Professional Documents
Culture Documents
TEORI DASAR
ini dianalisa dengan baik, memadai dan secara tepat maka akan banyak informasi
informasi yang sangat berharga yang bisa didapatkan. Prinsip dasar Pressure Build-
Up Test adalah dengan merekam nilai tekanan dasar sumur yang terukur pada
selang waktu tertentu. Metode ini pertama kali dipublikasikan oleh Horner dengan
Transient Tekanan ini juga bertujuan untuk mengetahui batas luar yang dimiliki
suatu reservoir dan Reservoir Model itu sendiri. Pengujian ini dapat dilakukan saat
sumur ditutup, sehingga sumur diharapkan akan kembali mendekati keadaan awal
dan kondisi stabilnya. Oleh karena itu, penentuan profil laju produksi dan waktu
produksi yang tepat sangat mempengaruhi keakuratan hasil dari uji sumur yang
dari Pressure Build-Up Test antara lain permeabilitas, skin, wellbore storage, Well
Selain uji Pressure Build Up, dilakukan pula uji deliverabilitas untuk suatu
sumur gas. Uji ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan suatu sumur dalam
7
8
metode Back Pressure Test, Isochronal Test, dan Modified Isochronal Test.
tersebut terdapat akumulasi fluida reservoir (air, minyak, dan gas). Setiap batuan
reservoir yang ada mempunyai sifat fisik berbeda, hal ini tergantung dari waktu
pembentukan dan proses dari pembentukan reservoir. Sifat - sifat fisik batuan
reservoir antara lain porositas, permeabilitas dan saturasi yang dapat diperoleh dari
3.1.1 Porositas
terhadap volume total batuan (bulk volume). Gambar 3.1 berikut menggambarkan
Gambar 3.1
18
Angka menunjukkan nomor urut daftar pustaka
9
penyimpanan fluida reservoir. Satuan porositas adalah dalam fraksi atau persen
berikut:
vp vb v m
Porositas = = ..................................................................... (3-1)
vb vb
Dimana:
= Porositas, %
antara satu sama lain. Tetapi dapat pula merupakan rongga-rongga yang saling
terpisah atau tersekat. Berdasarkan atas hubungan antar porinya, maka jenis
1. Porositas absolut, yaitu perbandingan antara seluruh volume pori-pori total (baik
volume pori yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan) terhadap volume
total batuan.
Pada umumnya yang banyak dipakai dalam ilmu perminyakan adalah porositas
efektif, antara lain untuk menghitung fluida reservoir yang dapat bergerak atau yang
dapat diproduksi.
laboratorium dari contoh batuan dan dapat juga ditentukan dari interpretasi atas
maka diperlukan harga rata-rata dari porositas untuk suatu ketebalan tertentu, yaitu
=
h xn
0 i i
........................................................................................... (3-4)
h n
0 i
Dimana:
terhadap besarnya jumlah akumulasi. Untuk ukuran porositas dapat dilihat pada
Tabel 3.1
Ukuran Porositas10)
5-10 Jelek
10-15 Sedang
15-20 Baik
3.1.2 Permeabilitas
untuk dapat melewatkan fluida tanpa merusak batuan tersebut. Nilai permeabilitas
sumur-sumur penghasilnya.
k dP
V= ............................................................................................... (3-5)
dL
12
rumus Darcy (untuk aliran laminer dan viscous). Harga k dinyatakan dalam satuan
Darcy atau dalam satuan mili Darcy. Dimana 1 mili Darcy = 0.001, Darcy:
xQ x L
k= .............................................................................................. (3-6)
AxP
Dimana:
P = tekanan, atm
Berdasarkan jumlah fasa fluida yang mengalir dalam suatu batuan, maka
satu jenis fluida maka di dalam batuan tersebut tidak terdapat jenis fluida lain.
lebih dari satu jenis fluida maka di dalam batuan tersebut terdapat beberapa jenis
fluida lain.
Tabel 3.2
10-100 Baik
5-10 Sedang
<5 Ketat
14
3.1.3 Saturasi
yang ditempati secara efektif oleh suatu fluida tertentu dengan volume total pori-
pori dalam batuan reservoir. Di dalam pori-pori batuan reservoir bisa terdapat
minyak, air, dan gas atau hanya minyak dan air. Kedua situasi ini tergantung kondisi
Yaitu perbandingan antara volume pori yang terisi air dibanding dengan volume
total pori.
Yaitu perbandingan antara volume pori yang terisi oleh minyak dibanding dengan
Yaitu perbandingan antara volume pori yang terisi oleh gas dibanding dengan
Untuk kondisi reservoir di bawah tekanan jenuh, saturasi air ditambah saturasi
Sw + So + Sg = 1 ........................................................................................ (3-7)
Sedangkan untuk kondisi reservoir pada tekanan jenuh, saturasi gas dianggap tidak
Sw + So = 1 ................................................................................................. (3-8)
sebagai berikut:
Ketinggian di atas free water level karena adhesi dan tekanan kapiler.
