You are on page 1of 26

http://jendela-fantasi.blogspot.

com/

Sebelas
MATA yang tidak simpatik itu menatapnya dari
atas ke bawah, dan membuatnya merasa bahwa ia ha-
rus mandi setelah itu dengan air yang sepanas-panas
nya. Ia tidak ingin laki-laki itu tahu seberapa takutnya
ia saat itu. Dan itu merupakan satu-satunya alasan
baginya untuk menahan dirinya agar ia tidak sampai
berteriak.
Rupanya keadaanmu baik-baik, ujar laki-laki
itu sambil menatap matanya.
Kau tidak, sahut Arden dalam suara datar. Ia
sedikit tertegun dari mana tiba-tiba ia memperoleh ke
beranian itu. Tapi ia segera tahu jawabannya. Ia mem-
perolehnya dari cinta yang diterimanya dari Drew
serta kebahagiaan yang ditemukannya bersamanya.
Ron Lowery mengejapkan matanya, untuk sesa-
at sedikit bingung menghadapi keketusan Arden yang
tidak seperti biasanya. Ketika ia tersenyum, kesannya
sama sekali tidak ramah. Ya. Rupanya aku memang
tidak seberuntung Anda, Mrs. McCasslin.
Arden menurunkan Matt, yang terus menggeliat
geliut dalam gendongannya, di trotoar pelataran par-
kir itu. Anak itu tidak peduli pada apa yang sedang
dipercakapkan dan merasa lebih tertarik pada tombol
kuning dari metal yang menandai ruas tempat parkir
di muka mobil mereka. Arden hanya memastikan bah-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
wa ia betul-betul berada di luar jangkauan Ron.
Jangan salahkan aku atau siapa pun mengenai
apa yang menimpa dirimu, Ron. Kau memiliki segala
yang kauperlukan untuk meraih keberhasilan. Semua
tersaji untukmu di atas sebuah nampan perak. Atau
harus kukatakan kau dapat memperolehnya melalui
sebentuk cincin kawin dari emas? Kalau kau menyia-
nyiakan itu semua, maka kau tidak berhak menyalah-
kan siapa-siapa kecuali dirimu sendiri.
Dengan tinju terkepal Ron melangkah maju. Ja-
ngan sok dulu. Aku bisa meruntuhkan duniamu hanya
dengan menjentikan jariku, Mrs. McCasslin. Bagaima-
na cara kau menemukannya?
Arden memutuskan bahwa satu-satunya senjata
yang dimilikinya adalah tidak membeberkan apa-apa
padanya. Ia mengangkat dagunya. Aku tidak menger-
ti maksudmu.
Dengan kasar ia mencekal lengan atas Arden un
tuk ditarik ke dekatnya. Bagaimana cara kau mene-
mukan McCasslin? Dan jangan pikir bahwa aku begitu
bodoh untuk percaya bahwa secara kebetulan sekali
kau menjadi pengantinnya.
Arden menelan ludahnya dan mengernyitkan
wajahnya menahan sakit yang terasa di lengannya. Ia
sedang melihat sisi pembawaan Ron yang sebetulnya
ia tahu, namun tidak pernah mau ia akui. Ron bisa ber
laku kasar dan kejam kalau ia sudah bertekad untuk
memperoleh apa yang ia inginkan.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Hanya dengan menarik kesimpulan dari fakta-
fakta yang ada, sahut Arden begitu Ron melepaskan
cekalannya. Aku melihat dia dan istrinya pada pagi
mereka meninggalkan rumah sakit itu.
Oke, selamat. Ternyata kau cerdik. Ia menoleh
ke arah Matt dengan cara yang membuat bulu kuduk
Arden berdiri. Anak yang manis. Tidak percuma aku
bersusah payah.
Perasaan mual melanda diri Arden, dan ia mera-
sa seakan sebentar lagi ia akan jatuh pingsan. Namun
di luar dugaannya ia mendapatkan bahwa ia masih
tetap dalam keadaan berdiri. K-kau?
Ron tertawa. Nadanya sama sekali tidak menye-
nangkan. Kenapa, Mrs. McCasslin? Kau khawatir bah-
wa semua yang telah kaulakukan itu ternyata sia-sia?
Kau khawatir bahwa telah menikahi orang yang sa-
lah? Hmmm?
Ucapannya membuat Arden semakin mual.
Apakah Matt anak Drew? tanyanya dalam nada me-
mohon.
Ia menatap Arden dengan cara seekor rubah
yang betul-betul menikmati sepenuhnya efek ucapan-
nya atas dirinya. Semennya memang dari dia. Tapi
sebagaimana kau tentunya ingat, aku yang kerja.
Arden merasa begitu lega, sehingga ia segera
menyandarkan tubuhnya di badan mobilnya. Baru
setelah beberapa saat rasa berat di kepalanya mereda.
Namun mulutnya masih terasa getir dan perutnya ma-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
sih mual. Orang ini memang sakit.
