You are on page 1of 16

Volume 18, Nomor 2, Agustus 2015 ISSN 1411 7932

Nomor Akreditasi: 668/AU3/P2MI-LIPI/07/2015

Widyariset
Edisi Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan

DAFTAR ISI

Fleksibilitas Prefiks Verba(L) Me- Bahasa Kubu di Provinsi Jambi:Kajian Struktur dan Se-
mantik, Ristanto ........................................................................................................... 155168

Beberapa Faktor yang Memengaruhi Pemilihan Bahasa dalam Masyarakat Multilingual di


Sinjai, Herawati ...........................................................................................................169180

Identitas Pengarang Puisi Mawlid Syaraf Al-Anm, As. Rakhmad Idris....................181196

Makna dan Pendefinisian Lema Kata Berinfiks -Er- dalam Bahasa Indonesia, Prima
Hariyanto .................................................................................................................... 197206

Pengaruh Bauran Pemasaran dan WebQual Pada Kredibilitas Situs, Dedy Wahyudi, Hartoyo,
dan Lilik Noor Yuliati ................................................................................................ 207214

Pemertahanan Tarian Bambu Gila: Peran Pawang dan Mantra, Helmina Kastanya .. 215224

Kelayakan Serial Animasi Masha and the Bear sebagai Tontonan Anak-Anak,
Marlina......................................................................................................................... 225236

Regulasi Pendukung Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja pada Pengelolaan Jalan, Hendra
Hendrawan .................................................................................................................. 237248

Peringatan Bahaya Merokok dan Representasi Kekuasaan, Sri Wahyuni .................. 249258

Peran Pemerintah Lokal dalam Menghadapi Bencana Tsunami di Pacitan Jawa Timur, Ratih
Probosiwi .................................................................................................................... 259272

|v
PERAN PEMERINTAH LOKAL DALAM MENGHADAPI BENCANA
TSUNAMI DI PACITAN JAWA TIMUR

THE ROLE OF LOCAL GOVERNMENT IN FACING TSUNAMI


DISASTER IN PACITAN EAST JAVA
Ratih Probosiwi

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS)


Kementerian Sosial RI
Pos-el: ratihprobo@yahoo.com

Diajukan: 1 Apr.15; Direviu: 31 Juli 15; Diterima: 24 Agt. 15

ABSTRACT
In disaster risk management, government plays an important role as the maker of disaster risk reduction
policies. Pacitan is chosen as the target of case study since geographically and historically has quite high potency
of tsunami hazard. The development of lowlands built as the center of government, has made the population
is concentrated in this area which makes Pacitan has higher risk on the tsunami disaster. The ability of local
governments to manage disaster risk becomes important starting from early stages before disaster to reconstruc-
tion stage after the disaster. This paper attempts to uncover the role of local governments in managing tsunami
risk through policies tsunami emergency response, early warning systems, and the mobilization of resources. The
management of tsunami risk information among public perception, government, and private interests will enhance
the understanding of decision making based on disaster risk. In the end, this paper attempts to provide solutions
to gaps and problems that occur in the management of tsunami risk in Pacitan.
Keywords: Role of local government, Policy and program, Awareness community

ABSTRAK
Dalam pengelolaan risiko bencana, pemerintah memegang peran penting sebagai pembuat kebijakan pe-
ngurangan risiko bencana. Studi kasus mengambil perkotaan Pacitan yang secara geografis dan historis memiliki
potensi bahaya tsunami yang cukup tinggi. Dikarenakan daerah dataran dibangun menjadi pusat pemerintahan,
menjadikan populasi masyarakat terkonsentrasi di daerah ini sehingga perkotaan Pacitan lebih berisiko atas ben-
cana tsunami. Kemampuan pemerintah lokal dalam mengelola risiko bencana menjadi hal penting dimulai dari ta-
hap awal sebelum bencana hingga rencana rekonstruksi setelah bencana terjadi. Tulisan ini mencoba mengungkap
peran pemerintah daerah dalam mengelola risiko tsunami melalui kebijakan tanggap darurat, sistem peringatan
dini, dan mobilisasi sumber daya. Pengelolaan informasi risiko tsunami antara persepsi masyarakat, pemerintah,
dan kepentingan swasta akan mempermudah pemahaman keputusan yang berdasar risiko bencana. Pada akhirnya,
tulisan ini mencoba memberikan solusi atas kesenjangan dan permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan risiko
tsunami di Pacitan.
Kata kunci: Peran pemerintah lokal, Kebijakan dan program pemerintah, Penyadaran masyarakat

