You are on page 1of 20

AFAF ABRAHAM MELEIS

AFAF IBRAHIM MELEIS : TEORI TRANSISI (Teori Peralihan)

1942-Sekarang

Saya sangat percaya bahwa pengetahuan bersifat universal, sarana untuk mengembangkan
pengetahuan harus mencerminkan sifat dari pertanyaan yang dibingkai dan didorong oleh
berbagai disiplin ilmu tentang kesehatan dan kesejahteraan individu atau populasi (Meleis
(2007) dalam Alligood, 2014)

2.1 Mandat dan Latar Belakang dari Teori

Afaf Ibrahim Meleis lahir di Alexandria, Mesir. Dalam sebuah wawancaranya, Meleis
mengatakan bahwa keperawatan sudah menjadi bagian dari hidupnya sejak ia lahir. Ibunya
dianggap sebagai Florance Nightingale dari Timur Tengah; Ia adalah orang pertama di Mesir
yang mendapatkan gelar BSN dari Universitas Syracuse dan perawat pertama di Mesir yang
mendapatkan MPH dan PhD dari Universitas Mesir. Meleis mengagumi dedikasi ibunya dan
berkomitmen untuk menjadi profesional dan betul-betul menjadikan keperawatan mengalir
didalam darahnya. Dibawah pengaruh ibunya, Melies menjadi tertarik pada keperawatan dan
menyukai potensi untuk mengembangkan disiplin ini. Tapi, saat ia memilih untuk mengambil
keperawatan, orang tuanya menolak pilihannya karena mereka tahu bagaimana beratnya
keperawatan berjuang untuk mendapatkan kedudukan dan memberi dampak pada kualitas
perawatan. Bagaimanapun juga, orang tua Meleis pada akhirnya menyetujui pilihannya dan
memiliki kepercayaan Meleis dapat melakukannya sampai akhir.

Meleis menyelesaikan sarjana keperawatannya di Universitas Alexandria, Mesir. Ia datang ke


Amerika serikat untuk meningkatkan pendidikannya untuk menjadi seorang perawat
akademik. Dari universitas California, Los Angeles, Ia mendapatkan MS untuk keperawatan
pada tahun 1964, dan MA dalam bidang sociologi pada tahun 1966, dan PhD dalam medical
dan psikologi sosial pada tahun 1968.

Setelah mendapatkan gelar doktoralnya, Meleis bekerja sebagai administrator dan instruktur
pada Universitas California, Los Angeles dari tahun 1966 hingga 1968 dan sebagai asisten
profesor dari tahun 1968 hingga 1971. Pada tahun 1971, Ia pindah ke Universitas California,
San Francisco (UCSF), dimana ia menghabiskan 34 tahun untuk membangun teorinya. Pada
tahun 2002, Meleis dinominasikan dan menjadi dekan di sekolah keperawatan Margret Bond
Simon di Universitas Pennyslvania dan diikuti oleh berbagai penghargaan yang lainnya.

Meleis, seorang sosiolog keperawatan yang terkemuka, adalah seorang pengembang teori,
peneliti, dan pembicara untuk topik kesehatan wanita, dan perkembangan kesehatan
perawatan immigran, kesehatan internasional, dan pengetahuan dan pengembang teori. Ia saat
ini menjabat sebagai penasehat umum pada Konsil Internasional terkait isu kesehatan wanita.
Meleis memperoleh kehormatan dan penghargaan sebagai doktoral kehormatan dan profesor
kehormatan dari seluruh dunia. Ia mendapatkan medali keistimewaan dari profesional dan
sekolah dari Presiden Mesir Hosni Mubarak pada tahun 1990. Pada tahun 2000, Meleis
memperoleh medali kedutaan dari Universitas Massachusetts, Amherst. Pada tahun 2001, ia
memperoleh penghargaan kedutaan UCSF untuk pencapaian wanita untuk perannya sebagai
aktivis dunia dalam issu yang terkait dengan wanita dan banyak penghargaan yang lainnya.

Penelitian Meleis berfokus pada kesehatan global, imigran dan kesehatan internasional,
kesehatan wanita dan pengembangan teori dalam disiplin keperawatan. Ia menghasilkan lebih
dari 170 artikel di ilmu sosial, keperawatan dan jurnal kedokteran; 45 buku dan beberapa
karya lainnya.

Pengembangan teori transisi dimulai pada pertengahan tahun 1960an, dimana Meleis masih
sekolah PhD, dan hal itu dapat ditelusuri melalui tahun-tahun penelitian dengan para
mahasiswa dan koleganya. Penelitian master dan PhDnya menelusuri fenomena perencanaan
kehamilan dan penguasaan peran orang tua. Ia memfokuskan pada komunikasi suami istri
dan interaksi yang efektif atau perencanaan yang tidak efektif anak-anak dalam keluarga yang
selanjutnya menghasilkan idenya yang masih belum sempurna karena ia tidak menyelesaikan
konsep terkait transisi yang dikembangkan.

Selanjutnya, penelitiannya berfokus pada orang-orang yang tidak menggunakan transisi


kesehatan dan intervensi untuk memfasilitasi transisi kesehatan. Interaksi simbolik
memainkan peran penting dalam upaya mengkonsepkan simbol yang membentuk interaksi
dan respon. Bagian ini dalam pemikiran teoritikalnya menuntun pada peran teori sebagai
catatan dalam publikasinya pada tahun 1970 dan 1980.

Pekerjaan Meleis terkait transisi menegaskan transisi yang tidak sehat atau transisi yang tidak
efektif dalam relasi untuk peran yang tidak sesuai. Ia menunjukkan peran yang tidak sesuai
sebagai bentuk dari kesukaran pada pengetahuan dan/atau penampilan dari sebuah tingkah-
laku peran sebagai penilai diri sendiri atau signifikan lainnya. Konsep ini mengarahkan
Meleis untuk menentukan pencapaian dari transisi kesehatan sebagai penguasaan tingkah
laku, sentimen, isyarat dan simbol yang berhubungan dengan peran baru dan proses yang
tidak menunjukkan masalah. Meleis mengakui pengembangan pengetahuan dalam
keperawatan sebagai terapeutik keperawatan lebih pada pemahaman fenomena yang memiliki
relasi untuk merespon keadaan sehat dan sakit. Akibatnya, ia menginisiasi perkembangan dari
kelengkapan peran sebagai perawat terapeutik seperti yang dilihatnya diawal penelitiannya.

Intisari dari publikais Meleis pada tahun 1970 menunjukkan kelengkapan peran sebagai
bentuk dari proses kesengajaan melalui peran yang tidak tepat atau peran yang berpotensi
untuk tidak tepat dan dapat diidentifikasikan dengan peran yang memiliki nilai dan
signifikan. Dengan demikian, kelengkapan peran meliputi klasifikasi peran dan pengambilan
peran, yang akan digunakansebagai pencegahan dan terapeutik.

Dengan perubahan ini dalam pemikiran teori Meleis, kelengkapan peran dalam fungsinya
sebagai perawat yang terapeutik dimasukkan didalam proyek penelitiannya. Pertanyaan
penelitiannya adalah berkisar antara penetapan komponen, proses dan strategi yang saling
berhubungan dengan kelengkapan peran, dimana ia mengusulkan akan membuat perbedaan
dengan menolong pasien secara lengkap dalam transisi kesehatannya. Hal ini menuntun
meleis untuk menentukan kesehatan sebagai sebuah keahlian, dan ia menguji pengertian itu
melalui perwakilan variabel pencapaian seperti gejala demam, penerimaan keberadaan dan
kemampuan untuk memikul peran baru.
Teori Meleis tentang kelengkapan peran digunakan tidak hanya dalam studinya pada peran
baru orang tua, tapi dalam studi lain antara pasien post-mycardial infarction, orang dewasa,
orang tua asuh, pemberi perawatan pasien Alzheimer, dan wanita yang tidak berhasil menjadi
ibu dan yang menunjukkan ketidaktepatan peran. Studi ini menggunakan teori kelengkapan
peran yang mengantarkan Meleis pada pertanyaan dasar dari transisi dan pengalaman
manusia tentang transisi. Dalam periode ini, populasi penelitiannya adalah pada imigran dan
kesehatan mereka. Bagian ini menuntun meleis untuk meninjau ulang dan mempertanyakan
transisi sebagai sebuah konsep. Sahabatnya Norma Chick membantunya menyusun konsep
transisi dan artikel transisi pertamanya sebagai konsep keperawatan yang terbit pada tahun
1986.

