You are on page 1of 27

http://jendela-fantasi.blogspot.

com/

Tiga
DREW mengajak Arden ke salah satu restoran
di kawasan resort itu. Dengan pelayanan yang biasa di
berikan kepada tamu VIP, kepala pelayan mengantar
mereka ke sebuah meja yang menghadap ke arah laut.
Meskipun para pengunjung restoran itu umumnya
berpakaian santai, suasana ruangan bernuansa hijau
lembut dan peach itu terasa elegan dengan kursi-kursi
yang dipelitur hitam dan vas-vas bunga segar yang
tersebar di mana-mana.
Cocktail, Sir, tanya si pelayan.
Arden?
Virgin Mary.
Perrier dengan limau, ujar Drew kepada si pe-
layan, yang setelah mengangguk berlalu.
Drew meraih sepotong roti, yang ia belah menja
di dua dan separonya ia berikan kepada Arden. Kau
pesan itu karena aku? tanyanya dalam nada sedikit
tersinggung.
A-apa? Arden merasa kurang enak mendengar
nadanya. Minumannya?
Yang kaupesan itu kan bukan minuman. Kalau
kau ingin sesuatu yang lain, pesan saja. Tampangnya
persis seperti sebuah per yang tegang. Aku berjanji
tidak akan menyerobotnya dari tanganmu. Aku sudah
melewati fase traumaku. Seakan untuk membuktikan
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
itu, dengan cermat ia mengoleskan mentega ke atas
rotinya.
Arden meletakkan potongan rotinya ke atas
piring, lalu melipat tangannya ke atas pangkuannya.
Aku memesan apa yang ingin kuminum, Mr. McCass-
lin. Ucapannya yang tegas itu membuat Drew meng-
angkat kepalanya. Semua yang tahu namamu, tahu
bahwa kau punya masalah soal minuman. Tapi itu bu-
kan alasan untuk berbicara padaku seakan aku seo-
rang petugas sosial yang mempunyai misi untuk me-
nyelamatkan dirimu. Kalau aku tidak menganggap kau
sudah melewati fase traumamu, aku tidak akan duduk
bersamamu di sini sekarang ini.
Kau marah.
Ya, betul. Dan aku akan menghargai kalau kau
berhenti mencoba mengendalikan pikiranku.
Si pelayan mengantarkan minuman dan mening
galkan buku menu di muka mereka. Arden menatap
Drew dengan tajam. Ia merasa kesal dan tidak berusa-
ha untuk menyembunyikannya.
Maaf, ujar Drew setelah si pelayan berlalu.
Aku tidak tahan kritikan, meskipun belakangan ini
aku layak menerimanya. Aku mulai menjadi paranoid,
mencari-cari yang sebetulnya tidak ada.
Arden memperhatikan ukiran peralatan makan
perak itu sambil mengumpati dirinya karena sikapnya
yang ketus. Apa sebetulnya yang ia inginkan? Menjalin
persahabatan dengannya atau justru mengusirnya
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
pergi? Saat ia mengangkat matanya yang hijau, nuansa
warnanya sudah jauh lebih lembut. Aku juga minta
maaf. Bertahun-tahun aku membiarkan suamiku un-
tuk berpikir dan berbicara untukku. Suatu kebiasaan
yang tidak baik untuk seorang wanita, atau siapa pun.
Rupanya kita sama-sama memasuki zona yang sensitif
pada waktu yang bersamaan. Secara diplomatis
Arden tersenyum, kemudian mengangkat gelasnya.
Omong-omong, aku memang suka jus tomat.
Sambil tertawa Drew mengangkat gelasnya un-
tuk bersulang dengan gelas Arden Untuk wanita yang
paling menawan di pulau ini. Mulai sekarang aku akan
menanggapi apa yang kaukatakan atau lakukan.
Arden berharap Drew bersulang untuk hal lain,
yang tak ada hubungannya dengan keterbukaan sikap.
Namun Arden toh membalas senyumnya.
Kau mau makan apa? Drew membuka buku
menunya.
Apa usulmu?
Hati.
Secara spontan tawa Arden meledak. Itu satu-
satunya yang tidak mau kumakan, diolah dalam ben-
tuk masakan apa pun.
Drew tersenyum simpatik. Bagus. Aku juga
tidak suka hati. Rupanya kita memang jodoh.
Saat menelusuri buku menunya, terpintas da-
lam diri Arden bahwa Matt juga mungkin tidak akan
pernah suka makan hati.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Arden memesan salad udang yang disajikan di
dalam buah nenas dan dihias dengan alpukat dan ang-
grek. Terlalu cantik untuk dimakan. Drew meminta se
porsi steak ukuran kecil dan salad hijau. Mereka men-
jadi akrab selama makan. Ketika ditanya, Arden meng-
ungkapkan bahwa kedua orangtuanya sudah mening-
gal. Ibunya meninggal ketika ia belajar penulisan krea
tif di UCLA, dan beberapa tahun setelah itu ayahnya
yang dokter meninggal karena stroke. Ia tidak mau
bercerita lebih detail lagi, khususnya tentang klinik
bersalin ayahnya.
Drew tumbuh dewasa di Oregon. Ibunya masih
tinggal di sana. Ayahnya sudah meninggal beberapa
tahun yang lalu. Drew sudah bermain tenis sejak ia
duduk di bangku sekolah menengah pertama.
