You are on page 1of 29

http://jendela-fantasi.blogspot.

com/

Delapan
DREW menanggapi reaksi tercengang sebagai
isyarat bahwa ia tidak berkeberatan. Sebelum Arden
menyadari apa yang terjadi, Drew sudah memberikan
instruksi agar semua barangnya dipindahkan ke da-
lam bagasi mobil Seville-nya, yang diparkir di luar. Ia
meraih tas yang dibawa Arden ke Oahu, kemudian
menggandeng lengannya untuk digiring ke arah pintu.
Para pegawai tempat peristirahatan itu mencoba
membantu dengan mengambilkan dan mengangkut
semua barang untuk mereka, sambil berulang kali me-
minta maaf atas kesalahpahaman itu.
Arden membiarkan dirinya ditempatkan di
bangku depan, namun ia duduk dengan kaku sampai
mereka melintasi pintu gerbang tempat peristirahat-
an itu dan memasuki jalan utama yang gelap.
Drew, aku tidak ingin berargumentasi soal ini.
Aku tidak mau ke rumahmu. Tolong antar aku ke ho-
tel yang lain. Aku dapat memperoleh sebuah kamar di
sana.
Aku juga tidak ingin berargumentasi soal ini.
Kau benar-benar sinting, mencari kamar hotel malam-
malam, sementara aku mempunyai tiga atau empat
buah buah kamar tidur kosong. Gratis pula.
Gratis? sahut Arden sinis, tanpa basa-basi.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Drew menepikan Seville-nya ke bahu jalan yang
sempit dengan iringan suara batu kerikil yang berham
buran dan derit ban yang menggelinding di atasnya.
Kemudian ia menginjak rem dengan kasar, dan mem-
buat Arden tersentak ke depan. Saat terempas kemba-
li, tahu-tahu ia sudah berada di dalam pelukan Drew.
Tidak. Tidak gratis. Kau harus bayar untuk itu,
jawab Drew sambil meraih dagunya. Selang beberapa
saat bibir mereka bertemu. Arden sudah membayang-
kan bahwa ia akan dicium secara brutal. Ternyata, jus-
tru sebaliknya.
Setelah Drew akhirnya mengangkat wajahnya,
dengan lembut ia menyibak rambut yang menutupi
pipi Arden. Anggap saja kau sudah membayar sewa
selama kau mau tinggal.
Tanpa kompensasi lain?
Drew menatap wajahnya. Kecuali kalau kau
mau memberiku sebuah hadiah. Sebuah hadiah yang
kau tahu kuinginkan, tapi tidak akan pernah kuambil
atau kutuntut darimu.
Arden menyentuh rambut Drew, menelusurinya
dengan jari-jarinya. Permainanmu... Emosi membuat
kata-katanya sulit untuk keluar begitu terbayang kem
bali di mukanya upaya terakhir Drew untuk meme-
nangkan pertandingan itu. Permainanmu betul-betul
luar biasa. Aku bangga sekali. Sungguh-sungguh bang-
ga sekali.
Kalau memang begitu, kenapa kau melarikan di
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
ri dariku, Arden? Tidakkah kau tahu bahwa tidak ada
yang lebih ingin kulihat di muka bumi ini selain kau
setelah pertandingan itu berakhir?
Tidak, aku tidak tahu. Kau begitu marah pada-
ku setelah... Arden menundukkan wajahnya. Suatu
reaksi yang secara tidak disadarinya amat meluluhkan
perasaan Drew. Setelah apa yang terjadi tadi pagi,
gumamnya. Aku mengira bahwa entah hubungan apa
yang sedang berkembang di antara kita sudah berak-
hir. Aku merasa bahwa aku harus hadir dalam pertan-
dingan itu, tapi aku tidak yakin kau masih mau meli-
hat tampangku lagi.
Drew mendekatkan tangan Arden ke mulutnya,
kemudian sambil mengecupi jari-jarinya ia berkata,
Aku memang marah sekali tadi. Tapi kau seharusnya
mengerti bahwa waktu seorang laki-laki sudah...
ehm... merasa siap untuk bercinta, kemudian tiba-tiba
keinginannya tidak dapat dipenuhi, tidak mungkin ra-
sanya mengharapkan bahwa ia dapat menerima situa-
sinya begitu saja. Ia menikmati senyum malu di bibir
Arden. Dan sejak awal aku memang sedang tegang.
Kenapa harus ditutupi? Hatiku cemas, cemas sekali,
harus menghadapi Gonzales dalam pertandingan itu.
Tapi akhirnya Gonzales yang justru menjadi ce-
mas menghadapimu.
Secara spontan Drew tersenyum. Trims, tapi
bukan itu masalahnya sekarang. Aku mau meminta
maaf padamu karena membiarkan diriku terbawa
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
sampai sejauh itu tadi pagi. Kau memang berhak
untuk menolakku.
Mestinya aku mencegah itu sebelum terjadi.
Drew melirik ke arahnya dengan seksi. Ingat
itu untuk lain kali. Aku tidak bisa membayangkan apa
yang akan terjadi andaikata Mrs. Laani tidak menge-
tuk pintu tadi. Bibir mereka bertemu kembali. Kali
ini, tidak ada keraguan sedikit pun dalam diri Arden
saat ia memberikan responsnya.
Entah bagaimana reaksi wanita itu begitu tahu
ada tamu yang menginap. Tapi aku hanya mau sema-
lam. Besok aku akan mencari tempat lain.
Aku masih punya waktu sekitar dua belas sam-
pai empat belas jam untuk membujukmu, ujarnya de-
ngan santai saat mempersiapkan dirinya di belakang
kemudi dan menyalakan mesin kendaraannya. Dan
mengenai Mrs. Laani, ia sudah memakai segala cara
yang ada untuk memperlihatkan kekecewaannya kepa
daku karena telah menyebabkan kau kabur.