Untuk pengembangan selanjutnya dari teori ini, Meleis menginisiasi perluasan pencarian
literatur dengan Schumacher, seorang mahasiswa doktoral di Universitas California, San
Francisco untuk menemukan bagimana luasnya transisi yang digunakan sebagai konsep atau
bagan kerja dalam literatur keperawatan. Mereka menampilkan kembali 310 artikel dan
mengembangkan transisi kedalam kelompok teori middle-range. Publikasi terkait dengan
bagan kerja transisi diterima dengan baik oleh sekolah dan peneliti yang memulai
menggunakannya sebagai konseptual framework pada studi yang diidentifikasi sebagai
berikut :

1. Deskripsi dari transisi yang terjadi pada imigran


2. Pengalaman wanita dengan arthritis Rheumatoid
3. Perbaikan dari post operasi jantung
4. Peran keluarga dalam kemoterapi pasien
5. Kehilangan ingatan pada pasien di Swedia
6. Peralihan usia
7. Transisi Wanita afrika-amerika sebagai seorang ibu

Menggunakan framework transisi, teori middle-range untuk transisi dibentuk dengan


penelitian yang mana digunakan transisi sebagai conseptual framework (kerangka
konseptual). Mereka menganalisa penemuan mereka yang berhubungan dengan pengalaman
transisi dan respon, teridentifikasi secara bersama dan berbeda pada penggunaan transisi,
ditemukan setara, kontras dan menjadi bagian dalam perluasan pemahaman, pengulangan dan
percakapan dan dalam pertemuan kelompok. Diagram middle-range theory selanjutnya
diterbitkan pada tahun 2000 dan mulai dapat diaplikasikan.

Didasarkan pada proyek awal dalam teori transisi, situasi spesifik yang diungkapkan Meleis
pada tahun 1997 disebut untuk mengembangkan, dan juga meliputi tingkatan abstraksi yang
spesifik, derajat spesifitas, luasan isi dan hubungan antara penelitian keperawatan dan
praktik. Sebagai contoh pengambangan teori situasi yang spesifik pada pendapatan yang
rendah pada transisi wanita imigran Korea yang mengalami menopause didasarkan pada
penelitian yang ditemukan, dengan menggunakan framework yang dibangun dalam penelitian
sebelumnya. Selanjutnya juga ditemukan penelitian dengan jenis serupa pada pasien kanker
ras kaukasia yang mengalami pengalaman nyeri. Situasi spesifik ini menjadikan teori Meleis
sebagai bagian dari middle-range transisi teori. Pada tahun 2010, Meleis mengumpulkan
semua pekerjaan teoritisnya di laboratorium yang berhubungan dengan teori transisi dan
mengumpulkannya dalam bentuk sebuah buku.

Sumber-sumber Teori

Sumber teori untuk teori transisi adalah multipel. Latar belakang Meleis dalam keperawatan,
sosiologi, interaksi simbolik dan teori peran dan latar belakang pendidikannya yang
mengarahkan pada pengembangan teori transisi. Tentu saja, penemuan dan pengalaman dari
projek penelitian, program pendidikan, dan praktik klinik di rumah sakit dan setting
komunitas memiliki peran penting dalam membangun teori ini. Sistematik, pendalaman
literatur yang diulang kembali adalah sumber lain untuk membangun teori transisi yang
disarankan oleh Walker dan Avant pada tahun 1995 dan 2005 untuk menyusun pengetahuan
yang ada tentang fenomena keperawatan. Usaha kolaborasi diantara para peneliti yang
menggunakan teori transisi framework dan teori transisi middle-range dalam studi mereka
adalah sumber untuk membangun teori transisi. Pada akhirnya Meleis dan Schumacher
mengintegrasikan tinjauan literatur yang melahirkan teori transisi yang pertama. Juga versi
terbaru dari teori ini yang diterbitkan pada tahun 2000 yang merupakan produk dari
mentoring pada mahasiswa untuk menghasilkan sebuah hasil yang teoritis.

Penggunaan Fakta-fakta Empirik

Dalam pengembangan framework dari transisi oleh Schumacher dan Meleis, perluasan
penelusuran literatur dilakukan dan ditemukan lebih dari 300 artikel yang berhubungan
dengan transisi dan menyediakan bukti nyata dari konseptualisasi dan teoritis. Selanjutnya,
seperti yang telah disebutkan sebelumnya, framework transisi lalu di uji dalam beberapa studi
pada transisi imigran, pengalaman wanita dengan artiritis reumatoid, penyembuhan dari
pembedahan jantung, pengembangan dari perawatan keluarga untuk pasien kemoterapi, dan
yang lainnya.

Pengembangan dari teori transisi middle range untuk pembangunan teori transisi dengan
bukti empirik dibutuhkan lima penelitian untuk mengkonsepkan dan membuat teori. Studi-
studi ini saling berhubungan diantara penyebaran budaya kelompok dari orang-orang yang
mengalami transisi, termasuk ibu afrika-amerika, orang tua yang anaknya didiagnosa dengan
penyakit jantung bawaan, wanita Brasil yang melakukan imigrasi ke Amerika Serikat, dan
peran keluarga yang anggota keluarganya menjalani kemoterapi kanker. Penemuan empiris
dari lima studi ini menyediakan dasar teoritika untuk mengkonsep teori transisi dalam
middle-range theory, selanjutnya konsep dan hubungan yang terbentuk dan terformulasi
dengan didasarkan pada dialog proses kolaboratif, perbandingan tetap dari pencarian lima
studi, dan analisa yang diarahkan untuk menemukan teori. Sebagai contoh, salah satu kondisi
personal, arti yang ditujukan didasarkan pada penemuan dua studi.

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Meleis dan Im, pada imigran wanita Korea ditemukan
adanya perasaan ambivalent kearah menopause, menopause itu sendiri tidak memiliki arti
yang spesial yang berhubungan dengan hal itu. Im menemukan banyak partisipan yang tidak
berhubungan dengan masalah utama dari kesehatan, masalah kesakitan/perhatian bahwa
mereka memiliki transisi menopausal mereka. Agaknya, wanita pergi melewati
menopausenya tanpa mendapatkan banyak masalah kesehatan yang berhubungan dimana hal
itu menunjukkan tidak memiliki arti yang khusus yang akan mendapatkan fasilitas pada
transisi pada menopause yag dialami wanita. Saat ini, penelitian Sawyer dilaporkan bahwa
wanita Afrika-Amerika menunjukkan sifat menikmati peran mereka sebagai ibu dan
menjelaskan keibuan adalah sebagai sikap tanggung jawab, melindungi, mendukung dan
diperlukan. Meleis selanjutnya memberi arti sebagai suatu kondisi personal transisi karena
dalam kedua studi, netral dan arti positif mengandung arti akan mendapatkan fasilitas untuk
menopause dan keibuan. Middle-range teori untuk transisi sudah digunakan untuk situasi
yang spesifik dan untuk menjalankan test pada pengalaman relatif dari perpindahan pada
keperawatan di rumah.

Konsep dasar dan definisi

Middle range theory of transition di bentuk atas pemikiran Meleis. Konsep dasar dari teori ini
mencakup beberapa hal yang akan dibahas dibawah ini :

1. Tipe dan Bentuk dari Transisi.

Tipe dari transisi adalah meliputi pertumbuhan, kesehatan dan sakit, situasi dan
pengorganisasian. Transisi pertumbuhan meliputi kelahiran, masa adolescence (masa remaja),
menopause, lanjut usia, dan kematian. Transisi Kesehatan dan kesakitan meliputi proses
penyembuhan, keluar dari rumah sakit, diagnosa penyakit kronik. Transisi organisasi merujuk
pada perubahan kondisi lingkungan yang berakibat pada kehidupan klien, yang berhubungan
dengannya.

Bentuk dari transisi adalah multidisiplin dan kompleks. Banyak orang yang mengalami
transisi multipel yang terjadi secara terus menerus, yang mana tidak mudah untuk diabaikan
dari dalam kehidupan harian mereka. Tetapi studi lanjutan mengungkapkan bahwa orang-
orang seperti ini dapat secara minim mengalami dua tipe transisi yang tidak saling terhubung
atau secara saling menguntungkan penting. Dengan Demikian, Meleis menganjurkan untuk
mempertimbangkan jika transisi terjadi secara terus menerus atau tidak. Derajat dari tumpang
tindih diantara transisi, dan inti dari penyatuan antara kejadian yang terpisah yang
menginisiasi transisi adalah variabel manusia.

2. Kepemilikan dari Pengalaman Transisi.

Kepemilikan ini meliputi lima subkonsep yaitu (1) kesadaran, (2) ikatan, (3) perubahan dan
perbedaan, (4) jangka waktu, dan (5) poin kritis dan kejadian. Menurut Meleis, kelima hal ini
tidak secara dasar saling berhubungan, tetapi kelima hal ini saling terintegrasi sebagai suatu
proses yang kompleks.

