You are on page 1of 27

http://jendela-fantasi.blogspot.

com/

Tujuh
RUPANYA Drew ingin diyakinkan. Arden tahu
itu. Ia begitu gelisah dan tegang saat mereka mening-
galkan pantai dan kembali ke suite mereka. Ia tidak bi-
sa berdiri diam. Sementara Arden membilas pasir dari
tubuh Matt, Drew terus melangkah mondar-mandir di
dalam kamar mandi.
Aku tidak yakin aku sudah siap.
Mungkin memang belum. Kalau Arden menco-
ba membesarkan hatinya, Drew hanya akan bersike-
ras mempertahankan pendapatnya sendiri serta me-
nyanggah setiap usulan positif yang akan diajukannya.
Nanti kalau ternyata ia kalah, ia akan menyalahkan
Arden karena telah mendorongnya bermain.
Di pihak lain, ujar Drew, menyanggah penda-
patnya sendiri, aku tidak akan pernah tahu, sampai
aku mulai bermain dalam suatu kompetisi lagi.
Betul.
Tapi... masa besok! Kenapa tidak minggu de-
pan?
Sayang, memang. Kau akan punya waktu sepan
jang minggu untuk memikirkannya.
Ia tidak betul-betul menyimak rupanya, karena
kalau tidak tentu ia sudah menangkap nada sinis ucap
an Arden. Ia berjalan sambil mengetuk-ngetuk jarinya
ke mulutnya. Alisnya mengerut. Tapi kalau aku pu-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
nya waktu seminggu untuk memikirkannya, bisa-bisa
aku malah menarik diri.
Mungkin, sahut Arden, sambil menyembunyi-
kan senyumnya.
Ya, mungkin.
Ia membuntuti Arden, yang menggendong Matt
masuk ke dalam kamar tidur untuk dipakaikan baju.
Sebaiknya aku menelepon Ham. Ia sudah mengejarku
selama beberapa bulan supaya aku mulai main, bah-
kan dalam turnamen-turnamen yang tidak berarti. Ta-
pi aku khawatir ia akan menganggap bahwa pertan-
dingan ekshibisi ini bukan suatu ide yang bagus.
Ya, mungkin saja.
Tapi sebaiknya aku bicara dengannya, ujar
Drew sambil melangkah menuju pesawat telepon.
Sang manajer ternyata antusias sekali dan me-
nyatakan bahwa ia akan mencoba mencari pesawat
dari Los Angeles, supaya ia dapat sampai di tempat
Drew bertanding esoknya.
Kenapa harus si Gonzales? Drew sudah meme-
san masakan daging iga yang lezat, tapi belum disen-
tuhnya sama sekali. Arden memesan sesuatu untuk
dirinya dan Matt ketika ia menyadari bahwa Drew
sedang terlalu sibuk untuk melakukannya. Terakhir
kali aku bermain dengan dia, ia menertawakanku. Si
brengsek itu berpaling ke arah penonton, sambil mem
bentangkan lengannya lebar-lebar seakan ia tidak ber
daya, kemudian ia tertawa.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Jika ia memang menghendaki simpati, ia harus
mencarinya di tempat lain. Sedangkan hal terakhir
yang ia butuhkan adalah diberi hati. Coba dengan se-
seorang yang tidak begitu suka mengintimidasi seper-
ti Gonzales. Dengan demikian orang-orang, para repor
ter olahraga dan semacamnya, akan berkata bahwa
kau mengambil jalan aman dan mulus, bahwa kau
tidak gegabah.
Mereka akan mengatakan bahwa aku seorang
pengecut ujarnya sambil menusukkan garpunya pada
sepotong daging, untuk kemudian diayun-ayunkannya
di muka Arden seakan untuk menegaskan maksudnya.
Tidak, mungkin ada hikmahnya menghadapi Gonza-
les. Setidaknya mereka tidak bisa bilang bahwa aku
takut.
Matanya bersinar sengit. Tapi ketika ia melihat
senyum Arden, ekspresi di wajahnya melembut, dan
ia menurunkan garpunya ke atas piringnya. Jam be-
rapa temanmu akan menelepon? tanya Arden dalam
suara pelan.
Jam delapan.
Kalau begitu sebaiknya kita kembali ke kamar.
Arden membersihkan mulut Matt dari sisa pure ken-
tang.
Mereka makan lebih awal untuk menyesuaikan
diri dengan jam tidur Matt. Begitu mereka berada kem
bali di kamar masing-masing, Matt sudah capek dan
siap untuk naik ke atas tempat tidur. Drew masih te-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
rus sibuk dengan dilemanya, bahkan saat ia memban-
tu Arden untuk mempersiapkan Matt. Pesawat tele-
pon berdering saat mereka kembali ke ruang duduk
setelah mematikan lampu kamar tidur Matt.
Drew terkejut ketika mendengar dering telepon.
Sesaat, sebelum dengan langkah-langkah mantap me-
lintasi ruangan itu untuk menjawabnya, ia hanya ber-
diri sambil memandangi pesawatnya. Halo, serunya.
Oh, halo, Mrs. Laani.
Arden melihat pundak Drew lebih santai. Ba-
gus sekali. Kami betul-betul kehilangan Anda, meski-
pun Arden bisa mengontrol Matt dengan cukup baik.