Apa ia dan Matt jadi pergi belanja?
Kalau dilihat dari jumlah bagasi yang kami ba-
wa pulang, sepertinya begitu, sahut Drew sambil ter-
tawa. Yang mengingatkan aku akan satu hal lain; tadi
sore Matt pergi ke pintu kamar yang kautempati, dan
mulai menggedor-gedornya sambil berteriak-teriak,
Ah-den. Ah-den. Ketika itulah Mrs. Laani mulai meng-
angkat hidungnya setiap kali melihat ke arahku.
Sisa keraguan di hati Arden segera menghilang
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
begitu ia mendengar bahwa anaknya kehilangan diri-
nya. Bagaimana mungkin ia dapat menolak kesempat-
an untuk tinggal bersamanya walaupun hanya untuk
waktu yang teramat singkat sekalipun?
Apakah ia dapat dipersalahkan nantinya? Ia ti-
dak memanipulasi Drew sehingga ia diundang seperti
ini; hanya seorang martir yang dapat menolaknya. Ti-
dakkah ia berhak untuk menikmati kebersamaan ber-
sama anaknya sebentar? Tidakkah bulan-bulan berat
yang pernah ia lewati, dengan terus mempertanyakan
siapa dan di mana anaknya tanpa memiliki bayangan
sedikit pun, membuatnya berhak mendapatkan sesu-
atu?
Dan Drew. Ia mencintai Drew, secara yang tidak
pernah ia bayangkan sebelumnya, secara intelektual,
fisik, dan rohani. Cinta Arden Gentry sepenuh hatinya
dan segenap jiwanya. Cinta yang tidak memiliki harap
an untuk suatu masa depan, namun tidak membuat-
nya kurang murni, atau kurang berapi-api. Hari-hari
mendatangseolah ia tidak akan pergi besoksebaik
nya ia nikmati sepenuhnya agar dapat dikenang seu-
mur hidupnya. Ia tidak akan menolaknya. Ia berhak
untuk berlaku sedikit egois.
Mereka memasuki kawasan pemukiman Drew
dari belakang, mengingat depannya menghadap ke
arah Samudra Pasifik bagian barat pantai Maui.
Mereka melintasi pintu gerbang besi yang terbuka
saat Drew menekan sebuah transmitter, dan secara
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
otomatis pintu itu menutup dan mengunci di belakang
mereka.
Hamparan rumput lembut melandai ke bawah
sejauh beberapa ratus meter ke arah pantai. Matahari
sudah lama terbenam, namun Arden dapat melihat ba
yangan pohon-pohon banyan yang tumbuh menjamur
di seluruh halaman bak payung-payung raksasa. Akar-
akarnya yang seperti tali menggelayut dari ranting-
rantingnya yang kuat. Pohon-pohon plumeria, dengan
kuntum-kuntum bernuansa kuning, merah muda, dan
putih, menebarkan keharuman di udara malam.
Tanaman ti, mawar yang diselimuti kuncup-kun
cup kuning, anggrek dan beberapa jenis tanaman
semak lain membentangkan keindahan bunga-bunga
dalam aneka warna. Oleander raksasa membentuk pa-
gar hidup yang memberikan kawasan itu privasi ter-
sendiri.
Rumahnya sendiridari yang bisa terlihat di ba
lik kerimbunan tanaman rambattampak bak suatu
variasi tembok antara batu dalam warna pasir dan
kaca. Serambi yang lebar menjorok masuk ke dalam
ruangan-ruangan yang dibiarkan terbuka untuk udara
malam dan kesejukan embusan angin dari arah laut.
Bukan main, komentar Arden, sambil melang-
kah keluar dari mobil tanpa menunggu Drew muncul
untuk membukakan pintu. Angin bercanda dengan
rambutnya dan mengisi jalan pernapasannya dengan
aroma bunga dan laut.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Begitu melihat pertama kali, aku langsung
membelinya. Ayo masuk. Aku akan panggil Mo untuk
mengangkut bagasimu.
Drew mengajaknya mengitari sisi yang mengha-
dap ke laut, di mana mereka memasuki ruang duduk
melalui bagian terbuka sebuah hamparan kaca. Papan
papan kayu tinggi, yang sengaja dibuka dan disusun
dalam suatu tumpukan, dapat digunakan untuk menu-
tup permukaan kaca untuk memperoleh privasi atau
perlindungan terhadap cuaca. Lantainya dari batu
yang dipoles sampai betul-betul mengilat, diperindah
karpet-karpet Oriental.
Perabotannya lebih menekankan segi kenyama-
nan, bukan formalitas. Setelan kursi sofanya dilapis
bahan bernuansa gandum yang hangat. Bantal-bantal
berwarna cerah dalam aneka variasi corak dan garis
memberikan nuansa hidup. Bunga segar memenuhi
vas-vas yang secara strategis ditempatkan di seputar
ruangan itu. Sebuah piano hitam besar berdiri megah
di salah satu sudut; sebuah pendiangan batu di sudut
lain. Meja-mejanya dari kaca atau kayu yang berpinggi
ran kuningan. Benar-benar salah satu di antara ruang
duduk yang paling mengesankan yang pernah dilihat
oleh Arden, yang juga memberikan gambaran menge-
nai keseluruhan rumah itu.
Ruang makan utama, ruang sarapan, dan dapur
lewat sini, ujar Drew sambil menunjuk ke satu
tempat. Ruang kerjaku ada di sisi lain. Kamar kecil di
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
belakang tangga.
Tangganya terbuat dari kayu ek dan selusuran-
nya ditatah dengan alur-alur dari kuningan. Drew
menggiringnya naik ke lantai dua.
Aku akan mencoba mengambil hati si pengasuh
dan anakku dengan membawamu pulang kemari.
