 dengan batas bawah

dan batas atas nilai rata-rata masing-masing adalah 27,098 dan 40,402.

3) Nilai rata-rata pola asuh otoriter adalah 35,500 dengan batas bawah

dan batas atas nilai rata-rata masing-masing adalah 26,093 dan 44,907.

4) Nilai rata-rata intensitas penggunaan diapers rendah adalah 39,000

dengan batas bawah dan batas atas nilai rata-rata masing-masing

adalah 30,052 dan 47,948.

5) Nilai rata-rata intensitas penggunaan diapers tinggi adalah 33,137

dengan batas bawah dan batas atas nilai rata-rata masing-masing

commit to user
adalah 29,164 dan 37,111.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. Estimasi Interval Nilai Rata-Rata Gabungan


Tabel 4.7
Estimasi Interval Nilai Rata-Rata Gabungan

Variabel Dependen: Tingkat Kesiapan Toilet Training


Pola asuh Intensitas Mean Std. 95% Confidence
Penggunaan Error Interval
Diapers Lower Upper
Bound Bound
Demokratis Rendah 40,000 2,082 35,782 44,218
Tinggi 30,769 2,381 25,945 35,593
Otoriter Rendah .a . . .
Tinggi 35,500 4,292 26,804 44,196
Permisif Rendah 38,000 8,584 20,608 55,392
Tinggi 33,143 3,244 26,569 39,717
Sumber: Data Primer, 2012

Berdasarkan tabel di atas diketahui untuk pola asuh demokratis dengan intensitas

penggunaan diapers rendah memiliki nilai mean tertinggi, yaitu 40,000.

Sedangkan untuk pola asuh demokratis dengan intensitas penggunaan diapers

tinggi mempunyai nilai mean terendah, yaitu 30,769. Dan tidak ada responden

yang mempunyai pola asuh otoriter dengan intensitas penggunaan diapers rendah.

e. Uji Hipotesis

Tabel 4.8
Hasil Uji ANAVA Dua Jalur Tentang Perbedaan Rata-Rata Pola Asuh Orang Tua
dan Intensitas Penggunaan Diapers Menurut Tingkat Kesiapan Toilet Training

Dependent Variable: Tingkat Kesiapan Toilet Training


Source Type I Sum of df Mean F Sig. Alpha
Squares Square
Corrected Model 53681,835a 5 10736,367 145,716 ,000 0,05
Intercept 20865,163 1 20865,163 229,437 ,000 0,05
Pola asuh 53033,500 3 17677,833 239,927 ,000 0,05
Intensitas
penggunaan 633,375 1 633,375 8,596 ,006 0,05
diapers
Pola asuh *
intensitas commit
14,961 to user
1 14,961 ,203 ,655
penggunaan 0,05
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

diapers
Error 2726,165 37 73,680
Total 5640,000 42
Corrected Total 3406,476 41
a. R Squared = ,952 (Adjusted R Squared = ,940)

Berdasarkan hasil analisis yang disajikan pada tabel 4.13 menunjukkan bahwa

taraf signifikansi hasil hitungan sebagai berikut:

1) Ho yang menyatakan tidak ada perbedaan tingkat kesiapan toilet

training toddler antara pola asuh orang tua permisif, demokratis, dan

otoriter ditolak, sehingga dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan

tingkat kesiapan toilet training toddler pada ibu dengan pola asuh

permisif, demokratis, dan otoriter dengan nilai signifikansi 0,000 (<

0,05).

2) Ho yang menyatakan tidak ada perbedaan tingkat kesiapan toilet

training toddler antara intensitas penggunaan diapers tinggi dan

rendah ditolak, sehingga dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan

tingkat kesiapan toilet training toddler pada intensitas penggunaan

diapers tinggi dan rendah dengan nilai signifikansi 0,006 (< 0,05).