Ia menoleh melalui pundaknya kemudian mengedip-
kan mata. Oke, kalau Anda yakin bahwa Anda sudah
kuat. Anda tidak perlu buru-buru hanya demi kami...
Tidak, baiklah. Sebenarnya aku akan main dalam su-
atu pertandingan besok, jadi akan lebih mudah kalau
ada yang mengawasi Matt.... Oke... Beristirahatlah ma-
lam ini dan sampai ketemu besok.
Ia menutup pesawatnya. Mrs. Laani bilang
bahwa ia bisa kembali besok. Ia akan kemari pagi-pagi
untuk mengajak Matt pergi berbelanja. Adiknya yang
akan mengantar mereka.
Arden merasa sedikit kecewa. Sebetulnya ia
ingin ikut belanja. Memilih pakaian untuk anaknya,
yang belum pernah dapat ia lakukan sebelumnya, pas-
ti akan sangat menyenangkan baginya. Namun ia tak
dapat menemukan alasan yang tepat untuk itu. Lagi
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
pula, kalau Drew memutuskan untuk main dalam per-
tandingan itu, yang menurutnya wajar sekali baginya,
ia ingin hadir di sana.
Aku mau bilang selamat malam, Drew.
Drew berhenti melangkah, kemudian menatap-
nya dengan bengong. Sekarang? Kan belum...
Aku tahu, tapi kau butuh waktu untuk berpikir.
Sendirian.
Drew mendekat lalu melingkarkan lengannya di
pinggang Arden. Ulahku seperti orang gila sejak berte
mu Jerry tadi siang. Sorry. Bukan maksudku untuk
menelantarkanmu. Kau tidak marah, kan?
Tentu saja tidak! Ayolah, Drew. Kau sedang
mencoba membuat suatu keputusan yang penting.
Kegalauanmu bisa dimaafkan.
Tapi aku tidak ingin kau merasa tersisih, bisik
nya, sambil mengendus leher Arden. Aku butuh saran
dan dukungan darimu. Tinggallah bersamaku.
Tidak. Tidak ada seorang pun yang dapat mem-
bantumu dalam mengambil keputusan ini. Arden be-
tul-betul berpengalaman dalam mengambil keputus-
an-keputusan vital. Saat ia kebingungan memutuskan
apakah ia akan berpartisipasi dalam rencana Ron atau
tidak, merupakan salah satu malam yang paling mere-
sahkan dan sepi dalam kehidupannya. Ia harus ber-
tanggung jawab sendiri untuk keputusannya. Tak
seorang pun dapat mengambil keputusan itu baginya.
Dan kali ini ia harus memberikan kesempatan kepada
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Drew untuk berdiri sendiri, atau ia tidak akan pernah
dapat bangkit lagi.
Apa yang harus kulakukan Arden? tanya Drew
sambil membenamkan wajahnya di dalam rambut
Arden.
Arden menarik dirinya. Kau mau main tenis
secara profesional lagi?
Ya, sampai aku bisa beristirahat setelah meraih
peringkat paling atas dan bukan karena sudah tidak
mampu lagi. Masa aktif seseorang tingkat profesional
memang terbatas. Selalu akan ada yang lebih muda
dan lebih baik. Apa boleh buat. Tapi aku ingin mengak
hiri karierku kelak dengan cara yang terhormat, bu-
kan sebagai bulan-bulanan
Kalau begitu kurasa kau tahu apa yang harus
kaulakukan.
Aku harus main. Seulas senyum lebar memba-
yang di wajahnya. Aku akan main.
Pesawat telepon berdering lagi, dan kali ini ti-
dak perlu diragukan lagi siapa si penelepon itu. Sela-
mat malam, ujar Arden, sambil menyelinap ke dalam
kamar tidurnya dan menutup pintu di belakangnya.
Ia tidak dapat mendengar apa yang dikatakan
oleh Drew, namun ia dapat menangkap nada antusias
dalam suaranya. Ia tersenyum saat ia meraih notes
dan penanya dan mulai membuat catatan-catatannya
untuk sebuah artikel yang akan dikirimkannya ke The
Los Angeles Times, mengenai resep-resep sederhana
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
daerah Polynesia.
***
Ketika ia bangun, tempat tidur Matt sudah ko-
song. Ia duduk tegak, mengejapkan matanya dengan
cepat, sambil mencoba mengorientasi diri di dalam
ruangan yang baginya terasa asing. Ia melemparkan
selimutnya, kemudian menghampiri jendela untuk
mengintip keluar melalui celah gordennya. Matahari
baru akan terbit, dan permukaan laut yang tenang
sedang merefleksikan nuansa langit yang berwarna
merah muda keunguan.
Pintu kamar tidurnya dalam keadaan terbuka.
Dengan berjingkat ia melintasi ruangan duduk menu-
ju ke pintu kamar yang satu yang terbuka. Ia melo-
ngokkan kepalanya ke dalam ruangan yang bernuansa
merah muda. Tidak seperti kamar tidur yang ditempa-
tinya bersama Matt, yang ini tidak memiliki dua buah
tempat tidur melainkan hanya satu yang besar. Matt
sedang meringkuk di samping ayahnya. Dua-duanya
sedang tidur nyenyak sekali.