Mereka menelusuri sebuah lorong lebar, kemu-
dian Drew mendorong sebuah pintu. Mrs. Laani, yang
entah bagaimana caranya berhasil menempatkan tu-
buhnya yang besar di dalam sebuah kursi goyang, se-
dang menyanyi pelan-pelan untuk Matt yang kelihat-
annya sudah mengantuk.
Matt langsung duduk tegak saat mendengar
mereka memasuki kamarnya. Begitu melihat ayahnya
dan Arden, ia langsung turun dari pangkuan Mrs.
Laani dan berlari menyambut mereka. Ia memeluk Ar-
den di betisnya dengan lengan-lengannya yang mon-
tok, sementara Drew sambil tersenyum membantu
Arden berlutut untuk membalas rangkulannya.
Halo, Matt, tegur Arden sambil menelusuri
ikal-ikal pirangnya. Kau bersikap manis kan hari ini?
Hmm? Ia sudah siap untuk meninggalkan anaknya ta-
di pagi. Kini ia memperoleh lagi beberapa jam ekstra
yang berharga. Ia mempererat pelukannya. Matanya
berkaca-kaca begitu merasakan lengan-lengan kecil-
nya di lehernya.
Matt mendorong tubuhnya, menunjuk dengan
jarinya yang menggemaskan sebuah kancing di piama
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
nya, kemudian dalam nada bangga berkata, An-cing.
Oh, pintarnya kau, jerit Arden, sambil meme-
luknya lagi. Ia segera meraba pakaiannya sendiri, ke-
mudian menyadari bahwa gaun santainya tidak ber-
kancing. Oke, kadang-kadang aku juga punya kan-
cing, ujarnya sambil tertawa.
Ia nakal sekali tadi, jadi jangan coba-coba me-
muji dia, ujar Mrs. Laani. Mengenakan pakaian pada-
nya tadi betul-betul seperti mencoba mendandani se-
ekor gurita. Ia mencoba memberikan kesan sebagai
seorang penerap disiplin, meskipun wajahnya bersi-
nar saat ia menatap ke arah Drew dan Arden. Anda
tentunya lapar. Mr. McCasslin tidak mau berhenti un-
tuk makan sebelum kami selesai mengemasi barang
bawaan kami dan sebelum menggiring kami ke banda
ra untuk mengejar penerbangan terakhir malam ini.
Aku berani sumpah bahwa aku belum pernah melihat
ia begitu tergesa-gesa seperti tadi. Drew melotot ke
arahnya sambil berdehem, namun wanita itu hanya
tersenyum, matanya yang bundar dan hitam bersinar-
sinar senang.
Apa tidak ada sesuatu yang harus Anda kerja-
kan, gerutu Drew.
Seperti yang akan kuusulkan, sahut Mrs. Laani
sambil berusaha menghela dirinya dari kursi goyang
yang didudukinya, kalau Anda berdua bersedia untuk
menidurkan Mattyang tentunya akan membuatnya
senangaku bisa menyiapkan sesuatu yang ringan
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
untuk Anda berdua. Ia menyilangkan lengannya ke
atas dadanya sambil menatap Drew. Tentunya Anda
sudah mengundang Ms. Gentry untuk ikut makan.
Menanggapi sindiran itu, Drew menjawab, Ar-
den akan menjadi tamu kita selama... selama aku da-
pat membujuknya untuk tinggal. Anda bisa minta Mo
untuk mengeluarkan barang-barang dari bagasi mo-
bil?
Mrs. Laani melangkah ke pintu. Dan di kamar
mana ia harus memasukkan barang-barang itu? Nada
nya jauh dari kesan sinis.
Di kamar tamu yang Anda anggap paling pan-
tas, sahut Drew.
Arden berusaha menyembunyikan kecanggung-
annya dari wajahnya yang merah padam dengan
menggendong Matt ke kursi goyang dan meneruskan
apa yang tadi dilakukan Mrs. Laani. Setelah si penga-
suh meninggalkan ruangan itu, Drew berjongkok di
muka kursi goyang, dan meletakkan tangannya di atas
lutut Arden. Mereka saling menatap, dua hati saling
bertemu.
Kurasa Mrs. Laani tahu bahwa aku naksir kau.
Drew! seru Arden.
Dan kurasa ia juga tahu bahwa kau juga naksir
aku.
Sir, ujar Matt menyeletuk, sambil menarik hi-
dungnya. Kedua orang dewasa itu tertawa.
Untung dia belum mengerti artinya, ujar Ar-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
den dalam nada merajuk.
Tapi kau mengerti, kan?
Mengerti apa? sahut Arden sambil pura-pura
tertarik pada motif piama Matt.
Sudahlah, ujar Drew dalam nada yang menjan-
jikan. Kita akan lanjutkan diskusi ini nanti. Ia mene-
puk paha Matt. Oke, kau senang cewek favoritmu
sudah balik?
Tanpa menyadari bahwa dengan menyandarkan
kepalanya di dada Arden ia sudah menjawab pertanya
an ayahnya, si bocah menguap lebar-lebar.
Betul-betul sebuah hari yang melelahkan bagi-
nya, ujar Arden, sambil membelai pipi anaknya de-
ngan punggung jarinya.
Jangan kauhabiskan rasa simpatimu padanya.
Tinggalkan sedikit untukku. Kan hari ini juga hari
yang berat untukku.
Arden menatap Drew, kemudian tersenyum ma-
nis ala Madonna. Sepertinya begitu. Hari ini akan
merupakan awal dari hari-hari yang luar biasa bagimu
Drew. Percayalah. Apa yang terjadi setelah pertanding
an itu tadi?
Aku ditahan oleh para wartawan selama seki-
tar satu jam. Semua ingin tahu apa saja yang kulaku-
kan selama inikenapa aku menghilang. Mereka
ingin tahu apa aku sedang bermasalah waktu itu.