3) Ho yang menyatakan tidak terdapat interaksi antara pola asuh orang

tua (permisif, demokratis, otoriter) dan intensitas penggunaan diapers

(tinggi, rendah) terhadap tingkat kesiapan toilet training toddler

diterima, sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat interaksi

yang antara pola asuh orang tua (permisif, demokratis, otoriter) dan

intensitas penggunaan diapers (tinggi, rendah) terhadap tingkat

kesiapan toilet training toddler dengan nilai signifikansi 0,655 (>

0,05). commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 4.3
Means Plot (grafik posisi mean) Interaksi Pola Asuh Orang Tua dan Mean
Intensitas Penggunaan Diapers terhadap Tingkat Kesiapan Toilet Training

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa garis untuk interaksi variabel pola asuh orang

tua dan variabel intensitas penggunaan diapers tidak berpotongan, dan tidak ada

responden yang menerapkan pola asuh otoriter dengan intensitas penggunaan

diapers rendah. Hal ini berarti tidak ada interaksi antara pola asuh orang tua dan

intensitas penggunaan diapers terhadap tingkat kesiapan toilet training. Dari

gambar tersebut juga dapat diketahui bahwa kelompok pola asuh demokratis

dengan intensitas penggunaan diapers tinggi memiliki estimated marginal means

paling kecil dibandingkan kelompok pola asuh otoriter dan permisif dengan

intensitas penggunaan diapers tinggi. Nilai estimated marginal means paling

besar dimiliki oleh kelompok pola asuh demokratis dengan intensitas penggunaan

diapers rendah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.9
Hasil Uji Scheffe Variabel Pola Asuh Orang Tua Menurut Tingkat Kesiapan Toilet
Training

Dependent Variable: Tingkat kesiapan toilet training


(I) pola (J) pola Mean Std. Sig. 95% Confidence
asuh asuh Differen Error Interval
ce (I-J) Lower Upper
Bound Bound
Scheffe Demokratis Otoriter ,5000 ,591 ,994 -11,1522 12,1522
Permisif 2,2500* ,371 ,000 -6,4606 10,9606
Otoriter Demokrat -,5000 ,591 ,994 -12,1522 11,1522
Permisif 1,7500* ,569 ,000 -11,6553 15,1553
Permisif Demokra -2,2500* ,371 ,000 -10,9606 6,4606
Otoriter -1,7500* ,569 ,000 -15,1553 11,6553

Berdasarkan hasil analisis yang ditampilkan pada tabel 4.14 di atas menunjukkan

bahwa terdapat beberapa pasangan yang berbeda secara nyata (signifikan). Salah

satu ciri yang mudah dikenali bahwa pasangan yang berbeda secara signifikan

maka nilai pada kolom Mean Difference (I-J) diberi tanda bintang (*). Beberapa

pasangan yang dinyatakan berbeda secara nyata untuk hasil analisis di atas dapat

ditunjukkan sebagai berikut:

1) Pasangan pola asuh demokratis-permisif, dengan koefisien Mean Difference

sebesar 2,2500 dan signifikansi hitung sebesar 0,000.

2) Pasangan pola asuh permisif-demokratis, dengan koefisien Mean Difference

sebesar -2,2500 dan signifikansi hitung sebesar 0,000.

3) Pasangan pola asuh otoriter-permisif, dengan koefisien Mean Difference

sebesar 1,7500 dan signifikansi hitung sebesar 0,000.

4) Pasangan pola asuh permisif-otoriter, dengan koefisien Mean Difference

sebesar -1,7500 dan signifikansi hitung


commit to sebesar
user 0,000.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sedangkan pasangan-pasangan lainnya dinyatakan tidak ada perbedaan, yaitu

untuk pasangan berikut ini:

1) Pasangan pola asuh demokratis-otoriter, dengan koefisien Mean Difference

sebesar 0,5000 dan signifikansi hitung sebesar 0,994.

2) Pasangan pola asuh otoriter-demokratis, dengan koefisien Mean Difference

sebesar -0,5000 dan signifikansi hitung sebesar 0,994.