Waktu itu kebanyakan sekolah negeri belum
memiliki tim tenis. Ketika si pelatih melihat bahwa
aku punya bakat, ia memintaku untuk bergabung di
dalam tim yang baru saja dibentuknya. Sebetulnya
aku lebih suka baseball, tapi ia terus menekanku, ak-
hirnya aku menyerah. Kemudian obsesi membuatku
ingin bermain dengan lebih baik. Sewaktu di SMU, aku
mulai menang dalam turnamen-turnamen lokal.
Tapi kau terus ke perguruan tinggi.
Ya. Manajerku, Ham Davis, tentu saja kecewa
sekali. Selalu saja ada ujian yang menghalangi waktu
latihan atau pertandinganku. Tapi aku tahu bahwa
aku tidak akan mungkin dapat bermain tenis seumur
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
hidupku, setidaknya tidak sebagai seorang pro, karena
itu kupikir ada baiknya juga aku menyiapkan diriku
untuk hari-hari di mana aku tidak bisa bermain lagi.
Tapi akhirnya kau terperangkap, bukan? Begi-
tu kau mulai mengikuti pertandingan-pertandingan
itu, kau langsung menang. Arden menghabiskan poto
ngan buah papayanya yang terakhir. Mereka telah me-
mesan sepiring buah-buahan segar sebagai penutup,
bersama kopi.
Aku memang beruntung selama beberapa ta-
hun. Ia mengangkat bahunya. Selain itu aku matang
lebih dahulu, sehingga aku tidak merasa perlu untuk
keluar malam dan menjelajah seperti yang dilakukan
oleh beberapa pemain yang ikut tur untuk pertama ka
li. Ia menghirup kopinya. Sistemnya memang aneh.
Di saat kau baru mulai, biayanya bisa tinggi sekali.
Untuk transpor, penginapan, makan. Kemudian, kalau
kau berhasil, begitu kau mendapatkan hadiahnya beru
pa uang dan mendapat kontrak, segalanya ada yang
membayar.
Ia menggeleng sambil tertawa. Aku memperta-
ruhkan beberapa kontrak berharga di saat bahkan se-
patu tenis yang terbaik toh masih bisa membuat aku
sempoyongan di lapangan tenis sehabis minum-mi
num.
Kau akan memenangkannya kembali.
Drew menatap Arden di matanya. Itu yang dika
takan si Ham. Kau yakin akan begitu?
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Apakah pendapatnya yang ia anggap penting,
atau ia cuma butuh sekadar dibesarkan hatinya? Ya.
Begitu mereka melihat kau bermain seperti tadi lagi,
begitu kau mulai memenangkan satu atau dua turna-
men, kau akan berada di atas kembali.
Banyak pemain muda yang sudah siap meng-
gantikan aku.
Mereka bukan tandinganmu, ujar Arden sam-
bil menepiskan tangannya.
Drew tersenyum pahit. Andaikata aku juga begi
tu yakin.
Ehm, Mr. McCasslin, maafkan kami, tapi...
Wajah Drew berubah menjadi gelap saat ia me-
ngangkat alisnya yang tebal dan berpaling ke arah
pasangan suami-istri yang berdiri dengan canggung di
belakang kursinya. Mereka mengenakan kemeja Ha-
waii bercorak bunga-bunga yang serasi dan penampil-
an mereka menegaskan bahwa mereka turis. Ya? Bi-
ar bagaimanapun, reaksi Drew toh berkesan dingin.
K-kami... ehm... Si wanita tampak ragu. Kami
ingin tahu apakah Anda bersedia untuk memberikan
tanda tangan Anda untuk anak kami. Kami datang dari
Albuquerque, dan ia baru mulai main tenis. Ia kagum
sekali pada Anda.
Ia memasang poster Anda di kamarnya, ujar
suaminya. Ia... ia...
Aku tidak punya apa-apa untuk ditandatanga-
ni, ujar Drew, kemudian dengan begitu saja memung-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
gungi mereka kembali.
Aku punya, potong Arden, melihat ekspresi ke
cewa dan serba salah di wajah terbakar matahari pa-
sangan itu. Ia merogoh tasnya, lalu mengeluarkan bola
tenis yang tadi dilempar Drew ke arahnya. Bagaima-
na kalau kautandatangani ini untuk mereka, Drew?
usulnya dalam nada hati-hati sambil menyodorkan
bola itu.
Pada awalnya, sinar matanya gelap dan kesal,
dan Arden mengira bahwa ia akan mengatakan pada-
nya untuk jangan ikut campur. Namun begitu Drew
melihat kelembutan yang terpancar dari dalam mata
Arden, ia tersenyum dan menerima bola itu. Setelah
meraih pena yang ditemukan si wanita di dalam tas-
nya, ia membubuhkan tanda tangannya ke atas permu
kaan berbulu bola tenis itu.
Terima kasih banyak, Mr. McCasslin. Aku tidak
bisa mengungkapkan pada Anda betapa berartinya
cenderamata ini untuk putra kami. Ia...
Ayo, Lois, kita biarkan ia menikmati kembali
makan siangnya. Kami tidak mau mengganggu Anda,
Mr. McCasslin, tapi kami ingin menyampaikan kepada
Anda bahwa kami betul-betul sudah tidak sabar lagi
menunggu Anda bermain lagi.