Lalu apa yang kaukatakan?
Kubilang aku minum untuk menutupi kehilang-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
anku setelah istriku meninggal. Bahwa aku berhasil
mengatasinya sekitar enam bulan yang lalu, dan sejak
itu aku bekerja keras mempersiapkan diriku untuk
menghadapi kesempatan hari ini.
Ternyata kau sudah lebih daripada sekadar
siap. Kapan kau tampil lagi?
Drew memberikan rincian jadwal turnamen
yang disusun Ham untuknya. Aku akan memulainya
secara bertahap. Mungkin aku belum bisa mengejar ke
tinggalanku tahun ini, tapi tahun depan kurasa hasil-
nya sudah akan tampak.
Berapa kali kau berhasil memenangkan Grand
Slam? Dari riset yang dilakukannya sebelum berang-
kat ke Hawaii, Arden tahu bahwa untuk meraih Grand
Slam seseorang harus memenangkan dulu Australian
open, U.S. Open, Wimbledon, dan Paris Open.
Dua kali. Dengan tenggang waktu dua tahun.
Aku takkan dapat mencapai peringkat itu lagi, tapi tak
apa, Arden. Selama aku tahu bahwa aku sudah ber-
main semaksimal mungkin, kemenangan bukanlah hal
yang paling utama lagi. Aku sudah berhasil memenang
kan pertarungan yang paling menentukan.
Arden mengulurkan tangannya untuk menyen-
tuh pipi Drew yang kecokelatan. Nyaris terasa oleh-
nya kekuatan dan rasa percaya diri baru yang seka-
rang terpancar dari dalam dirinya. Pas pada saat jari-
nya mengusap garis rahang yang maskulin itu, tiba-
tiba sesuatu membuatnya terkejut dan menjerit.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Rupanya untuk memenuhi rasa ingin tahunya,
Matt telah menyusupkan tangannya ke balik gaun atas
nya untuk memeriksa sesuatu yang belum pernah ia
lihat sebelumnya. Ia telah menemukan buah dada ibu-
nya, serta putingnya yang rupanya ia anggap menarik,
kemudian ia pilin di antara jari-jarinya.
An-cing, an-cing, ujarnya dengan bangga, me-
nanggapi penemuannya.
Matthew! seru Arden sambil menahan sakit
dan menarik tangan anaknya dan merapikan kembali
letak pakaiannya.
Drew jatuh terjengkang ke lantai karena terta-
wa. Belum berpengalaman dia.
Ia kan sudah biasa dengan Mrs. Laani, sahut
Arden, sambil menghindari tatapan Drew.
Ayolah, Arden. Bangun tubuhmu kan tidak se-
perti Mrs. Laani. Matt baru saja menemukan sesuatu
yang baru dan asyik dan merasa harus memeriksa-
nya.
Oke, sebaiknya sebelum ia melakukan itu lagi,
kau berbicara serius dengannya.
Drew segera berdiri dan membopong si bocah
ke dalam tempat tidurnya. Ya, aku setuju. Ia mende-
katkan mulutnya ke telinga Matt, kemudian dalam
nada bisik yang cukup keras untuk didengar Arden, ia
berkata, Nak, seleramu memang bagus.
***
Mrs. Laani sudah menyiapkan makanan di ru-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
ang makan santai. Drew melirik ke arahnya begitu
melihat tatanannya yang menggunakan cahaya lilin.
Rupanya Mrs. Laani terlalu sibuk untuk menanggapi
reaksinya.
Kurasa begini cukup hangat dan menenangkan,
setelah sebuah hari yang sibuk. Kuharap Anda suka
ikan salmon, Ms. Gentry.
Ya. Enak sekali kedengarannya.
Dan ternyata ikan salmon dingin dengan keti-
mun dan saus dill, serta sayur yang disajikan Mrs.
Laani sebagai pelengkap, dan puding sebagai penutup
memang lezat sekali. Tapi bagian yang paling dinikma
ti Arden bukan hanya berasal dari hidangan itu, tapi
dari cara si lelaki yang memperhatikan dirinya de-
ngan cara yang sama intensifnya seperti yang ia laku-
kan.
Mata Drew bersinar di bawah cahaya lilin saat
ia menceritakan padanya, setelah didesak olehnya, pe-
rihal pertandingan itu. Tadinya ia enggan membicara-
kannya, karena merasa tidak perlu dibesar-besarkan,
namun Arden betul-betul ingin tahu bagaimana Drew
menghadapinya. Rupanya ia senang sekali Arden begi-
tu memperhatikan permainannya dan tahu persis me-
ngenai apa yang sedang ia bicarakan.
Kau tidak kecewa kau kalah?
Aku selalu kecewa kalau aku kalah, Arden. Aku
sudah pernah ungkapkan itu padamu, aku selalu ingin
menang. Tapi kalau aku harus kalah, aku ingin kalah
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
dengan cara yang terhormat, dalam suatu pertanding-
an yang adil. Yang kucapai hari ini adalah kemenang-
an, biar bagaimanapun angkanya.
Memang.
Matanya menatap ke dalam mata Arden di sebe-
rang meja yang diterangi oleh cahaya lilin itu. Aku
benar-benar khawatir kau tidak akan muncul di klub
setelah kau menyelinap keluar dari hotel tadi pagi.
Aku tidak menyelinap keluar, sahut Arden
membela diri.
Kalau begitu cuma kebetulan saja aku sedang
ada di kamar mandi saat kau kembali ke kamarmu
dan betul-betul cuma suatu kekhilafan saja bahwa kau
tidak meninggalkan pesan pada Mrs. Laani ataupun di
meja tulisku ke mana kau pergi.