Sebetulnya kau telah melakukan sesuatu yang
baik sekali untukku dengan menikahi McCasslin, ujar
nya sambil menjentikkan kukunya seakan ada kotor-
annya. Atau mungkin memang ada kotorannya.
Arden bertekad untuk tidak melayaninya de-
ngan menanyakan alasannya. Karena itu ia hanya me-
natapnya saja.
Aku baru saja melewati masa-masa yang sulit
sekali, Arden. Aku tahu bahwa kau akan sedih sekali
begitu kau tahu bahwa klinik yang dibangun ayahmu
dengan begitu penuh dedikasi sekarang sudah tidak
ada.
Aku sudah melupakannya begitu aku mening-
galkan dirimu, sahut Arden. Klinik itu sudah bukan
milik ayahku.
Oke, sahutnya sambil mengangkat bahunya,
klinik itu memang sudah tidak ada. Dan masalah ini
membawa kita ke pertemuan yang menyenangkan
ini. Ia memajukan tubuhnya, lalu berbisik, Kau akan
membantuku menebus sebagian dari kerugian-kerugi
anku.
Kau gila. Meludahimu saja kalau kau terbakar,
aku tidak mau. Dan pertemuan yang kausebut menye-
nangkan ini, baru saja berakhir. Jangan ganggu aku
lagi. Arden membungkuk untuk mengangkat Matt, ke
mudian secara otomatis menepiskan debu dari lutut si
bocah. Sesudah itu ia membuka pintu mobilnya, lalu
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
memasukkan anaknya di dalamnya, tanpa memeduli-
kan protesnya.
Tunggu dulu ujar Ron sambil mencekal lengan
nya sebelum ia sempat masuk ke dalam mobilnya. Ba
gaimana pendapatmu kalau aku mengunjungi suami
barumu? Arden berhenti dan menahan napas semen-
tara matanya menatap laki-laki itu. Kau meremehkan
ku. Tapi ingat bahwa dia dan istrinya yang mandul itu
menganggap aku semacam dewa. Ia akan senang un-
tuk bertemu denganku. Bagaimana kalau aku ngobrol-
ngobrol sebentar dengannya?
Rasa panik melanda diri Arden, dan ia hanya da-
pat berharap bahwa mantan suaminya tidak tahu me-
ngenai hal itu. Namun dari sinar matanya, Arden meli-
hat bahwa ia toh tahu. Persis seperti yang kuduga,
desisnya, Mr. McCasslin tidak tahu siapa mantan sua-
mimu, bukan? Ia tidak tahu bahwa ia sudah menikahi
seorang pelacur yang mahal. Tarifnya lima puluh ribu
dolar. Ia tidak tahu itu, kan? Wah, menarik sekali. De-
ngan kasar ia mendorong Arden ke dalam bangku mo-
bil, sampai Arden terenyak sesaat di dalam mobilnya.
Aku akan menghubungimu lagi.
Nadanya seperti sebuah sumpah, sebuah ancam
an yang membuat seluruh anggota tubuh Arden lemas
saat ia mengemudikan mobilnya pulang.
***
Kau tidak suka daging scallopini?
Arden berhenti mengaduk-aduk makanan di pi-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
ringnya, dan tersenyum ke arah suaminya yang duduk
di seberangnya, yang memandangnya dengan cemas
dan tidak mengerti. Maaf, mungkin selera makanku
sedang agak kacau malam ini. Mereka sedang makan
berdua di salah satu restoran paling populer di Lahai-
na.
Mestinya kau bilang dari tadi. Kita kan bisa ke
tempat lain. Drew meraih tangannya dan meremas-
nya. Tatapannya betul-betul meluluhkan. Atau kita bi
sa tinggal di rumah, makan malam di kamar kita sen-
diri, dan sesudah itu benar-benar bersenang-senang.
Ungkapan di balik kata-katanya itu, kenangan
akan malam-malam seperti itu, cinta yang secara blak-
blakan terpancar dari dalam matanya itu, membuat
Arden merasa dirinya amat bersalah.
Sepanjang sore ia merasa cemas, takut melihat
ke belakang, khawatir kalau ia melihat Ron ada di situ,
mengintai dirinya. Ia betul-betul benci padanya. Ron
memang patut dibenci untuk ulahnya yang menghalal-
kan segala cara demi kepentingannya sendiri. Namun
apakah ia sendiri lebih baik daripadanya? Bukankah
ia telah memanipulasi Drew McCasslin dengan cara
yang sama sekali tidak terpuji? Kenapa tidak dari awal
ia mengungkapkan siapa dirinya sebenarnya? Dan me
ngapa masih begitu sulit baginya untuk menceritakan
yang sebenarnya kepadanya sekarang?
Jawaban untuk kedua pertanyaan yang terakhir
itu sama. Ia terlalu mencintai Drew. Begitu ia melihat
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Drew untuk pertama kalinya, buyarlah seluruh skena-
rionya. Ia masih tidak dapat mengungkapkan padanya
siapa dirinya sekarang, sama seperti pada hari perta-
ma Drew muncul di hadapannya dan mengatakan halo
kepadanya. Namun perasaan bersalah itu masih terus
juga menghantui dirinya. Perasaan itu menggerogoti
dirinya seperti penyakit kanker. Meskipun begitu ia ti-
dak mau dianggap sama culasnya seperti Ron Lowery.