Kesadaan diartikan sebagai persepsi, pengetahuan, dan pengenalan akan pengalaman


transisi, dan tingkatan dari kesadaran kadang-kadang tercermin dalam tingkatan kesesuaian
antara apa yang diketahui tentang proses dan respon dan apa yang merupakan hal yang
diharapkan dari seperangkat respon dan persepsi individual dibawah bentuk yang mirip
dengan transisi. Seseorang yang kehilangan kesadarannya disebut tidak memiliki permulaan
dari transisinya.
Ikatan adalah bentuk lain dari transisi yang ditawarkan oleh Meleis. Ikatan mengandung arti
tingkatan yang mana seseorang menunjukkan keikutsertaannya dalam proses yang lengkap
dalam transisi. Tingkatan dari kesadaran dipertimbangkan untuk dipengaruhi pada tingkatan
ikatan, tidak ada ikatan tanpa adanya kesadaran. Meleis mengatakan bahwa tingkatan ikatan
dari seseorang yang memiliki kesadaran untuk berubah adalah berbeda dari orang yang tidak
memiliki kesadaran ini.

Perubahan dan perbedaan adalah bagian dari kepemilikan transisi. Perubahan pada
pengalaman seseorang, dalam identitiasnya, peran, hubungan, kemampuan dan tingkah laku
akan membawa perubahan yang dapat dirasakan atau secara langsung pada bagian proses
eksternal. Semua atau keseluruhan yang berhubungan dengan transisi berubah, meskipun
tidak semua berubah berhubungan dengan transisi. Meleis selanjutnya menyarankan untuk
membandingkan sebuah proses transisi yang lengkap, hal ini penting untuk memperlihatkan
dan menjelaskan arti dan pengaruh dari perubahan dan lingkup dari perubahan (sifat dasar,
hal-hal yang bersifat duniawi, merasakan penting atau kekerasan, perbedaan yang kadang
bersifat kesendirian/individualitas, keluarga, dan norma-norma sosial dan harapan).
Perbedaan yang juga disarankan adalah kepemilikan transisi. Meleis percaya perbedaan yang
menantang akan dapat diperagakan dengan ketidakpuasan atau pengharapan yang tidak
bermoral, perasaan yang tidak nyaman, kejadian nyata dari ketidaknyamanan, atau
menampilkan dunia dan yang lainnya dalam jalan yang tidak dikenali, dan ia menyarankan
bahwa perawat memerlukan pengenalan tingkatan kenyamanan dan menguasai pengadaan
kesepakatan dengan perubahan dan perbedaan.

Jangka waktu menunjukkan bahwa semua transisi akan di karakteristikkan dengan


perpindahan yang teratur seiring waktu. Transisi diartikan sebagai sebuah jangka waktu
dengan sebuah point awal yang teridentifikasi, diperpanjang dari tanda awal dari pencegahan
(antisipasi), persepsi, atau perubahan yang didemonstrasikan, berjalan melalui periode
tertentu dengan stabil, kebingungan, dan distress; kepada sebuah akhir yang berakhir dengan
sebuah permulaan yang baru atau periode dari stabilisasi. Hal ini akan dapat menjadi
masalah dan kemungkinan akan berhubungan dengan hukum, untuk membingkainya dengan
jangka waktu dari beberapa pengalaman transisi.

Poin kritis dan kejadian adalah kepemilikan terakhir yang disarankan oleh Meleis. Poin kritis
dan kejadian terdiri atas penanda seperti kelahiran, kematian, penghentian menstruasi,
diagnosa sakit. Meleis juga mengakui bahwa penanda kejadian yang spesifik tidak akan
menjadi fakta atau kejadin untuk beberapa transisi, meskipun transisi pada umumnya
memiliki point kritis dan kejadian. Point kritis dan kejadian pada umumnya berhubungan
untuk meningkatkan kesadaran dari perubahan atau perbedaan atau untuk hubungan yang
sangat mendesak dalam proses transisi. Konsep teori transisi yang merupakan point kritis
terakhir berbeda dari bentuk pertahanan dalam keadaan yang baru, kompetensi, gaya hidup,
dan perilaku perawatan diri dan durasi dari kebimbangan variasi dari karakteristik, perubahan
yang berurutan dan gangguan dari keberadaannya.

3. Kondisi Transisi (Fasilitator dan Penghambat)

Kondisi transisi adalah seputar keadaan yang mempengaruhi jalan seseorang untuk bergerak
dari sebuah transisi, dan terfasilitasi atau menghindari proses ke wilayah pencapaian pada
sebuah transisi kesehatan. Kondisi transisi meliputi individu, komunitas atau faktor sosial
yang akan mempercepat atau mencegah proses dan pancapaian dari transisi kesehatan.

Kondisi personal meliputi pengertian, kepercayaan budaya dan tingkah laku,status


sosialekonomi, persiapan dan pengetahuan. Meleis mempertimbangkan bahwa arti yang
tercantum pada beberapa kejadian mempercepat suatu transisi (peralihan) dan proses transisi
itu sendiri akan tersinkronisasi atau berkesinambungan dalam transisi kesehatan.
Kepercayaan budaya dan tingkah laku seperti stigma, berhubungan dengan pengalaman
transisi (seperti stigma orang cina terhadap kanker) yang akan mempengaruhi pengalaman
transisi. Status sosioekonomi dapat mempengaruhi pengalaman transisi masing-masing
orang. Persiapan untuk mengantisipasi atau persiapan yang rendah dapat memfasilitasi atau
menghalangi pengalaman transisi oarang-orang. Kondisi komunitas (seperti sumber daya
komunitas) atau kondisi sosial (seperti pembatasan para imigran dalam negara tuan rumah)
akan menjadi fasilitator atau penghambat terjadinya transisi. Dibandingkan dengan kondisi
transisi individu, subkonsep dari kondisi komunitas dan kondisi sosial cenderung menjadi
tidak berkembang.

4. Bentuk Respon ( atau Indikator Proses dan Pencapaian)

Indikator dari transisi kesehatan dalam framework yang ditawarkan digantikan dengan bentuk
atau pola dari respon pada middle-range theori dari transisi. Bentuk dari respon adalah
terkonseptualisasi sebagai indikator poses dan indikator pencapaian. Keduanya
mengkharakteristikkan proses kesehatan. Indikator proses yang menuntun klien pada
kesehatan atau melalui keadaan sakit dan resiko membuat perawat membuat pengkajian yang
cepat dan intervensi untuk mempercepat pencapaian kesehatan. Juga, indikator pencapaian
dapat digunakan untuk mengecek jika sebuah transisi adalah suatu keadaan sehat atau tidak.
Tapi, indikator dapat berhubungan dengan kejadian yang saling tidak berhubungan pada
kehidupan orang-orang jika mereka menilai secara dini dalam proses transisi. Indikator
proses yang disarankan meliputi perasaan yang saling berhubungan, interaksi, berada
didalam situasi, dan perkembangan rasa nyaman dan koping. Kebutuhan untuk merasakan
dan berada dalam hubungan adalah indikator proses dari transisi kesehatan; jika imigran
menambhakan kontak yang baru pada kontak mereka yang lama dengan anggota keluarga
dan sahabat-sahabatnya, mereka berada pada keadaan transisi yang sehat.

Melalui interaksi, arti dari mendapatkan transisi dan tingkah laku yang disebabkan oleh
transisi akan terteutur, teranalisa dan dimengerti yang mana hasilnya akan ditunjukkan oleh
transisi yang sehat. Lokasi dan berada dalam situasi dalam bentuuk waktu, ruang dan
hubungan adalah kadang-kadang penting dalam segala proses transisi; hal ini
mengindikasikan kemanapun manusia pergi,tujuan utamanya adalah transisi yang sehat.
Perluasan dari peningkatan kenyamanan yang dilakukan oleh orang-orang (manusia) dalam
transisi adalah berhubungan dengan pengalaman adalah bentuk lain dari indikator proses
yang penting untuk transisi yang sehat. Indikator pencapaian yang disarankan adalah meliputi
penguasaan dan identitas integrasi dari pemenuhan cairan. penyelesaian yang sehat dari
transisi dapat diputuskan oleh perluasan dari penguasaan keterampilan dan tingkah laku
manusia yang mengalami transisi menunjukkan cara untuk mengatur situasi mereka atau
lingkungannya. Penyusunan kembali identitas dapat selalu menunjukkan penyusunan yang
sehat dari suatu transisi.
5. Keperawatan yang Terapeutik

Keperawatan yang terapeutik diartikan sebagai tiga pengukuran yang secara langsung
diaplikasikan untuk intervensi terapeutik selama transisi. Pertama, mereka menentukan
pengkajian sebagai bagian dari keperawatan yang terapeutik. Pengkajian yang cepat
membutuhkan usaha dari semua pihak dan berdasarkan dari pemahaman yang menyeluruh
dari klien; hal ini membutuhkan pengkajian dari masing-masing kondisi transisi dimana
untuk memetakan bentuk personal dari keadaan klien,dan untuk memperbolehkan para
pertugas kesehatan dan peneliti untuk menentukan bermacam-macam bentuk dari
pengalaman transisi. Kedua, persiapan untuk transisi meliputi pendidikan sebagai bagian dari
sumbar untuk membangkitkan kondisi terbaik untuk siap mengalami transisi. Ketiga,
tambahan peran diusulkan sebagai keperawatan yang terapeutik. Saat ini, pembahasan pada
transisi pada middle-range theory tidak ditemukan pengembangan lebih lanjut terkait dari
konsep keperawatan yang terapeutik.