Drew berdiri untuk berjabatan tangan dengan
laki-laki itu dan mengecup tangan si wanita, yang
nyaris jatuh pingsan gara-gara itu. Salam pada putra
Anda dan selamat menikmati liburan ini.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Mereka berlalu sambil mengamati suvenir mere
ka yang berharga itu dan bergumam betapa simpatik-
nya Tuan McCasslin dan betapa kelirunya para repor-
ter mengatakan bahwa ia arogan dan sama sekali ti-
dak sportif.
Drew menatap Arden, yang mempersiapkan diri
untuk kena damprat. Namun suaranya malah terde-
ngar parau saat ia bertanya pada Arden, Sudah sele-
sai? Ketika Arden mengangguk, ia memegang bawah
siku Arden untuk membantunya berdiri dari kursinya.
Mereka meninggalkan restoran itu dan sama-sama ti-
dak mengatakan apa-apa sampai mereka mulai mene-
lusuri jalan setapak yang menghubungkan bangunan-
bangunan resort itu.
Terima kasih, ujar Drew pendek.
Arden berhenti melangkah, kemudian menoleh
ke arahnya. Untuk apa?
Untuk mengingatkanku dengan cara halus bah-
wa sikapku kurang simpatik.
Arden mendapatkan bahwa tatapan mata Drew
terlalu dalam untuk disambut, karena itu ia mengalih-
kan pandangannya ke kancing nomor tiga kemejanya.
Tidak seharusnya aku ikut campur.
Aku justru berterima kasih padamu untuk itu.
Itu adalah salah satu alasan mengapa aku menjadi be-
gitu sensitif. Berbulan-bulan setelah Ellie meninggal,
aku dikejar oleh para reporter begitu aku keluar
rumah. Lama-lama aku menjadi kesal begitu ada yang
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
mengenaliku di tempat umum.
Aku bisa membayangkan bagaimana rasanya
kalau kau terus-menerus disorot. Akan bagaimana ra
sanya rambutnya itu kalau disentuh? Nuansanya yang
keemasan begitu sesuai dengan kulitnya yang kecoke-
latan.
Dalam keadaan normal saja sudah cukup mele-
lahkan. Apalagi dalam keadaan sebaliknya. Di saat aku
baru kehilangan ada yang menyoraki aku dari podium
penonton, melempari aku dengan entah apa karena
permainanku yang mengecewakan. Secara irasional,
aku menyalahkan mereka. Penggemarku meninggal-
kanku gaIa-gara aku minum, dan aku minum karena
penggemarku meninggalkanku. Benar-benar suatu
lingkaran setan. Sampai sekarang aku masih merasa
resah kalau ada yang menghampiriku, siapa tahu me-
reka akan memaki aku.
Yang baru kusaksikan tadi justru sebaliknya.
Arden memaksa dirinya untuk mengangkat wajahnya.
Kau masih memiliki ribuan penggemar yang sedang
menantikan saat kau kembali ke lapangan.
Drew menatap ke dalam wajah Arden yang
tulus selama beberapa saat, dan nyaris hanyut dalam
hijau matanya yang memesona. Tubuhnya menebar-
kan aroma bunga. Ia tampak begitu tenang dan penuh
percaya dir namun juga hangat dan murah hati. Drew
menaikkan tangannya, bermaksud menyentuh rambut
pirang kecokelatannya yang secara lembut mengusap
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
pipi Arden, namun pikirannya berubah, dan tangan itu
turun kembali. Dan akhirnya ia berkata, Berkenalan
denganmu merupakan salah satu di antara hal-hal me
nyenangkan yang terjadi padaku setelah sekian lama,
Arden.
Aku senang mendengar itu, sahut Arden, tulus.
Kuantar kau ke kamarmu.
Mereka melintasi lobi bangunan utama. Di dekat
lift, Drew berkata, Tunggu sebentar di sini. Aku akan
segera kembali.
Sebelum Arden sempat bertanya ke mana Drew
pergi, ia sudah menghilang. Arden menekan tombol
naik, tapi terpaksa membiarkan dua lift kosong lewat
sebelum Drew muncul dengan langkah-langkah cepat
membawa sesuatu yang dibungkus dalam kertas putih
Sorry ujarnya dengan napas terengah-engah. Lantai
berapa?
Mereka naik lift ke atas, sementara rasa ingin ta
hunya sebagai seorang wanita, membuat Arden betul-
betul penasaran akan isi bungkusan itu. Mata Drew
tampak berbinar-binar. Kalau ini akan merupakan ke-
jutan baginya, ia bertekad untuk tidak mengacaukan-
nya.
Di muka pintu kamarnya, Arden mengulurkan
tangannya Terima kasih untuk acara makan siang
yang menyenangkan.
Drew tidak menyambut tangannya. Ia membuka
bungkusannya dan mengeluarkan seuntai lei yang
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
terdiri atas rangkaian bunga plumeria dan anggrek. Ia
menjatuhkan kertas pembungkusnya dengan begitu
saja di lantai lorong, kemudian menaikkan rangkaian
lei itu ke atas.
Tentunya sudah puluhan yang dikalungkan di
lehermu sejak kau di sini, tapi aku ingin kau meneri-
ma sebuah dariku.
