You are on page 1of 16

NEUROANATOMI

PLEXUS BRACHIALIS

DISUSUN OLEH :

Priscilla Tasya Andani

1261050174

PEMBIMBING :

dr. Marijanty Learny, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF

PERIODE 19 JUNI 8 JULI 2017

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA

2017
I. ANATOMI
Plexus brachialis berada dalam region colli posterior, dibatasi di sebelah caudal oleh
clavicula dan terletak di sebelah posterolateral M. Sternocleidomastoideus, berada di
sebelah cranial dan dorsal a. Subclavia, disilangi oleh M. Omohyoideus venter inferior.
Struktur yang berada di superficial adalah M. Platysma myoides, N. Supraclavicularis, V.
Jugularis Externa, venter inferior M. Omohyoideus, M. Scalaneus Anterior, dan A.
Transversa Colli.1

Pleksus brachialis dibentuk oleh belahan anterior saraf spinal C.5,6,7 dan 8 serta
hampir seluruh saraf spinal T.1. Cabang dari C.5 dan C.6 membentuk trunkus superior,
saraf spinalis C.7 merupakan trunkus medius dan cabang dari C.8 dan T.1 membentuk
trunkus inferior.2

Ketiga trunkus terletak di fossa supraklavikularis sedikit distal dari muskulus


skalenus anterior. Cabang-cabang tersebut saling jalin-menjalin. Cabang-cabang anterior
trunkus superior dan medius (C.5,6 dan C.7) kemudian tergabung menjadi satu berkas
yang dinamakan fasikulus lateralis. Cabang anterior trunkus medius (C.7) dan trunkus
inferior (C.8 dan T.1) membentuk fasikulus medialis. Cabang-cabang posterior ketiga
trunkus tersebut diatas menyusun fasikulus posterior. Fasikulus-fasikulus dinamakan
medialis, dan posterior karena kedudukan masing-masing terhadap arteri subklavia.2

Ketiga fasciculus plexus brachialis terletak di atas dan lateral terhadap bagian
pertama A. Aksillaris ( bagian pertama A. Aksillaris terletak dari pinggir lateral iga 1
sampai batas atas M. Pectoralis minor, dan bagian III terletak dari pinggir bawah M.
Pectoralis minor sampai pinggir bawah M. Teres Major). Fasciculus medialis menyilang
di belakang arteri untuk mencapai sisi medial bagian II arteri. Fasciculus posterior
terletak di belakang bagian ke dua arteri, dan fasciculus lateralis terletak bagian II arteri.
Jadi fasciculus pleksus membatasi bagian kedua A.Axillaris yang dinyatakan seperti
namanya. Sebagian besar cabang fasciculus yang membentuk trunkus saraf utama
ekstremitas superior melanjutkan hubungan dengan bagian kedua A. Aksillaris.1
Gambar 1. Persarafan Pleksus Brakhialis
Gambar 2. Pleksus Brachialis

Pleksus brachialis menerima komponen simpatis melalui ganglion stellatum untuk nervus
spinalis C6-7-8, dan melalui ganglion para vertebra T1-T2 untuk nervus spinalis T1-dan T2.
Terdapat enam saraf penting yang keluar dari pleksus brachialis, saraf-saraf tersebut adalah :1