Major Assumption (Asumsi Dasar)

1. Keperawatan/perawat

Perawat adalah pemberi perawatan primer pada klien dan keluarganya yang berada
dalam keadaan transisi.
Transisi keduanya menghasilkan perubahan dan hasilnya adalah perubahan.

2. Manusia

Transisi meliputi sebuah proses yang berpindah dan berubah dalam pola daar
kehidupan, yang mana ditemukan didalam semua individu.
Transisi menyebabkan perubahan identitas, peran, hubungan, kemampuan dan bentuk
dari perilaku.
Kehidupan harian klien, lingkungan dan interaksi yang ditajamkan oleh alam, kondisi,
arti, dan proses dari pengalaman transisi mereka.

3. Kesehatan

Transisi bersifat kompleks dan multidimensional. Transisi memiliki bentuk dari


multipel dan kompleks.
Semua transisi dikarakteristikkan dengan aliran dan pergerakan sepanjang waktu.
Perubahan dan perbedaan adalah tidak dapat diubah, tidak juga memiliki kesaman
dengan transisi.

4. Lingkungan

Sifat rentan atau peka adalah berhubungan dengan pengalaman transisi, interaksi, dan
kondisi lingkungan yang memaparkan individu pada potensi untuk merusak, masalah
dan perluasan perbaikan atau koping yang tidak sehat.

Ciri Khas Teori (Theoretical Assertions)

Ciri khas dari teori ini adalah pada kelengkapan peran, framework transisi, dan middle-range
transition yang disusun oleh Meleis dan teman-temannya. Beberapa diantaranya adalah :

1. Pertumbuhan, sehat dan sakit, dan transisi yang terorganisasi yang merupakan pusat
dari praktik keperawatan.
2. Bentuk dari transisi meliputi :

Dimana klien mengalami satu transisi atau multiple transisi.


Dimana transisi multipel terjadi terus menerus.
Perluasan dari kejadian tumpang tindih dalam transisi.
Keaslian dari hubungan antara kejadian yang berbeda yang memiliki petunjuk transisi
untuk klien.
Kekayaan dari pengalaman transisi adalah bagian yang saling berhubungan dalam
proses yang kompleks.
Derajat dari kesadaran mempengaruhi derajat hubungan yang lebih dalam, yang mana
hubungan ini tidak akan terjadi tanpa adanya kesadaran.
Persepsi manusia dan pemahaman arti akan situasi sehat dan sakit dipengaruhi oleh
dan perubahan dari pengaruh pada kondisi dibawah pengaruh transisi.
Transisi kesehatan adalah dikarakteristikkan oleh proses dan indikator pencapaian.
Transisi negosiasi yang sukses tergantung pada perkembangan dari hubungan yang
efektif diantara perawat dan klien (keperawatan yang terapeutik). Hubungan ini
adalah proses yang saling timbal balik yang akan mempengaruhi keduanya (perawat-
klien).

Bentuk Logika

Teori ini dibentuk dari induksi dengan menggunakan penelitian penelusuran literatur untuk
menemukan informasi. Hal ini pada awalnya dibentuk sebagai konsep inti dari keperawatan
dan kemudian sebagai middle-range teori. Teori ini dibentuk dengan pencapaian dari integrasi
dari apa yang dikenal dengan pengalaman transisi yang melintasi berbagai bentuk dari
transisi dengan keperawatan yang terapeutik untuk orang-orang dalam masa transisi. Teori ini
menyediakan framework (bagan) untuk memahami hasil dari penelitian transisi lanjutan lebih
baik dan untuk menyediakan konsep untuk studi lanjutan.

Penerimaan dari Komunitas Keilmuan

Sejauh ini, teori transisi sudah di gunakan dan diterjemahkan kedalam berbagai bahasa dan
digunakan di negara-negaa seperti di Swedia, Taiwan, Korea Selatan, Portugal, Spanyol dan
Singapura.

1. Praktik

Teori transisi menyediakan perspektif yang komprehensif pada pengalaman transisi dimana
pertimbangan konteks diantara berbagai orang adalah pengalaman dari sebuah transisi.
Karena komprehensifnya, dapat diaplikasikannya, dan ketertarikannya dengan kesehatan,
teori transisi dapat diaplikasikan pada banyak fenomena-fenomena kemanusiaan yang terkait
dengan keperawatan, seperti keadaan sakit, penyembuhan, kelahiran, kematian, dan
kehilangan sebaik pada keadaan imigrasi.

Teori transisi sangat berguna untuk menjelaskan transisi sehat/sakit seperti proses
penyembuhan, persiapan pulang dari rumah sakit dan pada diagnosa kronik. Tentu saja, studi
yang mengindikasikan teori transisi dapat diaplikasikan pada praktik keperawatan dengan
penyebaran kelompok atau perorangan, termasuk populasi lansia, populasi dengan gangguan
mental, populasi maternal, keluarga sebagai pembari perawatan, wanita dengan menopause,
pasien alzheimer, wanita imigran, dan orang-orang dengan penyakit kronik dan banyak
lainnya. Teori transisi dapat menyediakan petunjuk untuk praktik keperawatan dengan orang-
orang dari berbagai tipe transisi dengan menyediakan perspektif yang menyeluruh dengan
dasar dan tipe transisi, kondisi transisi dan indikator proses dan pencapaian dari bentuk
respon transisi. Juga teori transisi menuntun untuk pengembangan dari terapeutik
keperawatan yang saling berhubuangan dengan pengalaman unik dari pasien dan keluarganya
dalam keadaan transisi, yang mana menunjukkan respon sehat pada keadaan transisi.

2. Pendidikan

Teori transisi digunakan secara luas pada pendidikan sarjana dan masteral di seluruh dunia.
Teori ini bertumbuh secara internasional dan terintegrasi dalam kurikulum keperawatan. Teori
transisi digunakan sebagai framework kurikulum pada beberapa tempat, termasuk universitas
connecticut dan universitas clayton di morrow, georgia dimana teori transisi adalah program
pendidikan mereka yang sudah berlangsung selama 15 tahun ini dan banyak lagi dukungan
dalam pemakaian teori ini.

3. Penelitian
Secara Internasional, beberapa peneliti ada banyak yang menggunakan teori transisi dalam
studi mereka sebagai dasar teori untuk penelitian. Program penelitian meleis adalah secara
alamani berdasarkan pada teori transisi dan banyak peneliti yang menguji secara empiris teori
transisi melalui studi mereka.

Pengembangan Lanjutan

Teori transisi adalah bagan kerja (framework) yang dapat menjadi perkembangan lebih lanjut,
di uji dan disaring, berdasarkan pada filosofis Meleis pada perkembangan teori yang
terbentuk secara siklis, dinamis dan terus berkembang. Teori transisi berlanjut terus dan di
uji, disaring untuk menjelaskan konsep utama dan hubungan diantara bermacam-mcam
kelompok dari populasi pada berbagai tipe transisi. Karena dukungan empirikal yang cukup
oleh banyaknya studi yang dilakukan maka teori ini ada, studi lanjutan akan bertujuan untuk
melakukan studi intervensi untuk mencoba teori ini melalui intervensi yang berdasarkan pada
teori, selanjutnya teori ini akan memberikan kekuatan untuk menunjang praktik keperawatan.

Kritik

1. Kejelasan

Definisi konseptual dari teori transisi adalah jelas dan dapat menyediakan pemahaman dari
teori transisi yang kompleks. Hubungan anatraa konsep utama jelas melukiskan diagram
sederhana yang ditampilkan. Variabelnya independen (berdiri sendiri) untuk masing-
maisngnya, yang slenajtunya menghasilkan efek interaktif diantara setiap variabel dan jelas
digambarkan dengan panah-panah.

2. Kesederhanaan

Teori transisi adalah sederhana dan jelas untuk dipahami. Konsep utamanya secara logika
saling berhubungan dan hubungannya tampak nyata pada setiap pernyataan tegasnya.

