You are on page 1of 5

STRUKTUR WACANA HUMOR SASTRA LISAN MADIHIN BANJAR

Siti Faridah, Universitas Achmad Yani Banjarmasin Jl. A.Yani Km. 5,5 Komplek Stadion
Lambung Mangkurat Banjarmasin, Kalimantan Selatan 70235, Indonesia email:
ridas334@yahoo.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini pertama mengidentifikasi struktur makro wacana humor sastra lisan
madihin banjar. Kedua, mengidentifikasi superstruktur yang berhubungan dengan wacana humor
sastra lisan madihin banjar. Ketiga mendeskripsi struktur mikro wacana humor sastra lisan
madihin banjar. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan pragmatik untuk
menganalisis wacana mempertimbangkan gejala kebahasaan yang bersifat progresif. Pendekatan
kedua menggunakan penelitian secara metodologis yang terbagi menjadi dua, yaitu pendekatan
kualitatif dan deskriptif. Data dalam penelitian ini berupa penggalan tuturan yang terdapat dalam
pertunjukkan sastra lisan madihin banjar. Penggalan tersebut diambil dari tuturan pemadihinan
Jhon Tralala dan Hendra yang mengandung humor selama proses berlangsungnya pertunjukkan
sastra lisan madihin banjar. Teknik pengumpulan data menggunakan simak, rekam, catat
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Uji keabsahan data menggunakan teknik triangulasi
sumber. Teknik analisis data menggunakan metode analisis data. Penyajian data menggunakan
metode informal.

Kata Kunci: Struktur, Wacana, Humor, Sastra Lisan.

PENDAHULUAN

Wacana adalah satu peristiwa yang terstruktur diwujudkan di dalam perilaku linguistik (bahasa)
atau lainnya (Edmonson, 1981: 4). Dalam pengertian ini, wacana identik dengan teks yang
terikat oleh peristiwa terstruktur. Teks ini merupakan urut-urutan ekspresi linguistik yang
terstruktur membentuk keseluruhan yang padu atau uniter. Segers (2000: 25) mendefinisikan teks
sastra sebagai seperangkat tanda-tanda verbal yang eksplisit, terbatas, dan terstruktur serta
fungsi estetisnya dirasakan dominan oleh pembaca.wacana (teks dianggap sebagai salah satu
istilah umum dalam contoh pemakaian bahasa, yakni bahasa yang dihasilkan oleh tindak
komunikasi (Richard, dkk., 1989). Di lain pihak, wacana (teks) merupakan rekaman kebahasaan
yang utuh tentang peristiwa komunikasi. Komunikasi dapat menggunakan bahasa lisan dan daapt
pula menggunakan bahasa tulis. Apapun bentuknya, wacana (teks) mengasumsikan adanya
penyapa (addressor) dan pesapa (addressee). Dalam wacana lisan, penyapa adalah pembicara,
sedangkan pesapa adalah pendengar. Dalam wacana tulis (yang bisa disebut teks), penyapa
adalah penulis, sedangkan pesapa adalah pembaca (Sudarma, 1994: 4).

Wacana mempelajari bahasa dalam pemakaian, jadi bersifat pragmatik (Samsuri, 1997/1998: 1).
Pemahaman wacana lebih dititikberatkan pada hasil, baik dalam wujud lisan maupun tulis.
1
Dalam pemahaman wacana dipertimbangkan hubungan antara pembicara-penyimak (masyarakat
tutur) atau penulis-pembaca (masyarakat wacana).