Didorong oleh sesuatu yang lebih kuat daripada
akal sehat dan prinsip-prinsip moral yang dianutnya,
Arden masuk lebih dalam ke ruangan itu. Matt tidur di
sisi lain dari tempat tidur besar itu. Proporsi tubuh-
nya tampak agak berat di bagian bawah karena popok
yang ia kenakan di balik piamanya. Ia berada di dalam
pelukan ayahnya dan mendengkur pelan melalui bibir
nya yang sedikit terbuka.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Lengan Drew tersampir di atas tubuh anaknya.
Tangan yang ramping dengan jari-jarinya yang pan-
jang dan terawat rapi. Cahaya pagi yang lembut me-
mantulkan nuansa keemasan bulu-bulu halus yang me
nutupi permukaan lengannya. Bahkan dalam keadaan
santai, lengan itu kelihatan liat dan mampu mengerah
kan tenaga yang luar biasa.
Mata Arden berkaca-kaca menahan emosi saat
menelusuri lengan itu menuju pundaknya yang lebar.
Laki-laki itu sedang membelakanginya, tapi ia betul-
betul menikmati keindahan permukaan punggungnya.
Suatu bentangan mulus bernuansa kecokelatan de-
ngan kontur otot-otot yang membuat dirinya ingin me
nyentuh dengan ujung jari-jarinya.
Tulang punggungnya meliuk ke arah bawah.
Arden menyusuri dengan pandangannya sampai ke
lembah batas pinggangnya. Ia hanya dapat melihat
bayangan bokongnya di balik selimutnya.
Rambutnya yang pirang tampak berantakan di
atas sarung bantal berwarna kuning mentega. Arden
mengitari tempat tidur itu untuk mengamati wajah-
nya, untuk mengagumi bentuk hidungnya yang cukup
panjang, mulutnya yang menyingkapkan pembawaan-
nya yang sensual, dan dagunya yang mengekspresikan
otoritasnya sebagai seorang laki-laki. Bulu matanya
lebat dan lentik, dengan nuansa yang lebih gelap di
bagian pangkalnya. Wajah yang membuat seorang
wanita duduk lebih tegak untuk memandang dirinya,
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
baik ia mengenalinya atau tidak.
Setiap kali mereka pergi keluar, Arden selalu
merasakan tatapan iri wanita-wanita lain. Arden tahu
bahwa kebanyakan di antara mereka akan mengira
bahwa ia, Drew, dan Matt merupakan sebuah keluar-
ga. Secara biologis, mereka memang sebuah keluarga.
Tapi kenyataannya...
Begitu ingat kembali bahwa ia telah begitu saja
masuk ke kamar itu, pelan-pelan ia memutar tubuh-
nya. Ia baru mengambil dua langkah ketika tiba-tiba ia
merasakan tarikan pada gaun tidurnya yang menjun-
tai sampai ke lantai. Dengan panik ia berpaling, dan
melihat bahwa Drew sudah bangun, dan menggulir-
kan tubuhnya ke tepi tempat tidur dan mencengke-
ram bagian bawah gaun tidumya.
Ia masih belum benar-benar bangun dan gerak-
annya amat pelan saat ia memilin ujung gaun itu di se-
putar tangannya, dan dengan demikian semakin mem-
perpendek jarak di antara mereka. Arden merasakan
lututnya menyentuh matras tempat tidur. Cengkeram-
annya membuat Arden tidak berdaya untuk melepas-
kan diri, apalagi tatapan matanya selagi ia menying-
kapkan secara perlahan selimut yang menutupi tubuh
nya.
Irama napas Arden menjadi lebih cepat. Suara
degup jantungnya yang keras dan tidak teratur terde-
ngar bergemuruh di telinganya. Ia merasa seperti
terperangkap, meskipun sesuatu mulai membara di
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
dalam dirinya.
Dalam satu gerakan sigap, Drew bergulir ke da-
lam posisi duduk di tepi tempat tidur itu, tanpa meri-
saukan tubuhnya yang telanjang. Matanya masih tertu
ju pada Arden, dan mereka sama-sama saling mena-
tap.
Ia menempatkan Arden di antara lututnya yang
terbuka. Paha mereka saling menyentuh. Dan akhir-
nya, mengikuti dorongan hati yang timbul sejak mere-
ka bertemu untuk pertama kali, Arden menaikkan ta-
ngannya untuk membiarkan jari-jarinya menelusuri
rambut Drew yang acak-acakan bekas tidur. Drew
membiarkannya melakukan itu untuk sesaat, sebelum
ia meraih tangan Arden untuk dibawa ke bibirnya.
Kecupannya pada awalnya ringan-ringan saja,
bak usapan lembut yang membelai permukaan tela-
pak tangan Arden. Kemudian Drew menciumi ujung
jari Arden, pergelangan tangannya, hingga suatu pera-
saan hangat mulai menjalari lengannya yang terus me
rambat ke arah buah dadanya.
Melalui bahan renda halus gaun tidurnya,
dengan hati-hati Drew menyentuh tubuh Arden. Suatu
gelenyar melanda diri Arden. Lututnya bergetar, se-
mentara tangannya sudah sedari tadi sampai di pun-
dak Drew. Kini Drew mencengkeram rambut Arden,
sementara tangan yang lain mulai membelai-belai tu-
buh Arden.