| 259
PENDAHULUAN datang, sehingga risiko yang ada harus dikelola
Manajemen risiko bencana merupakan proses dan diminimalisir melalui upaya mitigasi bencana.
sistematik untuk mengurangi dampak bencana Upaya mitigasi tsunami mencakup mitigasi
yang meliputi keputusan administratif, organisasi, struktural dan mitigasi nonstructural.4 Mitigasi
keahlian organisasional, dan komunitas yang struktural dilakukan melalui pembangunan fisik
dimiliki pemerintah. Manajemen risiko bencana seperti penanaman vegetasi penyerap en-
merupakan salah satu bentuk risk governance. ergi gelombang tsunami, pembangunan shelter
Neye dan Donahue dalam Aven dan Renn 1 pengungsian, dan penyiapan jalur evakuasi;
mengungkapkan bahwa governance merujuk pada sedangkan mitigasi nonstruktural dapat dilakukan
kemampuan aktor, kelompok sosial, dan institusi melalui manajemen risiko tsunami, penataan
untuk membangun kesepakatan organisasional instutisional, dan penguatan modal masyarakat.
untuk mendukung kontribusi tiap pihak dan pada Mitigasi meliputi segala tindakan yang dapat
tujuan umum yang telah ditetapkan sebelumnya. menjinakkan bahaya, mengurangi kemungkinan
Pacitan merupakan daerah di selatan Pulau terjadinya bahaya, dan mengurangi daya rusak
Jawa yang berhadapan langsung dengan Samudera suatu bahaya yang tidak dapat dihindarkan.
Hindia yang berpotensi mengalami tsunami. Paci- Mitigasi adalah dasar manajemen situasi darurat.5
tan juga berada di celah ketiga dari delapan celah Menurut Federal Emergency Management
seismik di seluruh Indonesia. Badan Nasional Agency (FEMA),6 mitigasi didefinisikan sebagai
Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan aksi yang mengurangi atau menghilangkan
bahwa Pacitan merupakan daerah yang berisiko risiko jangka panjang bahaya bencana alam dan
tsunami.2 Perkotaan Pacitan merupakan wilayah akibatnya terhadap manusia dan harta benda.
dataran rendah yang diapit bukit dan berbatasan Mitigasi dilakukan oleh semua pihak terkait
langsung dengan teluk dan memiliki sungai besar termasuk pemerintah yang berperan sebagai
yang langsung menuju Teluk Pacitan. Dengan pembuat kebijakan (policy maker) dan pemangku
kondisi seperti ini, jika terjadi tsunami, gelombang kepentingan utama (principal stakeholder).
tsunami akan terperangkap dan masuk menuju Peran pemerintah lokal berfokus pada
perkotaan baik itu langsung ataupun melalui sa- kemampuan lembaga untuk mengubah dan
luran sungai. Penelitian mengenai potensi bahaya mempersiapkan segala kebutuhan dalam me-
tsunami di perkotaan Pacitan telah dilakukan ngelola bencana.7 Menurut Moynihan dalam
oleh Mardiatno3 yang salah satunya dilakukan Kusumasari,8 manajemen risiko bencana tidak
berdasarkan skenario gempabumi 8,5Mw. Hasil hanya membutuhkan perencanaan praktis tetapi
analisis Mardiatno3 menunjukkan bahaya tsunami juga kemampuan untuk mengelola ketidakpastian
tersebar hampir menyeluruh di wilayah perkotaan dan perubahan secara cepat yang kesemuanya
Pacitan (lebih dari 70% luas area perkotaan). Dari merupakan karakteristik sebuah bencana. Pemer-
70% luas area terdampak bahaya tsunami, hampir intah perkotaan Pacitan mencoba menindaklanjuti
50% menunjukkan potensi bahaya sangat tinggi. beberapa temuan penelitian yang menyebutkan
Pengalaman tsunami Banyuwangi pada tahun bahwa wilayah mereka merupakan wilayah den-
1994 dan Pangandaran pada tahun 2006 yang gan kerawanan tsunami yang cukup tinggi melalui
juga berdampak pada Pacitan, membuat Pacitan kebijakan ramah lingkungan dan upaya kerja sama
menjadi wilayah yang berpotensi mengalami dalam rangka mitigasi bencana tsunami.
tsunami. Sebagai ibukota kabupaten yang meru- Menurut Mardiatno3 dalam penelitiannya
pakan pusat aktivitas pemerintah, permukiman, dengan skenario terburuk, hampir seluruh
pendidikan, ekonomi, dan keberagaman aktivitas wilayah perkotaan Pacitan (lebih dari 70%
penduduk, Pacitan memiliki tingkat risiko yang luas area perkotaan) akan tergenang apabila
tinggi baik itu dinilai dari sisi sosial budaya tsunami itu terjadi. Hal ini kemudian ditambah
maupun ekonomi. Kondisi geografis perkotaan dengan hasil penelitian Probosiwi 4 yang
Pacitan ditunjukkan pada Gambar 1. mengungkapkan bahwa tingkat kerawanan
Risiko tsunami tidak dapat dihindari karena Perkotaan Pacitan berkisar antara rentan ren-
manusia tidak dapat memprediksi kapan tsunami dah hingga tinggi apabila dilihat dari jumlah

260 | Widyariset, Vol. 18 No. 2, 2015: 259-272


Gambar 1. Letak geografis Pacitan dan batas lempeng tektonik di Indonesia. Arah panah menunjukkan arah
gerakan lempeng5

elemen risiko yang berpengaruh yaitu jumlah memperhatikan kepentingan masyarakat selain
kelompok rentan (lansia, anak, penyandang pertimbangan ilmiah kebencanaan.
cacat, dan wanita) dan jumlah kelompok miskin.
Dari data tersebut kemudian diketahui tingkat
METODE PENELITIAN
risiko Perkotaan Pacitan berkisar antara rendah
sampai dengan sangat tinggi. Tingkat risiko Tulisan ini mengkaji kemampuan pemerintah
sangat rendah dikarenakan adanya perumahan kabupaten Pacitan sebagai studi kasus yang
padat penduduk dengan jarak kurang dari 500 dianalisis secara deskriptif evaluatif, yaitu
meter dari garis pantai. Peta risiko tsunami mereviu kebijakan pengelolaan risiko bencana
Perkotaan Pacitan ditunjukkan dari Gambar 2. di kabupaten Pacitan, khususnya di wilayah
Dari Gambar 2, diketahui bahwa pemerintah pesisir perkotaan. Melalui penilaian kesiapsiagaan
perkotaan Pacitan harus memusatkan perhatian pemerintah dalam menghadapi kemungkinan
kebijakan penanggulangan bencana di daerah bahaya tsunami, peran pemerintah dalam upaya
dataran yang berhadapan langsung dengan garis mitigasi bencana dinilai dan dianalisis. Tulisan
pantai. Manajemen risiko penting dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui peran pemerintah
mengingat selama ini masih sedikit penelitian lokal Pacitan dalam meminimalisir risiko bencana
sejenis yang meMengetahui potensi tsunami tsunami melalui parameter kebijakan tanggap
di perkotaan Pacitan, penting dilakukan kajian darurat, sistem peringatan dini, dan mobilitas
untuk mengetahui peran pemerintah lokal dalam sumber daya pemerintahan itu sendiri.
menghadapi bencana tsunami melalui kebijakan Kelengkapan data diperoleh melalui reviu
tanggap darurat, sistem peringatan dini, dan literatur terkait monografi, kondisi sosial eko-
mobilisasi sumber daya. Analisis risiko tsunami nomi masyarakat, bahaya tsunami, kerentanan
penting dilakukan pemerintah lokal dengan tetap tsunami, risiko tsunami, dan dokumen hukum
atau kebijakan pemerintah lokal. Selain itu juga
melakukan wawancara terstruktur melalui kue-

