Professional Documents
Culture Documents
Widyariset
Edisi Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan
DAFTAR ISI
Fleksibilitas Prefiks Verba(L) Me- Bahasa Kubu di Provinsi Jambi:Kajian Struktur dan Se-
mantik, Ristanto ........................................................................................................... 155168
Makna dan Pendefinisian Lema Kata Berinfiks -Er- dalam Bahasa Indonesia, Prima
Hariyanto .................................................................................................................... 197206
Pengaruh Bauran Pemasaran dan WebQual Pada Kredibilitas Situs, Dedy Wahyudi, Hartoyo,
dan Lilik Noor Yuliati ................................................................................................ 207214
Pemertahanan Tarian Bambu Gila: Peran Pawang dan Mantra, Helmina Kastanya .. 215224
Kelayakan Serial Animasi Masha and the Bear sebagai Tontonan Anak-Anak,
Marlina......................................................................................................................... 225236
Regulasi Pendukung Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja pada Pengelolaan Jalan, Hendra
Hendrawan .................................................................................................................. 237248
Peringatan Bahaya Merokok dan Representasi Kekuasaan, Sri Wahyuni .................. 249258
Peran Pemerintah Lokal dalam Menghadapi Bencana Tsunami di Pacitan Jawa Timur, Ratih
Probosiwi .................................................................................................................... 259272
|v
PERAN PEMERINTAH LOKAL DALAM MENGHADAPI BENCANA
TSUNAMI DI PACITAN JAWA TIMUR
ABSTRACT
In disaster risk management, government plays an important role as the maker of disaster risk reduction
policies. Pacitan is chosen as the target of case study since geographically and historically has quite high potency
of tsunami hazard. The development of lowlands built as the center of government, has made the population
is concentrated in this area which makes Pacitan has higher risk on the tsunami disaster. The ability of local
governments to manage disaster risk becomes important starting from early stages before disaster to reconstruc-
tion stage after the disaster. This paper attempts to uncover the role of local governments in managing tsunami
risk through policies tsunami emergency response, early warning systems, and the mobilization of resources. The
management of tsunami risk information among public perception, government, and private interests will enhance
the understanding of decision making based on disaster risk. In the end, this paper attempts to provide solutions
to gaps and problems that occur in the management of tsunami risk in Pacitan.
Keywords: Role of local government, Policy and program, Awareness community
ABSTRAK
Dalam pengelolaan risiko bencana, pemerintah memegang peran penting sebagai pembuat kebijakan pe-
ngurangan risiko bencana. Studi kasus mengambil perkotaan Pacitan yang secara geografis dan historis memiliki
potensi bahaya tsunami yang cukup tinggi. Dikarenakan daerah dataran dibangun menjadi pusat pemerintahan,
menjadikan populasi masyarakat terkonsentrasi di daerah ini sehingga perkotaan Pacitan lebih berisiko atas ben-
cana tsunami. Kemampuan pemerintah lokal dalam mengelola risiko bencana menjadi hal penting dimulai dari ta-
hap awal sebelum bencana hingga rencana rekonstruksi setelah bencana terjadi. Tulisan ini mencoba mengungkap
peran pemerintah daerah dalam mengelola risiko tsunami melalui kebijakan tanggap darurat, sistem peringatan
dini, dan mobilisasi sumber daya. Pengelolaan informasi risiko tsunami antara persepsi masyarakat, pemerintah,
dan kepentingan swasta akan mempermudah pemahaman keputusan yang berdasar risiko bencana. Pada akhirnya,
tulisan ini mencoba memberikan solusi atas kesenjangan dan permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan risiko
tsunami di Pacitan.