1. N. Torakalis Longus berasal dari radiks pleksus brachialis di leher dan masuk aksilla dengan
berjalan turun melewati pinggir lateral iga I di belakang A. Aksillaris dan pleksus brachialis.
Saraf ini berjalan turun melewati permukaan lateral M. Serratus Anterior yang
dipersarafinya.
Gejala klinis : Scapular wings ( scapula alata) ,keadaan tulang belikat terdorong ke belakang
seehingga tampak seperti sayap
2. N. Aksillaris merupakan cabang yang besar dari fasciculus posterior. Berada di sebelah
dorsal a. aksillaris. Meninggalkan fossa aksillaris tanpa memberi persarafan di sisi N
aksillaris berjalan di antara M. Subscapularis dan M. Teres Minor, berada di sebelah lateral
caput longum M. Triceps Brachii, berjalan melaui fissure aksillaris lateralis bersama-sama
dengan arteri circumflexa humeri posterior, n aksillaris terletak bersandar pada column
chirurgicum humeri.
Gejala klinis : Trauma pergeseran kaput humerus ke arah bawah akibat dislokasi bahu
3. N. Radialis merupakan lanjutan langsung fasciculus posterior pleksus brachialis dan terletak
di belakang A. Aksillaris. N Radialis adalah cabang terbesar pleksus brachialis. Sebelum
meninggalkan aksilla, saraf ini mempercabangkan saraf untuk caput longum dan caput
medial M. Triceps dan N. Cutaneus brachii posterior.
Gejala klinis : Tidak dapat ekstensi siku karena parese triceps , tidak dapat fleksi siku posisi
lengan bawah antara pronasi dan supinasi dan wrist drop dang finger drop karena parese
ekstensor pergelangan tangan dan jari
4. N. Musculocutaneus merupakan cabang dari fasciculus lateralis dan berpusat pada medulla
spinalis segmen C5-C7, mempersarafi M. Coracobrachialis, dan meninggalkan aksilla
dengan menembus otot tersebut. Saraf ini meninggalkan tepi lateral M. Biceps Brachii,
menembus fascia dan melanjutkan diri sebagai N. Cutaneus antebrachii lateralis, yang
mempersarafi permukaan lateral region antebrachium.
Gejala klinis : waiterstip position dimana lengan berada dalam posisi adduksi , otasi
internal pada bahu , pronasi dan pergelangan tangan fleksi.
5. N. Medianus dibentuk oleh radiks superior dan fasciculus lateralis dan radiks inferior dan
fasciculus medialis, berada di sebelah lateral a. aksillaris. Menerima serabut-serabut yang
berpusat pada medulla spinalis segmen C5-T1. Sepanjang brachium, n medianus berjalan
berdampingan dengan a. brachialis, mula-mula di sebelah lateral, lalu menyilang di sebelah
ventralarteri tersebut kira-kira pada pertengahan brachium, selanjutnya memasuki fossa
cubiti dan berada di sebelah medial a brachialis. Nervus ini tidak member percabangan di
daerah brachium. Memasuki daerah antebrachium, nervus ini berjalan di antara kedua kaput
m. pronator teres, berjalan ke distal di bagian mediana (tengah-tengah) antebrachium, oleh
karena itu disebut n. medianus.
Gejala klinis : wrist extensi dan tidak dapat di fleksikan , propinasi tidak dapat dilakukan ,
sedankan phalang distal jari telunjuk tidak dapat di flexikan dan ibu jari tidak dapat
berposisi sehingga tidak dapat mendekati ujung jari lainnya .
Contoh : Ape hand / mongkey hand supinasi ( extensi ujung jari telunjuk, jari tengah dan
ibu jari pada sendi metakarpofalangeal
6. N. Ulnaris adalah cabang utama dari fasciculus medialis, berjalan turun antara a. aksillaris
dan v. aksillaris. Pada pertengahan brachium saraf ini berjalan kea rah dorsal menembusi
septum intermusculare mediale, berjalan terus ke caudal dan berada pada permukaan dorsal
epicondylus medialis humeri, yaitu di dalam sulcus nervi ulnaris. Di tempat ini n. ulnaris
ditutupi oleh kulit sehingga dapat dipalpasi. Di daerah brachium, n ulnaris tidak member
percabangan.
Gejala klinis : nyeri, pembekakan dan claw hand ( kelemahan otot lumbrikalis )

Gambar 3. Kelainan saraf

Menurut letaknya terhadap clavicula percabangan plexus brachialis dibagi menjadi pars
supraclavicularis dan pars infraclavicularis. Yang termasuk percabangan pars supraclavicularis
adalah :2

N.thoracalis posterior.
N.subclavius
N.supraclavicularis
Pars infraclavicularis mempercabangkan:

Nn.thoracalis anterior
Nn.subscapularis
N.thoraco dorsalis
N.axillaris, disebut n.circumflexus
N.cutaneus brachii medialis
N.cutaneus antebrachii medialis
Cabang terminal plexus brachialis adalah :
1. N.musculocutaneus
2. N.medianus
3. N.ulnaris
4. N.radialis