Arden menelusuri kaki kandelar lilin dengan
jari telunjuknya. Itu memang keteledoranku, kukira,
mengingat aku adalah tamumu. Jerry Arnold mengata-
kan padaku bahwa kau marah sekali sebelum pertan-
dingan.
Memang. Begitu aku sampai di klub dan menge
tahui bahwa ia tidak mempunyai tiket untukmu, aku
marah sekali. Aku menyuruhnya mengupayakan sebu-
ah tempat yang baik untukmu atau ia akan tahu akibat
nya. Sebagaimana kaulihat, ia betul-betul berusaha.
Senyumannya lebih mirip sebuah seringai.
Arden mencondongkan tubuhnya ke muka. Kau
tahu sesuatu? Menurutku kau memang suka bikin re-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
pot orang, berlaku seenaknya, sok mendominasi.
Drew tertawa. Memang. Terutama kalau aku
mau sesuatu. Wajahnya berubah serius ketika ia me-
nambahkan, Kau tidak akan bisa membayangkan be-
tapa besar arti kehadiranmu daham pertandingan itu.
Aku dapat merasakan dorongan dan dukunganmu.
Mata Arden membesar. Tapi kau bahkan tidak
menoleh sama sekali ke arahku.
Tidak perlu, tapi aku tahu kau ada di sana, sa-
hut Drew dalam nada yang membuat darah Arden ter-
kesiap.
Mrs. Laani muncul, membuyarkan suasana ak-
rab itu. Kalau Anda tidak keberatan, aku akan pergi
tidur sekarang, Mr. McCasslin, ujarnya dari ambang
pintu. Aku akan membereskan ini semua besok pagi.
Ms. Gentry menempati kamar persis di sebelah kamar
Anda. Bagaimana?
Baik. Terima kasih, Mrs. Laani. Selamat malam
Selamat malam. Suara Arden terdengar agak
parau.
Ayo kita jalan-jalan di pantai, ajak Drew sam-
bil membantu Arden keluar dari kursinya. Ia memberi
kan kecupan ringan di pundaknya. Tapi sebaiknya
kau memakai sesuatu yang lebih hangat. Anginnya
bisa lebih dingin setelah matahari turun.
Drew sedang menanti di kaki tangga saat Arden
turun lima menit kemudian, mengenakan setelan ha-
ngat bernuansa buah aprikot dari bahan velour. Cela-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
nanya menyempit di bagian pergelangan kaki, dan ti-
dak memakai alas kaki. Ia memang memiliki kaki yang
indah, dan jari-jari yang terawat rapi. Dari cara buah
dadanya mengayun ke sana kemari, Drew tahu bahwa
ia tidak memakai bra. Keinginannya untuk menyentuh
dan merasakan kelembutan di balik bahan yang seha-
lus beludru itu timbul.
Kau yakin kau tidak akan kedinginan, tegur
Drew dalam nada yang ia upayakan sewajar mungkin.
Arden mengangguk. Kemudian Drew merangkul Ar-
den, dan mengajaknya mengarungi malam yang ditera
ngi sinar bulan itu.
Sepertinya Arden pun menemukan kesulitan un
tuk berbicara setelah itu. Dan Drew amat menghargai
bahwa ia tidak memaksa dirinya untuk memulai suatu
percakapan. Suasananya terasa begitu emosional.
Kata-kata hanya akan sekadar basa-basi dibandingkan
dengan apa sesungguhnya sedang mereka rasakan.
Di dalam keheningan mereka menapaki hampar
an rumput yang melandai ke bawah, melangkahi sebu
ah tembok batu yang rendah, kemudian melewati ben
tangan pasir menuju ke tepian air. Kawasan yang di-
tinggali Drew membentuk sebuah teluk. Ombak yang
bergulung masuk harus menerjang gundukan batu la-
va terlebih dahulu sebelum dengan lembut menebar-
kan buihnya ke atas permukaan pasir. Bulan bersinar
ke atas laut dalam nuansa keperakan yang membias
dari batas pantai sampai ke garis horizon. Cahayanya
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
tampak berkilauan di atas ujung gulungan gelombang
air. Angin berdesir lembut di antara kerimbunan daun
daun palem. Benar-benar suatu panorama yang me-
nakjubkan.
Meskipun Drew sudah sering sekali duduk di
pantai ini sendirian sambil mengagumi pesonanya, ia
kini menyadari bahwa ada sesuatu yang kurang di sini
tanpa kehadiran Arden. Keberadaannya membuat se-
galanya menjadi lebih nyata, berwujud, dapat disen-
tuh. Sinar bulan membuat nuansa kulitnya lebih pucat
tapi rambutnya sehitam kayu eboni. Kerlip bintang-
bintang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan
kilau warna zamrud di matanya.
Drew duduk di atas pasir, kemudian ia menarik
tubuh Arden ke arahnya. Ia menaikkan satu lututnya,
dan melipat kakinya yang lain sehingga Arden akhir-
nya dapat bersandar padanya. Untuk sesaat ia tidak
berusaha untuk menyentuh atau mengajak Arden ber-
bicara. Biar bagaimanapun ia tidak dapat membayang
kan reaksinya setelah ia mengatakan apa yang rasa ha
rus ia ungkapkan. Andaikan apa yang ia rasakan pada
saat menghadapi Gonzales tadi pagi adalah kecemas-
an, maka yang sekarang ia rasakan adalah ketakutan.
Hasil yang dicapainya dalam pertandingan tenis itu
tidak ada apa-apanya baginya dibandingkan dengan
apa yang akan dicapainya setelah apa yang akan dika-
takannya.
Aku mencintaimu, Arden.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Nah. Suatu pengakuan yang sederhana. Suatu
kenyataan yang diucapkan apa adanya.