Dalam sekali angkat, Arden digendong melintasi
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
ruangan duduk menuju ke kamar tidur yang lain. Dan
Arden tahu ke mana arah permainan mereka kini. Ta-
pi ia juga tahu bahwa ia tidak dapat membiarkan hal
itu sampai terjadi. Ia mendambakan kebersamaannya
dengan Drew. Ia merindukannya untuk mengisi keko-
songan yang selama ini menderanya. Namun waktu-
nya masih belum tepat. Kalau mereka bercinta seka-
rang, akibatnya tidak baik untuk mereka berdua.
Drew, yang tidak menyadari keraguannya, su-
dah ingin mencumbunya kembali. Insting Arden meng
hendaki ia meleburkan dirinya dalam kenikmatan itu,
namun akal sehatnya menolak.
Ada begitu banyak alasan baginya untuk tidak
membiarkan hal itu terjadi sekarang. Tidakkah bercin
ta akan mempengaruhi cara ia bermain di dalam per-
tandingan penting sore nanti? Bagaimana kalau ia
sampai teringat kepada Ellie? Kalau bercinta dengan
Arden ternyata tidak sebaik bercinta dengan istrinya,
apakah ia tidak hanya akan merasa jijik padanya sete-
lah itu? Atau kalau lebih baik, tidakkah ia akan merasa
bersalah? Biar bagaimanapun, lebih baik atau tidak,
konsentrasinya yang seharusnya tertuju pada pertan-
dingan itu akan teralih.
Dan kelak, bila tiba saatnya baginya untuk meng
ungkapkan siapa dirinya, ia tidak akan percaya bahwa
semua itu dilakukannya bukan hanya sekadar untuk
dapat bertemu dengan anaknya. Tidak, Arden merasa
yakin bahwa ia tidak dapat bercinta dengannya Sebe-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
lum segala sesuatu mengenai dirinya diketahui Drew.
Sekali ia bercinta dengan Drew, lalu bagaimana?
Katakanlah bahwa Drew menang sore itu setelah ber-
cinta dengannya. Drew akan berterima kasih padanya
untuk membantunya memulihkan rasa percaya diri-
nya kemudian mengucapkan selamat berpisah. Atau
kalau ia kalah, mungkin ia akan menyalahkan dirinya.
Apa pun jadinya, Arden toh akan kehilangan dirinya.
Dan ia akan kehilangan Matt.
Tidak. Tidak. Ia tidak dapat mempertaruhkan
Semua itu, meskipun ia amat mendambakan Drew.
Cantik, gumam Drew di dekat lehernya saat
melepaskan tali bahu gaun tidur Arden. Aku sedang
mengimpikan dirimu, dan begitu terbangun aku men-
dambakan dirimu. Aku melihat kau mendekatkan tu-
buhmu ke arahku, mengamatiku selagi aku tidur. Oh,
Arden...
Drew... j-jangan... Arden mencoba menahan-
nya dengan mendorong pundak Drew dengan tangan-
nya. Tapi percuma.
Manisnya, desah Drew, sambil mencoba menu
runkan gaun tidurnya. Aku tahu kau cantik. Biarkan
aku mengagumimu.
Sudah, jerit Arden sambil mengentakkan diri-
nya dari pelukan Drew. Dengan tangan gemetar ia
mencoba untuk memasang tali bahu gaun tidurnya
kembali. Sudah, ulangnya dengan lebih lembut, sam-
bil menatap Drew dengan pandangan waswas. Dari
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
cara berdirinya yang agak sempoyongan dan matanya
yang berbinar-binar ia tahu bahwa Drew belum me-
nangkap pesan yang ingin disampaikannya.
Sudah? Apa maksudmu?
Arden membasahi bibirnya kemudian meremas
tangannya di muka dadanya. Ia sudah pernah meno-
laknya sekali, dan akhirnya betul-betul kurang menye
nangkan. S-sebaiknya kita... k-kau... sebelum pertandi
ngan itu. Aku dengar kurang baik untuk para atlet...
ehm, kau tahu kan... sebelum...
Drew tertawa kemudian mendekat. Jarinya me-
ngusap lekuk pipi Arden. Kalau memang begitu, tentu
nya tidak akan ada begitu banyak atlet lagi. Arden...
Sudah Drew, kumohon, ujar Arden, sambil ber
usaha menampik tangan yang diletakkan Drew di atas
pinggulnya.
Ada apa denganmu? Untuk pertama kali Ar-
den mendengar suaranya meninggi. Nadanya kecewa.
Jangan bilang padaku bahwa kau sedang tidak mau.
Wajah Arden memerah. Untuk apa kau menyelinap
ke dalam kamar tidurku kalau kau tidak sedang ingin
bercinta denganku?
Arden merasa tidak dapat menerima cara aro-
gan Drew mengangkat dagunya dan nada sok otoriter
suaranya. Aku mau memeriksa Matt. Aku khawatir
ketika aku terbangun tadi tidak melihatnya di tempat
tidurnya.
Kau tahu bahwa ia dapat turun sendiri dari tem
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
pat tidurnya. Selain itu, kau cukup melongok, dan kau
akan tahu bahwa ia sedang tidur bersamaku. Kau
tidak perlu berdiri di sisi tempat tidurku selama lima
menit untuk memastikan bahwa Matt ada bersama-
ku.
K-kau... a-aku..., sahut Arden terbata-bata.
Ya. Akui saja. Percayalah, kalau aku menemu-
kan kau dalam keadaan telanjang di tempat tidur,
reaksiku juga akan begitu. Kukira kita tidak perlu me-
nyembunyikan fakta bahwa kita saling tertarik secara
seksual. Jadi apa masalahnya?