Harga saturasi fluida di dalam batuan reservoir dapat ditentukan dengan analisa
Sifat sifat fluida gas dalam pembahasan ini meliputi specific gravity gas
(g), faktor deviasi gas (Z), faktor volume formasi gas (Bg), viskositas gas ( g), dan
udara. Kedua densitas tersebut diukur dalam tekanan dan temperature yang sama.
Biasanya, tekanan dan temperatur pada kondisi permukaan atau standar (14.7 psia
dan 60F). Berikut adalah persamaan yang digunakan dalam menentukan specific
gravity gas:
g
g .................................................................................................... (3-9)
air
16
mol gas pada kondisi tekanan dan suhu tertentu terhadap volume ideal untuk n-mol
gas pada kondisi tekanan dan suhu yang sama. Penentuan faktor deviasi gas:
perubahan komposisi gas, temperatur, dan tekanan. Untuk gas ideal, Z faktor
berharga satu. Z faktor berharga satu ketika pada kondisi standar 14.7 psia dan 60F.
Sedangkan untuk gas nyata z dapat berharga lebih kecil atau lebih besar dari
satu namun dapat juga berharga satu tergantung dari tekanan dan temperatur yang
mempengaruhinya.
Apabila komposisi natural gas tidak tersedia Tpc dan Ppc dapat ditentukan
dengan korelasi Brown et al. korelasi ini dapat menentukan nilai Ppc dan Tpc
Namun, menurut Aziz dan Wichert jika kandungan komposisi gas H2S dan
Aziz Wichert:
Dimana:
Ppc T ' pc
Ppc = .............................................................................. (3-17)
T pc B (1 B ) 3
Dimana:
P
Ppr = ................................................................................................... (3-18)
P ' pc
T
Tpr = ..................................................................................................... (3-19)
T ' pc
18
Setelah harga dari Tpr dan Ppr didapat, nilai dari faktor deviasi gas dapat
2 3 4 5 7 8
Z = 1 + (1 + + 3 + 4 + 5 ) + (6 + + 2 ) 2 + 9 ( 7 +
8 2
) 5 + 10 (1 + 11 2 ) ( 3 ) exp(11 2 ) ............................. (3-20)
2
0.27 Ppr
= .............................................................................................. (3-21)
( Z T pr )
Dimana:
Tabel 3.3
A1 0.32650
A2 -1.07000
A3 -0.53390
A4 0.01569
A5 -0.05165
A6 0.54750
A7 -0.73610
A8 0.18440
A9 0.10560
A10 0.61340
A11 0.72100
19
yang diukur pada kondisi reservoir dengan volume gas yang diukur pada kondisi
standar (60F dan 14.7 psia). Pada kondisi standar dengan mengasumsikan z = 1, 1
cuft volume gas (1 SCF) persamaan Faktor Volume Formasi Gas menjadi:
Psc x Z x T
Bg = ......................................................................................... (3-22)
Tsc x P
ZT
Bg = 0.02829 cuft/SCF ....................................................................... (3-23)
P
ZT
Bg = 0.00504 bbl/SCF ........................................................................ (3-24)
P
Viskositas gas akan berbanding lurus dengan temperature dan berbanding terbalik
korelasi Carr, Kobayashi, and Burrows, serta dapat juga ditentukan dengan
persamaan Lee, et.al. Pada permasalahan ini metode yang digunakan untuk
menentukan nilai viskositas gas yaitu dengan metode Lee, et.al. Berikut adalah
(0.00094 2 x 10 6 M g ) T 15
K1 = ............................................................... (3-26)
(209 19 M g T )
986
X = 3.5 + + 0.01 Mg .............................................................................. (3-27)
PMg
= 0.00149406 .............................................................................. (3-28)
ZT
Dimana:
g = viskositas gas, cp
p = pressure, psia
T = temperature, R
Untuk fasa liquid, kompresibilitas nya kecil dan dapat diasumsikan konstan.
Untuk fasa gas, kompresibilitasnya tidak kecil dan tidak konstan. Kompresibilitas
gas didefinisikan sebagai perubahan volume gas yang disebabkan oleh adanya
21
Mattar, Brar, dan Aziz atau didapat dengan persamaan sebagai berikut:
C pr
Cg = ..................................................................................................... (3-31)
Ppc
Gambar 3.2 merupakan gambar dari variasi harga antara Cpr Tpr vs Ppr Tpr
Gambar 3.2
aliran pada suatu reservoir dapat digambarkan dalam berbagai macam bentuk aliran
tergantung pada kombinasi variabel sebelumnya seperti jenis aliran, jenis fluida,
22
persamaan Darcy dan berbagai persamaan keadaan, maka persamaan aliran yang
Hukum dasar aliran fluida pada media berpori adalah hukum Darcy.