Rambut Arden menyapu wajahnya saat ia meno
leh ke arahnya. Bibir yang akan dituntutnya untuk
menjadi miliknya untuk selamanya merekah seakan
tidak percaya. Apa kau bilang?
Aku mencintaimu.
Drew melayangkan pandangannya ke arah laut,
yang ia anggap sebagai teman senasibnya. Begitu te-
nang di permukaan, meskipun di dalamnya bergejolak
persis seperti dirinya. Tak pernah terpintas di dalam
diriku bahwa aku akan mengatakan ini kepada seo-
rang wanita lain. Aku amat mencintai Ellie. Tak per-
nah terpintas dalam diriku bahwa aku bisa mencintai
seseorang seperti itu lagi. Dan nyatanya memang
tidak. Cintaku untukmu malah lebih besar daripada
itu.
Arden merasa dirinya menjadi ringan sekali.
Hatinya menciut dan rasanya pedih sekali. Ia bisa mati
gara-gara kata-kata yang diucapkan dengan teramat
lembut itu. Ia tidak dapat membiarkan itu. Aku sudah
di sini. Kau tidak perlu mengatakan itu.
Drew mengusap pipi Arden dengan jarinya, ke-
mudian tersenyum lembut. Jangan jawab begitu dan
membuat aku kalap lagi. Ia mengusap pelipis Arden.
Aku tidak mengada-ada, karena yang kukatakan ini
memang apa adanya. Aku pernah memberikan alasan
padamu untuk tidak mempercayai diriku. Kelakuanku
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
kadang-kadang memang keterlaluan. Tapi masa kau ti
dak lihat, Arden, bahwa aku mempunyai alasan untuk
itu. Aku merasa bersalah karena aku mulai mencintai-
mu lebih daripada aku pernah mencintai Ellie. Sulit ba
giku untuk mengatasi perasaan ini. Hari ini, saat aku
mengira bahwa kau sudah meninggalkanku untuk sela
manya, aku benar-benar hampir kalap.
Tapi selama pertandingan itu...
Tidak saat itu, kemudian. Setelah pertandingan
itu, saat aku tidak tahu di mana aku dapat menemu-
kanmu kembali. Drew tertawa. Terus terang, selama
pertandingan, aku masih marah mengenai kejadian pa
gi ini. Kurasa aku tidak akan bertahan dengan begitu
sengit kalau kau tidak membuatku begitu marah sebe-
lumnya.
Arden menundukkan kepalanya salah tingkah.
Drew memainkan jari-jarinya di antara rambutnya
yang dikibas-kibaskan angin. Sikapmu benar-benar
tepat. Kau tidak cuma sekadar menuruti apa mauku.
Kau tidak berusaha mempengaruhiku untuk bermain
atau tidak. Kau menyadari bahwa keputusan harus be
rada di tanganku, meskipun kau tahu bahwa aku tidak
mempunyai pilihan lain selain bermain.
Betul. Aku tahu bahwa kau harus bermain. Aku
tahu bahwa kau mau bermain. Tapi aku tidak boleh
menyatakan itu kepadamu. Kau harus menyadarinya
sendiri.
Itulah maksudku, Arden. Kau tidak mengata-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
kan kepadaku apa yang mau kudengar saja. Seperti
yang biasanya dilakukan Ellie.
Drew, jangan teruskan itu.
Aku mau kau tahu.
Tapi aku tidak perlu tahu.
Ya, kau harus tahu. Aku sudah bilang bahwa
bila saatnya tiba untuk kita bercinta, tidak boleh ada
lagi pikiran yang masih menghantui kita, tidak boleh
ada lagi rahasia di antara kita.
Arden membuang mukanya, tapi bukan karena
alasan yang dikira Drew. Ia masih menyimpan sebuah
rahasia. Sebuah rahasia yang memungkinkan dirinya
kehilangan cinta laki-laki ini.
Ellie selalu membenarkan apa saja yang kukata
kan bahkan di saat ia tahu bahwa aku sebetulnya sa-
lah. Ia tidak pernah muncul untuk menyaksikan per-
mainanku, karena ia takut menghadapi kemungkinan
bahwa aku kalah dan ia tidak dapat mengatasi ke-
mungkinan melihat aku kecewa.
Arden menoleh ke arahnya dengan tertegun.
Aneh, bukan? ujar Drew, melihat ekspresinya. Di
saat ia ikut melakukan tur bersamaku, ia tidak muncul
di lapangan. Ia tidak dapat menanggapi secara obyek-
tif kekalahanku. Andaikata ia masih hidup sekarang, ia
akan berusaha mencari-cari alasan, menunjukkan sim
pati dan bersikap amat prihatin menghadapi kekalah-
anku. Aku tidak yakin bahwa ia akan mengerti apa itu
suatu kemenangan atas diri sendiri. Tapi kau lain.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Ia mencakup belakang kepala Arden untuk di-
sandarkannya di lekuk antara leher dan pundaknya.
Aku dapat berbagi kemenangan dengan Ellie. Tapi
aku tidak dapat berbagi kekalahan dengannya. Bah-
kan setelah semua yang kami lewati bersama untuk
memperoleh Matt. Aku toh khawatir akan apa yang
akan terjadi bila pada suatu saat sesuatu menggun-
cang kebahagiaan kami.
Arden menutup matanya. mendengar nama
Matt disinggung. Apa yang terjadi andaikata ia tidak la
hir dalam keadaan sempurna dan sehat? Apakah Ellie
akan menolaknya? Ron tidak akan pernah mau mem-
besarkan anak orang lain. Besar kemungkinan ia akan
memilih untuk menggugurkan si janin. Ide itu mem-
buat bulu kuduk Arden berdiri. Drew mempererat
pelukannya.