Aku menyesal merusak malammu. Arden
menghela napas, dan berandai ia dapat menyusup ke
dalam pelukan Drew dan mendapatkan perlindungan
darinya.
Tidak sebuah malam pun rusak selama aku me-
lewatkannya bersamamu bisik Drew. Sebuah senyum
membayang di wajahnya yang tampan. Oke, mungkin
beberapa malam sebelum kita menikah, saat aku ingin
tidur bersamamu, tapi kau mengeluarkan semua dalih
yang ada untuk menolakku.
Arden tertawa meskipun hatinya masih galau.
Aku cuma mengikuti tata krama, sahutnya dalam na-
da manja.
Hh, tata krama. Aku berani bertaruh...
Suaranya menghilang saat pandangannya tertu-
ju kepada sesuatu di seberang ruangan itu.
Drew?
Baru setelah beberapa saat matanya kembali ter
alih ke Arden, meskipun ia tidak dapat langsung mem-
fokuskan perhatiannya kepadanya lagi. A-aku... apa?
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Oh, maaf. Kau bilang apa tadi?
Kau yang sedang mengatakan sesuatu, bukan
aku, sahut Arden sambil tertawa. Ia menoleh untuk
melihat apa yang membuat Drew begitu tertegun.
Tawanya langsung terhenti begitu ia melihat Ron
Lowery duduk sendirian di sebuah meja di sisi lain
ruangan itu, dengan santai menelusuri buku menu.
Keberadaannya di situ pasti tidak kebetulan. Arden
yakin itu.
Ia mengalihkan perhatiannya kembali kepada
Drew untuk memastikan apakah suaminya melihat
reaksinya, tapi Drew rupanya masih tertegun melihat
kehadiran Ron di situ. Kau kenal orang itu? tanya
Arden hati-hati.
Pada saat itulah Arden menyadari bahwa ia te-
lah memilih untuk tetap menyimpan rahasianya. Ia
baru saja melewatkan suatu kesempatan yang pas un-
tuk mengatakan, Drew, kurasa kau kenal mantan sua-
miku. Kau dan Ellie pernah menemuinya sekitar tiga
tahun lalu. Ia menemukan seorang ibu untuk mengan-
dung anakmu. Akulah wanita itu. Tapi nyatanya, ia
memilih jalan yang ia anggap paling aman. Ia belum
berani mempertaruhkan cinta Drew kepadanya. Rasa-
nya masih terlalu baru dan rapuh. Matt terlalu berarti
baginya. Ia tidak bisa mengambil risiko itu.
Ehm, ya, sahut Drew. Ia sedang memperhati-
kan Ron, yang sedang tertawa dengan seorang pela-
yan soal menu anggur. Apakah terdengar nada getir
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
dalam suaranya? Garis bibirnya menipis, yang Arden
tahu menunjukkan bahwa ia kurang senang mengenai
sesuatu. Rupanya ia tidak menghargai Ron setinggi
yang Ron sangka.
D-dia... dia... Ellie dan aku berkenalan dengan-
nya di suatu tempat. Ia pernah dekat sekali dengan
kami.
Begitu, sahut Arden, sambil meneguk air di-
nginnya.
Ia seorang dokter. Ia melakukan sesuatu bagi
kami, yang mana ia dibayar banyak sekali. Kemudian
ia mencoba untuk mendapat lebih banyak lagi dari
kami.
Arden merasa perutnya menjadi mulas, meski-
pun sedikit sekali yang ia makan. Rupanya setelah ia
melahirkan Matt, Ron meminta uang lagi kepada pasa-
ngan McCasslin. Apakah ia betul-betul tak punya eti-
ket? Masa ia mengharapkan kau membayar lebih
daripada yang ia minta sebelumnya? Arden sungguh-
sungguh berharap bahwa nada pertanyaannya itu
terdengar normal.
Menurutnya terjadi suatu komplikasi yang tadi
nya tidak ia antisipasi, sahut Drew sambil lalu, masih
sambil mengawasi Ron. Kemudian, seakan menyadari
bahwa ia telah mengatakan lebih daripada yang ia
inginkan, ia mengalihkan perhatiannya kepada Arden.
Senyumannya tampak dipaksakan. Kami membuat
suatu kesepakatan. Entah apa yang membawanya ke
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Maui sekarang ini. Liburan, tentunya.
Kukira begitu. Arden bertanya pada dirinya
bagaimana mungkin suaranya dapat terdengar begitu
normal padahal ia merasa ingin menjerit.
Kalau kau memang sedang tidak berselera me-
nyantap daging itu, kita pergi saja.
Oke. Aku sudah selesai.
Ya Tuhan, bagaimana mungkin ia dapat melewa
ti ini semua? tanyanya pada dirinya saat ia membiar-
kan Drew menggiringnya melewati deretan meja
menuju ke pintu. Untuk keluar mereka harus melalui
meja yang ditempati Ron. Arden merasa yakin bahwa
ia dengan sengaja mengikuti mereka ke restoran ini.