Persamaan matematis yang dikembangkan oleh Darcy pada tahun 1956 menyatakan
bahwa kecepatan fluida homogen pada media berpori sebanding dengan gradien
tekanan, dan berbanding terbalik dengan viskositas fluida. Untuk sistem linier
hanya berlaku untuk aliran yang laminar dan tanda negatif di dalam persaman (3-
0.00708 k h ( Ps Pwf )
Qo ......................................................................... (3-32)
o Bo ln (re / rw)
Q Bo o r
P Pwf o ln .................................................................. (3-33)
0.00708 k h rw
Karena hukum Darcy hanya berlaku untuk aliran yang laminar, maka
yaitu pola aliran radial, pola aliran linier, pola aliran spherical, aliran bilinier, aliran
semi linier dan gradien flow model. Dari persamaan persamaan aliran tersebut,
maka persamaan (3-34) diturunkan menjadi suatu persamaan yang dikenal dengan
23
yang digunakan pada teknik perminyakan, khususnya menjadi dasar dalam analisa
2 p 1 p Ct p
....................................................................... (3-34)
r 2
r r 0.006328 k t
yang dapat digunakan dalam analisa uji sumur digunakan metode Ei function
solution. Untuk reservoir yang bersifat infinite acting, maka Matthews dan
70.6 Qo Bo 948 Ct r 2
P (r.t ) Pi Ei ........................................ (3-35)
k h k t
persamaan:
162 .6 Qo Bo o kt
Pwf Pi log
2
3.23 ................................... (3-36)
kh C t r
dengan cara memproduksikan sumur dengan laju produksi konstan (flow period)
tekanan yang dicatat sebagai fungsi waktu. Dari data tekanan yang didapat,
24
Gambar 3.3 menunjukkan grafik pengujian sumur dengan Pressure Build Up:
Gambar 3.3
Laju Alir Ideal dan Sejarah Produksi untuk Pressure Build Up Test16)
dari solusi-solusi individu suatu persamaan differential linier berorde dua adalah
juga merupakan solusi dari persamaan tersebut. Misalkan suatu kasus dimana
sebuah sumur berproduksi dengan seri laju produksi tetap untuk setiap selang waktu
seperti diperlihatkan pada Gambar 3.4. Untuk menentukan tekanan lubang sumur
(Pwf) pada tn sewaktu laju saat itu qn, dapat dipakai prinsip superposisi dengan
Gambar 3.4
Sejarah Produksi Berdasarkan Laju Alir dan Tekanan Dasar Alir Sumur dengan
Fungsi Waktu16)
Dasar analisis Pressure Build Up Test ini diajukan oleh Horner (1951), yang
pada dasarnya adalah memplot tekanan (P) terhadap suatu fungsi waktu (tp + t) /
t. Prinsip yang mendasari analisis ini adalah yang dikenal dengan prinsip
superposisi.
1. Metode Pendekatan P
Pada metode ini digunakan untuk sumur gas yang memiliki tekanan
reservoir di atas 3000 psi, dimana pendekatan variable P/gZ adalah konstan. Ketika
g Z P P dP
P=
P 0 g Z
...................................................................................... (3-37)
tp t
k
162 .6 q g Bg g t
Pws = Pi log 3.23 0.869 s' ............... (3-38)
kh g Ct rw 2
Plot P versus log (tp/t)/t pada kertas semilog, maka akan diperoleh garis lurus
dengan kemiringan:
tp t
k
t
Pws = Pi m log 3.23 0.869 s' ........................................... (3-40)
g C t rw 2
P1hr Pwf k
s = 1.151 log 3.23 ............................................ (3-41)
C t rw 2
m
27
Sedangkan adanya hambatan aliran yang terjadi pada formasi produktif akibat
adanya skin effect, biasanya diterjemahkan atas besarnya penurunan tekanan. Untuk
Maka besarnya Flow Efficiency (FE) dengan metode pendekatan pressure dapat
P * Pwf Pskin
FE = ................................................................................. (3-43)
P * Pwf
Gambar 3.7 menunjukkan gambar grafik pressure versus Log Horner Time
tp t
:
t
Gambar 3.5
2. Metode Pendekatan P2
Pada metode ini digunakan untuk sumur gas yang mempunyai tekanan
reservoir kurang dari 2000 psi, dimana pendekatan variable gz adalah konstan:
g Z P P dP P 2
P 0 g Z 2 P
P= ................................................................................. (3-44)
tp t
k
Pws2 = Pi2 57910 q g Psc T Z g log t 3.23 0.679 s' ......... (3-45)
k h Tsc C rw 2
g t
Dimana Psc = 14.7 psi dan Tsc = 520 R, persamaan (3-56) menjadi:
tp t
k
P Pi
2 2 1637 q g T Z g t
ws log 3.23 0.679 s ' ...................... (3-46)
kh g C t rw 2
Plot P2 versus log [tp + t] / t pada kertas semilog, maka akan diperoleh garis lurus
dengan kemiringan:
1637q g T Z g
m= ..................................................................................... (3-47)
kh
tp t
k
t 3.23 0.679s' ..................................... (3-48)
Pws Pi m log
2 2
g C t rw 2
29
P1hr 2 Pwf 2 k
s = 1.151 log 3. 23 ........................................ (3-49)
m
C t rw 2
persamaan:
Maka untuk menentukan nilai Pskin, nilai yang didapat dari P2skin diakarkan.