Aku malah lebih waswas menghadapi masa
mendatang di saat aku masih bermain dengan baik,
dan Ellie masih ada, daripada belakangan ini. Aku
tidak yakin bahwa ia sanggup menghadapi suatu tra-
gedi dan kemudian mengatasinya. Ia mendekatkan
bibirnya ketelinga Arden. Napasnya terasa hangat
sekali. Arden, kurasa kita dapat menghadapi apa pun
bersama-sama. Kau membuatku merasa kuat dan per-
caya diri, menerima keadaanku tapi mau berusaha un-
tuk meraih yang lebih baik. Kalau seseorang mengang
gap dirimu sempurna, seperti Ellie menganggap diri-
ku, maka tidak ada banyak lagi yang perlu diperjuang-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
kan.
Drew mencakup wajah Arden di antara kedua
belah tangannya, kemudian ia menatap ke dalam mata
nya. Kau menangkap maksudku?
Tidak adil membanding-bandingkan seperti itu
Drew.
Aku tahu. Aku cuma ingin kau tahu bahwa aku
tidak menganggap kau sebagai pengganti dirinya di
dalam kehidupanku. Kau tidak seperti dia. Kau lebih
baik di mataku.
Drew, bisik Arden, sambil menempelkan dahi-
nya pada dagunya. Ia sama sekali tidak siap untuk ini.
Hal terakhir yang ia harapkan adalah Drew jatuh cinta
pada dirinya. Kenyataan bahwa ia sendiri jatuh cinta
padanya sudah cukup jauh melewati perhitungannya.
Gawat. Mana mungkin ia dapat begitu beruntung. Ini
membuatnya cemas. Apa yang harus ia pertaruhkan
untuk ini semua?
Tapi tangan yang hangat itu mengusap-usap,
membesarkan hatinya, kata-kata cinta memenuhi selu
ruh keberadaannya, sehingga saat itu ia tidak ingin
memikirkan yang akan datang. Ia hanya ingin menik-
mati fakta bahwa Drew mencintai dirinya. Ia harus
menceritakan pada Drew tentang rahasianya menge-
nai Matt sekarang, di saat suasananya sedang mendu-
kung dan hatinya sedang terbuka baginya. Tapi...
Arden, Arden, desah Drew sambil mendekat-
kan bibirnya ke bibir Arden. Dengan lembut ia menge-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
cupnya, dengan penuh perasaan, sebagaimana setiap
kali mereka berciuman.
Drew menyusupkan sebuah tangan ke balik
baju Arden. Permukaan kulitnya begitu lembut dan
hangat; dan ia dapat merasakan deburan jantungnya.
Arden membisikkan namanya sambil lebih me-
rapatkan dirinya. Aku tidak ingin menyerobot tempat
siapa pun di dalam hatimu, Drew.
Drew mengecup lehernya. Kau tidak menyero-
bot tempat siapa-siapa. Kau begitu unik. Kau memiliki
sebuah tempat tersendiri di dalam hatiku, yang sela-
ma ini memang belum pernah terisi.
Mereka saling mencicipi bibir masing-masing.
Aku suka bibirmu, bisik Drew, sementara Arden me-
lingkarkan tangannya di belakang Iehernya.
Ya Tuhan, ujar Drew, saat mereka akhirnya sa-
ling menarik diri untuk menarik napas. Ia menatap ke
dalam matanya. Kita masuk?
Arden mengangguk, kemudian mereka sama-
sama berdiri. Suasana di dalam rumah hening sekali.
Hanya lampu-lampu kecil di lorong yang masih menya
la. Di muka pintu kamar Arden, Drew meletakkan ke-
dua belah tangannya di atas pundak Arden.
Aku sudah banyak mendominasi dirimu Arden.
Sejak pertama kali aku bertemu denganmu, aku sudah
berlaku seenakku sendiri. Aku tidak mau memaksa-
kan kehendakku atas dirimu lagi. Aku sudah pernah
mengatakan padamu bahwa aku mencintaimu, dan
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
aku masih mencintaimu. Tapi aku tidak menuntut apa
apa darimu. Kalau kau datang kepadaku, akan kuperli-
hatkan seberapa besar cintaku padamu. Kalau tidak,
aku bisa mengerti.
Drew menghilang dalam keremangan lorong ke-
mudian memasuki kamar yang terletak di sebelah ka-
marnya. Tanpa berpikir lebih lama Arden segera ma-
suk ke dalam ruangan tempat barang-barangnya bera
da di sana. Ia bahkan tidak memperhatikan dekornya
yang bernuansa campuran antara biru, hijau alpukat,
dan pastel, dan menampilkan kesan elegan dan santai.
Kamar mandinya juga didekorasi dengan sama apik-
nya.
Cepat-cepat ia melepaskan pakaiannya dan me-
nyetel air di kamar mandinya sampai cukup hangat. Ia
berlama-lama mandi dan mencuci rambutnya, dengan
perasaan layaknya orang yang sedang jatuh cinta.
Ia mengeringkan rambutnya, memerciki dirinya
dengan parfum yang sebetulnya terlalu mahal untuk
digunakan dengan cara seroyal itu. Kemudian ia mem-
bubuhkan gel bernuansa peach pada bibirnya. Dengan
sigap ia membungkus dirinya dalam sehelai kimono
sutra lalu meninggalkan kamarnya.
Ketukan pelannya langsung mendapat tanggap-
an. Drew berdiri dengan sehelai handuk yang melilit
di pinggangnya. Rambutnya baru setengah kering.
Bulu-bulu yang menutupi dadanya membentuk ikal-
ikal lembap. Matanya berbinar seperti batu safir da-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
lam keredupan cahaya.
Arden..., tegurnya dalam nada bisik.
Aku menginginkan dirimu, aku Arden dalam
suara parau.
Di tempat tidur?
Ya.
Tanpa pakaian?
