Professional Documents
Culture Documents
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Usia : 50 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Guru Agama
Agama : Islam
Status pernikaan : Menikah
Suku bangsa : Indonesia
Tanggal masuk : 13 Agustus 2016, pukul 03.00 WIB
Dirawat yang ke : I
Tanggal periksa : 13 Agustus 2016, pukul 10.00 WIB
II. ANAMNESA
Autoanamnesa
KELUHAN UTAMA : Kelemahan pada anggota gerak bagian kanan
sejak 1 hari SMRS
KELUHAN TAMBAHAN : Bicara pelo dan mulut mencong ke kanan
timbul bersamaan dengan kelemahan anggota
gerak
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Sejak 1 hari SMRS, pasien mengalami kelemahan pada anggota gerak
bagian kanan yang timbul secara mendadak saat pasien mengajar ngaji pada sore
hari. Pasien merasa tangan dan kaki kanan lebih berat dibandingkan dengan
tangan dan kaki kirinya. Selain kelemahan, keluhan disertai bicara pelo dan bibir
miring ke kanan. Karena keluhan tersebut, pasien terpaksa menghentikan
kegiatan mengajar dan pulang untuk istirahat. Setelah serangan, pasien masih
dapat berjalan meskipun berjalan dengan pincang dan masih dapat mengimami
shalat magrib di masjid meskipun dengan suara pelo. Pasien merasa keadaan
tidak membaik sehingga pasien dibawa berobat ke puskesmas. Saat dilakukan
pemeriksaan di puskesmas, tekanan darah pasien180/100 mmHg. Pasien
1
diberikan obat untuk menurunkan tekanan darahnya yaitu captopril dan dirujuk
ke RSPAD Gatot Soebroto.
2
III. PEMERIKSAAN
Status generalis
STATUS PSIKIATRI
Tingkah laku : Baik
Perasaan hati : Baik
Orientasi : Baik
Jalan pikiran : Baik
Daya ingat : Baik
3
STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran : Compos mentis, E4M6V5 = GCS 15
Sikap tubuh : Berbaring telentang
Cara berjalan : Tidak dapat dinilai
Gerakan abnormal : Tidak ada
KEPALA
Bentuk : Normocephal
Simetris : Simetris
Pulsasi : Teraba a.temporalis kanan dan kiri
Nyeri tekan : Tidak ada
LEHER
Sikap : Normal
Gerakan : Bebas kesegala arah
Vertebra : Tidak ditemukan kelainan
Nyeri tekan : Tidak ada
4
N III.Occulomotorius/ N IV.Trochlearis /N VI. Abduscen
Ptosis : (-) (-)
Strabismus : (-) (-)
Nistagmus : (-) (-)
Exopthalmus : (-) (-)
Enopthalmus : (-) (-)
Gerakan bola mata
Lateral : Normal Normal
Medial : Normal Normal
Atas medial : Normal Normal
Bawah medial : Normal Normal
Atas : Normal Normal
Bawah : Normal Normal
Pupil
Ukuran : 3 mm 3 mm
Bentuk : Bulat Bulat
Iso/anisokor : Isokor
Posisi : Sentral Sentral
Reflek cahaya langsung : (+) (+)
Reflek cahaya tidak langsung : (+) (+)
N V. Trigeminus
Menggigit : Baik
Membuka mulut : Baik
Sensibilitas atas : (+) (+)
Tengah : (+) (+)
Bawah : (+) (+)
Reflek masseter : (-) (-)
Reflek zigomatikus : (-) (-)
Reflek kornea : (+) (+)
Releks bersin : (+) (+)
5
N VII. Fasialis
Pasif
Kerutan kulit dahi : Simetris
Kedipan mata : Simetris
Lipatan nasolabial : mendatar/normal
Sudut mulut : turun/normal
Aktif
Mengerutkan dahi : Simetris
Mengerutkan alis : Simetris
Menutup mata : Simetris, menutup sempurna
Meringis : tertinggal/normal
Menggembungkan pipi : pipi kanan tak dapat
mengembungkan/baik
Gerakan bersiul : tidak bisa dilakukan
Daya pengecapan lidah 2/3 depan : Tidak dilakukan
Hiperlakrimasi : (-)
Lidah kering : (-)
N VIII. Vestibulocochlearis
Mendengan suara gesekan jari tangan : (+) (+)
Mendengar detik jam arloji : (+) (+)
