You are on page 1of 4

BAB I

KRONOLOGIS KASUS

1. Kronologis Kasus Pencurian kulonprogo terjadi di Sentolo. Sebuah sepeda motor raib
saat diparkir di garasi
Harianjogja.com, KULONPROGO-Pencurian motor kembali terjadi, kali ini
menimpa Sarjiya, 46, warga Pedukuhan Klumutan, Desa Srikayangan, Kecamatan
Sentolo.
Saat sedang terlelap, sepeda motor Honda Supra X AB 5236 RC berwarna hitam
yang diparkir di garasi rumah raib. Akibat peristiwa ini, korban mengalami kerugian Rp7
juta.
Peristiwa itu bermula saat korban setelah bepergian memarkir sepeda motor di
garasi rumah seperti biasa, Senin (9/3/2015) pukul 19.00 WIB. Sekiatar pukul 23.00
WIB, motor tersebut dipastikan masih berada di garasi rumah.
Ketika ia hendak menggunakan sepeda motor keesokan harinya, kendaraan roda
dua tersebut sudah tidak berada di tempatnya.
Saya sempat meminta tolong untuk mencarikan di sekitar lingkungan rumah,
tetapi tidak ditemukan, tutur Sarjiya dalam laporan kepada polisi. Ia pun memutuskan
untuk melaporkan kejadian tersebut kepada polisi.
Kasubag Humas Polres Kulonprogo AKP Slamet membenarkan terjadi
pencurian kendaraan bermotor di Sentolo. Dugaan sementara, katanya, pelaku
mengambil sepeda motor dengan mencongkel jendela belakang rumah. Saat ini, kasus
masih dalam penyelidikan, tandasnya.

Sumber: http://jogja.solopos.com/baca/2015/03/14/pencurian-kulonprogo-diparkir-
di-garasi-motor-warga-sentolo-raib-584885

1
BAB II
ANALISA KASUS

2.1. Menentukan Locus Delicty


1. Teori Perbuatan materil/perbuatan jasmaniyah: Delik formilnya adalah Berdasarkan
analisis mengenai keberlakuan hukum pidana, digunakan dua dasar yaitu waktu
(Tempus delicti) dan tempat (Locus delicti). Kedua hal ini penting digunakan untuk
menentukan keterlanjutan kasus. Berdasarkan kasus di atas, sudah jelas kedua
keberlakuan kasus di atas walaupun belum akurat. Berdasarkan waktu, kejadian
terjadi antara hari Senin tanggal 9 Maret 2015 dan hari Selasa tanggal 10 Maret 2015
di antara waktu 23.00 WIB sampai pagi hari. Sementara untuk tempat adalah
kediaman pak Sarjiya di pedukuhan Klumutan, desa Srikayangan, kecamatan
Sentolo, kabupaten Kulonprogo, provinsi DI Yogyakarta. Maka Pengadilan yang
kompeten menangani kasus ini adalah pengadilan Kulonprogo, Yogyakarta.
2. Teori Akibat: delik materiil yang berfokus pada akibat yang timbul yaitu sadar akan
kehilangan barang.

2.2. Menentukan Sebab dari Suatu Akibat


1. Teori Ekivalensi
Berdasarkan teori ini sebab yang menimbulkan akibat dapat dijabarkan sebagai
berikut:
a. kasus di atas termasuk terjadi secara aktif dan karena terlihat dengan unsur
kesengajaan karena ada tindakan pencongkelan dan tindakan di lakukan malam
hari.
b. Selain itu, kasus di atas dapat dilaporkan siapa saja.
c. Sementara berdasarkan bentuk kesalahan pada kasus di atas adalah dolus atau
kesengajaan dan hal ini pula sudah jelas berdasarkan penjelasan di atas.
d. Untuk ajaran kausalitas, pada kasus ini kasualitas dapat dipakai karena kasus di
atas adalah delik materiil dan berdasarkan teori-teori yang ada, sudah jelas siapa
yang dapat diminta pertanggungjawaban yaitu pelaku apabila sudah tertangkap
dan terdapat bukti lengkap.