3. Generalisasi

Teori transisi adalah bagian atau cakupan dari middle-range teori. Middle-range teori
memiliki lebih banyak batasan dan sedikit abstraksi dibandingkan dnegan grand teori, dan
mereka mengalamatkan fenomena yang spesifik atau konsep, dimana me

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
AFAF IBRAHIM MELEIS : TEORI TRANSISI (Teori Peralihan)
1942-Sekarang
Saya sangat percaya bahwa pengetahuan bersifat universal, sarana untuk mengembangkan
pengetahuan harus mencerminkan sifat dari pertanyaan yang dibingkai dan didorong oleh
berbagai disiplin ilmu tentang kesehatan dan kesejahteraan individu atau populasi (Meleis
(2007) dalam Alligood, 2014)

2.1 Mandat dan Latar Belakang dari Teori


Afaf Ibrahim Meleis lahir di Alexandria, Mesir. Dalam sebuah wawancaranya, Meleis
mengatakan bahwa keperawatan sudah menjadi bagian dari hidupnya sejak ia lahir. Ibunya
dianggap sebagai Florance Nightingale dari Timur Tengah; Ia adalah orang pertama di Mesir
yang mendapatkan gelar BSN dari Universitas Syracuse dan perawat pertama di Mesir yang
mendapatkan MPH dan PhD dari Universitas Mesir. Meleis mengagumi dedikasi ibunya dan
berkomitmen untuk menjadi profesional dan betul-betul menjadikan keperawatan mengalir
didalam darahnya. Dibawah pengaruh ibunya, Melies menjadi tertarik pada keperawatan dan
menyukai potensi untuk mengembangkan disiplin ini. Tapi, saat ia memilih untuk mengambil
keperawatan, orang tuanya menolak pilihannya karena mereka tahu bagaimana beratnya
keperawatan berjuang untuk mendapatkan kedudukan dan memberi dampak pada kualitas
perawatan. Bagaimanapun juga, orang tua Meleis pada akhirnya menyetujui pilihannya dan
memiliki kepercayaan Meleis dapat melakukannya sampai akhir.
Meleis menyelesaikan sarjana keperawatannya di Universitas Alexandria, Mesir. Ia datang ke
Amerika serikat untuk meningkatkan pendidikannya untuk menjadi seorang perawat
akademik. Dari universitas California, Los Angeles, Ia mendapatkan MS untuk keperawatan
pada tahun 1964, dan MA dalam bidang sociologi pada tahun 1966, dan PhD dalam medical
dan psikologi sosial pada tahun 1968.
Setelah mendapatkan gelar doktoralnya, Meleis bekerja sebagai administrator dan instruktur
pada Universitas California, Los Angeles dari tahun 1966 hingga 1968 dan sebagai asisten
profesor dari tahun 1968 hingga 1971. Pada tahun 1971, Ia pindah ke Universitas California,
San Francisco (UCSF), dimana ia menghabiskan 34 tahun untuk membangun teorinya. Pada
tahun 2002, Meleis dinominasikan dan menjadi dekan di sekolah keperawatan Margret Bond
Simon di Universitas Pennyslvania dan diikuti oleh berbagai penghargaan yang lainnya.
Meleis, seorang sosiolog keperawatan yang terkemuka, adalah seorang pengembang teori,
peneliti, dan pembicara untuk topik kesehatan wanita, dan perkembangan kesehatan
perawatan immigran, kesehatan internasional, dan pengetahuan dan pengembang teori. Ia saat
ini menjabat sebagai penasehat umum pada Konsil Internasional terkait isu kesehatan wanita.
Meleis memperoleh kehormatan dan penghargaan sebagai doktoral kehormatan dan profesor
kehormatan dari seluruh dunia. Ia mendapatkan medali keistimewaan dari profesional dan
sekolah dari Presiden Mesir Hosni Mubarak pada tahun 1990. Pada tahun 2000, Meleis
memperoleh medali kedutaan dari Universitas Massachusetts, Amherst. Pada tahun 2001, ia
memperoleh penghargaan kedutaan UCSF untuk pencapaian wanita untuk perannya sebagai
aktivis dunia dalam issu yang terkait dengan wanita dan banyak penghargaan yang lainnya.
Penelitian Meleis berfokus pada kesehatan global, imigran dan kesehatan internasional,
kesehatan wanita dan pengembangan teori dalam disiplin keperawatan. Ia menghasilkan lebih
dari 170 artikel di ilmu sosial, keperawatan dan jurnal kedokteran; 45 buku dan beberapa
karya lainnya.
Pengembangan teori transisi dimulai pada pertengahan tahun 1960an, dimana Meleis masih
sekolah PhD, dan hal itu dapat ditelusuri melalui tahun-tahun penelitian dengan para
mahasiswa dan koleganya. Penelitian master dan PhDnya menelusuri fenomena perencanaan
kehamilan dan penguasaan peran orang tua. Ia memfokuskan pada komunikasi suami istri
dan interaksi yang efektif atau perencanaan yang tidak efektif anak-anak dalam keluarga yang
selanjutnya menghasilkan idenya yang masih belum sempurna karena ia tidak menyelesaikan
konsep terkait transisi yang dikembangkan.
Selanjutnya, penelitiannya berfokus pada orang-orang yang tidak menggunakan transisi
kesehatan dan intervensi untuk memfasilitasi transisi kesehatan. Interaksi simbolik
memainkan peran penting dalam upaya mengkonsepkan simbol yang membentuk interaksi
dan respon. Bagian ini dalam pemikiran teoritikalnya menuntun pada peran teori sebagai
catatan dalam publikasinya pada tahun 1970 dan 1980.
Pekerjaan Meleis terkait transisi menegaskan transisi yang tidak sehat atau transisi yang tidak
efektif dalam relasi untuk peran yang tidak sesuai. Ia menunjukkan peran yang tidak sesuai
sebagai bentuk dari kesukaran pada pengetahuan dan/atau penampilan dari sebuah tingkah-
laku peran sebagai penilai diri sendiri atau signifikan lainnya. Konsep ini mengarahkan
Meleis untuk menentukan pencapaian dari transisi kesehatan sebagai penguasaan tingkah
laku, sentimen, isyarat dan simbol yang berhubungan dengan peran baru dan proses yang
tidak menunjukkan masalah. Meleis mengakui pengembangan pengetahuan dalam
keperawatan sebagai terapeutik keperawatan lebih pada pemahaman fenomena yang memiliki
relasi untuk merespon keadaan sehat dan sakit. Akibatnya, ia menginisiasi perkembangan dari
kelengkapan peran sebagai perawat terapeutik seperti yang dilihatnya diawal penelitiannya.
Intisari dari publikais Meleis pada tahun 1970 menunjukkan kelengkapan peran sebagai
bentuk dari proses kesengajaan melalui peran yang tidak tepat atau peran yang berpotensi
untuk tidak tepat dan dapat diidentifikasikan dengan peran yang memiliki nilai dan
signifikan. Dengan demikian, kelengkapan peran meliputi klasifikasi peran dan pengambilan
peran, yang akan digunakansebagai pencegahan dan terapeutik.
Dengan perubahan ini dalam pemikiran teori Meleis, kelengkapan peran dalam fungsinya
sebagai perawat yang terapeutik dimasukkan didalam proyek penelitiannya. Pertanyaan
penelitiannya adalah berkisar antara penetapan komponen, proses dan strategi yang saling
berhubungan dengan kelengkapan peran, dimana ia mengusulkan akan membuat perbedaan
dengan menolong pasien secara lengkap dalam transisi kesehatannya. Hal ini menuntun
meleis untuk menentukan kesehatan sebagai sebuah keahlian, dan ia menguji pengertian itu
melalui perwakilan variabel pencapaian seperti gejala demam, penerimaan keberadaan dan
kemampuan untuk memikul peran baru.
Teori Meleis tentang kelengkapan peran digunakan tidak hanya dalam studinya pada peran
baru orang tua, tapi dalam studi lain antara pasien post-mycardial infarction, orang dewasa,
orang tua asuh, pemberi perawatan pasien Alzheimer, dan wanita yang tidak berhasil menjadi
ibu dan yang menunjukkan ketidaktepatan peran. Studi ini menggunakan teori kelengkapan
peran yang mengantarkan Meleis pada pertanyaan dasar dari transisi dan pengalaman
manusia tentang transisi. Dalam periode ini, populasi penelitiannya adalah pada imigran dan
kesehatan mereka. Bagian ini menuntun meleis untuk meninjau ulang dan mempertanyakan
transisi sebagai sebuah konsep. Sahabatnya Norma Chick membantunya menyusun konsep
transisi dan artikel transisi pertamanya sebagai konsep keperawatan yang terbit pada tahun
1986.
Untuk pengembangan selanjutnya dari teori ini, Meleis menginisiasi perluasan pencarian
literatur dengan Schumacher, seorang mahasiswa doktoral di Universitas California, San
Francisco untuk menemukan bagimana luasnya transisi yang digunakan sebagai konsep atau
bagan kerja dalam literatur keperawatan. Mereka menampilkan kembali 310 artikel dan
mengembangkan transisi kedalam kelompok teori middle-range. Publikasi terkait dengan
bagan kerja transisi diterima dengan baik oleh sekolah dan peneliti yang memulai
menggunakannya sebagai konseptual framework pada studi yang diidentifikasi sebagai
berikut :
1. Deskripsi dari transisi yang terjadi pada imigran
2. Pengalaman wanita dengan arthritis Rheumatoid
3. Perbaikan dari post operasi jantung
4. Peran keluarga dalam kemoterapi pasien
5. Kehilangan ingatan pada pasien di Swedia
6. Peralihan usia
7. Transisi Wanita afrika-amerika sebagai seorang ibu
Menggunakan framework transisi, teori middle-range untuk transisi dibentuk dengan
penelitian yang mana digunakan transisi sebagai conseptual framework (kerangka
konseptual). Mereka menganalisa penemuan mereka yang berhubungan dengan pengalaman
transisi dan respon, teridentifikasi secara bersama dan berbeda pada penggunaan transisi,
ditemukan setara, kontras dan menjadi bagian dalam perluasan pemahaman, pengulangan dan
percakapan dan dalam pertemuan kelompok. Diagram middle-range theory selanjutnya
diterbitkan pada tahun 2000 dan mulai dapat diaplikasikan.
Didasarkan pada proyek awal dalam teori transisi, situasi spesifik yang diungkapkan Meleis
pada tahun 1997 disebut untuk mengembangkan, dan juga meliputi tingkatan abstraksi yang
spesifik, derajat spesifitas, luasan isi dan hubungan antara penelitian keperawatan dan
praktik. Sebagai contoh pengambangan teori situasi yang spesifik pada pendapatan yang
rendah pada transisi wanita imigran Korea yang mengalami menopause didasarkan pada
penelitian yang ditemukan, dengan menggunakan framework yang dibangun dalam penelitian
sebelumnya. Selanjutnya juga ditemukan penelitian dengan jenis serupa pada pasien kanker
ras kaukasia yang mengalami pengalaman nyeri. Situasi spesifik ini menjadikan teori Meleis
sebagai bagian dari middle-range transisi teori. Pada tahun 2010, Meleis mengumpulkan
semua pekerjaan teoritisnya di laboratorium yang berhubungan dengan teori transisi dan
mengumpulkannya dalam bentuk sebuah buku.