Tes swabach : Tidak dilakukan
Tes rinne : Tidak dilakukan
Tes webber : Tidak dilakukan
N IX. Glosopharingeus
Arcus pharynx : Simetris
Posisi uvula : di tengah
Daya pengecapan lidah 1/3 belakang : Tidak dilakukan
Reflek muntah : (+)
6
N X. Vagus
Denyut nadi : Teraba, regular
Arcus pharynx : Simetris
Bersuara : Baik
Menelan : Tidak ada gangguan
N XI. Accesorius
Memalingkan kepala : Normal
Sikap bahu : Simetris
Mengangkat bahu : Simetris
N XII. Hipoglosus
Menjulurkan lidah : deviasi ke kanan
Kekuatan lidah : berkurang
Atrofi lidah : Tidak ada
Artikulasi : Disartri
Tremor lidah : Tidak ada
SISTEM MOTORIK
Terbatas Bebas
Gerakan :
Terbatas Bebas
Normotonus Normotonus
Tonus :
Normotonus Normotonus
Eutrofi Eutrofi
Trofi :
Eutrofi Eutrofi
7
SISTEM REFLEKS
Refleks fisiologis
Refleks Tendon
Biseps : (+) (+)
Triseps : (+) (+)
Patella : (+) (+)
Achilles : (+) (+)
Refleks periosteum : Tidak dilakukan
Refleks permukaan
Dinding perut : Tidak dilakukan
Kremaster : Tidak dilakukan
Sfingter ani : Tidak dilakukan
Refleks patologis
Babinski : (-) (-)
Chaddock : (-) (-)
Openheim : (-) (-)
Gordon : (-) (-)
Schaefer : (-) (-)
Hoffman trommer : (-) (-)
Rosolimo : (-) (-)
Mendel Bechterev : (-) (-)
Klonus paha : (-) (-)
Klonus kaki : (-) (-)
SISTEM SENSIBILITAS
Eksteroseptif
Nyeri : (+) (+)
Suhu : Tidak dilakukan
Taktil : (+) (+)
Proprioseptif
Vibrasi : Tidak dilakukan
Posisi : (+) (+)
Tekan dalam : (+) (+)
8
KOORDINASI DAN KESEIMBANGAN
Tes Romberg : Tidak dilakukan
Tes tandem : Tidak dilakukan
Tes fukuda : Tidak dilakukan
Disdiadokinesis : Tidak dilakukan
Reboun phenomenon : Tidak dilakukan
Dismetri : Tidak dilakukan
Tes telunjuk hidung : Tidak dilakukan
Tes telunjuk telunjuk : Tidak dilakukan
Tes tumit lutut : Tidak dilakukan
FUNGSI OTONOM
Miksi
Inkontinensia : Tidak ada kelainan
Retensi : Tidak ada kelainan
Anuria :Tidak ada kelainan
Defekasi
Inkontinensia : (-)
Retensi : (-)
FUNGSI LUHUR
Fungsi bahasa : Baik
Fungsi orientasi : Baik
Fungsi memori : Baik
Fungsi emosi : Baik
Fungsi kognisi : Baik
9
SIRIRAJ SCORE
Penurunan kesadaran :0
Muntah :0
Nyeri kepala :0
Tekanan diastole : 80
Ateroma :1
Score : (2,5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 0) + (0,1 x 90) (3 x 1) 12 = -6
Score SSS > 1 = Stroke Hemoragik
Score SSS < -1 = Stroke non Hemoragik
10
2. EKG (13/08/2016)
11
Interpretasi :
Jantung ukuran tidak membesar, aorta kalsifikasi, mediastinum superior
tidak melebar. Trakea ditengah. Kedua hilus tidak menebal. Corakan
bronkovaskular kedua paru kasar. Tidak tampak infiltrat maupun nodul di
kedua lapang paru. Kedua hemidiafragma licin. Sinus kostofrenikus kiri
lancip kanan tumpul. Tulang-tulang intak
Kesan : aorta kalsifikasi, corakan bronkovaskular kedua paru kasar,
tak tampak infiltrat di kedua lapang paru
12
Interpretasi :
Lesi hipodens di kapsula interna kiri dan basal ganglia kanan kiri
Sulci perifer, sistem sisterna dan fissura Sylvii tidak melebar
Ventrikel lateralis kanan kiri, ventrikel III dan IV normal
Tak tampak distorsi midline maupun tanda desak ruang
Kalsifikasi fisiologis di pineal body, basal ganglia bilateral, dan pleksus
choroideus bilateral. Sinus paranasalis cerah. Mastoid air cells kanan kiri
cerah. Septum nasi di tengah. Bulbus oculi simetris kanan kiri
Tulang-tulang intak
Kesan : infark lakunar multipel di kapsula interna kiri dan basal
ganglia kanan kiri.