Secara skematis percabangan terminal plexus brachialis adalah sebagai berikut :

Fasciculus lateralis mempercabangkan :


1. N.musculocutaneus
2. Radix superior nervus medianus
Fasciculus medialis mempercabangkan :
1. N.ulnaris
2. N.cutaneus brachii medialis
3. N.cutaneus antebrachii medialis
4. Radix inferior nervus medianus
Fasciculus posterior mempercabangkan :
1. N.axillaris
2. N.radialis
Gambar 4. Persebaran dermatom inervasi sensoris Pleksus Brachialis

I. Lesi Pada Plexus Brachialis

Lesi pleksus brakhialis adalah lesi saraf yang menimbulkan kerusakan saraf yang
membentuk pleksus brakhialis, mulai dari radiks saraf hingga saraf terminal. Keadaan ini
dapat menimbulkan gangguan fungsi motorik, sensorik atau autonomic pada ekstremitas atas.
Istilah lain yang sering digunakan yaitu neuropati pleksus brakhialis atau pleksopati
brakhialis4,5,6

A. Derajat Kerusakan
Derajat Kerusakan pada lesi saraf perifer dapat dilihat dari klasifikasi Sheddon (1943) dan
Sunderland (1951).

Klasifikasi Sheddon, yaitu : 4

a. Neuropraksia
Pada atipe ini terjadi kerusakan mielin namun akson tetap intak. Dengan adanya
kerusakan mielin dapat menyebabkan hambatan konduksi saraf. Pada tipe cedera seperti
ini tidak terjadi kerusakan struktur terminal sehingga proses penyembuhan lebih cepat
dan merupakan derajat kerusakan paling ringan.

b. Aksonotmesis
Terjadi kerusakan akson namun semua struktur selubung saraf termasuk endoneural
masih tetap intak. Terjadi degenerasi aksonal segmen saraf distal dari lesi (degenerasi
Wallerian). Regenerasi saraf tergantung dari jarak lesi mencapai serabut otot yang
denervasi tersebut. Pemulihan sensorik cukup baik bila dibandingkan motorik.

c. Neurotmesis
Terjadi ruptur saraf dimana proses pemulihan sangat sulit terjadi meskipun dengan
penanganan bedah. Bila terjadi pemulihan biasanya tidak sempurna dan dibutuhkan
waktu serta observasi yang lama. Merupakan derajat kerusakan paling berat.
Klasifikasi Sunderland lebih merinci kerusakan saraf yang terjadi dan
membaginya dalam 5 tingkat, yaitu :

1. Tipe I : hambatan dalam konduksi (neuropraksia)


2. Tipe II : cedera akson tetapi selubung endoneural tetap intak (aksonotmesis)
3. Tipe III: aksonotmesis yang melibatkan selubung endoneural tetapi perineural
dan epineural masih intak.
4. Tipe IV:aksonotmesis melibatkan selubung endoneural, perineural, tetapi
epineural masih baik.
5. Tipe V :aksonotmesis melibatkan selubung endoneural, perineural dan
epineural (neurotmesis).

Gambar 5. Saraf Spinal


Gejala yang timbul umumnya unilateral berupa kelainan motorik, sensorik dan bahkan
autonomik pada bahu dan/atau ekstremitas atas. Gambaran klinisnya mempunyai banyak variasi
tergantung dari letak dan derajat kerusakan lesi. Lesi pleksus brakhialis dapat dibagi atas
pleksopati supraklavikular dan pleksopati infraklavikular. 4

Gambar 6.Pleksus supraclavikular dan infraklavikular

Pleksopati supraklavikuler

Pada Pleksopati supraklavikuler lesi terjadi ditingkat radiks saraf, trunkus saraf
atau kombinasinya. Lesi ditingkat ini dua hingga tujuh kali lebih sering terjadi dibanding lesi
infraklavikuler.4

1. Lesi tingkat radiks


Pada lesi pleksus brakhialis ini berkaitan dengan avulsi radiks. Gambaran
klinis sesuai dengan dermatom dan miotomnya. Lesi di tingkat ini dapat terjadi partial
paralisis dan hilangnya sensorik inkomplit, karena otot-otot tangan dan lengan
biasanya dipersyarafi oleh beberapa radiks. 5
Presentasi klinis pada lesi radiks : 5