( P * ) 2 ( Pwf ) 2 P 2 skin
FE = ..................................................................... (3-51)
( P * ) 2 ( Pwf ) 2
Metode ini bisa digunakan disemua tekanan untuk fluida gas. Persamaan
aliran dapat diganti dengan parameter yang merupakan fungsi tekanan semu
pP
() = 2 pb Z
.................................................................................. (3-52)
1 d d ( P) C d ( P)
r ............................................................. (3-53)
r dr dr k dt
30
tp t
0.000264 k
1637 q g T t
( P) ws ( P) i log 0.869 s ' ..................... (3-54)
kh g C t rw 2
Plot (P) versus log [tp + t] / t pada kertas semilog, maka akan diperoleh garis
1637 qg T
= ........................................................................................ (3-55)
kh
tp t
0.000264 k
t
( P) ws ( P) i m log 0.869 s' ....................... (3-56)
g Ct rw 2
( P)1hr ( P) wf k
s = 1.151 log 3.23 ............................ (3-57)
m C t rw 2
persamaan:
Maka untuk menentukan nilai Pskin, nilai yang didapat dari (Pskin)
Maka besarnya Flow Efficiency (FE) dengan metode pendekatan pseudo pressure
( P * ) ( Pwf ) (Pskin )
FE = .............................................................. (3-59)
( P * ) ( Pwf )
besaran fisik yang mendasar untuk diketahui pada proses primary recovery dan
enhanced recovery. Untuk reservoir yang bersifat infinite acting, tekanan rata-rata
tp t
pada grafik Horner ke harga = 1.
t
pada waktu dilakukan uji tekanan transient terutama Pressure Build Up Test (PBU
test) dan Pressure Draw Down test (PDD test). Wellbore storage terjadi karena
pada pengujian Pressure Build Up Test dan Pressure Draw Down Test saat
penutupan atau pembukaan sumur dilakukan dengan membuka dan menutup valve
yang terletak pada christmas tree. Sumur yang dalam keadaan mengalir
(berproduksi) kemudian katup di tutup maka Q (laju aliran fluida) akan langsung
berhenti (berharga 0), sedangkan aliran dari dalam reservoir ke dasar sumur (qr)
32
tidak langsung berhenti melainkan masih mengalir beberapa saat dengan laju alir
Kejadian inilah yang disebut dengan wellbore storage atau after flow effect.
Demikian pula sebaliknya bila sumur dari keadaan di tutup kemudian valve dibuka
maka sumur akan berproduksi sebesar Q yang fluidanya mula-mula berasal dari
lubang sumur, sementara dari reservoir ke dasar sumur masih belum terjadi aliran
(qr =0). Dengan bertambahnya waktu aliran dengan tekanan di permukaan tetap,
maka laju aliran di dasar sumur akan berangsur-angsur sama dengan laju aliran di
permukaan dan banyaknya fluida yang tersimpan di dalam lubang sumur akan
mencapai harga yang tetap. Hal ini menunjukkan bahwa gejala wellbore storage
3.7 Skin
permeabilitas. Skin merupakan suatu besaran yang menunjukkan ada atau tidaknya
kerusakan. Luas daerah formasi yang mengalami kerusakan ini relatif tipis hanya
di sekitar lubang sumur maka disebut skin, sehingga aliran dari formasi terhambat
33
mengalir ke lubang sumur. Distribusi tekanan karena adanya skin dapat dilihat pada
Gambar 3.6.
Gambar 3.6
Selanjutnya menurut Horner (1951) dalam metode Horner ini dapat dibuat suatu
Pada kasus terjadinya nonDarcy flow, terdapat skin effect tambahan yang
biasa terjadi pada sumur gas yang disebabkan karena meningkatnya kecepatan
aliran pada saat radial flow. Dengan meningkatnya kecepatan aliran radial flow,
34
tersebut. Kerusakan yang disebabkan oleh non-Darcy flow biasanya dikenal dengan
apparent atau total skin (s). Selain non-Darcy flow, skin effect tambahan juga dapat
disebabkan oleh bentuk geometri sumur salah satunya adalah karena partial
peforasi yang dilakukan lebih kecil dari ketebalan reservoir (hp < h). Hal ini akan
menyebabkan terhambatnya aliran fluida dari reservoir menuju lubang sumur. Skin
yang disebabkan oleh partial perforation dilambangkan dengan sp. Berikut adalah
s = s + sp + DQg........................................................................................ (3-60)
1 1 h pD A 1
0.5
sp = 1 ln ln ................................. (3-61)
h 2r h pD 2 h pD B 1
pD D
h pD = hp / h ................................................................................................. (3-62)
0 .5
rw k v
h k h
rD = ........................................................................................ (3-63)
h1 h h p zw
h1D ................................................................................... (3-64)
h h
1
A= ........................................................................................ (3-65)
h1D h pD / 4
35
1
B= ........................................................................................ (3-66)
h1D 3h pD / 4
T g
F = 3.161 x 10-12 ..................................................................... (3-68)
gwf h rw
2
Dimana:
s = true skin
k = permeabilitas, mD
h = ketebalan reservoir, ft
hp = ketebalan perforasi, ft
T = temperature, R
36
= turbulence parameter
rw = jari-jari sumur, ft
= porositas, fraksi
(jarak dari lubang bor yang diuji) pencapaian transien tekanan akibat suatu produksi
atau penutupan sumur. Seiring berjalannya waktu, transien tekanan akan mencapai
lebih jauh ke dalam reservoir. Efek dari gangguan ini akan mengecil bahkan tidak
terlihat lagi pada suatu jarak tertentu. Jarak terjauh dimana efek dari gangguan ini
masih terdeteksi, inilah yang disebut dengan radius investigasi. Nilai radius
kt
ri = ......................................................................................... (3-70)
948 g C t
Dimana:
k = permeabilitas, mD
= porositas, fraksi
= viskositas gas, cp
37
tekanan yang terjadi oleh sumur yang diuji. Pembagian waktu ini dibagi untuk
kurva Pressure Build Up dibagi menjadi tiga yaitu Early Time Region, Middle Time
awal, dimana aliran didominasi oleh adanya pengaruh wellbore storage, skin dan
phase segregation (gas hump). Bentuk kurva yang dihasilkan oleh bagian ini
penyimpangan garis lurus akibat adanya kerusakan formasi di sekitar lubang sumur
atau adanya pengaruh wellbore storage seperti terlihat pada Gambar 3.5.