V. RESUME
ANAMNESIS
Tn. M, 50 tahun datang dengan keluhan utama kelemahan pada anggota gerak
kanan sejak 1 hari SMRS. Keluhan ini muncul secara tiba tiba saat pasien
mengajar pada sore hari. Pasien merasa tangan dan kaki kanan lebih berat
dibandingkan tangan dan kaki kiri, namun pasien masih mampu berjalan. Keluhan
disertai bicara pelo dan mulut miring ke kanan. Pasien menyangkal adanya keluhan
mual, muntah, nyeri kepala, kejang, pingsan, kesulitan menelan, riwayat demam
sebelumnya dan trauma kepala. BAB & BAK tidak ada keluhan
Pasien mengaku memiliki riwayat DM tipe II sejak 5 tahun dan hipertensi yang
baru ia ketahui sejak 3 bulan yang lalu. Pasien mengaku tidak pernah mengalami
keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien tidak merokok dan tidak pernah berolahraga.
Pasien gemar mengonsumsi makanan bersantan.
13
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
KU/ KES : Tampak sakit sedang/ CM (E4M6V5)
Tanda vital
Tekanan darah : 170/90 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Pernafasan : 18 x/menit
Suhu : 36.0 C
Status Neurologi
Kesadaran : Compos Mentis GCS 15 (E4M6V5)
Nervus kranialis : Parese N.VII dextra tipe sentral, Parese N. XII dextra tipe
sentral
Sistem motorik
Hemiparese dextra tipe UMN
Sistem refleks
Refleks Fisiologi : (+)/(+)
Reflek Patologis : (-)
Sensibilitas : Baik
Fungsi Otonom : Tidak ada kelainan
Fungsi Luhur : Baik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (13/08/2016)
Hematokrit : 37 g/dL ()
CT Scan tanpa kontras (13/08/2016)
infark lakunar multipel di kapsula interna kiri dan basal ganglia kanan kiri
14
VI. PEMERIKSAAN ANJURAN
1. Pemeriksaan laboratorium
Darah lengkap (Hb, Ht, Leukosit, trombosit, eritrosit, diff count)
Glukosa darah (Puasa, sewaktu, 2 jam PP), HbA1C
Fungsi ginjal (ureum, kreatinin)
Profil lemak (kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida)
Elektrolit (Na, K, Cl)
VII. DIAGNOSIS
Diagnosis klinis : Hemiparese dextra tipe UMN, Parese N.VII dextra
tipe sentral, Parese N. XII dextra tipe sentral
Diagnosis topis : Hemisfer cerebri sinistra
Diagnosis etiologi : Stroke Non Hemoragik
Diagnosis sekunder : Hipertensi Stage II
VIII. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa :
Bed rest
Fisioterapi
Diet rendah garam dan rendah lemak
Edukasi untuk menghindari faktor risiko
Medikamentosa :
Oksigen kanul 3 lpm
15
IX. PROGNOSIS
FOLLOW UP :
Tanggal 15 Agustus 2016
S : tangan dan kaki kanan masih terasa lemas, bicara masih pelo
O : Keadaan Umum = Tampak Sakit Sedang
Kesadaran = CM (GCS = E4M6V5)
TD = 130/80 mmHg RR = 18 x/menit
N = 92 x/menit T = 36,4C
Status Neurologis :
Tanda perangsangan meningeal : (-)
Tanda peningkatan TIK : (-)