Aku sudah bilang padamu. Rasanya bukan ide
yang baik untuk melakukannya kalau kau akan meng-
hadapi pertandingan hari ini.
Kenapa? Kau khawatir untuk mengikat dirimu
sebelum kau dapat memastikan apakah kau akan ti-
dur dengan seorang juara atau seorang pecundang?
Rasa marah yang melanda dirinya membuat
rambut di kuduk Arden berdiri. Dengan keras telapak
tangannya melayang ke pipi Drew. Suasana hening
mencekam meliputi seluruh ruangan itu, sampai akhir
nya ia berhasil menguasai dirinya untuk berkata, Kau
tidak adil padaku, Drew. Kejam, egois, dan tidak adil.
Yah, tapi kau sendiri juga tidak bermain
dengan adil, Ms. Gentry, desis Drew. Muncul seperti
dewi cinta sebentar lalu tahu-tahu berubah wujud
menjadi perawan sok sucisampai dua kali.
Arden menggeleng-gelengkan kepalanya de-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
ngan marah. Oke, jadi kau rupanya tidak menikmati
permainan ini, sama seperti aku.
Rupanya cuma begitu kau memandang ini
semua. Sebuah permainan saja. Apa sebetulnya yang
kau pertaruhkan untuk semua ini?
Ia sudah begitu mendekati zona yang berbahaya
itu, sehingga Arden tiba-tiba panik. Ia ketakutan mena
tap Drew, seakan entah dengan cara bagaimana tahu-
tahu segalanya akan terbongkar. Baru setelah bebera-
pa lama ia menyadari bahwa suara yang terdengar
menggema ke seluruh ruangan itu berasal dari pintu
dan bukan suara deburan jantungnya.
Drew memutar tubuhnya, merenggut sebuah
handuk dari rak kamar mandi untuk ia lilitkan di
pinggangnya sebelum pergi membuka pintu. Ternyata
Mrs. Laani. Arden segera masuk ke kamar mandi dan
mengunci pintunya sebelum si pengasuh sempat meli-
hat dirinya. Dalam waktu lima menit ia berhasil me-
ngumpulkan semua miliknya yang ada di dalam ka-
mar Matt. Mrs. Laani sedang sendirian di ruang duduk
menonton televisi menunggu Matt bangun. Arden
dapat mendengar suara air mengalir di kamar mandi
Drew.
Aku senang Anda sudah merasa lebih enak,
tegur Arden, sambil tersenyum kaku saat melangkah
menuju ke pintu. Mrs. Laani biasanya ramah dan suka
ngobrol, tapi Arden tidak merasa yakin bahwa ia ingin
berbasa-basi dengannya pagi itu. Tolong sampaikan
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
pada Drew bahwa aku berharap bahwa ia akan sukses
dalam pertandingan nanti.
Tapi Ms. Gentry, ia...
Sampai nanti.
Arden segera menyelinap ke dalam kamarnya
sendiri untuk mengamankan diri. Cepat-cepat ia man-
di dan mengenakan gaun santainya, meraih topi jera-
mi dan kacamata gelapnya, kemudian menghilang da-
lam waktu kurang dari lima belas menit. Sepanjang
pagi ia menghabiskan energinya untuk artikel yang se
dang ia siapkan, dengan mewawancara para ahli ma-
sak dari berbagai restoran terkemuka. Sementara itu
berkali-kali ia melihat arlojinya.
Apa yang dikatakan Drew memang benar. Apa
yang ia lakukan tadi pagi memang tidak adil. Tidak
seharusnya ia membuat Drew begitu marah sebelum
menghadapi pertandingannya itu. Yang tidak diketa-
hui laki-laki itu sejauh ini adalah bahwa ia telah berla-
ku tidak adil padanya sejak awal. Setelah pertemuan
mereka yang pertama. Seharusnya ia jujur padanya,
dengan mengungkapkan siapa ia sebenarnya. Yang ma
lah ia lakukan adalah membiarkan dirinya memasuki
kehidupan Drew, kehidupan pribadi dan kehidupan
profesionalnya. Padahal ia tidak berhak untuk itu.
Tapi ia telah begitu terlibat dengan Drew. Dan
itu merupakan faktor yang betul-betul berada di luar
perhitungannya.
Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan sekarang?
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
tanyanya pada dirinya.
Ia berhenti di sebuah kafe untuk beristirahat,
dan memesan roti yang diisi dengan salad telur, yang
pada akhirnya tidak ia sentuh sama sekali, dan segelas
es teh, yang kemudian menjadi hambar oleh larutan
es batunya.
Ia tidak memiliki pilihan lain selain pergi. De-
ngan meninggalkan Drew. Dengan meninggalkan anak
nya. Buat apa sebetulnya ia tinggal? Drew ingin meni-
durinya namun ia masih mencintai istrinya. Arden
tidak dapat menerima itu. Sudah bertahun-tahun ia
tinggal bersama seorang lelaki yang tidak mencintai
dirinya. Kalaupun ia akan tinggal dengan seorang
lelaki lain, maka ia akan memastikan bahwa dasarnya
adalah bukan keterlibatan sepihak. Pokoknya ia sudah
kapok.
Matt adalah seorang bocah yang lincah dan
sehat, yang tumbuh dengan penuh kasih sayang dan
dapat menemukan sosok seorang ibu di dalam Mrs.