Aroma bunganya yang harum dan keberadaan-
nya yang dekat membuat Arden merasa sulit untuk
bernapas. Seluruh inderanya bergetar. Emosinya mem
buat tenggorokannya seperti tersumbat, namun ia ber
hasil mengatakan, Belum. Aku belum menerima sebu
ah pun. Terima kasih. Bunga-bunganya indah sekali.
Kau memperindahnya.
Ia menyampirkan untaian kuntum yang sempur
na itu melalui kepala Arden ke atas pundaknya yang
terbuka. Kelopak-kelopaknya yang halus terasa lem-
bap dan sejuk di atas kulitnya. Drew tidak menarik
kembali tangannya, melainkan meletakkannya dengan
lembut di atas pundak Arden. Arden jadi bingung dan
salah tingkah. Ia menundukkan kepalanya.
Laki-laki ini, dan segala hal yang berhubungan
dengan dirinya, menghanyutkan akal sehat dan pera-
saannya. Ia memperlakukan dirinya dengan cara yang
sama sekali asing baginya, namun toh nikmat sekali.
Ingin rasanya ia membiarkan dirinya terbawa dan
larut di dalamnya. Kuntum-kuntum bunga di dadanya
bergetar mengikuti irama denyut jantungnya. Dengan
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
hati-hati ia mengusapkan jari-jarinya ke atas dadanya.
Melalui sudut matanya ia melihat jari laki-laki
itu meraih jari-jarinya. Jari-jari mereka bertemu, ber-
gesek, kemudian saling bertaut. Rasanya hangat, meya
kinkan, dan kuat. Arden mengangkat wajahnya dan
menatap Drew dengan mata yang tampak selembap
bunga-bunga itu.
Aloha, bisik Drew. Ia mencondongkan tubuh-
nya untuk mengecup Arden, mula-mula di satu pipi,
kemudian di pipi yang lain. Ia mendekatkan bibirnya
ke sudut bibir Arden. Di sana, dengan pipi yang ditum-
buhi rambut-rambut kasar menyentuh lembut pipi
Arden, ia mendesahkan namanya, Arden.
Ibu jarinya menelusuri pundak Arden, sementa-
ra napasnya terasa di pelipis Arden dan menggelitik
telinganya. Setelah acara makan siang itu berlalu...
Oh, jangan! erang Arden di dalam hatinya. Di
situ kelemahanku.
Drew menarik diri sambil melepaskan cengkera
mannya di pundak Arden. Bagaimana kalau kita ma-
kan malam sama-sama?
***
Bahkan di saat berpakaian untuk malam itu, Ar-
den tahu bahwa seharusnya ia menolak saat Drew me
ngundangnya untuk berkencan. Rasanya cukup masuk
akal kalau tadi ia mengatakan, Idemu menyenangkan
sekali, tapi aku tidak bisa keluar malam ini karena ha-
rus menyelesaikan artikelku.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Tapi ia malah mendengar dirinya berkata, Aku
akan senang sekali, Drew. Drew menanggapi ucapan-
nya dengan senyum kemudian ia kembali ke lift.
Arden masuk ke dalam kamarnya dengan perasaan
seakan berada di langit ketujuh. Namun setelah itu ia
ingat alasan sebetulnya bertemu dengan Drew.
Selama beberapa saat, sementara tangan laki-
laki itu menyentuh tubuhnya dan embusan napasnya
menyilir rambutnya, ia telah melupakan pikiran ten-
tang anaknya. Baginya saat itu Drew bukanlah ayah
anaknya, tapi melulu seorang laki-laki. Seorang laki-
laki yang ia sadari memiliki daya tarik yang luar biasa.
Setelah perkawinannya yang gagal dan kehidup
an seksnya yang tidak normal dengan Ron, tidak per-
nah terlintas dalam dirinya untuk menjalin hubungan
dengan seorang laki-laki lagi. Ia benar-benar terkejut
begitu menyadari betapa besar rasa antisipasi dirinya
menghadapi kencannya dengan Drew. Dan bukan
untuk alasan yang semula ia rencanakan.
Akan lebih ideal andaikata Drew tidak begitu
menarik baginya... Dan statusnya bukan seorang du-
da... yang kesepian. Akan lebih mudah baginya kalau
orangtua anaknyakeduanyamasih dalam keadaan
sehat. Si ayah tipe periang, lembut, pendek dan
gemuk, dan rambutnya mulai botak? Pada awalnya,
penampilan dan pembawaan pasangan itu bukan hal
yang penting baginya. Ia hanya ingin tahu tentang
anaknya yang pernah dilahirkannya tapi belum per-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
nah ia lihat itu. Situasinya ternyata tidak sesederhana
itu.
Rasanya seperti membuka sebuah luka lama,
setiap kali ia teringat saat-saat pemakaman Joey. Hari
suram yang diiringi hujan rintik. Belum pernah seu-
mur hidupnya ia merasa begitu ditinggalkan. Bahkan
Setelah kedua orangtuanya tiada sekalipun. Sesudah
urusan perceraiannya selesai, ia menghabiskan selu-
ruh waktunya untuk Joey, yang dirawat di rumah sakit
menjelang bulan-bulan terakhir masa hidupnya. Ia di
sana saat kondisi anaknya terus merosot dari hari ke
hari, sambil berusaha untuk tidak mengharapkan
kematian seorang anak lain supaya Joey memperoleh
ginjal yang dibutuhkannya. Tuhan tidak memboleh-
kan kita mengeluarkan doa semacam itu. Oleh karena
itulah ia tidak pernah mengucapkannya.