Kata kunci: Peran pemerintah lokal, Kebijakan dan program pemerintah, Penyadaran masyarakat
| 259
PENDAHULUAN datang, sehingga risiko yang ada harus dikelola
Manajemen risiko bencana merupakan proses dan diminimalisir melalui upaya mitigasi bencana.
sistematik untuk mengurangi dampak bencana Upaya mitigasi tsunami mencakup mitigasi
yang meliputi keputusan administratif, organisasi, struktural dan mitigasi nonstructural.4 Mitigasi
keahlian organisasional, dan komunitas yang struktural dilakukan melalui pembangunan fisik
dimiliki pemerintah. Manajemen risiko bencana seperti penanaman vegetasi penyerap en-
merupakan salah satu bentuk risk governance. ergi gelombang tsunami, pembangunan shelter
Neye dan Donahue dalam Aven dan Renn 1 pengungsian, dan penyiapan jalur evakuasi;
mengungkapkan bahwa governance merujuk pada sedangkan mitigasi nonstruktural dapat dilakukan
kemampuan aktor, kelompok sosial, dan institusi melalui manajemen risiko tsunami, penataan
untuk membangun kesepakatan organisasional instutisional, dan penguatan modal masyarakat.
untuk mendukung kontribusi tiap pihak dan pada Mitigasi meliputi segala tindakan yang dapat
tujuan umum yang telah ditetapkan sebelumnya. menjinakkan bahaya, mengurangi kemungkinan
Pacitan merupakan daerah di selatan Pulau terjadinya bahaya, dan mengurangi daya rusak
Jawa yang berhadapan langsung dengan Samudera suatu bahaya yang tidak dapat dihindarkan.
Hindia yang berpotensi mengalami tsunami. Paci- Mitigasi adalah dasar manajemen situasi darurat.5
tan juga berada di celah ketiga dari delapan celah Menurut Federal Emergency Management
seismik di seluruh Indonesia. Badan Nasional Agency (FEMA),6 mitigasi didefinisikan sebagai
Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan aksi yang mengurangi atau menghilangkan
bahwa Pacitan merupakan daerah yang berisiko risiko jangka panjang bahaya bencana alam dan
tsunami.2 Perkotaan Pacitan merupakan wilayah akibatnya terhadap manusia dan harta benda.
dataran rendah yang diapit bukit dan berbatasan Mitigasi dilakukan oleh semua pihak terkait
langsung dengan teluk dan memiliki sungai besar termasuk pemerintah yang berperan sebagai
yang langsung menuju Teluk Pacitan. Dengan pembuat kebijakan (policy maker) dan pemangku
kondisi seperti ini, jika terjadi tsunami, gelombang kepentingan utama (principal stakeholder).
tsunami akan terperangkap dan masuk menuju Peran pemerintah lokal berfokus pada
perkotaan baik itu langsung ataupun melalui sa- kemampuan lembaga untuk mengubah dan
luran sungai. Penelitian mengenai potensi bahaya mempersiapkan segala kebutuhan dalam me-
tsunami di perkotaan Pacitan telah dilakukan ngelola bencana.7 Menurut Moynihan dalam
oleh Mardiatno3 yang salah satunya dilakukan Kusumasari,8 manajemen risiko bencana tidak
berdasarkan skenario gempabumi 8,5Mw. Hasil hanya membutuhkan perencanaan praktis tetapi
analisis Mardiatno3 menunjukkan bahaya tsunami juga kemampuan untuk mengelola ketidakpastian
tersebar hampir menyeluruh di wilayah perkotaan dan perubahan secara cepat yang kesemuanya
Pacitan (lebih dari 70% luas area perkotaan). Dari merupakan karakteristik sebuah bencana. Pemer-
70% luas area terdampak bahaya tsunami, hampir intah perkotaan Pacitan mencoba menindaklanjuti
50% menunjukkan potensi bahaya sangat tinggi. beberapa temuan penelitian yang menyebutkan
Pengalaman tsunami Banyuwangi pada tahun bahwa wilayah mereka merupakan wilayah den-
1994 dan Pangandaran pada tahun 2006 yang gan kerawanan tsunami yang cukup tinggi melalui
juga berdampak pada Pacitan, membuat Pacitan kebijakan ramah lingkungan dan upaya kerja sama
menjadi wilayah yang berpotensi mengalami dalam rangka mitigasi bencana tsunami.
