You are on page 1of 5

Penyebab Gizi Buruk

Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk. Menurut UNICEF ada dua
penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu :

1. Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan
yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan
karena alasan sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan.
2. Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan oleh
rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan
secara baik.

Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu:

1. Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat


2. Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak
3. Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai.

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi buruk pada balita,
yaitu:

1. Keluarga miskin
2. Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak
3. Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran
pernapasan dan diare.

Pencegahan Gizi Buruk


Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak

1. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu,
anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang
sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
2. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak,
vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari
total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu.
Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai,
segera konsultasikan hal itu ke dokter.
4. Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada
petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
5. Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang
tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa
diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan
energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan
dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi
bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun,
biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan
muncul masalah intelegensia di kemudian hari.

Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk. Menurut UNICEF ada dua penyebab
langsung terjadinya gizi buruk, yaitu : (1) Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan
terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang
dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan. (2) Akibat terjadinya penyakit yang
mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak
bisa menyerap zat-zat makanan secara baik. Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi
buruk yaitu: (1) Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat; (2)
Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak; (3) Pengelolaan yang
buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI),
ada 3 faktor penyebab gizi buruk pada balita, yaitu: (1) Keluarga miskin; (2) Ketidaktahuan orang tua
atas pemberian gizi yang baik bagi anak; (3) Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung,
TBC, HIV/AIDS, saluran pernapasan dan diare.
Penyebab gizi buruk

Banyak faktor yang bisa mengakibatkan gangguan nitrisi pada anak seperti pola makan anak
dan kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian jenis makanan yang seimbang, bisa juga
karena adanya penyakit atau kondisi tertentu yang menyebabkan tubuh tidak mampu
mencerna dan menyerap makanan secara sempurna.

Contohnya pada penderita penyakit cystic fibrosis yang mempengaruhi pankreas dalam
memproduksi enzim yang dibutuhkan untuk pencernaan dan penyerapan makanan. Dan pada
penderita intoleransi laktosa

Selain itu faktor-faktor yang berhubungan dengan malnutrisi yaitu Kemiskinan, bencana
alam, dan politik dan peperangan sehingga mencetus kelaparan seperti yang terjadi di negara-
negara afrika beberapa tahun terakhir.

Penanganan Gizi Buruk pada anak

Untuk menangani kasus malnutrisi yang terjadi pada anak dibutuhkan perhatian khusus dari
keluarga dan harus adanya kerjasama yang terpadu dan konfrehensif antara orang tua dan
petugas kesehatan. Pemeriksaan kesehatan yang harus dilakukan dokter dalam mendiagnosa
Gizi buruk pada anak mencakup:

Pemeriksaan berat badan dan tinggi badan anak untuk menentukan Body Massa Index,
pemeriksaan darah dan pemiriksaan X-ray untuk mengetahui ada atau tidak nya kelainan-
kelainan pada organ tubuh dan kondisi penyakit tertentu yang mungkin berpengaruh terhadap
asupan nutrisi pada anak.

Kemudian setelah itu dianjurkan untuk konsultasi pada ahli gizi tentang pengaturan pada pola
makan, termasuk pada jenis serta jumlah makanan tertentu untuk mencukupi kebutuhan gizi
anak. Kemungkinan juga akan diberikan vitamin dan berbagai suplemen tertentu.

Namun Apabila dari pemeriksaan dokter diketahui penyebab gizi buruk pada anak karena
penyakit dan kondisi medis tertentu maka dibutuhkan terapi lanjutan lainnya. Baca juga
artikel tentang jenis-jenis gangguan penglihatan pada anak.
Busung lapar atau honger oedema disebabkan cara bersama atau salah satu dari simtoma
marasmus dan kwashiorkor adalah sebuah fenomena penyakit di Indonesia bisa diakibatkan
karena kekurangan protein kronis pada anak-anak yang sering disebabkan beberapa hal,
antara lain anak tidak cukup mendapat makanan bergizi, anak tidak mendapat asuhan gizi
yang memadai dan anak mungkin menderita infeksi penyakit.

Penyebab terjadinya sakit busung lapar pada anak-anak antara lain, tidak tercukupinya
makanan bergizi, kemungkinan anak menderita penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri
atau virus, keadaan ekonomi keluarga yang kurang mampu, dan bencana alam yang terjadi di
sekitarnya.

Cara mengobati penyakit busung lapar harus kepada akar permasalahnnya, dimana tindakan
preventif yang harus dilakuikan melalui, peran keluarga, masyarakat, dan khususnya pemerintah,
semuanya merupakan peran penting untuk menanggulangi penyakit busung lapar, agar tidak terjadi
kekurangan gizi.

Busung lapar disebabkan oleh keadaankurang gizi karena rendahnya konsumsi energi dan protein
dalam makanan sehari-hari mereka sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG). Keadaan
kurang gizi itu biasa disebut dengan kurang energi protein (KEP). Setiap individu tidak akan memiliki
metabolisme yang normal apabila kebutuhan kalori (energi)-nya tidak terpenuhi. Sumber energi
manusia adalah zat-zat gizi sumber energi seperti hidrat arang, lemak, dan protein. Kekurangan
protein juga akan menurunkan imunitas terhadap penyakit infeksi. Sumber protein utama dari
makanan adalah daging, ikan, telur, tahu, tempe, susu, dan lain-lain (umumnya lauk-pauk). Karena
sistem imunitas tubuh itu sangat bergantung pada tersedianya protein yang cukup maka anak-anak
yang mengalami kurang protein mudah terserang infeksi seperti diare, infeksi saluran pernapasan,
TBC, polio, dan lain-lain.

Kurang energi protein dapat dikategorikan dalam tiga jenis yaitu ringan, sedang, dan berat. Busung
lapar terjadi karena KEP berat atau gizi buruk. Seorang balita dikatakan mengalami KEP berat atau
gizi buruk apabila berat badan menurut umur kurang dari 60% baku median WHO-NCHS ( Nutrition
Child Health Statistic). Atau berat badan menurut tinggi badan kurang dari 70% baku median WHO-
NCHS.

Defisiensi nutrisi mikro yang sering menyertai KEP berat atau gizi buruk adalah xerophthalmia
(defisiensi vitamin A), anemia (defisiensi Fe, Cu, vitamin B12, asam folat) dan stomatitis (vitamin B,
C).
Busung lapar atau honger oedema disebabkan cara bersama atau salah satu dari simtoma
marasmus dan kwashiorkor adalah sebuah fenomena penyakit di Indonesia bisa diakibatkan karena
kekurangan protein kronis pada anak-anak yang sering disebabkan beberapa hal, antara lain anak
tidak cukup mendapat makanan bergizi, anak tidak mendapat asuhan gizi yang memadai dan anak
mungkin menderita infeksi penyakit.

Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan makanan yang bergizi pada anak berupa sayur
mayur, buah-buahan, makanan yang mengandung karbohidrat (seperti nasi, kentang, jagung),
makanan yang mengandung protein (telur, ikan ,daging) dll, kemudian dianjurkan pemberian air
susu ibu (ASI) bagi anak berusia dari 0 bulan sampai dengan 24 bulan.

You might also like