Peran Pemerintah Lokal... | Ratih Probosiwi | 261


Gambar 2. Peta Risiko Perkotaan Pacitan

pembangunan;
sioner dan diperdalam melalui indepth interview.
Diskusi kelompok terfokus juga dilakukan untuk b. perlindungan masyarakat dari dampak
mengkonfirmasi data yang diperoleh dari berbagai bencana;
unsur yaitu pemerintah lokal, tokoh masyarakat, c. penjaminan pemenuhan hak masyarakat
pengusaha, NGOs dan masyarakat itu sendiri. dan pengungsi yang terkena bencana secara
Jawaban dan informasi yang diperoleh melalui adil dan sesuai dengan standar pelayanan
wawancara dan diskusi kelompok terfokus minimum;
dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui d. pemulihan kondisi dari dampak bencana;
kemampuan pemerintah dalam mengelola risiko
e. pengalokasian anggaran penanggulangan
tsunami terutama melalui upaya mitigasi bencana.
bencana dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) yang memadai;
HASIL DAN PEMBAHASAN pengalokasian anggaran penanggulangan
bencana dalam bentuk dana siap pakai;
Risk Governance dalam Manajemen dan
Risiko Bencana f. pemeliharaan arsip/dokumen otentik dan
UURI Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penang- kredibel dari ancaman dan dampak bencana.
gulangan Bencana membawa pergeseran Dalam menyikapi sebuah bencana, Maarif10
paradigm dalam penanggulangan bencana dari mengungkapkan empat filosofi yang dapat dianut,
menanggapi situasi bencana ke pencegahan dan yaitu pertama menjauhkan masyarakat dari
pengurangan risiko bencana. Dengan perubahan ancaman bencana (hazard), kedua menjauhkan
ini, manajemen bencana merupakan kegiatan bencana dari masyarakat, ketiga hidup harmoni
yang dimulai sejak bencana belum terjadi hingga dan bersahabat dengan ancaman, dan keempat
tahapan rekonstruksi setelah bencana. Menurut mengembangkan kearifan lokal. Pengurangan
pasal 6 UU tentang Penanggulangan Bencana,9 risiko bencana dapat dilakukan mengadopsi
tanggung jawab pemerintah dalam penyeleng- keempat filosofi tersebut. Melalui program dan
garaan penanggulangan bencana meliputi: kebijakan yang dibuat, pemerintah dapat men-
a. pengurangan risiko bencana dan pemaduan gelola risiko bencana yang muncul dengan
pengurangan risiko bencana dengan program menghitung nilai kerentanan dan juga kapasitas

262 | Widyariset, Vol. 18 No. 2, 2015: 259-272


yang dimiliki sehingga masyarakat lebih tangguh bukan urusan pemerintah semata tetapi juga
dalam menghadapi bencana. harus menjadi urusan bersama. Paradigma baru
Ketangguhan menurut United Nations ini juga merupakan pengutamaan penanggulangan
International Strategy for Disaster Reduction bencana yang diadopsi dari International Strategy
(UNISDR) dalam Maarif11 didefinisikan sebagai for Disaster Reduction (ISDR). Strategi ISDR
kapasitas suatu sistem, komunitas atau masyarakat menekankan disaster is everybody business.
dalam menghadapi ancaman. Kapasitas ini Selanjutnya Indonesia memulai babak baru dalam
ditentukan oleh tingkat kemampuan sistem sosial manajemen kebencanaan dengan menempatkan
dalam mengorganisasi dirinya melalui pembelaja- bencana menjadi tangggung jawab pemerintah,
ran dari bencana di masa lalu untuk meningkatkan masyarakat dan dunia usaha (governance).13
kemampuan dalam pengurangan risiko akibat Ketiga komponen ini sering disebut dengan tiga
bencana. Risiko bencana berkaitan dengan dua pilar penanggulangan bencana yang mempunyai
faktor penting. Pertama, berkaitan dengan tingkat peran dan kedudukan strategis dalam penang-
kerentanan (vulnerability) suatu komunitas atau gulangan bencana.13
daerah dalam mengantisipasi, mempersiapkan Governance bergantung pada tingkat
diri, memberikan tanggapan, dan memulihkan komitmen politik di semua level dan institusi yang
diri. Faktor kedua berkaitan dengan ancaman kuat. Good governance diidentifikasikan dalam
(hazards) risiko bencana yang terjadi di daerah kerangka pengurangan risiko ISDR sebagai kunci
tersebut. Faktor lainnya adalah kepemimpinan kesuksesan pengurangan risiko bencana. Good
(leadership). Kepemimpinan dapat diterjemahkan governance akan:14
sebagai kepemimpinan formal dan struktural, 1. menerapkan pengurangan risiko bencana
serta kepemimpinan informal dan kultural. sebagai prioritas kebijakan,
Pemimpin dalam situasi bencana dituntut 2. mengalokasikan sumber-sumber penting
untuk berani dalam mengambil keputusan untuk dalam proses pengurangan risiko bencana,
bertindak yang cepat dan tepat. Selain itu, perlu
3. menguatkan implementasi pengurangan risiko
juga kearifan dalam memutuskan kebijakan yang
bencana dan mempertanggung jawabkan
diambil serta peka dalam menyikapi situasi yang
kesalahan, dan
terjadi tanpa harus terbebani prosedural yang
mengikat. Diperlukan kecepatan dalam me- 4. menfasilitasi partisipasi masyarakat dan
ngoordinasikan berbagai instansi, lembaga, dan sektor swasta.1.
organisasi kemasyarakatn yang terlibat untuk Perlu adanya komitmen bersama bahwa
mendapatkan sasaran penindakan yang tepat. governance hanya akan terwujud jika muncul
Dibutuhkan keberanian dalam pengambilan kepu- kolaborasi, kemitraan, dan jaringan antar elemen
tusan bertindak yang cepat.11 Dalam manajemen governance. Jaringan telah menjadi fitur penting
risiko bencana, pemerintah menghadapi dilema dari pengembangan organisasi modern saat ini,
dalam pengambilan keputusan. Apabila kebijakan baik organisasi publik maupun swasta.15 Tindakan
hanya didasarkan pada saran professional maka ramah lingkungan dan nondestruktif tidak hanya
pemerintah akan kehilangan dukungan masyara- harus menunjukkan sektor publik tetapi juga
kat, tetapi apabila hanya didasarkan pada persepsi swasta. Reformasi juga harus disusun dengan cara
masyarakat maka kemungkinan kebijakan akan yang konstruktif pada ide dan orientasi operasional
mentoleransi kerugian yang ditimbulkan. Oleh yang didasarkan pada keuntungan finansial dengan
karena itu, pemerintah harus menggunakan memperhatikan risiko sosial. Komitmen sektor
pendekatan terpadu antara kebutuhan masyarakat swasta perlu ditingkatkan melalui penerapan
dan saran ahli.12 Corporate Social Responsibility (CSR). Sharing
Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah tanggung jawab antara ketiga elemen tersebut
dalam mengatasi problema kebencanaan adalah memerlukan transparansi dan akuntabilitas untuk
dengan merekonstruksi paradigma penanggulan- membangun kepercayaan yang akan berfungsi
gan bencana. Bencana haruslah dipandang sebagai sebagai pengikat kinerja manajemen bencana.16