B. Pembahasan

1. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Tingkat Kesiapan Toilet

Training Toddler

Hasil uji Anava dua jalur menunjukkan bahwa nilai signifikansi untuk pola

asuh adalah 0,000 (< 0,05) maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa dengan

tingkat kepercayaan 95% terdapat pengaruh perbedaan pola asuh terhadap tingkat

kesiapan toilet training toddler.

Orang tua merupakan pengambil peran utama dalam mengasuh anak-

anaknya. Terutama kedekatan anak terhadap ibu, karena ibunya yang

mengandung, melahirkan dan menyusui secara psikologis mempunyai ikatan yang

lebih dalam. Pola asuh adalah bentuk-bentuk yang diterapkan dalam rangka

merawat, memelihara, membimbing, melatih dan memberikan pengaruh

(Tarmudji, 2004).

Syarat pola asuh efektif menurut Santi (2008) adalah: (a) Pola asuh dinamis,

sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan anak; (b) Pola


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

asuh disertai dengan perilaku positif orang tua, dalam hal ini penerapan pola asuh

membutuhkan sikap-sikap yang positif dari orang tua sehingga bisa dijadikan

contoh atau panutan bagi anaknya dengan menanamkan nilai-nilai kebaikan

dengan disertai penjelasan yang mudah dipahami; (c) Komunikasi efektif; (d)

Disiplin, dapat dimulai dari hal-hal yang kecil dan sederhana, misalnya

membereskan mainan; (e) Orang tua harus konsisten.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa responden menerapkan pola asuh otoriter

sebesar 4 (9,52%), demokratis sebesar 30 (71,43%), dan permisif sebesar 8

(19,05%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian kecil responden masih ada yang

menerapkan pola asuh otoriter dan permisif.

Pola asuh otoriter antara lain adalah orang tua menentukan segala sesuatu,

anak tidak diberi kebebasan untuk menyampaikan pendapatnya, sikap orang tua

berdasarkan prinsip hukuman dan ganjaran. Pola asuh ini akan mengakibatkan

anak menjadi penakut dan pemalu, kadang-kadang menjadi keras kepala, timbul

sifat ingin menyendiri, kurang tegas dalam mengambil tindakan, serta anak

menjadi tidak mau menurut. Anak yang hidup dalam suasana keluarga otoriter

akan menghambat perkembangan kepribadian dan kedewasaannya.

Pola asuh demokratis adalah orang tua/ibu memperlakukan anak sesuai

dengan tingkat-tingkat perkembangan usia anak dan memperlihatkan serta

mempertimbangkan keinginan-keinginan anak. Anak dengan orang tua bersikap

demokratis akan menunjukkan sikap atau perilaku tanggung jawab yang besar,

dapat menerima perintah, dan dapat diperintah secara wajar, dapat menerima

kritik secara terbuka, mempunyai keberanian untuk berinisiatif dan kreatif,


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

emosinya stabil, dapat menghargai pekerjaan atau jerih payah orang lain, mudah

dalam menyesuaikan diri, lebih toleran, mau menerima dan mau memberi, mudah

bergaul, rasa sosialnya lebih besar, tumbuh konsep diri yang positif, ramah

terhadap orang lain, dapat bekerja sama dan kontrol diri yang lebih besar.

Pola asuh permisif adalah orang tua/ibu mempunyai anggapan bahwa anak

dianggap sebagai orang dewasa yang dapat mengambil tindakan atau keputusan

sendiri menurut kehendaknya tanpa bimbingan. Hal ini akan mengakibatkan anak

tidak mengenal tata tertib atau sopan santun, tidak mengenal disiplin, tidak dapat

menghargai orang lain, tidak menurut dan sulit diperintah.