2.2 Sumber-sumber Teori


Sumber teori untuk teori transisi adalah multipel. Latar belakang Meleis dalam keperawatan,
sosiologi, interaksi simbolik dan teori peran dan latar belakang pendidikannya yang
mengarahkan pada pengembangan teori transisi. Tentu saja, penemuan dan pengalaman dari
projek penelitian, program pendidikan, dan praktik klinik di rumah sakit dan setting
komunitas memiliki peran penting dalam membangun teori ini. Sistematik, pendalaman
literatur yang diulang kembali adalah sumber lain untuk membangun teori transisi yang
disarankan oleh Walker dan Avant pada tahun 1995 dan 2005 untuk menyusun pengetahuan
yang ada tentang fenomena keperawatan. Usaha kolaborasi diantara para peneliti yang
menggunakan teori transisi framework dan teori transisi middle-range dalam studi mereka
adalah sumber untuk membangun teori transisi. Pada akhirnya Meleis dan Schumacher
mengintegrasikan tinjauan literatur yang melahirkan teori transisi yang pertama. Juga versi
terbaru dari teori ini yang diterbitkan pada tahun 2000 yang merupakan produk dari
mentoring pada mahasiswa untuk menghasilkan sebuah hasil yang teoritis.

2.3 Penggunaan Fakta-fakta Empirik


Dalam pengembangan framework dari transisi oleh Schumacher dan Meleis, perluasan
penelusuran literatur dilakukan dan ditemukan lebih dari 300 artikel yang berhubungan
dengan transisi dan menyediakan bukti nyata dari konseptualisasi dan teoritis. Selanjutnya,
seperti yang telah disebutkan sebelumnya, framework transisi lalu di uji dalam beberapa studi
pada transisi imigran, pengalaman wanita dengan artiritis reumatoid, penyembuhan dari
pembedahan jantung, pengembangan dari perawatan keluarga untuk pasien kemoterapi, dan
yang lainnya.
Pengembangan dari teori transisi middle range untuk pembangunan teori transisi dengan
bukti empirik dibutuhkan lima penelitian untuk mengkonsepkan dan membuat teori. Studi-
studi ini saling berhubungan diantara penyebaran budaya kelompok dari orang-orang yang
mengalami transisi, termasuk ibu afrika-amerika, orang tua yang anaknya didiagnosa dengan
penyakit jantung bawaan, wanita Brasil yang melakukan imigrasi ke Amerika Serikat, dan
peran keluarga yang anggota keluarganya menjalani kemoterapi kanker. Penemuan empiris
dari lima studi ini menyediakan dasar teoritika untuk mengkonsep teori transisi dalam
middle-range theory, selanjutnya konsep dan hubungan yang terbentuk dan terformulasi
dengan didasarkan pada dialog proses kolaboratif, perbandingan tetap dari pencarian lima
studi, dan analisa yang diarahkan untuk menemukan teori. Sebagai contoh, salah satu kondisi
personal, arti yang ditujukan didasarkan pada penemuan dua studi.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Meleis dan Im, pada imigran wanita Korea ditemukan
adanya perasaan ambivalent kearah menopause, menopause itu sendiri tidak memiliki arti
yang spesial yang berhubungan dengan hal itu. Im menemukan banyak partisipan yang tidak
berhubungan dengan masalah utama dari kesehatan, masalah kesakitan/perhatian bahwa
mereka memiliki transisi menopausal mereka. Agaknya, wanita pergi melewati
menopausenya tanpa mendapatkan banyak masalah kesehatan yang berhubungan dimana hal
itu menunjukkan tidak memiliki arti yang khusus yang akan mendapatkan fasilitas pada
transisi pada menopause yag dialami wanita. Saat ini, penelitian Sawyer dilaporkan bahwa
wanita Afrika-Amerika menunjukkan sifat menikmati peran mereka sebagai ibu dan
menjelaskan keibuan adalah sebagai sikap tanggung jawab, melindungi, mendukung dan
diperlukan. Meleis selanjutnya memberi arti sebagai suatu kondisi personal transisi karena
dalam kedua studi, netral dan arti positif mengandung arti akan mendapatkan fasilitas untuk
menopause dan keibuan. Middle-range teori untuk transisi sudah digunakan untuk situasi
yang spesifik dan untuk menjalankan test pada pengalaman relatif dari perpindahan pada
keperawatan di rumah.
2.4 Konsep dasar dan definisi
Middle range theory of transition di bentuk atas pemikiran Meleis. Konsep dasar dari teori ini
mencakup beberapa hal yang akan dibahas dibawah ini :
1. Tipe dan Bentuk dari Transisi.
Tipe dari transisi adalah meliputi pertumbuhan, kesehatan dan sakit, situasi dan
pengorganisasian. Transisi pertumbuhan meliputi kelahiran, masa adolescence (masa remaja),
menopause, lanjut usia, dan kematian. Transisi Kesehatan dan kesakitan meliputi proses
penyembuhan, keluar dari rumah sakit, diagnosa penyakit kronik. Transisi organisasi merujuk
pada perubahan kondisi lingkungan yang berakibat pada kehidupan klien, yang berhubungan
dengannya.
Bentuk dari transisi adalah multidisiplin dan kompleks. Banyak orang yang mengalami
transisi multipel yang terjadi secara terus menerus, yang mana tidak mudah untuk diabaikan
dari dalam kehidupan harian mereka. Tetapi studi lanjutan mengungkapkan bahwa orang-
orang seperti ini dapat secara minim mengalami dua tipe transisi yang tidak saling terhubung
atau secara saling menguntungkan penting. Dengan Demikian, Meleis menganjurkan untuk
mempertimbangkan jika transisi terjadi secara terus menerus atau tidak. Derajat dari tumpang
tindih diantara transisi, dan inti dari penyatuan antara kejadian yang terpisah yang
menginisiasi transisi adalah variabel manusia.