Humor merupakan salahsatu jenis wacana. Humor merupakan suatu permainan. Manusia sebagai
homo ludens manusia gemar bermain. Bagi orang dewasa bermain adalah rekreasi, tetapi bagi
anak-anak adalah sebagian dari proses belajar (Allan dalam Wijana, 2003:3). Selain itu menurut
Noerhadi (dalam Rustono, 1993:3) wacana humor dapat menyalurkan kritik sosial terhadap
segala bentuk ketimpangan yang terjadi di masyarakat. berdasarkan peran humor tersebut,
tuturan atau percakapan sebagai tindak komunikasi yang dapat menjadi alat psikoterapi bagi
masyarakat yang sedang mengalami proses perubahan. Dilihat dari isinya, wacana humor
biasanya banyak menceritakan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu
contoh adalah wacana humor dalam madihin Banjar yang bertujuan untuk menghibur dan untuk
memberikan sindiran atau kritikan kepada pemerintah dengan menggunakan bahasa humor agar
mudah diterima dan dipahami. Fungsi humor selain untuk menyampaikan rasa senang, marah,
jengkel, dan simpati. Humor dapat pula mengurangi ketegangan dalam diri. Sukrani (1994:6)
berpendapat bahwa madihin merupakan karya sastra dipentaskan mempunyai fungsi sebagai
penyajian estetis yang dinikmati penonton. Madihin sering dipentaskan diberbagai acara
masyarakat seperti acara keagamaan, acara adat, acara perkawinan, acara menyambut tamu
kehormatan, acara hari jadi daerah, acara kenegaraan, dan acara-acara meriah lainnya. Kalimat
tutur dalam syair dan pantun berbahasa Banjar yang dipentaskan dalam Madihin kaya humor
yang tujuannya memberikan hiburan sekaligus nasihat.

Berdasarkan kutipan yang telah dijelaskan mengenai wacana humor tersebut maka pada
penelitian ini peneliti hendak memaparkan hasil penelitiannya berupa struktur wacana humor
sastra lisan madihin banjar.

KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka yang digunakan dalam penelitian ini pertama oleh Pradopo et al (1987)
melakukan penelitian humor dengan pendekatan semiotik. Dalam penelitiannya mengenai
Humor yang terdapat di dalam Karya Sastra Jawa, Pradopo et al (1987) membagi humor
menjadi tiga jenis, yaitu humor yang berfungsi sebagai kode bahasa, humor yang berfungsi
sebagai kode sastra, dan humor yang berfungsi sebagai kode budaya. Kedua oleh Wijaya (1995)
berjudul Wacana Kartun dalam Bahasa Indonesia dikemukakan (1) penyimpangan aspek
pragmatik dalam wacana kartun bahasa Indonesia, (2) pemanfaatan aspek-aspek kebahasaan
dalam wacana kartun bahasa Indonesia, dan (3) tipe-tipe wacana kartun bahasa Indonesia. Secara
spesifik, Wijana mendeskripsikan wacana humor bahasa Indonesia yang berupa kartun yang
wujudnya visual dan menggunakan bahasa tulis. Ketiga oleh Rustono (1998) dalam disertasinya
berjudul Implikatur Percakapan sebagai Penunjang Pengungkapan Humor di dalam Wacana
Humor Verbal Lisan Berbahasa Indonesia. Hasil penelitian mendeskripsikan pelanggaran

2
prinsip percakapan, baik prinsip kerjasama maupun prinsip kesantunan sebagai penyebab
timbulnya implikatur percakapan sebagai pengungkap humor.

METODE

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan pragmatik untuk menganalisis wacana


mempertimbangkan gejala kebahasaan yang bersifat progresif. Pendekatan kedua menggunakan
penelitian secara metodologis yang terbagi menjadi dua, yaitu pendekatan kualitatif dan
deskriptif. Data dalam penelitian ini berupa penggalan tuturan yang terdapat dalam pertunjukkan
sastra lisan madihin banjar. Penggalan tersebut diambil dari tuturan pemadihinan Jhon Tralala
dan Hendra yang mengandung humor selama proses berlangsungnya pertunjukkan sastra lisan
madihin banjar. Teknik pengumpulan data menggunakan simak, rekam, catat observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Uji keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber.
Teknik analisis data menggunakan metode analisis data. Penyajian data menggunakan metode
informal.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Struktur Makro Wacana Humor Sastra Lisan Madihin Banjar

Tema tema yang secara umum disajikan dalam humor madihin banjar bersifat mengkritik
pemerintah dan para pejabat yang ada didalamnya. Kritikan ini disajikan dengan menggunakan
humor sehingga terkesan sebagai lelucon namun memiliki makna didalamnya.