Ini memang khas caranya untuk menunjukkan pada
Arden seberapa seriusnya ia dengan acamannya. Ron
menginginkan sesuatu darinya, dan ia akan terus ber-
keras sampai ia memperolehnya. Dan Ron tahu bahwa
demi menjaga keutuhan hubungan Arden dengan
Drew dan Matt, mantan istrinya itu akan memenuhi
apa pun yang ia inginkan.
Ia memainkan skenarionya seperti dalam sebu-
ah kisah Barrymore. Ia benar-benar membuka mata-
nya lebar-lebar begitu melihat Drew, seakan pertemu-
an itu merupakan suatu kejutan yang menyenangkan.
Terhadap Arden, ia berlaku seolah-olah tidak menge-
nalnya sama sekali. Arden merasakan jantungnya ber-
debar-debar seperti seekor binatang yang panik di da-
lam perangkap, begitu ia mendengar, Drew McCass-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
lin! Menyenangkan sekali melihatmu kembali setelah
sekian lama.
Halo, Dr. Lowery. Apa kabar? sahut Drew
sopan.
Mereka berjabatan tangan. Kau kelihatan sehat,
Drew, ujar Ron dalam nada sok akrab. Liputan-liput
an mengenai dirimu di lembaran olahraga betul-betul
fantastis sekali belakangan ini. Tampangnya berubah
menjadi sedih, dan nada suaranya merendah ketika ia
menambahkan, Aku menyesal sekali mengenai istri-
mu. Bagaimana dengan anakmu?
Arden dapat merasakan ketegangan Drew saat
ia menahan dirinya, namun suaranya tetap datar saat
ia menjawab. Terima kasih untuk simpatimu. Matt su
dah berusia dua tahun sekarang. Ia bocah yang hebat.
Ah, bagus sekali.
Dan... Drew menarik Arden ke muka ...ini istri
ku, Arden. Sayang, ini Dr. Ron Lowery.
Terlintas dalam diri Arden bahwa para penga-
rang cerita sering menciptakan suasana yang penuh
humor untuk situasi-situasi seperti ini. Bagaimana
mungkin seseorang dapat menganggap ini lucu. Ironis
sekali. Ia merasa seakan ketegangan yang sepanjang
hari terus ia tahan-tahan sebentar lagi akan meledak.
Ia tidak yakin apakah ia akan tertawa terpingkal-ping
kal atau berteriak dengan histeris. Untungnya ia dapat
menguasai dirinya pada waktunya. Dr. Lowery, ujar-
nya. Namun tidak ada yang dapat memaksanya untuk
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
mengulurkan tangannya.
Mrs. McCasslin, sambut Ron dengan ramah.
Senyumnya yang kelihatan tulus membuat da-
rah Arden mendidih. Tidak ada yang lebih ia inginkan
saat itu selain membuka kedoknya. Namun itu juga
akan berarti membuka kedoknya sendiri.
Kedua laki-laki itu berbasa-basi. Ron mengung-
kapkan bahwa ia sedang berlibur di pulau itu selama
beberapa minggu, dan Drew menyatakan harapannya
semoga ia senang. Entah bagaimana Arden masih da-
pat menahan dirinya, meskipun senyum di bibirnya,
yang terasa begitu hambar, membuatnya khawatir
wajahnya akan retak seperti sebuah piring porselen
kalau ia memaksakannya lebih lama lagi.
Menyenangkan sekali bisa bertemu Anda lagi,
ujar Ron dengan manis saat Drew menggiring Arden
menuju ke pintu.
Sarna-sama. Selamat berlibur, sahut Drew
sambil berlalu.
Begitu mereka berada di dalam mobil, Drew me
nyalakan mesin, namun ia tidak langsung memindah-
kan persenelingnya. Untuk sesaat ia cuma memanda-
ngi hiasan di ujung kap kendaraannya. Ada yang ti-
dak beres? tanya Arden.
Tidak. Cuma... Suara Drew menghilang, semen
tara Arden cuma bisa duduk dengan kaku di sebelah-
nya. Dr. Lowery pernah melakukan sesuatu untuk
Ellie dan aku. Aku pernah menceritakan padamu bah-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
wa Ellie mempunyai masalah. Dia... ehm, dia membuat
kehadiran Matt menjadi mungkin. Aku harus berteri-
ma kasih padanya untuk anakku. Tapi. sial, aku tidak
dapat menjelaskan padamu, Arden.
Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, seakan de-
ngan begitu pikirannya yang kacau akan lurus kemba-
li. Bukan hanya soal tuntutannya untuk mendapat
uang lagi sebetulnya. Sesuatu mengenai dirinya meng-
ganggu perasaanku, membuatku cemas untuk terlalu
mempercayainya. Aku tidak tahu kenapa, tapi kehadir
annya malam ini membuat aku merasa tidak enak. Re-
sah. Aku tidak pernah bertemu dengannya lagi sejak
Matt lahir, dan aku memang mengharapkan untuk
tidak pernah bertemu lagi dengannya.