2. Kepemilikan dari Pengalaman Transisi.


Kepemilikan ini meliputi lima subkonsep yaitu (1) kesadaran, (2) ikatan, (3) perubahan dan
perbedaan, (4) jangka waktu, dan (5) poin kritis dan kejadian. Menurut Meleis, kelima hal ini
tidak secara dasar saling berhubungan, tetapi kelima hal ini saling terintegrasi sebagai suatu
proses yang kompleks.
Kesadaan diartikan sebagai persepsi, pengetahuan, dan pengenalan akan pengalaman
transisi, dan tingkatan dari kesadaran kadang-kadang tercermin dalam tingkatan kesesuaian
antara apa yang diketahui tentang proses dan respon dan apa yang merupakan hal yang
diharapkan dari seperangkat respon dan persepsi individual dibawah bentuk yang mirip
dengan transisi. Seseorang yang kehilangan kesadarannya disebut tidak memiliki permulaan
dari transisinya.
Ikatan adalah bentuk lain dari transisi yang ditawarkan oleh Meleis. Ikatan mengandung arti
tingkatan yang mana seseorang menunjukkan keikutsertaannya dalam proses yang lengkap
dalam transisi. Tingkatan dari kesadaran dipertimbangkan untuk dipengaruhi pada tingkatan
ikatan, tidak ada ikatan tanpa adanya kesadaran. Meleis mengatakan bahwa tingkatan ikatan
dari seseorang yang memiliki kesadaran untuk berubah adalah berbeda dari orang yang tidak
memiliki kesadaran ini.
Perubahan dan perbedaan adalah bagian dari kepemilikan transisi. Perubahan pada
pengalaman seseorang, dalam identitiasnya, peran, hubungan, kemampuan dan tingkah laku
akan membawa perubahan yang dapat dirasakan atau secara langsung pada bagian proses
eksternal. Semua atau keseluruhan yang berhubungan dengan transisi berubah, meskipun
tidak semua berubah berhubungan dengan transisi. Meleis selanjutnya menyarankan untuk
membandingkan sebuah proses transisi yang lengkap, hal ini penting untuk memperlihatkan
dan menjelaskan arti dan pengaruh dari perubahan dan lingkup dari perubahan (sifat dasar,
hal-hal yang bersifat duniawi, merasakan penting atau kekerasan, perbedaan yang kadang
bersifat kesendirian/individualitas, keluarga, dan norma-norma sosial dan harapan).
Perbedaan yang juga disarankan adalah kepemilikan transisi. Meleis percaya perbedaan yang
menantang akan dapat diperagakan dengan ketidakpuasan atau pengharapan yang tidak
bermoral, perasaan yang tidak nyaman, kejadian nyata dari ketidaknyamanan, atau
menampilkan dunia dan yang lainnya dalam jalan yang tidak dikenali, dan ia menyarankan
bahwa perawat memerlukan pengenalan tingkatan kenyamanan dan menguasai pengadaan
kesepakatan dengan perubahan dan perbedaan.
Jangka waktu menunjukkan bahwa semua transisi akan di karakteristikkan dengan
perpindahan yang teratur seiring waktu. Transisi diartikan sebagai sebuah jangka waktu
dengan sebuah point awal yang teridentifikasi, diperpanjang dari tanda awal dari pencegahan
(antisipasi), persepsi, atau perubahan yang didemonstrasikan, berjalan melalui periode
tertentu dengan stabil, kebingungan, dan distress; kepada sebuah akhir yang berakhir dengan
sebuah permulaan yang baru atau periode dari stabilisasi. Hal ini akan dapat menjadi
masalah dan kemungkinan akan berhubungan dengan hukum, untuk membingkainya dengan
jangka waktu dari beberapa pengalaman transisi.
Poin kritis dan kejadian adalah kepemilikan terakhir yang disarankan oleh Meleis. Poin kritis
dan kejadian terdiri atas penanda seperti kelahiran, kematian, penghentian menstruasi,
diagnosa sakit. Meleis juga mengakui bahwa penanda kejadian yang spesifik tidak akan
menjadi fakta atau kejadin untuk beberapa transisi, meskipun transisi pada umumnya
memiliki point kritis dan kejadian. Point kritis dan kejadian pada umumnya berhubungan
untuk meningkatkan kesadaran dari perubahan atau perbedaan atau untuk hubungan yang
sangat mendesak dalam proses transisi. Konsep teori transisi yang merupakan point kritis
terakhir berbeda dari bentuk pertahanan dalam keadaan yang baru, kompetensi, gaya hidup,
dan perilaku perawatan diri dan durasi dari kebimbangan variasi dari karakteristik, perubahan
yang berurutan dan gangguan dari keberadaannya.

3. Kondisi Transisi (Fasilitator dan Penghambat)


Kondisi transisi adalah seputar keadaan yang mempengaruhi jalan seseorang untuk bergerak
dari sebuah transisi, dan terfasilitasi atau menghindari proses ke wilayah pencapaian pada
sebuah transisi kesehatan. Kondisi transisi meliputi individu, komunitas atau faktor sosial
yang akan mempercepat atau mencegah proses dan pancapaian dari transisi kesehatan.
Kondisi personal meliputi pengertian, kepercayaan budaya dan tingkah laku,status
sosialekonomi, persiapan dan pengetahuan. Meleis mempertimbangkan bahwa arti yang
tercantum pada beberapa kejadian mempercepat suatu transisi (peralihan) dan proses transisi
itu sendiri akan tersinkronisasi atau berkesinambungan dalam transisi kesehatan.
Kepercayaan budaya dan tingkah laku seperti stigma, berhubungan dengan pengalaman
transisi (seperti stigma orang cina terhadap kanker) yang akan mempengaruhi pengalaman
transisi. Status sosioekonomi dapat mempengaruhi pengalaman transisi masing-masing
orang. Persiapan untuk mengantisipasi atau persiapan yang rendah dapat memfasilitasi atau
menghalangi pengalaman transisi oarang-orang. Kondisi komunitas (seperti sumber daya
komunitas) atau kondisi sosial (seperti pembatasan para imigran dalam negara tuan rumah)
akan menjadi fasilitator atau penghambat terjadinya transisi. Dibandingkan dengan kondisi
transisi individu, subkonsep dari kondisi komunitas dan kondisi sosial cenderung menjadi
tidak berkembang.

4. Bentuk Respon ( atau Indikator Proses dan Pencapaian)


Indikator dari transisi kesehatan dalam framework yang ditawarkan digantikan dengan bentuk
atau pola dari respon pada middle-range theori dari transisi. Bentuk dari respon adalah
terkonseptualisasi sebagai indikator poses dan indikator pencapaian. Keduanya
mengkharakteristikkan proses kesehatan. Indikator proses yang menuntun klien pada
kesehatan atau melalui keadaan sakit dan resiko membuat perawat membuat pengkajian yang
cepat dan intervensi untuk mempercepat pencapaian kesehatan. Juga, indikator pencapaian
dapat digunakan untuk mengecek jika sebuah transisi adalah suatu keadaan sehat atau tidak.
Tapi, indikator dapat berhubungan dengan kejadian yang saling tidak berhubungan pada
kehidupan orang-orang jika mereka menilai secara dini dalam proses transisi. Indikator
proses yang disarankan meliputi perasaan yang saling berhubungan, interaksi, berada
didalam situasi, dan perkembangan rasa nyaman dan koping. Kebutuhan untuk merasakan
dan berada dalam hubungan adalah indikator proses dari transisi kesehatan; jika imigran
menambhakan kontak yang baru pada kontak mereka yang lama dengan anggota keluarga
dan sahabat-sahabatnya, mereka berada pada keadaan transisi yang sehat.
Melalui interaksi, arti dari mendapatkan transisi dan tingkah laku yang disebabkan oleh
transisi akan terteutur, teranalisa dan dimengerti yang mana hasilnya akan ditunjukkan oleh
transisi yang sehat. Lokasi dan berada dalam situasi dalam bentuuk waktu, ruang dan
hubungan adalah kadang-kadang penting dalam segala proses transisi; hal ini
mengindikasikan kemanapun manusia pergi,tujuan utamanya adalah transisi yang sehat.
Perluasan dari peningkatan kenyamanan yang dilakukan oleh orang-orang (manusia) dalam
transisi adalah berhubungan dengan pengalaman adalah bentuk lain dari indikator proses
yang penting untuk transisi yang sehat. Indikator pencapaian yang disarankan adalah meliputi
penguasaan dan identitas integrasi dari pemenuhan cairan. penyelesaian yang sehat dari
transisi dapat diputuskan oleh perluasan dari penguasaan keterampilan dan tingkah laku
manusia yang mengalami transisi menunjukkan cara untuk mengatur situasi mereka atau
lingkungannya. Penyusunan kembali identitas dapat selalu menunjukkan penyusunan yang
sehat dari suatu transisi.