menjalar kedalam formasi. Setelah pengaruh data awal terlampaui maka tekanan
akan masuk bagian waktu pertengahan. Pada saat inilah reservoir bersifat infinite
acting dimana garis lurus pada semilog terjadi. Dengan garis lurus ini dapat
atau slope (m), permeabilitas effektif (k), storage capacity (kh), faktor kerusakan
Bagian akhir dari suatu kurva setara tekanan adalah bagian waktu lanjut
(late times) yang ditunjukkan dengan berlangsungnya garis lurus semilog mencapai
batas akhir sumur yang diuji dan adanya penyimpangan kurva garis lurus. Hal ini
disebabkan karena respon tekanan sudah dipengaruhi oleh kondisi batas reservoir
dari sumur yang diuji atau pengaruh sumur-sumur produksi maupun injeksi yang
berada disekitar sumur yang diuji. Periode ini merupakan selang waktu diantara
periode transient (peralihan) dengan awal periode semi steady state. Selang waktu
ini adalah sangat sempit atau kadang-kadang hampir tidak pernah terjadi.
Gambar 3.7
kondisi suatu sumur dan reservoir tersebut. Dalam analisis tersebut dapat ditentukan
model yang sesuai untuk suatu sumur ketika analisis pressure derivative dengan
menggunakan software ecrin telah sesuai (matching). Adapun tipe untuk model
Gambar 3.8
karakter wellbore storage konstan dan faktor skin yang merupakan tolak ukur dari
sepanjang sandface pada sumur stimulasi. Untuk interval perforasi pun sama
Parameter:
bor.
Gambar 3.9
Gambar 3.10
Sumur ini dimodelkan seperti tekanan bersifat konstan disepanjang rekahan setiap
waktu. Sumur berpotongan dengan sebuah rekahan pada bidang vertikal dengan
Parameter:
s = Faktor skin
well:
Gambar 3.11
conductivity well. Sumur ini dimodelkan seperti sumur yang berpotongan dengan
dimodelkan jika ada pressure gradient atau pressure drop disepanjang rekahan.
Sumur berada dipusat panjang rekahan. Efek wellbore storage bisa timbul atau
Parameter:
s = Faktor skin
Gambar 3.12
d. Sumur Horizontal
Gambar 3.13
vertikalnya tidak diperforasi dan tidak ada aliran menuju ujung dan lubang sumur.
Parameter:
h = ketebalan formasi
s = faktor skin
45
Gambar 3.14
dimodelkan seperti sumur berproduksi dari interval perforasi yang lebih kecil
dibandingkan dengan ketebalan formasi. Hal ini memberikan kenaikan pada aliran
spherical atau hemispherical tergantung pada posisi dari interval perforasi yang
Parameter:
h = ketebalan formasi
46
s = Faktor skin
Gambar 3.15
f. Reservoir Homogen
Parameter:
Gambar 3.16
pori batuan yang terbagi dalam dua media yaitu matriks, yang memiliki storativitas
tinggi dan permeabilitas rendah, dan fissures yang memiliki permeabilitas tinggi
Parameter:
Omega () = rasio storativitas, fraksi dari volume pori yang dimiliki oleh fissure
Gambar 3.17 menunjukkan model kurva untuk reservoir Dual Porosity PSS:
Gambar 3.17
dengan Dual Porosity PSS, dimana pori batuan terbagi dalam dua media yaitu
matriks, yang memiliki storativitas tinggi dan permeabilitas rendah, dan fissures
yang memiliki permeabilitas tinggi dan storativitas rendah. Namun, untuk Dual
Porosity Transient terbagi dalam 2 model yaitu Dual Porosity Slab dan Dual
49
Porosity Sphere, dimana perbedaan antara kedua model tersebut terdapat pada
bentuk batuan. Dual Porosity Slab dimodelkan seperti reservoir yang mempunyai
Parameter:
Omega () = rasio storativitas, fraksi dari volume pori yang dimiliki oleh fissure
Gambar 3.18
Reservoir Two Layers dimodelkan seperti reservoir yang terdiri dari dua
lapisan (layer) yang homogen, lapisan pertama memiliki transmisibilitas yang lebih
dalam sumur. Ada aliran di antara lapisan tersebut di reservoir yang sebanding
Parameter:
Omega () = rasio storativitas, fraksi dari volume pori yang berhubungan yang
Untuk model sumur dengan skin, nilai skin tiap lapisan dapat dimasukkan.