Berdasarkan hasil penelitian juga didapatkan bahwa nilai rata-rata pola asuh

otoriter adalah 35,50; pola asuh demokratis adalah 36,00; dan pola asuh permisif

adalah 33,75. Pasangan pola asuh demokratis-permisif, dengan koefisien Mean

Difference sebesar 2,2500 dan signifikansi hitung sebesar 0,806. Pasangan pola

asuh permisif-demokratis, dengan koefisien Mean Difference sebesar -2,2500 dan

signifikansi hitung sebesar 0,000. Pasangan pola asuh otoriter-permisif, dengan

koefisien Mean Difference sebesar 1,7500 dan signifikansi hitung sebesar 0,994;

Pasangan pola asuh permisif-otoriter, dengan koefisien Mean Difference sebesar -

1,7500 dan signifikansi hitung sebesar 0,994.

Penerapan pola asuh orang tua terhadap anaknya akan berpengaruh pada

tingkat kesiapan toilet training anak yang merupakan hasil interaksi banyak faktor

yang mempengaruhi tingkat kesiapan anak dalam hal toilet training. Pola asuh

terbaik adalah pola asuh demokratis di mana orang tua memperhatikan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kamampuan anak sesuai dengan tahapan perkembangannya termasuk kesiapan

toilet training anak.

2. Pengaruh Intensitas Penggunaan Diapers Terhadap Tingkat Kesiapan

Toilet Training Toddler

Hasil uji Anova menunjukkan bahwa nilai signifikansi untuk peubah

intensitas penggunaan diapers adalah 0,006 (< 0,05) maka Ho ditolak. Hal ini

menunjukkan bahwa dengan tingkat kepercayaan 95% terdapat pengaruh

perbedaan intensitas penggunaan diapers terhadap tingkat kesiapan toilet training

toddler.

Diapers merupakan alat yang berupa popok sekali pakai berdaya serap

tinggi yang terbuat dari plastik dan campuran bahan kimia untuk menampung

sisa-sisa metabolisme seperti air seni dan feses (Wong, 2008).

Menurut Santi (2008,) dampak dari penggunaan diapers pada anak meliputi:

(a) aspek fisik, di bagian pinggul bawah, yang terkait langsung dengan

penggunaan diapers tersebut adalah cara berjalan anak yang sedikit mengangkang

atau kakinya tidak bisa merapat. Pada kulit anak juga akan mengalami iritasi

karena terbiasa menggunakan diapers setiap saat. (2) Aspek psikologis, pada anak

yang terbiasa menggunakan diapers akan mengalami kesulitan yang levelnya

setingkat di atas anak-anak lainnya yang tidak terbiasa menggunakan diapers

ketika dihadapkan pada tuntutan lingkungan yang mengharuskan anak

mengeluarkan sisa-sisa sari makanan dan minuman anak di tempat yang

semestinya. Anak akan mengalami keterlambatan dalam beradaptasi dengan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tuntutan lingkungan, dan dampaknya akan panjang sampai anak dewasa. Anak

kurang sensitif dengan lingkungan sekitar dan rasa percaya diri yang kurang

terhadap lingkungan. Jika penggunaan diapers berlangsung dalam jangka panjang

misalkan sampai umur 2-3 tahun maka anak akan kehilangan masa toilet training,

di mana anak dapat belajar cara menggunakan toilet, kapan harus ke toilet,

bagaimana cara membersihkan toilet dan sebagainya. Sehingga dikhawatirkan

pada usia selanjutnya anak akan ngompol/ malas ke kamar mandi, dan sedikit

banyak akan mempengaruhi perkembangan kreativitas anak karena sudah

terbiasa dengan hidup yang praktis.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa responden menggunakan

diapers dengan intensitas tinggi sebesar 24 (57,14%) dan intensitas rendah

sebesar 18 (42,86%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden

menggunakan diapers dengan intensitas tinggi.

Dewar (2010) menyatakan bahwa pada anak usia toddler untuk BAB dan

BAK tidak seperti pada masa infant, selain dari feses yang lebih kental, frekuensi

BAK tidak sesering infant. Penggantian diapers sebaiknya dilakukan setiap tiga

jam atau setiap anak BAB harus langsung diganti dan dibersihkan untuk

mencegah terjadinya iritasi pada anak.