Peran Pemerintah Lokal... | Ratih Probosiwi | 263


Tanggung jawab sosial sektor swasta perlu industri besar sebesar 0,04% sedangkan sisanya
dipertegas, hak sosial masyarakat perlu dijamin, adalah industri sedang yang hanya 0,10%. Sektor
dan peran regulasi pemerintah harus diperkuat. industri mempunyai peranan strategi untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi, mening-
Gambaran Umum Pacitan katnya produktivitas, masyarakat, menciptakan
lapangan usaha, memperluas lapangan kerja seta
Kabupaten Pacitan terletak di ujung selatan Pulau meningkatnya pendapatan masyarakat. Kegiatan
Jawa yang berbatasan dengan provinsi Jawa sektor industri di kabupaten Pacitan masih
Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta meru- tergolong skala menengah dan kecil, khusus
pakan pintu gerbang bagian barat Jawa Timur industri kecil yang merupakan industri rumah
dengan kondisi fisik pegunungan kapus selatan tangga dan dilakukan oleh kelompok masyarakat
yang membujur dari Gunung Kidul ke kabupaten serta merupakan kegiatan sampingan. Kegiatan
Trenggalek menghadap Samudera Indonesia. ini berbasis di pedesaan. Dalam perkembangan-
kabupaten Pacitan terdiri atas 12 kecamatan, lima nya sektor ini mulai berorientasi pada kegiatan
kelurahan, dan 166 desa.15 ekspor baik tingkat regional, nasional maupun
Penduduk merupakan sumber daya atau Internasional.Beberapa komoditi industri kecil
potensi makhluk hidup yang mendiami suatu tersebut anatar alain Anyaman Bambu, Mainan
daerah, umumnya bermukim dan membentuk Anak (toys), Batu Mulia, Gerabah Seni, Batik
satu kesatuan.17 Berdasarkan hasil registrasi pen- Tulis telah mampu menembus pasar ekspor.17
duduk tahun 2011, jumlah penduduk kabupaten Sebagai wilayah yang berhadapan dengan
Pacitan sebesar 586.276 jiwa, terdiri dari laki-laki laut, industri perikanan dan pariwisata memiliki
sebesar 290.570 jiwa (49,72%) dan perempuan potensi yang cukup besar. Luas wilayah Laut
sebesar 295.576 jiwa (50,28%) dengan rasio jenis Pacitan mencapai 7.636 mil2 dengan 12 pantai
kelamin sebesar 98,89%. Hal ini berarti bahwa merupakan daerah untuk pendaratan ikan oleh
setiap seratus penduduk perempuan terdapat nelayan. Adapun potensi wilayah laut tersebut
9899 penduduk laki-laki. Sedangkan menurut (LPPL 1980) sebesar kurang lebih 84.4330 ton
hasil Sensus Penduduk 2010 (SP2010), jumlah pertahun, dengan perincian ikan dasar (demesral)
penduduk kabupaten Pacitan sebesar 540.881 sebanyak 24.577 ton, ikan pelagis 98.310 ton,
jiwa. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin sejenis udang mencapai kurang lebih 2.220 ton
terdiri dari laki-laki sebesar 264.1123 jiwa pertahun (8,22%) berupa lobster ground yang
(48,83%) dan perempuan sebesar 276.769 jiwa mempunyai nilai jual tinggi. Potensi budidaya laut
(51,17%) dengan rasio jenis kelamin sebesar yang potensial dikembangkan di Teluk Segoro
95,43%. Hal ini berarti bahwa setiap seratus Anakan di kecamatan Ngadirojo seluas kurang
penduduk perempuan terdapat 9596 penduduk lebih 400 Ha, yang digunakan untuk budidaya
laki-laki. Kepadatan penduduk kabupaten Pacitan rumput laut mencapai 64 unit rakit dan budidaya
tahun 2011 sebesar 422 Jiwa/Km2. Kepadatan ikan kerapu.17
penduduk paling tinggi adalah kecamatan Pacitan
Sektor pariwisata di kabupaten Pacitan
sebagai ibukota kabupaten yang mencapai 919
mempunyai peluang yang cukup prospektif dan
Jiwa/Km2, hal ini sangat jauh bila dibandingkan
mampu bersaing dengan daerah lain pengembang-
dengan kepadatan penduduk kecamatan lainnya
an kepariwisataan tidak hanya mampu meningkat-
yang hanya berkisar antara 240536 Jiwa/Km2.
kan pendapatan asli daerah, yang lebih penting
Berdasarkan komposisi umurnya, penduduk
kepariwisataan di kabupaten Pacitan mampu
kabupaten Pacitan sebanyak 388.457 jiwa berada
memberdayakan masyarakat sendiri sehingga
pada usia produktif, yaitu berusia 1564 tahun
mereka merasa memiliki, melaksanakan, meles-
atau sebesar 66,26%.17
tarikan, dan pada akhirnya dapat meningkatkan
Jumlah industri di Pacitan pada tahun 2011 pendapatan masyarakat melaui cara memberikan
mulai mengalami perkembangan dibandingkan lapangan kerja dan kesempatan berusaha. Potensi
tahun sebelumnya, dari industri kecil hingga Pariwisata di kabupaten Pacitan meliputi wisata
industri besar. Jenis industri yang paling banyak pantai, wisata goa, wisata budaya/religius, wisata
adalah industri kecil, yaitu sebesar 99,86%,