Gambar 3.19
Zona luar (outer zone) dan zona dalam (inner zone) memiliki karakteristik reservoir
dan/atau fluida yang berbeda Tidak ada kehilangan tekanan di bidang pertemuan
Parameter:
M = rasio mobilitas
D = rasio difusivitas
Gambar 3.20
reservoir yang homogen, infinite dalam segala arah kecuali satu dimana reservoir
dari interface, reservoir homogen dan infinite tetapi dengan nilai kh dan/atau
Parameter:
M = rasio mobilitas
D = rasio difusivitas
Gambar 3.21
suatu lapisan atau formasi berproduksi. Uji sumur yang pertama adalah uji
deliverabilitas termasuk Back Pressure Test dan Isochronal Test, tujuan dari uji ini
adalah untuk mengetahui penurunan tekanan dasar sumur (P2) atau (P)
sehubungan dengan laju produksi konstan dikepala sumur (qsc) pada suatu sumur.
Hal ini telah diterima secara luas bahwa log (P2) versus log (qsc) atau log (P)
vs qsc memiliki hubungan yang mendekati linier. Umumnya hubungan garis lurus
pada suatu sumur tertentu diterapkan disepanjang hidup sumur tersebut, selama
Dengan memanjangkan kurva kinerja log P2 versus qsc atau log (P)
versus qsc akan dapat diketahui Absolute Open Flow Potensial (AOFP). Meskipun
harga AOFP tidaklah merefleksikan keadaan yang sebenarnya, akan tetapi dapat
untuk memperkirakan kapasitas suatu sumur. Biasanya uji deliverabilitas ini tidak
persamaan empiris.
Uji sumur yang kedua adalah pressure test yang terdiri dari Pressure
Drawdown Test dan Pressure Build Up Test. Uji-uji ini direncanakan untuk
formasi (kh), faktor skin (s), dan kapasitas tampung lubang sumur (wellbore storage
capacity).
54
Gambar 3.22
Pada masa awal dari tes penentuan deliverabilitas ini sudah dikenal
menyatakan hubungan antara qsc terhadap P2 atau qsc terhadap pseudo pressure
Keterangan:
aliran. Harga n diperoleh dari sudut kemiringan grafik dengan sumbu tegak (P2)
atau (P). Untuk aliran yang laminer akan memberikan harga n sama dengan 1,
dan bila faktor inersia turbulensi berperan dalam aliran maka n < 1 (dibatasi
Konvensional Back Pressure atau disebut juga Flow After Flow Test,
metode ini pertama kali ditemukan oleh Pierce dan Rawlins (1929) untuk
(Back Pressure) yang berbeda-beda. Pelaksanaan dari tes yang konvensional ini
dimulai dengan jalan menutup sumur, darimana ditentukan harga Pr. Selanjutnya
56
sumur diproduksi dengan laju sebesar qsc sehingga aliran mencapai stabil, sebelum
diganti dengan laju produksi lainnya. Setiap perubahan laju produksi tidak
aliran yang stabil. Untuk keperluan ini diambil tekanan alir di dasar sumur, Pwf pada
akhir dari periode suatu laju produksi. Gambar skematis dari proses Back Pressure
Gambar 3.23
laju aliran qsc terhadap P2 atau terhadap (P) pada laju aliran stabil seperti yang
telah diperlihatkan pada persamaan (3-71) dan (3-72). Metode analisa Rawlins
produksi dari sumur gas. Garis lurus yang didapat dari plot antara (Pr2 Pwf2) versus
qsc atau (P) versus qsc pada kertas log-log merupakan kinerja sumur yang
sebenarnya. Secara ideal garis lurus tersebut mempunyai slope atau kemiringan 45
pada laju produksi rendah dan akan memberikan slope yang lebih besar pada laju
produksi tinggi. Hal ini terjadi akibat dari naiknya turbulensi disekitar lubang bor
dan berubahnya faktor skin akibat peningkatan laju produksi. Harga eksponen
Gambar skematis plot Back Pressure Test untuk P2 versus qsc diperlihatkan pada
Gambar 3.24.
Gambar 3.24
q sc
C= ........................................................................................... (3-74)
( P Pwf2 ) n
r
2
q sc
C= .............................................................................. (3-75)
( ( Pr ) ( Pwf )) n
garis lurus terhadap (Pr) - (Pwf) = 1 dan dibaca pada harga qsc. Sedangkan
besarnya harga AOFP adalah sama dengan harga qsc pada harga Pwf sebesar tekanan
Back Pressure Test hanya dapat memberikan hasil yang baik bila
dengan permeabilitas rendah, akan diperlukan waktu yang cukup lama untuk
mencapai kondisi yang stabil, sehingga apabila uji dilakukan pada sumur yang
belum mempunyai fasilitas produksi, jumlah gas yang dibakar cukup besar.