Ketika waktunya akhirnya tiba, Joey meninggal
dengan cara yang sama manisnya seperti ketika ia
masih hidup. Ia meminta ibunya agar tidak menangis,
menjanjikan pada ibunya bahwa ia akan menyisihkan
sebuah tempat tidur di surga persis di sebelah tempat
tidurnya sendiri. Selama beberapa jam setelah ia
mengembuskan napasnya yang terakhir, Arden masih
menggenggam tangannya yang kurus dan memanda-
ngi wajahnya yang tampak begitu damai, untuk di-
ingat-ingatnya.
Ron memasang tampang sedih pada upacara
pemakaman yang hanya dihadiri segelintir temannya.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Arden benar-benar merasa muak melihat tingkahnya.
Dengan penuh ketegaran Joey menyembunyikan rasa
kecewanya setiap kali Ron tidak jadi datang ke rumah
sakit untuk menjenguknya, sebagaimana dijanjikan-
nya.
Setelah upacara pemakaman itu selesai, Ron
mendekat. Apa kau masih punya uang lebih dari uang
yang kauperas dariku?
Itu bukan urusanmu. Uang itu hasil jerih payah
ku.
Sial. Aku butuh uang itu.
Itu urusanmu sendiri.
Demi Tuhan, Arden. Tolonglah aku. Kali ini
saja. Aku berjanji....
Arden membanting pintu mobil limusin di muka
nya, kemudian memerintahkan si sopir untuk segera
meninggalkan tempat itu. Bahkan pada upacara pengu
buran putranya, yang ada di dalam kepala laki-laki itu
hanyalah dirinya sendiri.
Selama beberapa bulan setelah itu, Arden begitu
tenggelam di dalam kesedihannya sampai ia tidak da-
pat membedakan waktu lagi. Ia hidup dalam kehampa
an. Hanya di atas kertas ia dapat menumpahkan pera-
saannya, menjajaki perasaannya. Sebuah esainya yang
menceritakan tentang kehilangan seorang anak meme
nangkan lomba penulisan naskah pada sebuah maja-
lah wanita. Ia diminta untuk menulis lagi, namun
mood untuk melakukan itu ternyata tidak ada. Ia
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
merasa bahwa ia cuma sedang mengisi waktu untuk
menantikan saat kematiannya sendiri, karena ia tidak
memiliki apa-apa lagi sebagai alasannya untuk berta-
han hidup.
Kecuali anaknya yang satu lagi.
Pikiran itu muncul begitu saja pada suatu hari.
Sebetulnya ia toh memiliki alasan untuk hidup. Di
suatu tempat di muka bumi ini ia masih memiliki
seorang anak lagi. Pada saat itulah ia memutuskan
untuk menemukan anak itu. Namun ia sama sekali tak
berniat mengganggu kehidupan anak itu. Ia juga tidak
akan melakukan hal-hal yang mengganggu pasangan
itu, yang telah berusaha keras untuk memperoleh
keturunan. Ia hanya ingin melihat anak itu saja. Untuk
tahu siapa namanya, apa jenis kelaminnya. Ia telah me
minta kepada Ron untuk dibius persis sebelum proses
persalinannya dimulai supaya ia tidak akan ingat apa-
apa, atau tahu sesuatu tentang si anak yang telah ia
kandung untuk orang lain.
Apa maksud Anda bahwa tidak ada catatan me-
disnya? desaknya dalam nada frustrasi ketika perta-
ma kali ia berusaha mendapatkan informasi tentang
anaknya.
Wajah petugas tata usaha itu tetap tenang. Mak
sudku, Mrs. Lowery, catatan medis Anda mungkin
terselip di antara arsip yang lain, dan aku masih harus
mencarinya. Di rumah sakit sebesar ini, hal-hal begini
bisa terjadi.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Terutama jika seorang dokter yang berpenga-
ruh meminta Anda atau membayar Anda untuk me-
nyelipkannya di antara arsip yang lain. Dan namaku
adalah Ms. Gentry!
Ceritanya kemudian persis sama di mana-mana.
Catatan kelahiran bayi Arden baik di kantor catatan
sipil maupun di rumah sakit raib secara misterius. Na-
mun bagi Arden, siapa yang bertanggung jawab atas
kekacauan administrasi surat-suratnya sama sekali
bukan suatu misteri.
Arden tidak tahu siapa pengacara yang telah me
narik dokumen-dokumen resmi itu. Tapi ia pasti dise-
wa oleh Ron, yang tentu saja tidak akan bersedia me-
ngungkapkan apa pun padanya kalaupun ditemui. Ron
sudah memperhitungkan bahwa Arden akan berusaha
mencari anaknya yang kedua setelah Joey meninggal,
karena itu ia mendahuluinya dengan mempersiapkan
semua yang terlibat agar tidak mengungkapkan apa-
apa padanya.
Perawat yang mendampinginya selama proses
persalinannya merupakan sumbernya yang terakhir.
Ia menemui si perawat di tempat kerjanya di sebuah
klinik aborsi milik sebuah yayasan sosial.
Arden dapat mengetahui ketakutan wanita itu
begitu melihat dirinya saat ia akan meninggalkan kli-
nik itu di suatu sore. Anda masih ingat siapa aku?
tanya Arden tanpa basa-basi.