264 | Widyariset, Vol. 18 No. 2, 2015: 259-272


rekreasi, wisata industri. Potensi objek wisata
dikembangkan melalui Program Pembangunan Semua desa/kelurahan mempunyai perbedaan
Kepariwisataan mencakup kegiatan peningkatan risiko dalam kasus tsunami. Desa/kelurahan yang
dan rehabilitasi objek wisata yang ada, peningka- mempunyai risiko yang lebih tinggi terhadap
tan sarana dan prasarana ke lokasi objek wisata, tsunami merupakan desa/kelurahan yang dekat
pengelolaan objek wisata berupa menggalang dengan laut maupun garis pantai (daerah pesisir).
kerja sama dengan biro perjalanan dan perhotelan, Akan tetapi, pada beberapa desa/kelurahan
penataan manajerian perhotelan dan rumah makan yang jauh dari laut/garis pantai, dimungkinkan
serta kegiatan promosi.17 mempunyai tingkat risiko yang sama seperti desa/
kelurahan yang dekat dengan laut/garis pantai. Hal
Risiko Bencana Tsunami di Pesisir ini disebabkan oleh keberadaan Sungai Grindulu
Perkotaan Pacitan dan Sungai Teleng mampu membantu tsunami
untuk dapat mengalir melalui sungai atau saluran
Pacitan merupakan daerah yang berbentuk dan menghancurkan wilayah yang berdekatan
teluk yang diapit oleh bukit di kanan-kirinya, dengan aliran sungai dan cabang-cabangnya.3
sehingga jika terkena tsunami, gelombang air laut Tsunami yang datang tentunya menuju ke
akan menghantam bukit dan pantulannya akan tempat-tempat yang rendah, yaitu di daerah sekitar
masuk ke Pacitan (Gambar 3). Proses shoaling, sungai. Di daerah muara sungai menjadi daerah
refraksi, dan refleksi akan mempengaruhi tinggi yang rendah dan menjadi daerah yang terawal
gelombang dan pola gelombang puncak dalam didatangi oleh tsunami, maka dari itu daerah
teluk. Selain berbentuk teluk, sebagian kecamatan sekitar muara kedua sungai tersebut termasuk
Pacitan juga mempunyai dua sungai besar yang daerah yang sangat rawan terhadap tsunami. Hal
melintasi daerah tersebut, yaitu Sungai Grindulu tersebut menandakan bahwa semua penduduk
dan Sungai Teleng. Teluk, inlet, sungai, kanal, di Pacitan dapat terkena dampak dari bahaya
pulau-pulau, dan pengendali banjir dapat tsunami. Informasi jumlah penduduk dalam zona
menyebabkan berbagai pengaruh yang dapat bahaya tsunami berdasarkan data statistik dapat
menyebabkan kerusakan oleh tsunami yang lebih dilihat pada Tabel 1.
besar dari perkiraan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Wibowo,19 risiko kerugian atas bangunan
di kelurahan Ploso (terletak kurang dari satu
kilometer dari garis pantai) mencapai Rp
33.875.948.000,00. Jumlah risiko kegiatan ke
kelurahan Ploso pada masing-masing lingkungan
ditunjukkan Tabel 2.
Masih dalam penelitian Wibowo, dijelaskan
bahwa pada model bahaya tsunami 8,5 Mw,
bangunan di kelurahan Ploso memiliki kerentanan
sedang, sehingga perlu upaya untuk mengurangi
kerentanan bangunannya. Pemeliharaan bangunan
sangat terkait dengan konsisi perekonomian
Gambar 3. Perspektif 3 dimensi wilayah Pacitan3 pemilik ruang. Kondisi kerentanan bangunan
di kelurahan ini berbanding lurus dengan
Pacitan terdiri atas dataran rendah (62,8%), potensi kerugian bangunannya. Bangunan
dan sisanya berupa perbukitan. Berdasarkan permukiman penduduk memiliki potensi kerugian
penelitian Mardiatno,3 semua desa/kelurahan tertinggi. Sejalan dengan Wibowo, penelitian
di Pacitan akan terkenda dampak dari tsunami yang dilakukan Zulkarnain20 menunjukkan bahwa
dengan skenario gempa 8,5 Mw. Luas daerah nilai kerentanan fisik tsunami Pacitan terdapat
yang mempunyai tingkat bahaya tsunami yang pada tingkat sedang dan tinggi dengan nilai
tinggi hampir mencakup 50% dari luas wilayah. tertinggi di kelurahan Ploso dan Baleharjo yang

Peran Pemerintah Lokal... | Ratih Probosiwi | 265


Tabel 1. Jumlah penduduk yang potensi terkena risiko tsunami berdasarkan data statistik18

Sumber: 18

dikarenakan secara umum struktur bangunan di kabupaten Pacitan. Sebelum BPBD terbentuk,
Pacitan tidak siap terhadap bencana tsunami. kegiatan penanggulangan bencana dilakukan
Zulkarnain menilai kerentanan bangunan tsunami oleh Bakesbangpolinmas yang kegiatannya lebih
berdasarkan parameter kondisi bangunan yaitu pada kegiatan sosialisasi, pemberian bantuan,
kapasitas struktur bangunan dalam hal tekanan dan kerja sama dengan dinas terkait. Kegiatan
horisontal aliran tsunami dan kerentanan elemen penanggulangan bencana yang dilakukan masih
akibat bertemu dengan air. terbatas dikarenakan keterbatasan anggaran dan
Banyaknya nilai kerugian baik dari segi eko- personel pelaksana. Dengan adanya BPBD,
nomi maupun nonekonomi membuat pemerintah kegiatan penanggulangan bencana menjadi lebih
Pacitan harus membuat kebijakan dan program menyeluruh karena berdiri sendiri dengan struktur
untuk mengelola risiko tsunami di wilayahnya organisasi dan tugas yang jelas.
melalui kebijakan mitigasi. Dalam tugasnya, BPBD berfungsi membantu
tugas Bupati dalam:21
Kemampuan Pemerintah Pacitan dalam a. Menetapkan pedoman dan pengarahan
Manajemen Risiko Bencana terhadap usaha penanggulangan bencana yang
mencakup pencegahan bencana, penanganan
Pemerintah Kabupaten Pacitan memiliki
darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara
lembaga pelaksanaan penanggulangan bencana
adil dan setara;
yang telah memiliki struktur yang jelas bahkan
telah disahkan melalui SK Bupati, yaitu Badan b. Menetapkan standarisasi serta kebutuhan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang penyelenggaraan penanggulangan bencana
berdiri pada tanggal 15 Maret 2011. Akan tetapi berdasarkan peraturan perundang-undangan;
disayangkan sekali masih banyak anggota SKPD c. Menyusun, menetapkan, dan menginforma-
Kabupaten Pacitan yang belum mengetahui sikan peta rawan bencana;
adanya lembaga Satlak Penanggulangan Bencana d. Menyusun dan menetapkan prosedur tetap
tersebut. Hal ini dimungkinkan karena BPBD penanganan bencana;
merupakan organisasi baru sehingga masih e. Melaporkan penyelenggaraan penanggulang-
banyak anggota SKPD yang menyangka Bakes- an bencana kepada Kepala Daerah setiap
bangpolinmas masih sebagai lembaga yang bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap
menangani masalah penanggulangan bencana. saat dalam kondisi darurat bencana;
BPBD Pacitan bertanggung jawab atas f. Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran
seluruh kegiatan penanggulangan bencana di uang dan barang;