Laani. Drew sedang dalam proses meninggalkan ke-
pompongnya untuk kembali berkecimpung dalam du-
nia kejuaraan tenisnya. Ia seorang ayah yang baik un-
tuk putranya. Kehadiran Arden hanya akan merupa-
kan duri dalam kehidupan mereka.
Ia sudah memperoleh apa yang ia cari. Ia sudah
melihat anaknya sekarang. Mungkin ia akan dapat
menghubungi Drew sekali-sekali, sebagai seorang
teman dan mendengar sesuatu tentang Matt. Mungkin
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Drew malah mau menengoknya ke kotanya dan me-
ngajak Matt bersamanya.
Drew akan menyangka bahwa ia pergi gara-gara
pertengkaran mereka. Ya sudah. Kalau ia nanti dide-
sak olehnya, ia akan menjadikan itu alasannya. Pokok-
nya mereka tidak cocok. Sorry, Drew, tapi hal seperti
ini memang dapat terjadi. Kau tentunya mengerti. Tapi
aku toh masih ingin menjadi temanmu, tetap berhubu-
ngan denganmu dan Matt. Ya, memang lebih baik per-
gi sekarang sebelum rahasianya terbongkar.
Arden meninggalkan kafe itu dengan hati bulat.
Ia akan kembali ke Maui. Tinggal menyelesaikan sebu-
ah artikel lagi, ia bisa pulang ke California dalam wak-
tu seminggu. Ia melirik arlojinya, kemudian memang-
gil taksi. Masih ada satu hal lagi yang harus ia lakukan.
Waialee Country Club, ujarnya cepat sambil
masuk ke dalam taksi.
***
Semua terdiam. Semua menahan napas. Suasana
tegang dan mencekam terasa semakin memuncak. Ma
tahari bersinar terik, namun tak seorang pun seperti
nya memperhatikan. Konsentrasi mereka yang hadir
tertuju ke lapangan tenis.
Kedua pemain itu tidak memedulikan panas, pa-
kaian yang basah oleh keringat, maupun kerumunan
penonton. Mereka hanya mengkonsentrasikan diri pa-
da pertandingan itu. Mereka berada di babak ketiga,
yang juga merupakan babak terakhir setelah masing-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
masing memenangkan satu set. Kedudukan saat itu
adalah lima-empat untuk Gonzales. Sekarang giliran-
nya. Kalau ia berhasil, ia akan keluar sebagai peme-
nang.
Drew memasuki arena pertandingan dengan
sambutan meriah dari penonton. Ketampanannya
yang bergaya Latin diaksen sebuah senyuman lebar
dan menarik. Sikapnya dalam menghadapi lawan
mainnya saat mereka berjabat tangan di net penuh
percaya diri. Namun itu berubah begitu ia memenang-
kan set pertama dengan enam-empat dan kemudian
kalah di set kedua dengan tujuh-lima.
Ia tidak begitu banyak lagi memusatkan konsen-
trasinya untuk menyenangkan hati para penonton
dan untuk berpose bagi para reporter foto olahraga. Ia
sedang berusaha untuk memenangkan pertandingan
itu, dan sedang mengerahkan seluruh daya yang dimi-
likinya.
Ia berdiri di atas, ujung jarinya kemudian memu
kul bola pertamanya. Bola itu mendesing balik. Suatu
pertandingan seru menyusul. Ia menghajar bola itu ke
pojok belakang lawannya dan mendapat angka.
Lima belas-kosong, seru wasit.
Arden menelan ludah sambil mengeringkan ta-
ngannya pada gaun santainya. Model gaunnya tertu-
tup dan agak longgar, dan ia merasa bersyukur bahwa
ia tidak mengenakan sesuatu yang lebih mencolok. Ke
ringatnya mengalir turun ke sekujur tubuhnya, meski-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
pun hanya sebagian yang disebabkan panasnya cuaca,
selebihnya bisa dikatakan karena ia sedang tegang.
Begitu turun dari taksi, ia disambut Jerry Arnold
yang dikirim Drew untuk mengantarnya ke tempat du
duk yang sudah disediakan. Ia sedang bersama mana
jernya, ungkap Jerry antusias padanya, tanpa ditanya.
Ia persis seperti dulu. Tenang tapi siap. Itu pertanda
bagus. Setidaknya, ia ingin memastikan bahwa kau
duduk di sini. Kalau kau butuh sesuatu, mintalah pada
salah seorang petugas untuk memanggilku.
Drew memasuki lapangan dengan penampilan
yang betul-betul keren dalam setelan tenis putih yang
ditempeli logo perlengkapan olahraga terkenal di
saku dada dan celana pendeknya. Bandananya, yang
menjadi ciri khas dirinya, melilit di kepalanya. Ram-
but pirangnya jatuh ke atasnya.
Para pencinta tenis itu rupanya tidak begitu ter-
kesan oleh kehadirannya. Ia disambut dengan tepuk-
an basa-basi. Mereka sudah membayar lima puluh do-
lar untuk menonton permainan McEnroe, dan merasa
kecewa. Apakah ini hanya akan menjadi salah satu
ajang pembantaian lagi bagi Drew McCasslin?
Drew rupanya tidak terpengaruh oleh sambutan
yang kurang antusias itu. Ia melayangkan matanya ke
arah penonton sampai ia melihat Arden. Ia mengang-
guk dengan tenang. Setelah itu ia tidak menoleh lagi
ke arahnya.