Berdasarkan hasil penelitian juga didapatkan bahwa nilai rata-rata

penggunaan diapers intensitas rendah adalah 39,88 dan penggunaan diapers

dengan intensitas tinggi dengan nilai rata-rata 32,25. Hal ini berarti bahwa

semakin tinggi frekuensi/intensitas dari penggunaan diapers maka anak akan

memiliki kesiapan toilet training yang rendah.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Interaksi Pola Asuh Orang Tua dan Intensitas Penggunaan Diapers

Terhadap Tingkat Kesiapan Toilet Training Toddler

Hasil pengujian hipotesis III menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar

0,655 (>0,05), maka Ho diterima. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat interaksi

antara pola asuh orang tua dan intensitas penggunaan diapers terhadap tingkat

kesiapan toilet training toddler.

Menurut Wong (2008), kesiapan toilet training adalah keberhasilan yang

dicapai anak saat peralihan dari popok ke pakaian dalam dan tidak lagi

memerlukan pengawasan secara penuh pada siang hari. Kasih sayang dan

perhatian orang tua yang dimiliki mempengaruhi kualitas dalam penerapan toilet

training secara dini di mana orang tua yang perhatian akan memantau

perkembangan toddler maka akan berpengaruh lebih cepat dalam melatih toddler

melakukan toilet training secara dini. Dengan dukungan perhatian orang tua maka

anak akan lebih berani atau termotivasi untuk mencoba karena mendapatkan

perhatian dan bimbingan.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh orang tua untuk meningkatkan kesiapan

toilet training pada anak adalah dengan menggunakan pola asuh yang baik dan

meminimalisir penggunaan diapers. Hal ini sesuai dengan pendapat Hidayat

(2008), yang menyatakan bahwa tingkat kesiapan toilet training dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain pola asuh orang tua, pekerjaan, lingkungan,

pendidikan dan pengetahuan termasuk di dalamnya adalah penggunaan diapers.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Menurut Hidayat (2008), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

kesiapan toilet training, yaitu: (a) Pendidikan orang tua, apabila pendidikan orang

tua rendah akan berpengaruh pada pengetahuan tentang penerapan toilet training

sehingga berpengaruh pada cara melatih secara dini penerapan toilet training. (2)

Pekerjaan, di mana pekerjaan dapat menyita waktu orang tua untuk melatih anak

melakukan toilet training secara dini sehingga akan berdampak pada terlambatnya

anak untuk mandiri melakukan toilet training. (3) Pola asuh orang tua, kasih

sayang dan perhatian orang tua yang dimiliki mempengaruhi kualitas dalam

penerapan toilet training secara dini. (4) Pengetahuan orang tua, pada dasarnya

dapat berpengaruh pada cepat atau lambatnya orang tua melakukan penerapan

toilet training. (5) Lingkungan, berpengaruh besar pada cepat atau lambatnya

penerapan toilet training, di mana orang tua akan memperhatikan lingkungan

sekitar apakah anak seusia sudah dilatih toilet training atau belum.

Berdasarkan teori pola asuh yang telah dipaparkan di atas, maka perbedaan

antara pola asuh otoriter, demokratis, dan permisif yakni adanya perbedaan

penekanan di mana otoriter bersifat lebih memaksa anak, permisif lebih memberi

kebebasan anak, dan demokratis bersifat memperhatikan kebutuhan anak terkait

dengan kemampuan, sehingga pola asuh yang terbaik adalah pola asuh

demokratis.