266 | Widyariset, Vol. 18 No. 2, 2015: 259-272


Tabel 2. Risiko kerugian bangunan pada masing-masing lingkungan

g. Mempertanggungjawabkan penggunaan Dalam pelaksanaan manajemen risiko tsu-


anggaran yang diterima dari APBD; dan nami, BPBD tidaklah berdiri sendiri, diperlukan
kerja sama dengan berbagai pihak. Hal ini di-
h. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan
karenakan sistem manajemen yang dilaksanakan
peraturan perundang-undangan.2.
menyangkut keseluruhan sistem pemerintahan
Dalam susunannya, BPBD terdiri atas di kabupaten Pacitan. Pelaksanaan manajemen
kepala, unsur pengarah, dan unsur pelaksana. risiko tsunami, tidak terlepas dari dimensi politis
Dalam pelaksanaannya, unsur pelaksana me- dan administrastif tata kelola pemerintahan (go-
nyelenggarakan fungsi pengkoordinasian, vernance). Pelaksanaan manajemen risiko tersebut
pengkomandoan, dan pelaksana dalam kegiatan tetaplah berada dalam konsep risk governance.
prabencana, saat tanggap darurat, dan pasca- Perlu diingat bahwa selalu ada dilema kebijakan
bencana. BPBD menjalankan fungsinya dalam dalam manajemen risiko tsunami misalnya dalam
hal koordinasi, komando, dan pelaksanaan kebijakan tata ruang. Pemerintah kabupaten
penanggulangan bencana yang dalam pelaksanaan Pacitan harus memperhatikan banyak kepentingan
kegiatannya belum memiliki dana kesiapsiagaan dalam penyusunan rencana tata ruang wilayahnya.
dan penanggulangan bencana secara mandiri, Jika pembuat kebijakan merumuskan kebijakan
serta kini masih tergantung pada PAD Pacitan. hanya berdasarkan persepsi dan keinginan
Fungsi koordinasi dilaksanakan melalui masyarakat atas risiko, akan banyak kelemahan
koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah dalam kebijakan tersebut. Akan tetapi sebaliknya,
lainnya, instansi vertikal, lembaga usaha, dan/ jika pembuat kebijakan hanya memperhatikan
atau pihak lain yang diperlukan pada tahap pendapat ahli maka mereka akan kehilangan
prabencana dan pascabencana. Fungsi komando dukungan publik. Karenanya diperlukan kerja
dilaksanakan melalui pengerahan sumber daya sama dalam proses penyusunan kebijakannya.
manusia, peralatan, logistik dari satuan kerja R.Budiono (BPBD Pacitan) dalam wawan-
perangkat daerah lainnya, instansi vertikal yang cara tanggal 10 Agustus 2011 menyatakan bahwa
ada di daerah serta langkah-langkah lain yang dalam sosialisasi daerah rawan bencana tsunami
diperlukan dalam rangka penanganan darurat pemerintah haruslah memperhatikan kepentingan
bencana. Fungsi pelaksana dilaksana secara masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut,
terkoordinasi dan terintegrasi dengan satuan terutama dikarenakan Pacitan belum pernah
kerja perangkat daerah, instansi vertikal dengan mengalami tsunami secara langsung. Ketakutan
memperhatikan kebijakan penyelenggaraan akan turunnya harga tanah yang berakibat pada
penanggulangan bencana dan ketentuan peraturan kerugian masyarakat apabila sosialisasi daerah
perundang-undangan. rawan bencana tsunami dilakukan secara semba-
rangan juga membuat pemerintah, dalam hal ini

Peran Pemerintah Lokal... | Ratih Probosiwi | 267


BPBD, lebih berhati-hati dalam menyampaikan Komunikasi risiko juga akan mengungkapkan
informasi. sistem peringatan dan rencana tanggap darurat
Selama ini BPBD telah melakukan sosiali- yang dilakukan atau seharusnya dilakukan untuk
sasi kebencanaan tsunami di desa dengan tingkat mengurangi risiko. Dengan pertimbangan atas
kerawanan tinggi dengan harapan meningkatnya informasi hasil pengkomunikasian risiko, maka
pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap pembuat kebijakan dapat melakukan tugasnya
bahaya tsunami dan cara mengurangi risikonya. melalui identifikasi dan generalisasi, penilaian dan
BPBD melakukan kerja sama dengan Dinas pilihan evaluasi dan seleksi atas risiko yang ada.
Pendidikan Pacitan dalam pelaksanaan sosialisasi Melalui informasi wilayah rawan tsunami, maka
di sekolah-sekolah, melakukan kerja sama dengan sebuah kebijakan zonasi pemanfaatan ruang dapat
pihak swasta (PT. Putera Indonesia Sejahtera, dilakukan dengan lebih baik.
sebuah pabrik besar yang ada di kelurahan Jaringan kerja sama antara pemerintah
Sidoharjo, dalam pelaksanaan simulasi gempa dengan pihak swasta telah dilakukan terutama
bumi; PT. El. John Tirta Emas Wisata, pengelola pada saat pemasangan sistem peringatan dini
wisata Pantai Teleng Ria, dalam pemasangan (InaTEWS). Kerjasama dilakukan dengan
tanda bahaya dan papan informasi bahaya tsu- PT. Telkomsel, tbk dalam pemasangan tower
nami), kerja sama dengan Kepolisian, PMI seluler, selain itu juga dengan PT. Sampoerna
dalam pelaksanaan gladi evakuasi, dan kerja dalam pelaksanaan sosialiasi tanggap bencana.
sama dengan LSM dalam pelaksanaan sosialisasi Komunikasi publik telah dilakukan pemerintah
informasi kebencanaan. dalam rangka penginformasian keadaan darurat
Menurut Kepala BPBD Pacitan,18 diperlukan bencana melalui perpanjangan tangan mereka di
upaya untuk memberdayakan masyarakat agar level desa/kelurahan, RT/RW atau lingkungan.
mampu meningkatkan kemampuan mereka dalam Saat ini, pemerintah kabupaten Pacitan (melalui
mengurangi risiko. Pemberdayaan masyarakat BPBD) sedang melakukan uji kesiapsiagaan
menjadi hal penting dikarenakan kegiatan masyarakat terhadap bencana tsunami. Hal ini
penanggulangan bencana merupakan kegiatan dilakukan untuk mengetahui pengetahuan dan
yang menyeluruh dan melibatkan semua pihak persepsi masyarakat terhadap tsunami. Sistem
termasuk masyarakat. Sebagai tindak lanjut ini merupakan bentuk komunikasi risiko yang
pemasangan alat deteksi bencana tsunami, BPBD dilakukan pemerintah untuk membantu menyele-
telah melakukan simulasi bencana tsunami di saikan bias persepsi yang ada di masyarakat dan
desa Kembang dan Sirnoboyo.18 Selain simulasi membuat mereka lebih peka terhadap informasi
bencana tsunami, juga dilaksanakan kegiatan kebencanaan sehingga dapat memperoleh tindak-
gladi lapangan sebagai kegiatan untuk mengetahui an yang tepat.
kemampuan komponen penanganan bencana yang Penjalinan kerja sama dengan organisasi
dimiliki kabupaten Pacitan. radio diharapkan mampu mempercepat informasi
Koordinasi dan kerja sama lintas sektoral kebencanaan sehingga tindakan penanganan dapat
yang dilakukan BPBD juga dilakukan dengan segera dilaksanakan. Selain kerja sama tersebut,
organisasi radio amatir seperti Organisasi Radio BPBDpun telah memiliki Radio Internet (Ranet)
Amatir Republik Indonesia (ORARI) dan Radio untuk informasi gempa dan tsunami yang
Antar Penduduk Indonesia (RAPI) dalam hal terkoneksi secara nasional, perangkat pemantau
komunikasi kebencanaan. Di sinilah sistem risk pasang surut air laut serta peta rawan tsunami
communication dijalankan dengan baik oleh dan 13 shelter pengungsian kerja sama deengan
pemerintah melalui BPBD. Komunikasi risiko LAPAN.22
akan memungkinkan adanya proses pertukaran Pemerintah kabupaten Pacitan telah memi-
informasi risiko secara interaktif antarindividu, liki rencana tanggap darurat, sistem peringatan
kelompok, institusi (pemerintah, masyarakat, bencana, mobilisasi sumber daya, pendidikan
dan pihak swasta). Tujuan dari komunikasi kesiapsiagaan masyarakat dan juga zonasi daerah
risiko adalah memperlancar proses pemaham- rawan bahaya tsunami. Sosialisasi dilakukan
an keputusan yang didasarkan atas risiko. di sekolah ataupun melalui pemerintah desa/