Drew memperoleh angka berikutnya, dan Arden
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
menutup matanya. Tinggal dua lagi, Drew, lalu kau me
nang. Dua lagi. Gonzales membuatnya tidak berkutik
pada pukulan serve berikutnya. Tiga puluh-lima
belas.
Gonzales menjadi terlalu percaya diri. Ia sama
sekali tidak memperhitungkan bahwa Drew akan
menggunakan pukulan backhand-nya yang memati-
kan. Ia melompat, tapi bolanya melesat ke arah yang
berlawanan.
Tiga puluh, seri.
Para penonton menjadi resah dan mulai berte-
puk tangan. Arden mendengar seruan-seruan bernada
mendukung ditujukan pada Drew. Hati Arden berbu-
nga. Permainannya betul-betul spektakuler sepanjang
pertandingan itu. Andaikata kalah sekalipun, ia toh te-
lah bermain dengan baik.
Gonzales memenangkan angka berikutnya. Em-
pat puluh-tiga puluh. Match point.
Suatu rangkaian baku hantam yang melelahkan
menghasilkan sebuah angka lagi bagi Drew. Gonzales
mengumpat sengit dalam bahasa Spanyol. Deuce.
Buku-buku jari Arden sudah putih sama sekali.
bibir bawahnya lecet gara-gara giginya. Pukulan serve
Gonzales melesat nyaris tak tampak. Arden bersyukur
kepada Tuhan ketika Drew menyambutnya dengan
manis. Namun pukulannya ternyata terlalu jauh. Bola
melewati garis yang sudah ditentukan.
Giliran Gonzales. Match point.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Drew mendoyongkan tubuhnya ke depan, ta-
ngannya di lututnya. Rambutnya yang basah jatuh me-
nutupi dahinya saat ia menundukkan kepalanya untuk
menarik napas. Kemudian ia menyiapkan dirinya un-
tuk pukulan serve musuhnya. Gonzales mengerahkan
seluruh tenaganya. Drew berhasil mengembalikan
bola dengan menakjubkan. Mereka menghajar bola itu
ke sana kemari sampai para penonton menjadi pusing
karena mengikutinya. Mereka sama-sama tidak mem-
buat kesalahan. Sama-sama mencoba mengakali yang
lain, mengelak ke sisi satu, kemudian lari ke sisi yang
lain. Kemudian sebuah bola melayang ke arah Gonza-
les yang sedang berada di sudut lapangan. Ia menyam
butnya dengan pukulan forehand-nya yang sempurna,
dan membuat bola itu melesat ke pojok yang berlawa-
nan.
Drew langsung bereaksi. Dengan kecepatan se-
ekor cheetah, ia mengejar bola itu. Ketika ia tahu bah-
wa ia tidak dapat mencapainya, ia melompat. Tubuh-
nya bak sebuah anak panah ramping yang melayang
secara horizontal di udara, raketnya terulur sejauh
yang mampu ia lakukan. Foto itu kemudian berhasil
memenangkan sebuah penghargaan jurnalistik bagi si
pemotretnya.
Raket Drew menyentuh bola. Sayangnya mo-
mentumnya tidak pas. Dampaknya cukup kuat untuk
melambungkannya ke arah net, menyentuhnya, untuk
kemudian jatuh kembali ke sisi Drew. Ia sendiri melun
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
cur di atas permukaan lapangan sampai siku dan le-
ngannya berdarah.
Tak seorang pun bergerak. Tak seorang pun me-
ngeluarkan suara. Dengan tegar Drew menghela diri-
nya, lalu menarik napas dalam-dalam. Sesudah itu, per
lahan-lahan, dengan dagu terangkat, ia melangkah ke
arah net. Tangan kanannya terulur, siap untuk menja-
bat tangan lawannya dengan sportif.
Suasananya menjadi gempar. Tepuk tangan mu-
lai terdengar, diiringi oleh suara sorak-sorai. Bukan
untuk si juara, tapi untuk yang ditaklukkan. Para foto-
grafer dan pencinta tenis dari segala usia berhambur-
an turun kelapangan... dan mereka semua datang un-
tuk mengerumuni Drew!
Mata Arden berkaca-kaca saat menyaksikannya,
sementara ratusan orang mengelu-elukan Drew. Ia su-
dah kembali. Ia sudah berada di atas lagi. Upayanya
yang terakhir itu membuktikan bahwa apa pun akan
ia pertaruhkan untuk meraih kembali posisinya seba-
gai seorang juara.
Arden bisa meninggalkannya sekarang. Ia akan
menemukan jalannya.
Arden menyelinap di antara orang banyak, naik
taksi, yang ia minta menunggu dirinya di hotel semen-
tara ia mengambil tasnya sebelum berangkat ke ban-
dara. Ia menumpang pesawat yang sama yang pernah
dinaikinya bersama rombongan McCasslin. Air mata-
nya turun ke pipi saat ia teringat akan bagaimana
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Matt menyandarkan kepalanya di dadanya, dan cium-
an Drew yang memabukkan setelah mereka menda-
rat. Ia akan selalu mengenang saat di mana ia memili-
ki si ayah dan anaknya sekaligus.