Menurut Hidayat (2008), menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi intensitas penggunaan diapers pada anak, antara lain: (1)

Pengetahuan ibu tentang penggunaan diapers pada anak sangat berhubungan erat

dengan pengetahuan ibu tentang toilet training pada anak; (2) Tingkat pendidikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dan pengetahuan ibu serta pengalaman sangat berpengaruh dalam hal

penggunaan diapers pada anak usia toddler; (3) Pekerjaan ibu mempunyai

pengaruh besar dalam penggunaan diapers pada anak. Pekerjaan ibu yang menyita

waktu untuk anak dalam melakukan pelatihan toilet training menjadi alasan

penggunaan diapers pada anak; (4) Tingkat Sosial ekonomi, rata-rata masyarakat

atau keluarga dengan tingkat sosial ekonomi yang cukup baik akan lebih memilih

menggunakan diapers pada anaknya karena kelebihan dari diapers seperti

kenyamanan, kepraktisan dan lain-lain.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Ada pengaruh antara pola asuh orang tua terhadap tingkat kesiapan toilet

training pada anak usia toddler. Terdapat perbedaan tingkat kesiapan toilet

training anak usia toddler antara kelompok yang diasuh dengan pola

demokratis maupun permisif, dan pola asuh yang baik adalah pola asuh

demokratis.

2. Ada pengaruh antara intensitas penggunaan diapers terhadap tingkat kesiapan

toilet training pada anak usia toddler, dengan demikian intensitas penggunaan

diapers semakin tinggi maka tingkat kesiapan toilet training anak usia toddler

akan semakin rendah.

3. Tidak ada interaksi antara pola asuh orang tua dan intensitas penggunaan

diapers terhadap tingkat kesiapan toilet training pada anak usia toddler.

B. Implikasi

1. Implikasi Teoritis

Berdasarkan kesimpulan penelitian mengenai Pengaruh Pola Asuh Orang Tua

Dan Intensitas Penggunaan Diapers Terhadap Tingkat Kesiapan Toilet Training

Pada Anak Usia Toddler Di Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta yaitu

adanya pengaruh pola asuh terhadap tingkat kesiapan toilet training dan adanya

pengaruh intensitas penggunaan diapers terhadap tingkat kesiapan toilet training


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

anak. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hidayat (2008), bahwa

pola asuh orang tua dapat mempengaruhi kualitas dalam penerapan toilet training

pada anak.

2. Implikasi Praktis

Berdasarkan kesimpulan penelitian mengenai Pengaruh Pola Asuh Orang Tua

Dan Intensitas Penggunaan Diapers Terhadap Tingkat Kesiapan Toilet Training

Pada Anak Usia Toddler Di Little Care STIKES Surya Global Yogyakarta yaitu

adanya pengaruh antara pola asuh orang tua terhadap tingkat kesiapan toilet

training anak usia toddler, maka dengan adanya pola pengasuhan orang tua yang

baik, yakni pola asuh demokratis maka akan berpengaruh pada perkembangan

anak sehingga anak siap untuk melakukan toilet training sesuai dengan usia

perkembangannya. Hal ini sebaiknya diikuti dengan intensitas penggunaan

diapers yang rendah, sehingga anak akan mampu secara mandiri untuk melakukan

toilet training.

C. Saran

1. Bagi Ibu

a. Bagi ibu hendaknya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman akan

pengasuhan anak yang baik, yaitu pola demokratis sehingga keterlambatan

perkembangan anak khususnya dalam hal toilet training dapat diketahui

sedini mungkin dan dapat segera dikonsultasikan ke tenaga kesehatan

sehingga anak dapat tumbuh secara optimal sesuai dengan

perkembangannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Ibu hendaknya meningkatkan pengetahuan dan wawasan akan dampak

yang dapat ditimbulkan dari penggunaan diapers. Sehingga, dengan

meminimalisir penggunaan diapers, tingkat kesiapan toilet training anak

dapat diketahui secara dini.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Bagi tenaga kesehatan supaya dapat mensosialisasikan kepada masyarakat

tentang tata cara melatih anak usia toddler supaya siap melakukan toilet

training secara mandiri sesuai dengan usia perkembangannya dan

menginformasikan kepada orang tua bagaimana cara pengasuhan yang baik

dalam mendidik anak-anaknya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pijakan awal

untuk melaksanakan penelitian dengan melibatkan variabel-variabel lain yang

dapat mempengaruhi tingkat kesiapan toilet training anak usia toddler.

commit to user

You might also like