Sebagai jawaban, Arden melangkah mendekat
dan meletakkan tangannya di atas permukaan dada
Drew. Bulu dada Drew terasa menggelitik di telapak
tangannya. Arden menelusurinya mengikuti bentuk
torsonya. Persis di atas pusarnya, bulu-bulu itu terasa
lebih halus dan membentuk sebuah garis tipis ber-
nuansa keemasan. Tangannya menyentuh simpul han-
duk yang dibuat oleh Drew sebelumnya. Handuk itu
jatuh.
Debaran jantungnya meredam semua suara lain
yang ada, bahkan suara napasnya, sementara tangan-
nya terus bergerak turun. Tiba-tiba keberaniannya hi-
lang. Ia mengangkat wajahnya.
A-aku... t-tidak b-bisa...
Ssh, sahut Drew, sambil menarik tubuhnya ke
dalam pelukannya. Kau sudah sampai kemari. Ini bu-
kan sebuah tes. Kau tidak harus melakukan apa-apa
hanya karena kau menganggap bahwa aku mengingin-
kannya atau mengharapkannya. Ayo kita belajar sa-
ling mencintai bersama-sama.
Drew mendekatkan bibirnya dan dengan lem-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
but mulai menjajaki bibir Arden, sehingga perlahan-
lahan perasaan canggung Arden pun hilang. Ia membe
rikan responsnya dengan membuka mulutnya.
Tangan Drew bergetar saat menyentuh kimono-
nya. Ia menahan dirinya untuk tidak langsung mereng
gutnya begitu saja. Arden bukan sekadar teman iseng
pengisi waktu malamnya. Wanita-wanita itu bagian
dari masa lalunya. Arden adalah masa kini dan masa
depannya. Dan ia begitu berharga baginya. Begitu ber-
harga. Ia ingin tidak terburu-buru dengannya, untuk
menikmati setiap nuansa dirinya, dan cinta mereka. Ia
membiarkan tangannya bertumpu di pinggang Arden.
Baru setelah Drew mendengar erangan lembutnya,
tangannya bergerak untuk melepaskan kimono dari
tubuhnya, dan membiarkannya jatuh ke lantai.
Drew meangkah mundur untuk menikmati
keindahan yang sempurna itu. Tangannya bergerak
dengan penuh perasaan mengikuti matanya. Arden
merasa terharu sekali.
Belum pernah ada yang mengagumiku sebelum
nya, bisiknya.
Wajah Drew berubah menjadi sedih, kemudian
tiba-tiba senang sekali. Kau begitu cantik, ujarnya
dalam nada serak, sambil mengangkat tubuh Arden ke
atas tempat tidur. Dibaringkannya Arden di seprai
yang harum dan halus itu, lalu ia sendiri berbaring ra-
pat di samping Arden. Keduanya sama-sama terse-
nyum ketika merasakan kulit mereka bersentuhan.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Yang kasar dan yang halus.
Drew menggenggam pergelangan tangan Arden
dengan satu tangan dan mengangkatnya ke atas kepa-
la. Tangan satunya mengelus payudara Arden. Kau se
perti masih gadis. Arden ingin mengatakan bahwa ia
sudah pernah melahirkan dua orang anak, bukan satu,
tapi ia berhasil menahan diri pada waktunya Dadamu
masih kencang dan bulat. Drew menelusurkan jari-
nya dengan ahli di payudara Arden. Ujung dadamu
juga masih halus dan kulitnya berwarna terang Disen
tuhnya ujung payudara itu bergantian, hingga Arden
memberikan reaksi. Kau juga tidak punya bekas-be
kas melahirkan.
Arden melengkungkan punggung ketika jemari
Drew bergerak turun dalam satu garis lurus ke perut-
nya, semakin ke bawah, ke bayangan gelap di atas
pahanya. Kau sempurna, bisik Drew, sesaat sebelum
bibirnya turun ke bibir Arden. Setelah puas menciumi,
lelaki itu menelusuri tenggorokan Arden dengan bibir
nya, dan akhirnya turun ke payudaranya. Lidahnya
bermain di ujung payudara Arden.
Lepaskan tanganku. Setelah tangannya dilepas
kan, Arden menarik kepala Drew mendekat. Oh,
Drew, belum pernah aku dicintai seperti ini.
Mudah-mudahan memang belum. Aku ingin
menjadi satu-satunya lelaki yang kauingat pernah me-
nyentuhmu.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Belum pernah ada yang menyentuhku seperti
ini. Bibir dan lidah lelaki itu membuat gerakan-gerak
an menggairahkan yang membuat Arden tersiksa di
perutnya. Arden menggeliat dan meliukkan tubuh di
bawahnya. Ia jadi merasa asing akan reaksinya sendi-
ri. Ia gemetar ketika bibir lelaki itu menyentuh bagian
tubuhnya yang paling intim. Ia menyebutkan nama
Drew dengan setengah panik bercampur bahagia, saat
merasa mulut Drew menyapu bagian dalam pahanya.
Sudah, Drew, sudah.
Sebagai jawaban, Drew mengambil posisi di
atasnya. Matanya menatap lekat mata Arden saat tu-
buh mereka menyatu. Lalu Drew melakukan sesuatu
yang belum pernah dialami Arden dengan suaminya
dulu, saat mereka bercinta. Drew tersenyum padanya.
Sambil bergerak, ia masih terus mengawasi wajah
Arden, merekam rasa senang dan kebahagiaan yang
terpancar di wajah wanita itu.
Lama kemudian, Drew mengangkat kepalanya
dari bahu Arden. Dengan kelingkingnya ia menyibak-
kan poni rambut Arden yang basah. Ketika mata
Arden membuka dengan mengantuk dan rasa puas,
Drew memberikan kecupan di bibir Arden dan berka-
ta, Terima kasih telah membuatku menjadi baru kem
bali, Arden.

You might also like