Nervus kranialis : parese N. VII dextra sentral, parese N.XII dextra sentral
Motorik :
Gerakan : Terbatas Bebas
Terbatas Bebas
Normotonus Normotonus
Tonus :
Normotonus Normotonus
16
Reflek fisiologis :
Kanan Kiri
Reflek bicep :(+) (+)
Reflek tricep :(+) (+)
Reflek patella :(+) (+)
Reflek achilles :(+) (+)
Reflek patologis : (-)
Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi
Waktu Protrombin 9.2* 9.3-11.8 detik
(PT)
APTT 30.8* 31-47 detik
Kimia Klinik
Bilirubin total 0.55 <1.5 mg/dl
Bilirubin direk 0.12 <0.3 mg/dl
Bilirubin indirek 0.43 < 1.1 mg/dl
SGOT 16 <35 U/L
SGPT 14 <40 U/L
Albumin 3.0* 3.5-5.0 g/dl
Kolesterol Total 230* <200 mg/dl
Trigliserida 140 <160 mg/dl
Kolesterol HDL 58 >35 mg/dl
Kolesterol LDL 144* <100 mg/dl
As. Urat 4.7 3.4-7.0 mg/dl
Glukosa Darah 213* 70-100 mg/dl
Puasa
Glukosa Darah 2 301* < 140 mg/dl
jam PP
Urinalisis
Warna kuning Kuning
Kejernihan jernih Jernih
17
Berat Jenis 1.020 1.000-1.030
pH 5.5 5.0-80
Protein +/Positif 1 * Negatif
Glukosa +++/Positif 3* Negatuf
Keton -/Negatif Negatif
Darah -/Negatif Negatif
Bilirubin -/Negatif Negatif
Urobilinogen 0.1 0.1-1.0 mg/dl
Nitrit -/Negatif Negatif
Sedimen Urin
Leukosit 3-2-3 < 5/LPB
Eritrosit 1-0-1 < 2/LPB
Silinder -/Negatif Negatif
Epitel +/Positif 1 Positif
Kristal -/Negatif Negatif
18
Tanggal 16 Agustus 2016
S : tangan dan kaki kanan masih terasa lemas, bicara masih pelo
O : Keadaan Umum = Tampak Sakit Sedang
Kesadaran = CM (GCS = E4M6V5)
TD = 130/80 mmHg RR = 18 x/menit
N = 92 x/menit T = 36,4C
Status Neurologis :
Tanda perangsangan meningeal : (-)
Tanda peningkatan TIK : (-)
Nervi kranialis : parese N. VII dextra sentral, parese N.XII dextra sentral
Motorik :
Gerakan : Terbatas Bebas
Terbatas Bebas
Normotonus Normotonus
Tonus :
Normotonus Normotonus
Reflek fisiologis :
Kanan Kiri
Reflek bicep :(+) (+)
Reflek tricep :(+) (+)
Reflek patella : ( + ) (+)
Reflek achilles :(+) (+)
Reflek patologis : (-)
19
A : Diagnosa klinis : Hemiparese dextra tipe UMN, Parese N.VII dextra
tipe sentral, Parese N. XII dextra tipe sentral
Diagnosa topis : Hemisfer cerebri sinistra
Diagnosa etiologis : Stroke Non Hemoragik
Diagnosis sekunder : Hipertensi, Dislipidemia, Diabetes Melitus tipe II
20
Tonus : Normotonus Normotonus
Normotonus Normotonus
Reflek fisiologis :
Kanan Kiri
Reflek bicep :(+) (+)
Reflek tricep :(+) (+)
Reflek patella :(+) (+)
Reflek achilles :(+) (+)
Reflek patologis : (-)
21
Tanggal 19 Agustus 2016
S : lemas pada tangan kanan berkurang
O : Keadaan Umum = Tampak Sakit Sedang
Kesadaran = CM (GCS = E4M6V5)
TD = 140/90 mmHg RR = 19 x/menit
N = 80 x/menit T = 36,0C
Status Neurologis :
Tanda perangsangan meningeal : (-)
Tanda peningkatan TIK : (-)
Nervi kranialis : parese N. VII dextra sentral, parese N.XII dextra sentral