Radiks saraf Penurunan Refleks Kelemahan Hipestesi/kesemutan

C5 Biseps brakhii Fleksi siku Lateral lengan atas

C6 Brakhioradiialis Ekstensi pergelangan tangan Lateral lengan bawah

C7 Triceps brakhii Ekstensi siku Jari tengah

C8 - Fleksi jari2 tangan Medial lengan bawah

T1 - Abduksi jari2 tangan Medial siku

Presentasi klinis diatas adalah untuk membantu penentuan level lesi radiks,
sedangkan kelemahan otot yang lebih lengkap terjadi sesuai miotom servikal berikut
ini : 5

C5 : Rhomboideus, deltoid, biseps brachii, supraspinatus, infraspinatus,


brachialis, brachioradialis, supinator dan paraspinal

C6 : Deltoid, biseps brachii, brachioradialis, supraspinatus, infraspinatus,


supinator, pronator teres, fleksor carpi radialis, ekstensor digitorum komunis
dan paraspinal

C7 : Pronator teres, fleksor carpi radialis, ekstensor digitorum komunis, triceps


brachii dan paraspinal

C8/T1 :Triceps brachii, fleksor carpi ulnaris, fleksor digitorum profundus, abduktor
digiti minimi, pronator kuardatus, abduktor pollicis brevis dan parapinal
Gambar 7. Gambar miotom servikal

1. Sindroma Erb-Duchenne
Lesi di radiks servikal atas (C5 dan C6) atau trunkus superior dan biasanya terjadi akibat
trauma. Pada bayi terjadi karena penarikan kepala saat proses kelahiran dengan penyulit
distokia bahu, sedangkan pada orang dewasa terjadi karena jatuh pada bahu dengan kepala
terlampau menekuk kesamping. Presentasi klinis pasien berupa waiterstip position dimana
lengan berada dalam posisi adduksi (kelemahan otot deltoid dan supraspinatus), rotasi
internal pada bahu (kelemahan otot teres minor dan infraspinatus), pronasi (kelemahan otot
supinator dan brachioradialis) dan pergelangan tangan fleksi (kelemahan otot ekstensor karpi
radialis longus dan brevis). Selain itu terdapat pula kelemahan pada otot biseps brakhialis,
brakhialis, pektoralis mayor, subscapularis, rhomboid, levatorscapula dan teres mayor.
Refleks bisep biasanya menghilang, sedangkan hipestesi terjadi pada bagian luar (lateral) dari
lengan atas dan tangan.4,5,6
2. Sindroma Klumpkes Paralysis
Lesi di radiks servikal bawah (C8, T1) atau trunkus inferior dimana penyebab pada bayi baru
dilahirkan adalah karena penarikan bahu untuk mengeluarkan kepala,sedangkan pada orang
dewasa biasanya saat mau jatuh dari ketinggian tangannya memegang sesuatu kemudian
bahu tertarik. Presentasi klinis berupa deformitas clawhand (kelemahan otot lumbrikalis)
sedangkan fungsi otot gelang bahu baik. Selain itu juga terdapat kelumpuhan pada otot
fleksor carpi ulnaris, fleksor digitorum, interosei, tenar dan hipotenar sehingga tangan terlihat
atrofi. Disabilitas motorik sama dengan kombinasi lesi n. Medianus dan ulnaris. Kelainan
sensorik berupa hipestesi pada bagian dalam/ sisi ulnar dari lengan dan tangan.4,5,6

3. Lesi di trunkus superior


Gejala klinisnya sama dengan sindroma Erb di tingkat radiks dan sulit dibedakan. Namun
pada lesi di trunkus superior tidak didapatkan kelumpuhan otot rhomboid, seratus anterior,
levator scapula dan saraf supra - & infraspinatus. Terdapat gangguan sensorik di lateral
deltoid, aspek lateral lengan atas dan lengan bawah hingga ibu jari tangan.4,6