Ia tertawa kecil, kemudian memindahkan perse-
neling kendaraannya. Kau tentu menganggapku berle
bihan.
Tidak, sahut Arden, sambil menerawangi das-
bor di depannya. Aku tidak menganggapmu berlebi-
han. Kurasa ia memang tidak dapat dipercaya.
***
Nah, setelah lampu-lampu mati semua, bagai-
mana kalau kau mengungkapkan kepadaku apa yang
membuatmu resah sepanjang hari?
Arden sudah berada di atas tempat tidur selama
beberapa waktu, ketika Drew mematikan lampu sam-
ping tempat tidur kemudian bergabung dengannya.
Malam itu Arden tidak memakai baju tidurnya, meski-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
pun sebetulnya ia ingin mengenakannya. Instingnya
membuat ia ingin bersembunyi, ingin menutup diri-
nya. Ia duduk meringkuk di pojoknya, dengan tubuh
kaku.
Tidak ada apa-apa, gumamnya.
Kalau begitu telah terjadi suatu perubahan
drastis atas dirimu sejak kau meninggalkan klub siang
tadi. Kau benar-benar tegang sekalikau tidak meng-
habiskan makan malammu, kau terus diam sepanjang
perjalanan pulang tadi, dan sama sekali menyimpang
dari kebiasaanmu, kau hampir lupa mampir di kamar
Matt untuk menciumnya malam ini. Jadi, pasti ada
sesuatu yang tidak beres.
Akhirnya Arden tidak dapat menahan dirinya
lagi. Cuma karena aku sedang tidak ingin bercinta
malam ini, kauanggap ada sesuatu yang tidak beres?
Mungkin aku sedang malas, oke? Masa kauanggap aku
bisa menyala dan mati seperti sebuah lampu. Masa
aku tidak boleh istirahat semalam saja? Ia menarik
selimutnya lebih tinggi.
Selang beberapa saat Drew melempar selimut-
nya sendiri, kemudian melompat turun dari tempat ti-
dur. Kau mengada-ngada. Seingatku aku tidak memin
tamu untuk bercinta malam ini.
Ia baru mengambil tiga langkah, saat Arden me-
manggilnya untuk kembali. Drew! serunya sambil
mengulurkan lengannya. Maafkan aku. Kembalilah.
Peluklah aku.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Cahaya bulan yang membias masuk melalui jen-
dela memantulkan nuansa keperakan air mata yang
mengalir di pipinya. Drew langsung ada di sana untuk
memeluknya, untuk membelai rambutnya dengan
penuh kasih sayang dan membenamkan wajahnya di
dalam lekuk pundaknya. Kenapa, Arden? Ada apa?
Sesuatu yang telah kulakukan? Atau sesuatu yang ti-
dak kulakukan?
Tidak, tidak, erang Arden, sambil menggeleng-
gelengkan kepalanya. Mestinya aku tidak melampias-
kannya padamu. Aku tidak bermaksud untuk itu. A-
aku...
Apa? Katakan.
Arden mencoba mengumpulkan keberaniannya
untuk menceritakan pada Drew tentang Ron, tentang
Matt. Tapi percuma. Pada saat itu keberaniannya
menyamai sinar bulan yang memantul ke atas rambut
suaminya.
Ia mengisak. Tidak ada apa-apa sebetulnya,
sungguh. C-cuma... aku sedang agak bingung hari ini.
Itu saja.
Berbaringlah, ajak Drew lembut. Udaranya cu-
kup nyaman bagi mereka untuk tidak memakai seli-
mut, meskipun angin dari arah laut membelai tubuh
mereka yang telanjang. Aku mencintaimu, Arden.
Aku juga mencintaimu, sahut Arden sambil me
rapatkan dirinya.
Kau khawatir karena kau belum juga hamil?
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Arden memang khawatir mengenai itu, meski-
pun ia tidak pernah mengutarakannya. Sejak Drew
membaca puisinya, mereka mulai berharap bahwa ia
lekas hamil.
Waktunya akan datang, sahut Arden pelan.
Kukira juga begitu. Tapi apakah kau bisa hamil
kelak atau tidak, bagiku tidak begitu penting. Aku men
cintaimu. Dirimu. Aku tidak mau kau berpikir bahwa
andaikata kita tidak bisa mempunyai seorang anak,
cintaku padamu akan berkurang.
Arden mendekatkan tangan Drew ke bibirnya
untuk ia cium. Aku memang egois. Aku ingin menjadi
segalanya bagimu.
Kau memang segalanya bagiku. Aku sudah me-
rasa kau sebagai ibu Matt. Melihat kalian, orang tidak
akan mungkin berpikir lain.
Arden menahan isaknya sambil semakin mende
katkan tubuhnya. Ia merasa tidak berhak untuk mene-
rima ini. Menerima cinta Drew yang begitu tulus.