Bertolak dari kelemahan Back Pressure Test atau Flow After Flow, maka
pada sumur dengan permeabilitas rendah memerlukan waktu yang lama untuk
mencapai kondisi stabil. Cullender juga mengusulkan suatu cara tes berdasarkan
59
radius), rd adalah fungsi dari td dan tidak dipengaruhi oleh laju produksi. Ia
mengusulkan laju yang berbeda tetapi dengan selang waktu yang sama, akan
memberikan grafik log P2 versus log qsc atau log (P) versus log qsc yang linier
dengan harga eksponen n yang sama, seperti pada kondisi aliran yang stabil.
Tes ini terdiri dari serangkaian proses penutupan sumur sampai mencapai
stabil, Pr, yang diusulkan dengan pembukaan sumur, sehingga menghasilkan laju
produksi tertentu selam jangka waktu t, tanpa menanti kondisi stabil. Setiap
perubahan laju produksi didahului oleh penutupan sumur sampai tekanan mencapai
stabil, Pr. Gambar 3.25 menunjukkan diagram qsc dan tekanan pada Isochronal Test:
Gambar 3.25
laju aliran qsc terhadap P2 atau qsc terhadap (P) pada laju aliran stabil yang telah
ditunjukkan oleh persamaan (3-73) dan harga C ditunjukkan oleh persamaan (3-74)
atau (3-75). Sedangkan besarnya harga absolute open flow potensial (AOFP) adalah
sama dengan harga qsc pada harga Pwf sebesar tekanan atmosphere ( 14.7 psia)
seperti yang diperlihatkan pada persamaan (3-76) atau (3-77). Dari Gambar 3.26
garis lurus yang sejajar dengan grafik t1 dan t2 melalui titik yang diperoleh pada
keadaan stabil.
Gambar 3.26
perbedaannya terletak pada penutupan sumur tidak perlu mencapai kondisi stabil.
Pada reservoir yang ketat penggunaan isochronal test belum tentu menguntungkan
bila diinginkan penutupan sumur sampai mencapai keadaan stabil. Katz et.al.,
(1959) telah mengusulkan suatu metode untuk memperoleh hasil yang mendekati
hasil tes Isochronal. Perbedaan metode ini dengan metode lain terletak pada
persyaratan bahwa penutupan sumur tidak perlu mencapai stabil. Selain daripada
itu selang waktu penutupan dan pembukaan sumur dibuat sama besar. Gambar 3.27
Gambar 3.27
laju aliran terhadap P2 atau dengan (P) pada laju aliran stabil yang telah
produksi dari sumur gas. Garis lurus yang didapat dari plot antara (Pr2 Pwf2) versus
qsc atau (Pr) - (Pwf) versus qsc pada kertas log-log merupakan kinerja sumur yang
sebenarnya. Secara ideal garis lurus tersebut mempunyai slope atau kemiringan 45
pada laju produksi rendah dan akan memberikan slope yang lebih besar pada laju
produksi tinggi. Harga eksponen ditunjukkan oleh persamaaan (3-73) dan harga C
besarnya harga absolute open flow potential (AOFP) adalah sama dengan harga qsc
pada harga Pwf sebesar tekanan atmosphere (14.7 psia) seperti yang diperlihatkan
pada persamaan (3-76) atau (3-77). Pengolahan data untuk analisa deliverabilitas
sama seperti pada metode Isochronal, kecuali untuk harga Pr diganti dengan Pws,
yaitu harga tekanan yang dibaca pada akhir dari setiap massa penutupan sumur.
Gambar 3.28
perminyakan yang dapat digunakan dalam pengerjaan analisa uji sumur (well test).
Software Ecrin dapat mempermudah dalam melakukan analisa data yang didapat
berdasarkan test yang dilakukan pada suatu sumur, baik uji tekanan transien
ataupun pada uji deliverabilitas. Data yang dibutuhkan untuk melakukan analisa
dengan software Ecrin v4.02 adalah data waktu, tekanan, serta data produksi
sebagai bahan input untuk melakukan analisa selanjutnya. Dengan software Ecrin,
maka akan dapat ditentukan Well Model, Reservoir Model, Boundary Model, serta
Gambar 3.29
Start
-Pengumpulan Data
Stop
Gambar 3.30
Untuk itu yang pertama dilakukan adalah memilih Saphir untuk digunakan sebagai
analisa uji tekanan transien (Pressure Build Up Test atau Pressure Drawdwon Test)
dan uji deliverabilitas. Gambar 3.31 merupakan tampilan awal software Ecrin
v4.02.
Gambar 3.31
2. Klik new pada toolbar ecrin, kemudian masukkan data-data reservoir yang
tersedia seperti data porositas (jari-jari sumur (rw), ketebalan atau Net Pay
Gambar 3.32 Gambar 3.35 merupakan tahapan untuk memasukkan data reservoir.