Kalau begawi di instansi pemerintah anang ini pasti banyak masalah


kalau kerja kantoran Anang ini pasti banyak masalah
Karena penampilan kawa ditangguh sudah
sebab penampilan mudah ditebak
Kada kawa jadi pejabat tinggi tetap belalawasan jadi pejabat rendah
tidak bisa jadi pejabat tinggi tetapi selamanya jadi pejabat rendah
Jangan didangar panderan betiga
jangan di dengar omongan mereka
Sakahandak menyambati unda
sesuka hati menghina saya
Biar awak endek tapi raja gaya
biar badan pendek tapi baik penampilan
Banyak gadis yang tergila gila
(cuplikan dari lirik madihin Banjar) https://www.youtube.com/watch?v=IRq1HG4ulYs
Superstruktur yang Berhubungan dengan Wacana Humor Sastra Lisan Madihin Banjar

Struktur skema atau bentuk pada wacana humor madihin banjar dari awal dimulai dengan sapaan
yang diberikan kepada oranglain dan memberikan penjelasan secara singkat mengenai cerita
yang akan disampaikan. Bagian kedua yaitu bagian tengah berisi tentang ungkapan-ungkapan
yang berisi kritikan, lelucon, dan cerita ini mengenai permasalahan yang terjadi di lingkungan
3
masyarakat. bagian akhir merupakan penutup yang diilustrasikan sebagai simpulan mengenai
cerita yang sudah disampaikan dari sejak awal sampai akhir.

John)Assalamualakum ini saya sampaikan


(Said) Walaikumsalam saya beri jawaban
(John)
Salam sejahtera untuk kita sekalian
Hari ini anda menyaksikan
Kesenian madihin Kalimantan selatan
kesenian madihin di kalimnatan Selatan
Di taman budaya acara keresminan
di taman budaya acara kesnian
Kami madihin anda mandangarkan
kami yang bermadihin kalian yang mendengarkan
Supaya meriah ayo batapuk tangan
agar meriah ayo bertepuk tangan
(cuplikan dari lirik madihin Banjar)

Berdasarkan struktur makna yang terdapat dalam cerita atau lirik dari wacana humor madihin
banjar diungkapkan sejak awal bahwa alur yang terjadi dalam wacana menggunakan alur maju,
alur mundur, dan alur maju mundur. Hal ini dibuktikan dengan cerita yang kadang dimulai dari
permasalahan, perkenalan, dan diakhiri dengan penyelesaian. Namun terkadang cerita
menggunakan alur yang berbeda-beda hal ini disebabkan nuansa lirik yang apabila dipentaskan
dalam satu acara dipentaskan berkali-kali maka ada ilustrasi yang digunakan secara berbeda-
beda.

Struktur Mikro Wacana Humor Sastra Lisan Madihin Banjar

Pilihan kalimat yang dipergunakan dalam wacana humor madihin banjar menggunkan jenis
kalimat ajakan persuasif dan jga menggunakan kalimat luas rapatan keterangan. dua jenis
kalimat ini sering dipergunakan dalam wacana madihin banjar. Nilai-nilai religius, nilai filosofi,
nilai etis, dan nilai estetis terdapat dalam wacana madihin banjar dengan ditemukannya pesan-
pesan yang hendak disampaikan oleh penyair kepada penikmatnya baik secara tersirat maupun
tersurat. Kata-kata yang disampaikannya cenderung menggunakan kata yang bermajas dan tidak
jarang pula menggunakan kata yang lugas yang mudah dicerna oleh penikmat madihin banjar.

Para undangan juga para penonton


para undangan sekalian
(cuplikan dari lirik madihin Banjar)

SIMPULAN

Wacana humor yang ada dikalangan masyarakat pada hal ini sastra lisan madihin banjar
merupakan salahsatu hasil kreasi masyarakat yang mampu menjadi kreasi budaya yang menarik
4
dan penting untuk dilestarikan. Fungsi humor sebagai penyampaian keadaan berupa rasa senang,
sedih, marah, dan lain sebagainya penting untuk dikemukakan secara umum karena dengan
humor maka suasana yang sebelumnya tidak kondusif akan berubah menjadi suasana yang
terkesan akrab dan mampu membuat kenyamanan pada penikmatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Rustono. 1998. Implikatur Percakapan sebagai Penunjang Pengungkapan Humor di dalam


Wacana Humor Verbal Lisan Berbahasa Indonesia. Disertasi UI: Jakarta.

Wijana, I Dewa Putu. 1995. Wacana Kartun dalam Bahasa Indonesia. Disertasi. Yogyakarta:
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.

Wijana, I Dewa Putu. 2003. Kartun: Permainan Bahasa. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukrani, Maswan. 1994. Deskripsi Madihin. Banjarmasin: Kanwil Departemen.

Segers, R.T. 2000. Evaluasi Teks Sastra. Terjemahan Suminto S. Sayuti. Yogyakarta: Adicita.

You might also like