Dengan panik si perawat melirik ke sana kemari
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
seakan mencoba menemukan cara untuk lolos. Ya,
bisiknya dalam nada bergetar.
Anda tahu apa yang terjadi dengan bayiku,
tebak Arden. Instingnya mengatakan bahwa ia tidak
keliru.
Tidak! Meskipun nadanya cukup meyakinkan,
namun Arden tahu bahwa ia bohong.
Miss Hancock, rayu Arden, tolong ungkapkan
kepadaku apa yang Anda tahu. Sebuah nama. Tolong-
lah, hanya itu yang kuminta. Sebuah nama.
Aku tidak bisa, jerit si wanita dalam nada terta
han, sambil menutup wajahnya dengan tangannya.
Aku tidak bisa. I-ia... ia mengawasiku. Ia mengancam-
ku kalau aku mengatakan sesuatu kepada Anda, ia
akan mengadukanku kepada mereka.
Siapa yang mengawasi Anda? Mantan suami-
ku? Perawat itu mengangguk-anggukkan kepalanya.
Apa yang ia pakai sebagai alasan untuk memeras An-
da? Jangan takut padanya. Aku bisa menolong Anda.
Kita bisa menyerahkannya kepada polisi...
J-jangan! Ya Tuhan, jangan. A-anda tidak... Ia
mengisak. Anda tidak mengerti. A-aku punya masa-
lah... sedikit masalah dengan Percodan. Aku tertang-
kap basah. Ia memecatku dari rumah sakit itu, tapi ia
memberikan pekerjaan kepadaku di sini. D-dan...
Pundaknya naik-turun. Dan ia mengancam kalau aku
mengungkapkan sesuatu kepada Anda, ia akan menye
rahkanku kepada polisi.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Tapi kalau kau sudah tidak di bawah pengaruh
obat itu lagi. Kalau kau... Suara Arden menghilang be-
gitu ia melihat ekspresi bersalah di wajah wanita itu.
M-masalahnya bukan hanya aku saja. Ayahku
akan meninggal tanpa... obatnya. Aku harus mendapat
kan obat itu baginya.
Percuma melewati jalur yang itu. Arden tengge-
lam kembali dalam keputusasaannya. Hari demi hari
dilewatinya tanpa semangat. Karena itulah ia duduk
diatas sofa sambil melamun melihat televisi pada su-
atu Sabtu sore. Sudah berapa lama ia di sana, ia tidak
tahu. Apa yang ia tonton ketika itu, ia juga tidak tahu.
Namun tiba-tiba sesuatu menarik perhatiannya.
Sebuah wajah. Sebuah wajah yang rasanya pernah ia
lihat disorot oleh kamera. Pada saat itu juga, otak
Arden mulai bekerja. Sejenak ia melupakan bebannya
dengan memperbesar volume suara pesawatnya. Sebu
ah programa olahraga rupanya, yang meliput sebuah
turnamen tenis. Di Atlanta? Entah di mana. Kejuaraan
tunggal putra.
Ia mengenal wajah itu! Tampan. Pirang. Senyum
an lebar. Di mana? Kapan? Di rumah sakit? Ya, ya!
Pada hari ia keluar dari rumah sakit itu tanpa apa-apa
kecuali sebuah dompet yang berisi uang tunai sebesar
lima puluh ribu dolar. Ada sedikit kegemparan di se-
rambi luar. Sejumlah reporter lengkap dengan peralat
an mereka. Anggota kru televisi memenuhi tangga
marmer untuk memperoleh sudut pandang yang lebih
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
baik.
Mereka semua berkumpul untuk meliput
pasangan tampan dan cantik itu meninggalkan rumah
sakit bersama bayi mereka yang baru lahir. Si lelaki pi
rang berpostur tubuh tinggi dengan senyumnya yang
memesona merangkul istrinya yang mungil dan juga
sama pirang, yang menggendong buntalan flanel.
Arden masih ingat bagaimana kebahagiaan terpancar
dari wajah mereka dan bagaimana trenyuhnya ia meli
hat cara laki-laki itu tersenyum kepada istri dan anak-
nya dengan pandangan sayang. Dengan mata berkaca-
kaca ia menerobos kerumunan orang menuju ke sebu-
ah taksi yang memang sudah dipesan lebih dahulu
untuk dirinya. Ia telah menolak tawaran Ron untuk
mengantarkannya pulang.
Ia tidak pernah memikirkan lagi peristiwa itu.
Tapi ini dia, si lelaki itu. Arden mendengarkan komen-
tar reporter sementara tubuh laki-laki itu bersiap un-
tuk melambungkan bola pertamanya.
Drew McCasslin tampaknya akan berjuang
mati-matian hari ini untuk menebus kekalahannya di
Memphis minggu lalu. Kita telah menyaksikan kemero
sotan yang drastis dalam permainannya selama bebe-
rapa bulan terakhir ini.
Semua itu besar kaitannya dengan sebuah
tragedi yang menimpa kehidupan pribadinya di tahun
ini, ujar sebuah suara lain dalam nada yang penuh
simpati.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Itu jelas.