Tidak sebagaimana biasanya meja resepsionis
tempat peristirahatan itu sepi. Kemudian Arden me-
nyadari bahwa sudah waktunya untuk makan malam.
Seorang wanita muda menegurnya dengan ramah. Se
lamat malam. Bisa saya bantu?
Aku Ms. Gentry. Aku memiliki sebuah kamar di
sini, meskipun selama beberapa hari aku berada di
Oahu. Aku mau minta kunci Kamar 317.
Si gadis mengetik sesuatu di atas komputernya.
Kamar 317? tanyanya.
Betul, sahut Arden, yang tiba-tiba merasa ca-
pek sekali setelah apa yang dialaminya hari itu.
Mohon tunggu sebentar.
Si gadis tampak berbisik-bisik dengan manajer-
nya. Sekali-sekali mereka melirik ke arah Arden, yang
semakin lama mulai merasa semakin dongkol.
Ms. Gentry? Lelaki yang dikonsultasi petugas
meja resepsi menghampirinya.
Mereka betul-betul menyesal sekali, tapi telah
terjadi suatu salah pengertian. Mereka mendapat
kesan bahwa ia amat buru-buru saat melakukan check
out dari tempat peristirahatan itu. Ia sudah membayar
dengan kartu kreditnya. Barang-barang yang ia ting-
galkan di dalam kamarnya sudah disimpan sesuai de-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
ngan permintaannya di kantor tempat peristirahatan
itu.
Tapi aku belum melakukan check out! protes
Arden. Aku sudah menegaskan kepada pria yang ber-
tugas waktu itu bahwa aku akan kembali. Aku hanya
membayar sewa kamarku supaya kalian tidak mengi-
ra bahwa aku kabur.
Kekeliruan ini merupakan kesalahan mereka. Ta
pi mereka sudah memberikan kamar itu kepada tamu
lain yang menurut rencana akan tinggal di situ selama
dua minggu.
Aku menyukai kamar itu, tapi kalau kalian su-
dah memberikannya kepada orang lain, aku memang
tidak bisa berbuat apa-apa. Aku akan ambil yang lain.
Aku capek sekali...
Ternyata sebuah masalah lain kemudian mun-
cul. Tempat peristirahatan itu sudah penuh.
Apakah Anda bermaksud mengatakan tidak
mempunyai sebuah kamar pun untukku, setelah Anda
mengeluarkan aku begitu saja dari kamar satunya?
Mereka menyesal sekali karena begitulah kenya
taannya. Tapi mereka akan mencoba menghubungi
hotel dari tempat-tempat peristirahatan lain untuk
mencarikan tempat baginya. Dan mereka yang akan
mengantarkannya ke sana.
Trims, sahut Arden pendek. Aku akan me-
nunggu di sana, ujarnya sambil menunjuk ke sofa
yang terlihat jelas dari meja resepsionis supaya mere-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
ka tidak dapat berpura-pura melupakan dirinya.
Setengah jam berlalu, dan laporan yang diteri-
manya menjadi semakin mengecilkan hati. Semua
tempat yang kami hubungi ternyata sudah penuh.
Tapi kami tetap akan mencoba.
Ia sedang menyandarkan kepalanya pada pung-
gung kursi sofa yang didudukinya, sambil menimbang
nimbang pilihannya, ketika tiba-tiba ia menegakkan
kepalanya. Drew tiba-tiba masuk melalui pintu tem-
pat peristirahatan itu dengan tampang geram. Sebagai
mana biasanya ia mengenakan celana pendek dan se-
buah jaket olahraga yang dibiarkan setengah terbuka.
Rambutnya sudah dikeramas habis pertandingan
yang seru itu tampak acak-acakan oleh angin. Ada
luka lecet yang tampak cukup parah di lengan dan
sikunya. Ia menoleh sekali lagi begitu melihat Arden.
Ia berhenti persis di muka Arden, kemudian me-
letakkan tangannya di pinggang sambil menatap ta-
jam ke arahnya. Aku mencarimu ke mana-mana, di
dua pulau. Ke mana saja kau setelah pertandingan
itu?
Jawabannya jelas, kan?
Jangan sok naif. Kenapa kau kabur?
Kenapa? Karena pertengkaran kita tadi pagi.
Arden berdiri kemudian membalas tatapan tajamnya.
Aku tidak bisa menerima caramu yang sok mendomi-
nasi dan berang itu.
Sebuah senyum membayang di wajah laki-laki
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
itu. Mestinya kau lebih sering marah. Efeknya luar bi-
asa di matamu.
Arden sudah siap untuk memakinya, tapi ada
yang memanggil dirinya. Ms. Gentry! Si manajer men
dekat sambil melambaikan sepotong kertas. Kami
mendapatkan sebuah kamar...
Batalkan, potong Drew, sambil memutar
tubuhnya ke arah laki-laki yang kurang beruntung itu,
untuk ia pelototi dengan matanya yang biru.
Si manajer menengadahkan wajahnya ke arah
Drew dengan tatapan waswas, kemudian melirik ke
arah Arden. Tapi Ms. Gentry bilang bahwa ia membu-
tuhkan sebuah kamar dan...
Kubilang batalkan. Drew memutar tubuhnya
ke arah Arden kembali. Ia akan ikut pulang bersama-
ku. Sinar matanya melembut saat pandangan mereka
bertemu. Kemudian dalam nada berbisik ia menam-
bahkan Ayolah.

You might also like