Motorik :
Gerakan : Terbatas Bebas
Terbatas Bebas
Normotonus Normotonus
Tonus :
Normotonus Normotonus
Reflek fisiologis :
Kanan Kiri
Reflek bicep :(+) (+)
Reflek tricep :(+) (+)
Reflek patella :(+) (+)
Reflek achilles :(+) (+)
Reflek patologis : (-)
22
P : IVFD NaCl 0,9% 500 cc 20 tpm
Vitamin B Complex 5000 1 amp/24 jam (drip)
Citicoline 2 x 1000 mg/24 jam (iv)
Omeprazole 1 x 20 mg/24 jam (iv)
Aspart 3 x 10 IU/8 jam (sc)
Glargine 1 x 12 IU/24 jam (sc)
Asam asetilsalisilat 1 x 80 mg/24 jam (po)
Amlodipine 1 x 10 mg/24 jam (po)
Simvastatin 1 x 10 mg/24 jam (po)
Motorik :
Gerakan : Terbatas Bebas
Terbatas Bebas
Normotonus Normotonus
Tonus :
Normotonus Normotonus
23
Reflek fisiologis :
Kanan Kiri
Reflek bicep :(+) (+)
Reflek tricep :(+) (+)
Reflek patella :(+) (+)
Reflek achilles :(+) (+)
Reflek patologis : (-)
Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Kimia Klinik
Glukosa Darah 297* 70-100 mg/dl
Puasa
Glukosa darah 2 302* < 140 mg/dl
jam PP
HbA1C 12.2* Normal : <5.7
Prediabetes : 5.7-6.4 %
24
Tanggal 23 Agustus 2016
S : saat ini pasien tidakada keluhan
O : Keadaan Umum = Tampak Sakit Sedang
Kesadaran = CM (GCS = E4M6V5)
TD = 140/80 mmHg RR = 18 x/menit
N = 78 x/menit T = 36,0C
Status Neurologis :
Tanda perangsangan meningeal : (-)
Tanda peningkatan TIK : (-)
Nervi kranialis : parese N. VII dextra sentral, parese N.XII dextra sentral
Motorik :
Gerakan : Terbatas Bebas
Terbatas Bebas
Normotonus Normotonus
Tonus :
Normotonus Normotonus
Reflek fisiologis :
Kanan Kiri
Reflek bicep :(+) (+)
Reflek tricep :(+) (+)
Reflek patella :(+) (+)
Reflek achilles :(+) (+)
Reflek patologis : (-)
Laboratorium
25
A : Diagnosa klinis : Hemiparese dextra tipe UMN, Parese N.VII dextra
tipe sentral, Parese N. XII dextra tipe sentral
Diagnosa topis : Hemisfer cerebri sinistra
Diagnosa etiologis : Stroke Non Hemoragik
Diagnosa sekunder : Hipertensi, Dislipidemia, Diabetes Melitus tipe II
26
BAB II
ANALISA KASUS
A. ANAMNESIS
Dari anamnesis data yang menunjang adalah defisit neurologis berupa kelemahan
anggota gerak bagian kanan, bicara pelo dan bibir miring ke kanan yang timbul
secara medadak. Kelainan yang timbul secara medadak merupakan gejala khas pada
stroke. Berdasarkan definisi dari stroke adalah gangguan fungsional otak yang terjadi
secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang
berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh
gangguan perdarahan otak. Secara praktis stroke dapat dikenal dari gejala klinisnya
yang bersifat onset mendadak, gejala klinis baik fokal ( seperti ; paresis, sulit bicara,
buta,dll) maupun global ( gangguan kesadaran ) dan berkembang cepat serta
mencapai maksimal dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam.