Drew McCasslin kehilangan bolanya, dan Arden
dapat membaca dari gerakan bibirnya sebuah umpat-
an yang tidak pantas didengar oleh para pemirsa tele-
visi. Rupanya si penanggung jawab siaran itu juga
berpendapat begitu. Sebuah kamera lain menyorot
McCasslin di garis belakang. Ia sedang berkonsentrasi
pada bola yang sedang dilambung-lambungkannya ke
bawah. Pukulan pertama itu melesat dengan bagus,
namun si wasit garis menyatakan bolanya keluar.
McCasslin menghujamkan raket aluminiumnya
ke atas pelataran beton kemudian mengacungkan ta-
ngannya ke arah wasit di kursinya yang tinggi sambil
memaki-maki. Secara bijaksana pihak televisi mena-
yangkan sebuah iklan. Setelah mempromosikan sebu-
ah mobil buatan Amerika, mereka kembali ke pertan-
dingan itu.
Arden menyimak setiap patah kata yang diucap-
kan reporter, yang secara simpatik mengomentari bah
wa ulah McCasslin merupakan pelampiasan rasa frus-
trasinya atas kematian istrinya dalam sebuah kecela-
kaan lalu lintas yang fatal di Honolulu, tempat pasang-
an itu tinggal bersama dengan putra mereka yang
masih bayi. McCasslin terus bermain dengan penuh
emosi dan nekat, dan akhirnya kalah.
Arden naik ke atas tempat tidurnya malam itu
sambil memikirkan si petenis profesional dan berta-
nya dalam hati mengapa ia merasa begitu tertarik pa-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
danya, padahal baru sekali itu ia memperhatikannya.
Namun di tengah malam itu tiba-tiba terpintas di da-
lam dirinya bahwa ia sudah pernah melihat laki-laki
itu sebelumnya. Ia langsung duduk tegak. Jantungnya
berdebar-debar, kepalanya terasa berputar-putar. Ia
merasa sulit untuk berkonsentrasi.
Setelah melemparkan selimutnya, ia berjalan
mondar-mandir di dalam kamarnya, sambil memukul-
mukul pelipisnya dengan tinjunya. Ayo, Arden, ujar-
nya pada dirinya. Konsentrasi. Entah kenapa, ia me-
rasa harus bisa mengingatnya.
Perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit, potong
an-potongan peristiwa itu menyatu. Ia sedang kesakit-
an. Lampu, lampu-lampu yang bergerak. Itu dia! Ia
sedang digelindingkan melalui lorong-lorong rumah
sakit, dan lampu-lampu berkilasan di atasnya. Ia
sedang berada di dalam perjalanannya menuju ke ka-
mar bersalin. Sebentar lagi semuanya akan berakhir.
Yang harus ia lakukan adalah melahirkan bayi itu dan
setelah itu akan bebas dari Ron untuk selamanya.
Ia melihat pasangan itu melalui sudut matanya
saat ia didorong melewati sebuah lorong yang agak
remang-remang. Cahaya lampu membiaskan ke atas
rambut mereka yang pirang. Ia menoleh ke arah mere
ka. Mereka tidak memperhatikan dirinya. Mereka
sedang tersenyum, saling merangkul sambil berbisik
dan berbagi rahasia dengan bahagia. Namun ada sesu-
atu yang tidak beres di sana. Sesuatu. Tapi apa? Apa?
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Konsentrasi, Arden, desahnya sambil mendu-
dukkan dirinya di sisi tempat tidur dan memegangi
kepalanya dengan kedua belah tangannya. Mereka
sama bahagianya seperti pasangan mana pun yang
mengharapkan kehadiran seorang bayi. Mereka...
Tiba-tiba segalanya berhenti untuk sesaat. Na-
pasnya. Detak jantungnya. Pusaran di dalam kepala-
nya. Kemudian segalanya mulai bergerak lagi, perla-
han-lahan menemukan momentumnya kembali, se-
mentara titik sinar di ujung lorong yang gelap itu
semakin membesar, sehingga akhirnya menerangi
seluruh ingatannya. Wanita itu dalam keadaan tidak
hamil!
Wanita itu dalam keadaan tidak akan melahir-
kan. Ia sedang berdiri di lorong itu bersama-sama de-
ngan suaminya, sambil saling berbisik dengan penuh
antusias. Polah mereka misterius, seperti dua orang
bocah yang sedang berkomplot untuk melakukan sesu
atu yang amat menyenangkan.
Pasangan McCasslin cukup kaya. Mereka sangat
terkenal. Ia tampan sekali, ungkap Ron padanya ten-
tang ayah bayinya. Mereka meninggalkan rumah sakit
itu dengan seorang bayi yang baru lahir pada hari
yang sama dengan hari ia pulang.
Ia telah melahirkan bayi mereka.
Arden melipat lengannya di muka dadanya, ke-
mudian mengayun-ayunkan tubuhnya untuk meraya-
kan kemenangannya. Ia merasa yakin bahwa ia benar.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Tidak bisa lain. Semua data yang dimilikinya ternyata
cocok.
Namun kegembiraannya mereda begitu ia ter-
ingat akan sebuah fakta lain yang ia peroleh hari itu.
Mrs. McCasslin sudah meninggal. Putranyareproter
mengatakan bahwa Drew McCasslin memiliki seorang
anak yang masih bayidibesarkan tanpa kasih sa-
yang seorang ibu dan oleh seorang ayah yang secara
mental maupun fisik tidak dalam keadaan stabil.