Di saat aku bercinta denganmu, Arden, hal ter-
akhir yang ada di dalam pikiranku adalah menghasil-
kan seorang anak. Hanya kau yang ada di dalam
pikiranku. Aku bercinta denganmu. Dengan sepenuh
hatiku.
lsakan Arden bercampur dengan desahan ketika
tangan Drew menyentuh payudaranya. Dengan suara-
nya yang dalam, lelaki itu menggumamkan kata-kata
cinta di telinga Arden.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Aku suka payudaramu. Bentuknya sempurna.
Aku suka bentuknya yang penuh. Aku suka membelai-
nya. Seperti ini. Jemari Drew perlahan menyapu
ujung payudara itu dan mendapatinya sudah lebih
dulu bereaksi karena kata-kata cintanya tadi. Kau
cantik sekali, bisik Drew, sementara jemarinya terus
memberikan sentuhan ajaib di tubuh Arden.
Kulitmu halus dan mulus. Drew mengelus pe-
rut Arden. Aku senang mengecup perutmu. Rasanya
enak sekali di wajah dan bibirku. Dan ini... Jemarinya
menyapu puncak paha Arden. Beginilah seharusnya
wanita. Tangannya terus menjelajahi tubuh Arden.
Aku suka bagian yang ini.
Arden mendesah senang mendapat sentuhan
yang berani dan merasakan elusan jemari yang lem-
but itu.
Drew. Arden menoleh untuk menyambut bibir
lelaki itu. Drew mengecupnya dengan mesra.
Tidak ada yang dapat kaulakukan untuk mengu
rangi cintaku padamu. Kau tidak bisa memenangkan
cintaku lagi, Arden. Kau sudah memilikinya. Seutuh-
nya, tanpa batas, tanpa syarat, dan untuk selamanya.
Arden memutar seluruh tubuhnya di dalam pelu
kan Drew, kemudian ia menengadahkan wajahnya. Pi
kiranku berubah. Aku ingin sekali bercinta denganmu
sekarang.
Drew tersenyum senang dan terkejut ketika Ar-
den menekan bahunya dan memaksanya untuk berba-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
ring telentang. Lalu Arden mngambil posisi di atasnya.
Drew mendesah bahagia. Payudara Arden memberi-
kan pemandangan menantang di depan matanya. Ar-
den memegang kedua payudaranya di masing-masing
tangan, seperti menawarkan. Mau ...?
Drew menerima tawarannya dengan senang.
***
Andakah nyonya rumah?
Jari-jari Arden mencengkeram gagang pesawat
telepon dengan lebih kuat. Ia langsung mengenali su-
aranya. Sudah berhari-hari ia menantikannya dengan
cemas. Ia tahu bahwa Ron akan menghubunginya, ha-
nya ia tidak tahu kapan. Kini, setelah Arden mende-
ngar suaranya, boleh dikatakan ia nyaris merasa lega.
Setidaknya bagian yang paling mencekam dari masa
penantian itu sudah berakhir. Kini yang perlu ia
cemaskan adalah apa yang diinginkan Ron darinya.
Betul, sahutnya pendek.
Orchid Lounge. Pukul tiga.
Hubungan putus dengan begitu saja. Arden
menutup pesawatnya seperti seseorang yang sedang
menjalani terapi dan ingin memastikan bahwa yang ia
lakukan adalah yang semestinya dan benar. Ron tidak
memberikan cukup banyak waktu padanya. Sudah
pukul dua lewat sekarang. Matt sedang beristirahat.
Drew sedang berada di ruang kerjanya berdiskusi de-
ngan Ham melalui telepon. Begitu Matt bangun, mere-
ka akan turun ke pantai.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Mrs. Laani, seru Arden, sambil melongokkan
kepalanya melalui pintu dapur. Aku tidak mau meng-
ganggu Drew selagi ia berbicara di telepon. Tolong
sampaikan padanya bahwa aku harus pergi belanja
sore ini. Ia harus ke pantai dengan Matt tanpa aku.
Mungkin aku akan bergabung dengan mereka nanti.
Aku akan senang pergi berbelanja untuk Anda
besok, sahut si pengurus rumah tangga itu, menawar
kan diri.
Tidak usah, terima kasih. Aku membutuhkan
beberapa hal untuk diriku sendiri. Aku tidak akan
lama.
Ia meninggalkan rumahnya beberapa menit ke-
mudian, memakai rok bawahan dari bahan poplin dan
polo shirt. Ia benar-benar tak peduli dengan penampi-
lannya untuk bertemu Ron.
Ia tahu bahwa Orchid Lounge merupakan bagi-
an dari sederetan bangunan kumuh di daerah pinggir-
an Lahaina. Ia sudah pernah melewatinya beberapa
kali dalam perjalanannya ke kota itu. Kondisi di dalam
nya ternyata lebih buruk daripada perkiraannya.
Remang-remang dan penuh asap rokok. Bau alkohol
yang berasal dari bir mendominasi suasananya yang
serba muram.