Gambar 3.32
Gambar 3.33
Gambar 3.34
Gambar 3.35
tekanan dan data laju alir berdasarkan data uji Pressure Build Up dan Uji
Gambar 3.36
4. Kemudian klik menu Load P dan copy atau load data tekanan dan waktu yang
berasal dari data ASCII file. Kemudian klik next, dan masuk ke halaman
selanjutnya. Pada halaman ini pada bagian Lines Format centang bagian field dan
atur sehingga data yang di load nanti adalah data pressure dan waktu. Kemudian
pada bagian Time Format centang bagian points, dan load data tersebut.
70
Gambar 3.37 Gambar 3.40 merupakan tahapan untuk memasukkan data tekanan:
Gambar 3.37
Data ASCII
Gambar 3.38
Gambar 3.39
Gambar 3.40
5. Setelah proses input data tekanan selesai dilakukan, maka langkah berikutnya
adalah memasukkan data laju alir dari uji deliverabilitas (Modified Isochronal
Test). Langkah pertama klik Load Q, copy data Q dan Waktu. Kemudian
centang clipboard pada halaman load step 1, kemudian klik next. Pada
halaman selanjutnya centang field pada Lines Format (sesuaikan q dan waktu
pada kolom yang tersedia), dan points pada Time Format. Kemudian klik load.
Gambar 3.41 Gambar 3.44 adalah tahapan untuk memasukkan data laju alir
(Q):
Gambar 3.41
Gambar 3.42
Gambar 3.43
Gambar 3.44
6. Setelah data tekanan dan laju alir dari uji Pressure Build Up Test dan uji
selanjutnya adalah melakukan sinkronisasi antara data tekanan dan laju alir,
yaitu dengan cara memilih tools Move Data to Synchronize Gauges. Tahap
sinkronisasi antara data tekanan dan data laju alir ini bertujuan agar lebih
menyesuaikan titik dimana sumur tersebut mulai ditutup atau dibuka, karena
pada awal input dilakukan sinkronisasi antara data tekanan dan data laju alir
tidak sesuai.
75
Gambar 3.45
Gambar 3.46
7. Setelah tahap sinkronisasi antara data tekanan dengan data laju alir dari uji
Extract dP, pilih grup build-up yang akan dianalisis (biasanya pada build-up
terakhir), klik ok. Kemudian atur tingkat smooth yang diinginkan. Maka akan
muncul hasil derivative dan semi log plot. Gambar 3.47 Gambar 3.49
menunjukkan tahapan untuk menampilkan derivative dan semi log plot pada
software Ecrin:
Gambar 3.47
Tab Extract dP
77
Gambar 3.48
Gambar 3.49
8. Setelah proses plot derivative dan semi log plot selesai dilakukan, maka proses
Boundary Model yang tepat dan sesuai dengan derivative plot. Kemudian untuk
meningkatkan hasil matching dari data tersebut, maka dapat di klik Improve
Model, kemudian berikan centang pada wide search agar analisa matching lebih
detail. Gambar 3.50 Gambar 3.53 merupakan tahapan pemilihan Well Model,
Reservoir Model, dan Boundary Model sampai pada tahap matching atau
penyelarasan kurva:
Gambar 3.50
Gambar 3.51
Gambar 3.52
Improve Model
80
Gambar 3.53
9. Setelah tahap pemilihan Well Model, Reservoir Model, dan Boundary Model
adalah melakukan Horner Plot. Untuk menampilkan Horner Plot, pilih menu
New Plot, pilih Horner Plot, kemudian klik Ok. Kemudian untuk penarikan
garis regresi dapat dilakukan dengan mengklik kanan pada sembarang tempat
dan pilih line, dan pilih new line regression dan letakkan garis regresi sesuai
interpretasi yang ada, kemudian klik result pada toolbar untuk menampilkan
hasil data yang didapat berdasarkan Horner Plot (permeabilitas, skin, P*, dll).
Gambar 3.54 Gambar 3.57 adalah tahapan untuk menampilkan Horner Plot
Gambar 3.54
Gambar 3.55
Gambar 3.56
Gambar 3.57
10. Kemudian pada software Ecrin v4.02 juga dapat dilakukan uji deliverabilitas
untuk dapat menentukan nilai Absolute Open Flow Potential suatu sumur
pilih IPR well type dan pilih vertical well, kemudian muncul halaman IPR type,
pilih C and N. Pada halaman IPR, pilih model test yang dilakukan yaitu MIT,
untuk test point pilih sandface pressure dan klik pick untuk mengambil data
Q, pwf, dan pws. Pada menu ini pilih rates dan tentukan titik yang ingin
dianalisa. Kemudian klik Ok, dan calculate average pressure dan klik ok lagi.
Maka akan terlihat hasil analisa, dan klik tab result untuk melihat hasil yang
didapat. Gambar 3.58 Gambar 3.64 adalah tahapan dalam melakukan analisa
uji deliverabilitas:
Gambar 3.58
IPR/AOF Tools
84
Gambar 3.59
Gambar 3.60
IPR Type
85
Gambar 3.61
Halaman IPR
Gambar 3.62
Gambar 3.63
Gambar 3.64