268 | Widyariset, Vol. 18 No. 2, 2015: 259-272


kelurahan. Peta jalur evakuasi telah ditempelkan kebijakan penanggulangan bencana yang belum
di kantor desa/kelurahan tetapi belum didistribusi- dapat dilaksanakan sepenuhnya.
kan pada masyarakat umum maupun dipasang di Pemerintah harus senantiasa meningkatkan
lokasi strategis. Rambu jalur evakuasi juga telah kesadaran masyarakat akan pentingnya informasi
terpasang di beberapa titik di desa Kembang untuk kebencanaan dan upaya meningkatkan kapasitas
mengarahkan orang jika terjadi bencana, tetapi di masyarakat dalam mengurangi risiko bencana
lokasi lain belum ada petunjuk yang mengarahkan yang mungkin dialami. Sosialisasi secara
jalur evakuasi. Menurut hasil wawancara, lokasi rutin dan memasukkan latihan evakuasi bencana
evakuasi pernah diinformasikan melalui papan di dalam kurikulum sekolah dapat dilakukan untuk
depan pasar Arjowinangun, namun seiring waktu membentuk siswa tanggap bencana.
papan tersebut tidak terawat bahkan kini tidak
ada lagi. Pelatihan yang dilakukan dalam rangka
KESIMPULAN
pengurangan risiko tsunami juga merupakan
upaya kelembagaan dalam manajemen risiko Peran pemerintah lokal dalam menghadapi
tsunami. Pelaksanaan gladi evakuasi, simulasi, bencana telah menjadi bahasan utama dalam tiap
pelatihan tim SAR, penanaman pengetahuan forum peduli kebencanaan. Peranan pemerintah
kebencanaan pada masyarakat dan juga koor- tidak hanya dipandang sebatas tahapan tang-
dinasi dengan organisasi sukarela merupakan gap darurat ataupun pemulihan, namun juga
upaya kelembagaan lain yang merupakan niat mitigasi dan meminimalisasi risiko. Peran
baik pemerintah dalam mengelola risiko bencana pemerintah lokal dalam menghadapi bencana
tsunami di kabupaten Pacitan. tsunami yang dalam tulisan ini dijelaskan melalui
Pengetahuan masyarakat atas bahaya istilah risk governance, tidak hanya merujuk
tsunami yang mengancam mereka ternyata tidak pada upaya pemerintah dalam memitigasi atau
dibarengi dengan kesadaran untuk memanfaatkan meminimalisasi risiko bencana tetapi juga
bantuan dan program pemerintah dengan tepat. keseluruhan interaksi aktor yang berperan dalam
Terlihat dengan adanya salah manfaat atas rumah tata kelola pemerintahan, yaitu pemerintah, pihak
ramah tsunami yang diberikan pemerintah swasta, dan masyarakat.
kepada masyarakat di dekat aliran sungai, yang Pemerintah Pacitan merespons dengan baik
seharusnya dibiarkan kosong di lantai dasar, tetapi studi mengenai potensi bahaya tsunami di wilayah
justru dibangun dan ditutup untuk dimanfaatkan mereka melalui berbagai kebijakan dan program
menjadi kamar. Pemerintah juga mewajibkan penanggulangan bencana serta pengurangan
masyarakat untuk mempunyai kentongan dan risiko bencana tsunami. Walaupun Pacitan belum
pelampung sebagai sistem peringatan dini selain pernah terdampak tsunami secara langsung,
sirine yang akan berbunyi jika sewaktu-waktu tetapi pemerintah menyediakan informasi yang
bencana terjadi. tepat kepada masyarakat dan memberikan tindak
Pemerintah juga telah melakukan gladi lanjut yang bermanfaat semisal jalur evakuasi,
evakuasi yang dilaksanakan di alun-alun kabupaten titik kumpul, dan berbagai program peningkatan
Pacitan, diikuti oleh anggota lembaga pemerintah, kapasitas masyarakat. Yang perlu lebih diting-
pemerintah desa dan beberapa wakil masyarakat. katkan adalah kualitas dan kuantitas informasi
Rencana yang dimiliki oleh pemerintah kabupaten kebencanaan yang diberikan pemerintah kepada
baru terbatas pada pengamanan untuk evakuasi, masyarakat. Perlu upaya intensif dalam memberi-
belum mencakup pada pengamanan pemukiman, kan sosialisasi kepada masyarakat atas pentingnya
lokasi pengungsian ataupun pengamanan fasilitas memperkuat diri dengan informasi dan sumber
dan aset penting. Selain itu pemerintah juga daya agar dapat mengurangi risiko yang mungkin
belum memiliki rencana pemenuhan kebutuhan dialami. Kontrol dan monitoring atas kebijakan
dasar dalam keadaan darurat bencana. Masih dan program pemerintah kepada masyarakat harus
barunya lembaga penanggulangan bencana dan dilakukan untuk menjamin masyarakat menerima
keterbatasan dana pelaksanaan penanggulangan dan melaksanakan program pemerintah dengan
bencana menyebabkan banyaknya fungsi dan baik sekaligus menjaring masalah yang timbul di
masyarakat terkait risiko bencana tsunami demi