Ia membutuhkan beberapa waktu untuk membi
asakan matanya di dalam kegelapan ruang itu. Dan se-
sudahnya ia menyadari bahwa ia satu-satunya wanita
di situ. Beberapa pasang mata melirik ke arahnya dari
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
pojok-pojok yang remang. Setelah menelan ludahnya,
ia langsung melangkah ke bangku vinyl merah yang
terdekat, kemudian duduk.
Club soda, saja, ujarnya kepada pelayan bar,
yang datang menghampiri. Rambutnya penuh dengan
pomade berwarna putih. Kemejanya yang bercorak Ha
waii tampak ramai dan longgar serta tidak berkesan
terlalu bersih.
Oke, Maam, sahutnya dalam nada yang mem-
buat bulu kuduk Arden berdiri. Arden melirik ke arah
jam yang tergantung di dinding seberangnya, dan sete
lah itu ia terus memusatkan seluruh perhatiannya ke
situ. bahkan pada saat gelas sodanya diletakkan seca-
ra asal di mukanya tanpa tatakan. Dibayar berapa pun
ia tidak akan mau minum dari gelas itu. Ia tidak meme
dulikan lirikan-lirikan ingin tahu yang dilontarkan ke
arahnya, bisikan-bisikan yang diikuti oleh derai tawa
serta tatapan-tatapan yang mendirikan bulu roma itu.
Ron sudah terlambat lebih dari lima belas menit
Sial. Ia sengaja datang terlambat untuk melemahkan
posisi dirinya, untuk menakuti dan menghina dirinya.
Itu memang keahliannya. Oke, tapi Arden tidak ber-
niat untuk menunggu di tempat mesum itu lebih lama
lagi.
Persis pada saat Arden meraih tasnya untuk
meninggalkan tempat itu, Ron muncul di hadapannya.
Mau ke mana kau? tanyanya dalam nada yang sama
sekali tidak simpatik.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Aku tidak suka tempat yang kau pilih sebagai
tempat pertemuan kita, sahut Arden kaku. Para tamu
lain melirik ke arahnya dengan cara yang meremeh-
kan. Mereka menganggap bahwa ia ke sana untuk me-
nemui pacarnya. Atau seorang pelanggan? Bulu kuduk
Arden berdiri.
Memang tujuannya supaya kau tidak suka.
Ron memberikan isyarat pada pelayan bar. Double
Scotch. Tidak pakai apa-apa. Kemudian ia menatap
Arden dengan matanya yang licik. Aku butuh dua
puluh ribu dolar.
Si pelayan bar bertanya kepada Arden apakah ia
mau memesan minuman lagi pada waktu ia meletak-
kan gelas whiskey Ron di atas permukaan meja yang
lengket itu. Pertanyaan yang aneh, mengingat ia sama
sekali belum menyentuh gelas pertamanya. Arden
menggeleng, tanpa berusaha mengangkat wajahnya.
Penampilan pelayan bar itu mengingatkan Arden akan
seekor kecoa yang berkeliaran di dalam kegelapan.
Ron langsung menenggak separo isi gelasnya,
mengernyitkan wajahnya, kemudian menyesap sedi-
kit sisa minumannya. Kau harus mengupayakan itu
untukku.
Gila kau. Aku tidak akan mengupayakan itu un-
tukmu.
Matanya turun menelusuri buah dada Arden.
Kau harus Ia menyesap minumannya lagi. Ada yang
mengejarku, Arden. Orang-orang yang kasar, jagal.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Aku berutang pada mereka. Mereka minta uang mere-
ka kembali.
Itu urusanmu. Bukan urusanku.
Oh, kau keliru. Aku akan menjadikannya urus-
anmu. Kau menikah dengan seorang pemain tenis
kaya. Seorang VIP. Papan atas. Kau tidak akan pernah
terlibat dengannya kalau bukan gara-gara aku. Kau
berutang budi padaku.
Arden melakukan sesuatu yang tidak pernah ia
bayangkan sebelumnya akan ia lakukan di muka Ron
Lowery. Ia tertawa. Kau memang konyol, ujarnya,
tanpa menyembunyikan rasa jijiknya. Setelah kau me
nyakitiku sedemikian rupa, bahkan setelah kau me-
minta diriku untuk mengandung seorang anak dari
seorang laki-laki lain, kau mengatakan bahwa aku
berutang budi padamu.
Ron mengangkat bahunya. Terserah. Pokoknya
kau harus melakukan apa yang kukatakan seperti
yang biasa kaulakukan. Karena kau seorang pengecut,
Arden.
Aku bukan seorang pengecut! desis Arden.
O, ya? sahut Ron sambil menyeringai. Ia meno
leh melalui pundaknya ke arah sekian banyak orang
yang sedang melirik ke arah mereka dengan penuh
rasa ingin tahu. Kau tidak takut sama sekali waktu
kau masuk ke sini? Kau tidak suka tempat ini, bukan?
Orang-orang itu main mata denganmu tadi, sambil
membayang-bayangkan yang ada di balik rokmu. Kau
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
tidak takut sama sekali? Sedikit gelisah mungkin? Aku
berani taruhan bahwa keringat mengalir di antara
buah dadamu. Ya, kan?