Drew McCasslin mulai menjadi obsesi Arden.
Berbulan-bulan ia membaca apa saja mengenai laki-
laki itu. Baik tentang masa lalunya maupun saat ini.
Berjam-jam ia habiskan di perpustakaan umum untuk
menelusuri semua mikrofilm yang meliput peristiwa-
peristiwa olahraga yang berhubungan dengan masa ja
yanya. Dari hari ke hari ia mengikuti kemundurannya.
Kemudian, pada suatu hari, ia membaca bahwa
McCasslin mulai setengah menarik dirinya dari aktifi-
tasnya di dunia tenis. Seperti yang dikutip dari ucapan
manajernya, Drew menyadari mutu permainannya
mulai turun. Ia ingin berkonsentrasi untuk memulih-
kan kembali dirinya dan meluangkan waktunya bersa-
ma putranya di rumah kediaman mereka yang baru di
Maui.
Ketika itulah Arden mulai menyusun rencana-
nya untuk pergi ke Hawaii dan mencari cara untuk
bertemu dengan Drew McCasslin.
Dan sekarang, setelah kau bertemu dengannya,
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
apa yang akan kaulakukan? tanyanya pada bayangan
nya di cermin.
Ia sama sekali tidak memperhitungkan bahwa ia
akan menganggap laki-laki ini begitu simpatik dan
tampan. Ingat apa alasanmu datang ke sini, Arden.
Jangan sampai terbawa, ujarnya pada dirinya.
Namun bayangan di cermin itu tampak seakan
mengejek dirinya. Tampangnya sama sekali tidak se-
perti seorang wanita yang beniat untuk tidak mem-
biarkan dirinya sampai terbawa. Gaun sutranya yang
bernuansa hijau batu jade dengan bahu terbuka sama
sekali tidak menyembunyikan lekuk-lekuk tubuhnya.
Ikat pinggangnya yang berwarna bunga foksia meling-
kar di pinggangnya yang ramping. membuat orang
memperhatikan kesintalan di bagian atas dan bawah-
nya. Blazernya yang berwarna pastel hanya membuat
orang membayangkan pundak telanjang yang ditutupi
nya. Ia mengenakan untaian lei sebagai pengganti
perhiasan. Kuntum-kuntumnya nyaris senada dengan
nuansa warna ikat pinggangnya. Ia telah menata ram-
butnya ke belakang dalam sebuah sanggul yang apik,
namun untuk menghilangkan kesan kaku ada ikal-ikal
lembut yang jatuh menjuntai di lehernya dan di atas
dahinya.
Penampilan wanita yang membalas tatapannya
dengan mata sayu bernuansa hijau itu lebih meng-
ingatkan akan seseorang yang sedang mempersiap-
kan dirinya untuk menghadapi suatu malam yang ro-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
mantis.
Ya Tuhan, desahnya sambil menyentuh dahi-
nya dengan jari-jarinya yang bergetar. Aku harus
menghentikan ini. Aku akan mengacaukan segalanya.
Dan aku harus membuat ia berhenti memikirkan diri-
ku sebagai seorang... seorang wanita.
Jangan berikan peluang padanya. Instingnya se-
bagai seorang wanita membuatnya menyadari itu.
Laki-laki itu mencintai almarhum istrinya ketika
ia masih hidup. Dan sekarang pun mungkin masih. Na-
mun segala hal mengenai dirinya begitu maskulin. Ia
bukan tipe laki-laki yang dapat hidup tanpa seorang
wanita.
Getaran magnetik di antara mereka berdua
dan itu bagi Arden merupakan fakta yang sulit disang-
kal akan merusak rencananya. Ia berencana berkenal-
an dengan laki-laki itu, kemudian memenangkan hati-
nya sebagai seorang teman. Setelah ia dapat membuk-
tikan bahwa ia tidak bermaksud untuk mengacaukan
hubungan laki-laki itu dengan putranya, ia akan meng
ungkapkan padanya siapa dirinya dan mengajukan
keinginannya. Aku akan sangat terterima kasih kalau
kau mengizinkan aku untuk melihat putraku sekali-
sekali.
Camkan itu di dalam pikiranmu, ujarnya pada
dirinya saat ia mendengar ketukan di pintunya. Ja-
ngan sampai terbawa, batinnya, sambil memutuskan
untuk menyingkirkan pikirannya yang lain.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Namun ternyata tidak semudah itu untuk tetap
mengingat tekadnya. Drew McCasslin tampak begitu
tampan dalam celana panjang biru lautnya yang rapi,
dan jas santai cokelat mudanya yang warnanya sesuai
dengan rambutnya yang nyaris menyentuh kerahnya,
serta kemeja biru muda yang serasi dengan nuansa
warna matanya.
Rupanya McCasslin juga melakukan hal yang sa-
ma. Dengan matanya yang biru ia mengagumi penam-
pilan Arden. Mulai dari ujung rambut sampai ke tumit
sepatu tali kulit buayanya, kemudian ke atas lagi. Un-
tuk sesaat pandangannya berhenti pada untaian lei di
atas buah dada Arden.
Kau betul-betul memperindah kuntum-kuntum
bunga itu, ujarnya dalam nada parau.
Terima kasih.
Sama-sama. Baru setelah itulah pandangan me
reka bertemu dan Drew tersenyum. Kau sudah siap?

You might also like