2
BAB III
PASAL YANG TERKAIT

Berdasarkan kasus yang tertera di atas, kita dengan jelas dapat melihat kasus
tersebut sebagai sebuah peristiwa hukum dalam ruang lingkup hukum pidana dengan
tindak pidana pencurian berat. Pencurian sendiri adalah tindak pidana yang merupakan
bagian dari kejahatan yang diatur di dalam KUHP. Maka pelaku akan terjerat dengan
pasal-pasal dalam KUHP dan harus mengikuti prosedur-prosedur dalam pengadilan.
Ketika pengadilan dalam ruang lingkup hukum pidana dilaksanakan, pelaku akan
berhadapan dengan negara sebagai penuntut yang diwakili oleh jaksa penuntut.
Melihat kasus di atas, pelaku dalam kasus di atas dapat dijerat dengan pasal
362 KUHP tentang Pencurian. Pasal 362 KUHP yang berbunyi, Barangsiapa mengambil
barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud
untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara
paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah. Selain
pasal 362, dapat dilapis dengan pasal 363 KUHP karena terjadi pada malam hari dan
mencongkel jendela sehingga tindakan pelaku menjadi tindak pidana pencurian berat.
Pasal 362 memiliki lima unsur pembuktian. Kelima unsur yang terdapat dalam
pasal 362 antara lain, barangsiapa, mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya
atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki, dan secara
melawan hukum. Sementara dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana
denda paling banyak sembilan ratus rupiah itu bukan unsur pembuktian.
Unsur barangsiapa itu adalah sebuah pembuktian bahwa pelaku adalah
subyek hukum (siapa saja setiap orang). Dalam kasus ini sudah terbukti bahwa pelaku
adalah seorang manusia (natuurlijk person) dengan adanya tindakan pencongkelan
jendela. Tentang pertanggung jawaban, hal itu belum dapat dipastikan karena belum
tertangkapnya pelaku kejahatan.
Unsur mengambil barang sesuatu adalah pembuktian bahwa adanya
perpindahan suatu barang. Perpindahan suatu barang yang dimaksud di sini adalah
berpindahnya suatu barang ke dalam kekuasaan seseorang tanpa ada pindah kuasa dari
pemilik. Dalam kasus ini juga sudah terbukti karena ada barang berupa motor Honda
Supra X bernomor AB 5236 RC dan berwarna hitam yang berpindah ke dalam kekuasaan
seseorang atau pelaku dan hal ini dilakukan tanpa ada pindah kuasa (izin atau
sepengetahuan) dari pemilik motor.
Unsur yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain adalah
pembuktian bahwa barang sesuatu tersebut bukan sepenuhnya milik pengambil. Dalam

3
kasus ini juga sudah jelas bahwa motor adalah milik bapak Sarjiya dan bukan milik
pengambil atau pelaku. Pembuktian ini akan lebih jelas dengan melihat kelengkapan
surat-surat milik bapak Sarjiya akan motor tersebut.
Unsur dengan maksud untuk dimiliki adalah pembuktian bahwa adanya niat
untuk dimiliki oleh pelaku. Dimiliki yang dimaksud di sini adalah dapat dia gunakan
seolah barang tersebut milik sendiri. Sehingga dia dapat melakukan apa saja terhadap
motor tersebut, baik itu menggunakannya atau menjualnya ke penadah.
Unsur secara melawan hukum adalah pembuktian bahwa terjadi suatu
peritiwa pidana tanpa menghiraukan hak orang lain, hukum positif, dan kewajaran.
Dalam kasus ini juga sudah jelas bahwa dia tidak menghiraukan hak orang lain yaitu
pemilik motor bapak Sarjiya. Pelaku tidak menghiraukan hukum positif yaitu KUHP,
UU, dan tidak ada surat-surat berkekuatan hukum untuk mengambil motor tersebut. Serta
tidak menghiraukan kewajaran seperti meminta izin dan sebagiannya.
Pada pasal 363 KUHP terdapat dua ayat dan pada ayat pertama terdapat lima
sub pembuktian. Pelaku telah memenuhi dua dari lima sub pembuktian itu, antara lain
sub ke-3 yang berbunyi pencurian di waktu malam dalam sebuah rumah atau
pekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada disitu tidak
diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak dan sub ke-5 yang berbunyi
pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan, atau untuk sampai pada
barang yang diambil, dilakukan dengan merusak, memotong atau memanjat, atau dengan
memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu. Untuk kedua sub
ini dirasa sudah jelas sehingga tidak dibutuhkan penjelasan yang lebih.

You might also like