Hentikan itu.
Dan mungkin juga di antara kedua belah paha-
mu. Hmmm? Sepatah kata saja dariku, aku berani taru
han mereka akan segera mengeceknya sendiri.
Ron, sudahlah.
Ron mengangkat alisnya. Apa? Suaramu berge-
tar, ya? Menyerah? Ia menyilangkan lengannya ke
atas meja, kemudian memajukan tubuhnya. Begitu
kau seharusnya padaku, Arden. Jangan macam-ma-
cam. Lalu ia menyandarkan tubuhnya ke kursi sete-
lah menyesap whiskey-nya sekali lagi, dan memberi-
kan isyarat bahwa ia mau lagi. Oke, sekarang kita
bicara serius. Begitu gelasnya yang baru sudah di ha-
dapannya, ia berkata, Aku butuh lima ribu dolar sece-
patnya. Yang lima belas, bisa kita cicil dalam waktu
beberapa minggu.
Ron, ujar Arden, sambil berusaha untuk tetap
dapat menguasai dirinya. Aku tidak punya uang seba-
nyak itu.
Kau kan punya rekening di bank, dan aku tahu
itu! teriak Ron, sambil memukul meja dengan tinju-
nya.
Arden terenyak meskipun ia sudah bertekad se-
belumnya untuk tidak memperlihatkan rasa takutnya.
Oke, aku memang punya rekening, sahutnya dengan
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
berani. Tapi bagaimana aku dapat mempertanggung-
jawabkan pengeluaran sebesar itu?
Terserah kau. Kalau kau cukup lihai untuk
mengakali suamimu untuk mengawinimu, kau akan
menemukan cara untuk mendapatkan uang itu.
Aku tidak mengakalinya untuk menikahiku,
sahut Arden penuh emosi.
Tapi ia akan merasa diakali, bukan, kalau aku
menemuinya untuk mengungkapkan kepadanya siapa
yang aku hamili dengan semennya? Ia menggeleng-
gelengkan kepalanya seakan menyesal. Tidak. Aku
tidak yakin bahwa ia masih akan begitu romantisnya
padamu begitu ia tahu.
Aku bisa menyangkal. Aku akan mengakui bah-
wa kau mantan suamiku, tapi itu bukan bukti bahwa
aku pernah mengandung anaknya. Aku akan bilang
bahwa kau bohong, dan bahwa motivasimu adalah
pemerasan.
Arden, Arden, begitu naifnyakah kau? Kau lupa
pada si pengacara, manis? Ia teman baikku. Ia mem-
punyai data-data yang diperlukan di dalam arsipnya.
Aku tinggal memperlihatkan itu kepada McCasslin.
Selain itu, seperti yang pernah kukatakan padamu, ia
merasa berutang budi padaku gara-gara anak itu.
Kini giliran Arden untuk merasa di atas angin.
Jangan besar kepala dulu, Ron. Ia sudah mengungkap
kan padaku bahwa kau mencoba meminta uang lagi
darinya karena terjadi komplikasi. Reputasimu di ma-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
tanya tidak setinggi yang kausangka.
Sudut mulut Ron naik sebelah. Oke, tapi ia
tidak akan suka kalau aku mengungkapkan pada pers
apa yang kutahu mengenai anak itu. Itu akan membu-
at dirinya tampak konyol sekali, selain merusak citra
almarhum istrinya tercinta. Ia menyipitkan matanya.
Coba jawab. Apakah tidak terlalu penuh tempat tidur
mu untuk kalian bertiga? Kau, si petenis, dan hantu
istrinya?
Ia mengatakan itu dengan maksud untuk melu-
kai perasaan Arden, dan ia memang berhasil. Entah ia
tahu atau tidak, ia telah menyentuh bagian yang pa-
ling sensitif dari Arden. Nyatanya tidak begitu, sahut
Arden kalap.
Ya? Ia betul-betul tergila-gila waktu itu pada
wanita itu. Bahkan aku yang begitu awam soal cinta
bisa melihat itu. Kauanggap aku akan percaya bahwa
kau sudah berhasil menggantikan tempatnya? Ingat,
aku juga pernah menjadi suamimu, Arden. Dan meski-
pun kau seorang pengurus rumah tangga, seorang
koki, dan seorang ibu yang hebat, kau benar-benar pa-
yah di atas tempat tidur.
Rasa bencinya kepada lelaki ini hampir membu-
at Arden lupa diri, membuatnya ingin mengungkap-
kan kepadanya kehidupan seksnya dengan Drew, de-
tail-detail kebahagiaan mereka berdua. Dengan tinju
terkepal kuat ia berkata, Drew mencintaiku. Dan aku
mencintainya. Kami ingin punya anak lagi. Kami...
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Dengan tawa sinis ia memotong kata-kata Ar-
den. Anak? Ia tertawa lebih keras lagi. Kau mau
punya anak lagi? Dari mana kau dapat ide bahwa kau
masih bisa mempunyai anak lagi?

You might also like