tsunami. Sebagai ibukota kabupaten yang meru- Menurut Mardiatno3 dalam penelitiannya
pakan pusat aktivitas pemerintah, permukiman, dengan skenario terburuk, hampir seluruh
pendidikan, ekonomi, dan keberagaman aktivitas wilayah perkotaan Pacitan (lebih dari 70%
penduduk, Pacitan memiliki tingkat risiko yang luas area perkotaan) akan tergenang apabila
tinggi baik itu dinilai dari sisi sosial budaya tsunami itu terjadi. Hal ini kemudian ditambah
maupun ekonomi. Kondisi geografis perkotaan dengan hasil penelitian Probosiwi 4 yang
Pacitan ditunjukkan pada Gambar 1. mengungkapkan bahwa tingkat kerawanan
Risiko tsunami tidak dapat dihindari karena Perkotaan Pacitan berkisar antara rentan ren-
manusia tidak dapat memprediksi kapan tsunami dah hingga tinggi apabila dilihat dari jumlah
elemen risiko yang berpengaruh yaitu jumlah memperhatikan kepentingan masyarakat selain
kelompok rentan (lansia, anak, penyandang pertimbangan ilmiah kebencanaan.
cacat, dan wanita) dan jumlah kelompok miskin.
Dari data tersebut kemudian diketahui tingkat
METODE PENELITIAN
risiko Perkotaan Pacitan berkisar antara rendah
sampai dengan sangat tinggi. Tingkat risiko Tulisan ini mengkaji kemampuan pemerintah
sangat rendah dikarenakan adanya perumahan kabupaten Pacitan sebagai studi kasus yang
padat penduduk dengan jarak kurang dari 500 dianalisis secara deskriptif evaluatif, yaitu
meter dari garis pantai. Peta risiko tsunami mereviu kebijakan pengelolaan risiko bencana
Perkotaan Pacitan ditunjukkan dari Gambar 2. di kabupaten Pacitan, khususnya di wilayah
Dari Gambar 2, diketahui bahwa pemerintah pesisir perkotaan. Melalui penilaian kesiapsiagaan
perkotaan Pacitan harus memusatkan perhatian pemerintah dalam menghadapi kemungkinan
kebijakan penanggulangan bencana di daerah bahaya tsunami, peran pemerintah dalam upaya
dataran yang berhadapan langsung dengan garis mitigasi bencana dinilai dan dianalisis. Tulisan
pantai. Manajemen risiko penting dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui peran pemerintah
mengingat selama ini masih sedikit penelitian lokal Pacitan dalam meminimalisir risiko bencana
sejenis yang meMengetahui potensi tsunami tsunami melalui parameter kebijakan tanggap
di perkotaan Pacitan, penting dilakukan kajian darurat, sistem peringatan dini, dan mobilitas
untuk mengetahui peran pemerintah lokal dalam sumber daya pemerintahan itu sendiri.
menghadapi bencana tsunami melalui kebijakan Kelengkapan data diperoleh melalui reviu
tanggap darurat, sistem peringatan dini, dan literatur terkait monografi, kondisi sosial eko-
mobilisasi sumber daya. Analisis risiko tsunami nomi masyarakat, bahaya tsunami, kerentanan
penting dilakukan pemerintah lokal dengan tetap tsunami, risiko tsunami, dan dokumen hukum
atau kebijakan pemerintah lokal. Selain itu juga
melakukan wawancara terstruktur melalui kue-
pembangunan;
sioner dan diperdalam melalui indepth interview.
Diskusi kelompok terfokus juga dilakukan untuk b. perlindungan masyarakat dari dampak
mengkonfirmasi data yang diperoleh dari berbagai bencana;
unsur yaitu pemerintah lokal, tokoh masyarakat, c. penjaminan pemenuhan hak masyarakat
pengusaha, NGOs dan masyarakat itu sendiri. dan pengungsi yang terkena bencana secara
Jawaban dan informasi yang diperoleh melalui adil dan sesuai dengan standar pelayanan
wawancara dan diskusi kelompok terfokus minimum;
dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui d. pemulihan kondisi dari dampak bencana;
kemampuan pemerintah dalam mengelola risiko
e. pengalokasian anggaran penanggulangan
tsunami terutama melalui upaya mitigasi bencana.
bencana dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) yang memadai;
HASIL DAN PEMBAHASAN pengalokasian anggaran penanggulangan
bencana dalam bentuk dana siap pakai;
Risk Governance dalam Manajemen dan
Risiko Bencana f. pemeliharaan arsip/dokumen otentik dan
UURI Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penang- kredibel dari ancaman dan dampak bencana.