4. Lesi di trunkus media


Sangat jarang terjadi dan biasanya melibatkan daerah pleksus lainnya (trunkus superior
dan/atau trunkus inferior) Gejala klinis didapatkan kelemahan otot triceps dan otot-otot yang
dipersyarafi n. Radialis (ekstensor tangan), serta kelainan sensorik biasanya terjadi pada
dorsal lengan dan tangan.4

5. Lesi di trunkus inferior


Gejala klinisnya yang hampir sama dengan sindroma Klumpke di tingkat radiks. Terdapat
kelemahan pada otot-otot tangan dan jari-jari terutama untuk gerakan fleksi, selain itu juga
kelemahan otot-otot spinal intrinsik tangan. Gangguan sensorik terjadi pada aspek medial
dari lengan dan tangan.4

6. Lesi Pan-supraklavikular (radiks C5-T1 / semua trunkus)


Pada lesi ini terjadi kelemahan seluruh otot ekstremitas atas, defisit sensorik yang jelas pada
seluruh ekstremitas atas dan mungkin terdapat nyeri. Otot rhomboid, seratus anterior dan
otot-otot spinal mungkin tidak lemah tergantung dari letak lesi proksimal (radiks) atau lebih
ke distal (trunkus).4

Pleksopati Infraklavikuler

Pada pleksopati infraklavikuler terjadi lesi ditingkat fasikulus dan/atau saraf terminal.
Lesi infraklavikuler ini jarang terjadi dibanding supraklavikuler namun umumnya mempunyai
prognosis lebih baik. Penyebab utama terjadi pleksopati infraklavikuler biasanya adalah trauma
dapat tertutup (kecelakaan lalu lintas) maupun terbuka (luka tembak). Mayoritas disertai oleh
kerusakan struktur didekatnya (dislokasi kaput humerus, fraktur klavikula, scapula atau
humerus).

Gambaran klinis sesuai dengan lesinya : 4,6

1. Lesi di fasikulus lateral


Dapat terjadi akibat dislokasi tulang humerus. Lesi disini akan mengenai daerah yang
dipersyarafi oleh n. Muskulocutaneus dan sebagian dari n. Medianus. Gejala klinisnya
yaitu kelemahan otot fleksor lengan bawah dan pronator lengan bawah, sedangkan otot-
otot intrinsik tangan tidak terkena. Kelainan sensorik terjadi di lateral lengan bawah dan
jari 1 III tangan.4

2. Lesi di fasikulus medial


Disebabkan oleh dislokasi subkorakoid dari humerus. Kelemahan dan gejala sensorik
terjadi dikawasan motorik dan sensorik n. Ulnaris. Lesi disini akan mengenai seluruh
fungsi otot intrinsik tangan seperti fleksor, ekstensor dan abduktor jari-jari tangan, juga
fleksor ulnar pergelangan tangan. Secara keseluruhan kelaianan hampir menyerupai lesi
di trunkus inferior. Kelainan sensorik terlihat pada lengan atas dan bawah medial, tangan
dan 2 jari tangan bagian medial.4

3. Lesi di fasikulus posterior


Lesi ini jarang terjadi. Gejala klinisnya yaitu terdapat kelemahan dan defisit sensorik
dikawasan n. Radialis. Otot deltoid (abduksi dan fleksi bahu), otot-otot ekstensor lengan,
tangan dan jari-jari tangan mengalami kelemahan. Defisit sensorik terjadi pada daerah
posterior dan lateral deltoid, juga aspek dorsal lengan, tangan dan jari-jari tangan.4

DAFTAR PUSTAKA

1. Snell, R., Ekstremitas superior, in Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, J.

Oswari, Editor. 1998, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. p. 132-253.

2. Mardjono. Mahar., Shidarta Priguna. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat,Jakarta

3. Moore, K. and A. Agur, Essential Clinical Anatomy ed. 3. 2007, Baltimore: Lippincott

Williams & Wilkins.

4. Wedantho Sigit, 2007, Kelumpuhan Plexus Brachialis: Divisi Orthopaedi Traumatologi


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
5. Harsono (ed.) 2005 buku ajar Neurologis klinis, cetakan ketiga. Penerbit Gajah Mada
University Press.
6. Sidharta, Priguna M.D. Ph.D. 1999. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi.

You might also like