Namun, kelemahan pada anggota gerak kanan dan bicara pelo tersebut terjadi
saat pasien sedang mengajar ngaji di sore hari dimana hal tersebut kurang menunjang
diagnosa stroke non hemoragik. Pada stroke non hemoragik, saat onset pasien
biasanya sedang dalam kondisi istirahat sedangkan pada stroke hemoragik biasanya
pasien sedang melakukan aktifitas baik fisik ataupun mental.
Anamnesis lain yang menunjang diagnosa adalah saat onset pasien tidak disertai
keluhan mual muntah, kejang, nyeri kepala dan kesadaran menurun dimana keluhan
tersebut merupakan manifestasi dari meningkatnya tekanan intra kranial akibat
pecahnya pembuluh darah otak pada stroke hemoragik. Pada pasien ini juga
didapatkan riwayat DM tipe II dan hipertensi yang tidak terkontrol, kebiasaan
mengonsumsi makanan bersantan dan jarang berolahraga merupakan faktor risiko
dari stroke. Hipertensi berperan penting untuk terjadinya infark yang terjadi pada
pembuluh darah kecil. Hipertensi mempercepat aterosklerosis hingga mudah terjadi
oklusi atau emboli pada/dari pembuluh darah besar.Diabetes Mellitus juga
merupakan faktor risiko terjadinya infark otak, diduga dapat mempercepat
27
aterosklerosis. Infark otak terjadi 2,5 kali lebih besar pada penderita DM pria dan 4
kali lebih banyak pada wanita, dibandingkan dengan yang tidak menderita DM pada
umur dan jenis kelamin yang sama.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan rangsang meningeal dan kaku kuduk yang negatif dapat membantu
menyingkirkan kemungkinan ICH terutama bila ICH sampai mengisi ventrikel. Dari
pemeriksaan nervus kranialis didapatkan kesan parese N.VII dextra tipe sentral, dan
Parese N. XII dextra tipe sentral. Tipe sentral dari parese nervus kranialis didapat
karena kelemahan muskulus orbikularis oris dextra tidak diikuti dengan kelemahan
dari muskulus orbikularis okuli dan muskulus frontalis. Karena nervus fasialis yang
mempersarafi muskulus orbikularis okuli mendapatkan inervasi okuli secara
bilateral. Dari pemeriksaan motorik didapatkan kekuatan motorik melemah pada
bagian kanan tubuh tanpa disertai atrofi otot dan kekakuan otot pada keempat
ekstermitas. Hal ini membantu memperkirakan letak lesi iskemik yang diperkirakan
pada hemisfer cerebri sinistra. Pada pemeriksaan refleks fisiologis didapatkan refleks
yang meningkat pada tangan dan kaki kanan. Keadaan hiperefleksia ini terjadi
karena impuls inhibisi dari susunan piramidal dan ekstrapiramidal untuk lengkung
refleks tidak dapat disampaikan ke motorneuron medulaspinalis. Pada pemeriksaan
refleks patologis tidak didapatkan hasil yang positif. Hal ini menandakan bahwa
parese yang dialami pada pasien ini merupakan parese tipe UMN dimana ditandai
dari refleks fisiologis yang meningkat tanpa disertai atrofi pada otot.
28
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik sebelum dilakukannya CT-scan
dapat dilakukan penegakkan diagnosis berdasarkan sistem skoring:
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
D. PENATALAKSANAAN
30
Dari hasil follow up didapatkan perbaikan berangsur-angsur. Tekanan darah
yang masih tinggi perlu diperhatikan dan dikontrol untuk mencegah terjadinya stroke
berulang.
Prognosis ad vitam pada kasus ini ad bonam, hal ini dipengaruhi oleh
keadaan pasien pada saat datang yang masih dalam keadaan umum yang baik. Untuk
prognosis ad fungsionam dubia ad bonam dikarenakan sangat tergantung dari
ketelatenan pasien dalam menjalani fisioterapi. Kecenderungan bonam dipengaruhi
oleh luas lesi yang tidak terlalu besar sehingga pengembalian fungsi diharapkan
dapat kembali mendekati semula. Prognosis sanationam dubia ad malam dikarenakan
adanya faktor resiko hipertensi, dislipidemia dan DM tipe II yang butuh kesadaran
dan perhatian dari pasien untuk mengontrolnya.
31