gulangan Bencana membawa pergeseran Dalam menyikapi sebuah bencana, Maarif10
paradigm dalam penanggulangan bencana dari mengungkapkan empat filosofi yang dapat dianut,
menanggapi situasi bencana ke pencegahan dan yaitu pertama menjauhkan masyarakat dari
pengurangan risiko bencana. Dengan perubahan ancaman bencana (hazard), kedua menjauhkan
ini, manajemen bencana merupakan kegiatan bencana dari masyarakat, ketiga hidup harmoni
yang dimulai sejak bencana belum terjadi hingga dan bersahabat dengan ancaman, dan keempat
tahapan rekonstruksi setelah bencana. Menurut mengembangkan kearifan lokal. Pengurangan
pasal 6 UU tentang Penanggulangan Bencana,9 risiko bencana dapat dilakukan mengadopsi
tanggung jawab pemerintah dalam penyeleng- keempat filosofi tersebut. Melalui program dan
garaan penanggulangan bencana meliputi: kebijakan yang dibuat, pemerintah dapat men-
a. pengurangan risiko bencana dan pemaduan gelola risiko bencana yang muncul dengan
pengurangan risiko bencana dengan program menghitung nilai kerentanan dan juga kapasitas
Sumber: 18
dikarenakan secara umum struktur bangunan di kabupaten Pacitan. Sebelum BPBD terbentuk,
Pacitan tidak siap terhadap bencana tsunami. kegiatan penanggulangan bencana dilakukan
Zulkarnain menilai kerentanan bangunan tsunami oleh Bakesbangpolinmas yang kegiatannya lebih
berdasarkan parameter kondisi bangunan yaitu pada kegiatan sosialisasi, pemberian bantuan,
kapasitas struktur bangunan dalam hal tekanan dan kerja sama dengan dinas terkait. Kegiatan
horisontal aliran tsunami dan kerentanan elemen penanggulangan bencana yang dilakukan masih
akibat bertemu dengan air. terbatas dikarenakan keterbatasan anggaran dan
Banyaknya nilai kerugian baik dari segi eko- personel pelaksana. Dengan adanya BPBD,
nomi maupun nonekonomi membuat pemerintah kegiatan penanggulangan bencana menjadi lebih
Pacitan harus membuat kebijakan dan program menyeluruh karena berdiri sendiri dengan struktur
untuk mengelola risiko tsunami di wilayahnya organisasi dan tugas yang jelas.
melalui kebijakan mitigasi. Dalam tugasnya, BPBD berfungsi membantu
tugas Bupati dalam:21
Kemampuan Pemerintah Pacitan dalam a. Menetapkan pedoman dan pengarahan
Manajemen Risiko Bencana terhadap usaha penanggulangan bencana yang
mencakup pencegahan bencana, penanganan
Pemerintah Kabupaten Pacitan memiliki
darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara
lembaga pelaksanaan penanggulangan bencana
adil dan setara;
yang telah memiliki struktur yang jelas bahkan
telah disahkan melalui SK Bupati, yaitu Badan b. Menetapkan standarisasi serta kebutuhan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang penyelenggaraan penanggulangan bencana
berdiri pada tanggal 15 Maret 2011. Akan tetapi berdasarkan peraturan perundang-undangan;
disayangkan sekali masih banyak anggota SKPD c. Menyusun, menetapkan, dan menginforma-
Kabupaten Pacitan yang belum mengetahui sikan peta rawan bencana;
adanya lembaga Satlak Penanggulangan Bencana d. Menyusun dan menetapkan prosedur tetap
tersebut. Hal ini dimungkinkan karena BPBD penanganan bencana;
merupakan organisasi baru sehingga masih e. Melaporkan penyelenggaraan penanggulang-
banyak anggota SKPD yang menyangka Bakes- an bencana kepada Kepala Daerah setiap
bangpolinmas masih sebagai lembaga yang bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap
menangani masalah penanggulangan bencana. saat dalam kondisi darurat bencana;
BPBD Pacitan bertanggung jawab atas f. Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran
seluruh kegiatan penanggulangan bencana di uang dan barang;