Peran Pemerintah Lokal... | Ratih Probosiwi | 269


pembuatan kebijakan dan program pengurangan karta: Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah
risiko bencana tsunami yang lebih tepat sasaran. Mada.
5
Pengelolaan risiko tsunami adalah tanggung Latief, H., Puspito, N., dan Imamura, F., 2000,
Tsunami Catalog and Zones in Indonesia,
jawab bersama baik itu oleh pemerintah, pihak
Journal of Natural Disaster Science, Vol. 22,
swasta maupun masyarakat. Pemahaman akan No. 1, hal. 2543.
tanggung jawab masing-masing dan kesediaan 6
Paripurno, Eko Teguh. 2014. Mengelola Risiko
untuk bekerja sama dan pelibatan semua aktor, Bencana (Lahar): Bagaimana Sebaiknya.
menjadi hal penting untuk benar-benar dilakukan. Makalah Diskusi Panel Mitigasi Bencana
Pelibatan semua aktor dalam perencanaan pro- Letusan Gunungapi dan Banjir Lahar Dingin.
gram penanggulangan bencana dan pengelolaan Yogyakarta. Program Studi Teknik Lingkungan
risiko akan mempermudah proses pelaksanaan Fakultas Teknologi Mineral Universitas
Pembangunan Nasional Veteran
dan pencapaian yang lebih baik. Perlu pen-
7
ingkatan kerjasama antara pemerintah dengan Kurniawan, L. 2005. Perencanaan Kedaruratan dalam
Menghadapi Bencana Tsunami. Alami, 10 (2):
pihak swasta (perusahaan dan LSM) dan juga
5337.
masyarakat dalam penanggulangan bencana. Perlu 8
Schreyogg G, Kliesch-Eberl Martina (2007) How
niat baik dari pemerintah untuk secara proaktif dynamic can organizational capabilities be?
mengawali penanganan risiko tsunami walaupun towards a dualprocess model of capability
belum pernah terjadi bencana tsunami, dapat dynamization. Strateg Manage J 28(9):913933
berupa inventarisasi aset strategis pada wilayah 9
Kusumasari, B & Quamrul A. 2012. Bridging
rawan bencana tsunami, peningkatan pemahaman the Gaps: The Role of Local Government
akan bahaya tsunami kepada masyarakat. Capability and The Management of a Natural
Disaster in Bantul, Indonesia. Springer: Natural
Hazards, 60: 761779.
UCAPAN TERIMA KASIH 10
UURI No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
Penulis menyampaikan terimakasih kepada Bencana, 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran
seluruh jajaran Dinas Sosial Kabupaten Paci- Negara Republik Indonesia Nomor 4723
11
tan, BPBD Kabupaten Pacitan, dan seluruh Maarif, S. 2012. Merapi Menyapa Kehidupan Hidup
jajaran pemerintah Kabupaten Pacitan yang telah Harmonis di Lereng Merapi. Jakarta: BNPB.
12
menerima penulis dan membantu pelaksanaan Sallke, P. 2007. Risk Governance: The Integration
kegiatan penelitian melalui informasi terkait of Analysis, Perception, and Participation.
Environmental Health Risks Perception and
upaya pengelolaan risiko tsunami. Governance: Issues and Perspectives. Paris:
Sciences Po.
DAFTAR PUSTAKA 13
Suryo, H. (2013, February 25). Gagasan: Sertifikasi
1
Aven, Terje, & Renn, Ortwin. 2010. Risk Manage- Sukarelawan Bencana. Retrieved March 24,
ment and Governance (Concepts, Guidelines 2015, from Solopos: (http://www.solopos.
and Application). Berlin: Springer com/2013/02/25/gagasan-sertifikasi-sukarel-
2
awan-bencana-382565_
Priyowidodo, G., & E Luik, J. 2013. Literasi Mitigasi 4
Bencana Tsunami untuk Masyarakat Pesisir Van Westen, C., & Kingma, N. 2005. Multi-hazard
Kabupaten Pacitan Jawa Timur. Ekotrans, Risk Assessment. Enschede: ITC an Associated
13(1): 4761. Institution of United Nations University.
5
3
Mardiatno, Djati. 2008. Tsunami Risk Assessment Ulum, M. C. 2013. Governance dan Capacity Building
Using Scenario-Based Approach, Geomorpho- dalam Manajemen Banjir di Indonesia. Jurnal
logical Analysis and Geographic Information Penanggulangan Bencana, 4(2):512.
6
System: A Case Study in South Coastal Wijaya, A. 2007. Problem Antisipasi Bencana: dalam
Areas of Java Island-Indonesia. Disertasi (Dr). Perspektif Good Governance dan Manajemen
Innsbruck: Faculty of Geo-and Atmospheric Pelayanan Publik. Seminar Nasional Potensi
Sciences University of Innsbruck. Migas dan Antisipasi Bencana di Jawa Timur.
4
Probosiwi, Ratih. 2012. Manajemen Risiko Tsunami Malang: Universitas Brawijaya.
7
untuk Penataan Ruang di Pesisir Perkotaan Pacitankab.go.id. (2015, March 19). Selayang
Pacitan, Jawa Timur. Thesis (M.Sc). Yogya- Pandang. Retrieved March 16, 2015, from

270 | Widyariset, Vol. 18 No. 2, 2015: 259-272


20
PacitanKab.go.id: (http://pacitankab.go.id/ Zulkarnain, Muhammad Wahyu Dicky. 2012.
selayang.php?jns=2) Evaluasi Multi-Kriteria Keruangan untuk Pe-
8
Muttaqin, B. W. 2011. Pemodelan Spasio-Temporal nilaian Risiko Total Tsunami di Pacitan. Tesis.
Sebaran Penduduk Untuk Penilaian Risiko Yogyakarta: Program Studi Ilmu Lingkungan
Tsunami di Pacitan. Thesis . Yogyakarta, DIY, Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada
21
Indonesia: Program Pascasarjana Fakultas Peraturan Bupati Pacitan No. 21 Tahun 2009 tentang
Geografi UGM. Organisasi dan Tata Kerja Badan Penang-
9
Wibowo, Totok Wahyu. 2012. Analisis Risiko gulangan Bencana Daerah Kabupaten Pacitan
22
Tsunami terhadap Bangunan dan Pengurangan Pacitan news online (2011). (http://pacitankab.
Risiko Bencana Berbasis Transfer Risiko: go.id/berita/ diakses 10 November 2011, 16
Studi Kasus di Kelurahan Ploso, Pacitan. Tesis. Desember 2011, 4 April 2011)
Yogyakarta: Program Studi Ilmu Lingkungan
Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada

Peran Pemerintah Lokal... | Ratih Probosiwi | 271


272 | Widyariset, Vol. 18 No. 2, 2015: 259-272

You might also like