5. Keperawatan yang Terapeutik


Keperawatan yang terapeutik diartikan sebagai tiga pengukuran yang secara langsung
diaplikasikan untuk intervensi terapeutik selama transisi. Pertama, mereka menentukan
pengkajian sebagai bagian dari keperawatan yang terapeutik. Pengkajian yang cepat
membutuhkan usaha dari semua pihak dan berdasarkan dari pemahaman yang menyeluruh
dari klien; hal ini membutuhkan pengkajian dari masing-masing kondisi transisi dimana
untuk memetakan bentuk personal dari keadaan klien,dan untuk memperbolehkan para
pertugas kesehatan dan peneliti untuk menentukan bermacam-macam bentuk dari
pengalaman transisi. Kedua, persiapan untuk transisi meliputi pendidikan sebagai bagian dari
sumbar untuk membangkitkan kondisi terbaik untuk siap mengalami transisi. Ketiga,
tambahan peran diusulkan sebagai keperawatan yang terapeutik. Saat ini, pembahasan pada
transisi pada middle-range theory tidak ditemukan pengembangan lebih lanjut terkait dari
konsep keperawatan yang terapeutik.
2.5 Major Assumption (Asumsi Dasar)
1. Keperawatan/perawat
1) Perawat adalah pemberi perawatan primer pada klien dan keluarganya yang berada dalam
keadaan transisi.
2) Transisi keduanya menghasilkan perubahan dan hasilnya adalah perubahan.
2. Manusia
1) Transisi meliputi sebuah proses yang berpindah dan berubah dalam pola daar kehidupan,
yang mana ditemukan didalam semua individu.
2) Transisi menyebabkan perubahan identitas, peran, hubungan, kemampuan dan bentuk dari
perilaku.
3) Kehidupan harian klien, lingkungan dan interaksi yang ditajamkan oleh alam, kondisi, arti,
dan proses dari pengalaman transisi mereka.
3. Kesehatan
1) Transisi bersifat kompleks dan multidimensional. Transisi memiliki bentuk dari multipel
dan kompleks.
2) Semua transisi dikarakteristikkan dengan aliran dan pergerakan sepanjang waktu.
3) Perubahan dan perbedaan adalah tidak dapat diubah, tidak juga memiliki kesaman dengan
transisi.
4. Lingkungan
1) Sifat rentan atau peka adalah berhubungan dengan pengalaman transisi, interaksi, dan
kondisi lingkungan yang memaparkan individu pada potensi untuk merusak, masalah dan
perluasan perbaikan atau koping yang tidak sehat.

2.6 Ciri Khas Teori (Theoretical Assertions)


Ciri khas dari teori ini adalah pada kelengkapan peran, framework transisi, dan middle-range
transition yang disusun oleh Meleis dan teman-temannya. Beberapa diantaranya adalah :
1. Pertumbuhan, sehat dan sakit, dan transisi yang terorganisasi yang merupakan pusat dari
praktik keperawatan.
2. Bentuk dari transisi meliputi :
1) Dimana klien mengalami satu transisi atau multiple transisi.
2) Dimana transisi multipel terjadi terus menerus.
3) Perluasan dari kejadian tumpang tindih dalam transisi.
4) Keaslian dari hubungan antara kejadian yang berbeda yang memiliki petunjuk transisi
untuk klien.
5) Kekayaan dari pengalaman transisi adalah bagian yang saling berhubungan dalam proses
yang kompleks.
6) Derajat dari kesadaran mempengaruhi derajat hubungan yang lebih dalam, yang mana
hubungan ini tidak akan terjadi tanpa adanya kesadaran.
7) Persepsi manusia dan pemahaman arti akan situasi sehat dan sakit dipengaruhi oleh dan
perubahan dari pengaruh pada kondisi dibawah pengaruh transisi.
8) Transisi kesehatan adalah dikarakteristikkan oleh proses dan indikator pencapaian.
9) Transisi negosiasi yang sukses tergantung pada perkembangan dari hubungan yang efektif
diantara perawat dan klien (keperawatan yang terapeutik). Hubungan ini adalah proses yang
saling timbal balik yang akan mempengaruhi keduanya (perawat-klien).

2.7 Bentuk Logika


Teori ini dibentuk dari induksi dengan menggunakan penelitian penelusuran literatur untuk
menemukan informasi. Hal ini pada awalnya dibentuk sebagai konsep inti dari keperawatan
dan kemudian sebagai middle-range teori. Teori ini dibentuk dengan pencapaian dari integrasi
dari apa yang dikenal dengan pengalaman transisi yang melintasi berbagai bentuk dari
transisi dengan keperawatan yang terapeutik untuk orang-orang dalam masa transisi. Teori ini
menyediakan framework (bagan) untuk memahami hasil dari penelitian transisi lanjutan lebih
baik dan untuk menyediakan konsep untuk studi lanjutan.

2.8 Penerimaan dari Komunitas Keilmuan


Sejauh ini, teori transisi sudah di gunakan dan diterjemahkan kedalam berbagai bahasa dan
digunakan di negara-negaa seperti di Swedia, Taiwan, Korea Selatan, Portugal, Spanyol dan
Singapura.
1. Praktik
Teori transisi menyediakan perspektif yang komprehensif pada pengalaman transisi dimana
pertimbangan konteks diantara berbagai orang adalah pengalaman dari sebuah transisi.
Karena komprehensifnya, dapat diaplikasikannya, dan ketertarikannya dengan kesehatan,
teori transisi dapat diaplikasikan pada banyak fenomena-fenomena kemanusiaan yang terkait
dengan keperawatan, seperti keadaan sakit, penyembuhan, kelahiran, kematian, dan
kehilangan sebaik pada keadaan imigrasi.
Teori transisi sangat berguna untuk menjelaskan transisi sehat/sakit seperti proses
penyembuhan, persiapan pulang dari rumah sakit dan pada diagnosa kronik. Tentu saja, studi
yang mengindikasikan teori transisi dapat diaplikasikan pada praktik keperawatan dengan
penyebaran kelompok atau perorangan, termasuk populasi lansia, populasi dengan gangguan
mental, populasi maternal, keluarga sebagai pembari perawatan, wanita dengan menopause,
pasien alzheimer, wanita imigran, dan orang-orang dengan penyakit kronik dan banyak
lainnya. Teori transisi dapat menyediakan petunjuk untuk praktik keperawatan dengan orang-
orang dari berbagai tipe transisi dengan menyediakan perspektif yang menyeluruh dengan
dasar dan tipe transisi, kondisi transisi dan indikator proses dan pencapaian dari bentuk
respon transisi. Juga teori transisi menuntun untuk pengembangan dari terapeutik
keperawatan yang saling berhubuangan dengan pengalaman unik dari pasien dan keluarganya
dalam keadaan transisi, yang mana menunjukkan respon sehat pada keadaan transisi.

2. Pendidikan
Teori transisi digunakan secara luas pada pendidikan sarjana dan masteral di seluruh dunia.
Teori ini bertumbuh secara internasional dan terintegrasi dalam kurikulum keperawatan. Teori
transisi digunakan sebagai framework kurikulum pada beberapa tempat, termasuk universitas
connecticut dan universitas clayton di morrow, georgia dimana teori transisi adalah program
pendidikan mereka yang sudah berlangsung selama 15 tahun ini dan banyak lagi dukungan
dalam pemakaian teori ini.

3. Penelitian
Secara Internasional, beberapa peneliti ada banyak yang menggunakan teori transisi dalam
studi mereka sebagai dasar teori untuk penelitian. Program penelitian meleis adalah secara
alamani berdasarkan pada teori transisi dan banyak peneliti yang menguji secara empiris teori
transisi melalui studi mereka.

2.9 Pengembangan Lanjutan


Teori transisi adalah bagan kerja (framework) yang dapat menjadi perkembangan lebih lanjut,
di uji dan disaring, berdasarkan pada filosofis Meleis pada perkembangan teori yang
terbentuk secara siklis, dinamis dan terus berkembang. Teori transisi berlanjut terus dan di
uji, disaring untuk menjelaskan konsep utama dan hubungan diantara bermacam-mcam
kelompok dari populasi pada berbagai tipe transisi. Karena dukungan empirikal yang cukup
oleh banyaknya studi yang dilakukan maka teori ini ada, studi lanjutan akan bertujuan untuk
melakukan studi intervensi untuk mencoba teori ini melalui intervensi yang berdasarkan pada
teori, selanjutnya teori ini akan memberikan kekuatan untuk menunjang praktik keperawatan.

2.10 Kritik
1. Kejelasan
Definisi konseptual dari teori transisi adalah jelas dan dapat menyediakan pemahaman dari
teori transisi yang kompleks. Hubungan anatraa konsep utama jelas melukiskan diagram
sederhana yang ditampilkan. Variabelnya independen (berdiri sendiri) untuk masing-
maisngnya, yang slenajtunya menghasilkan efek interaktif diantara setiap variabel dan jelas
digambarkan dengan panah-panah.

2. Kesederhanaan
Teori transisi adalah sederhana dan jelas untuk dipahami. Konsep utamanya secara logika
saling berhubungan dan hubungannya tampak nyata pada setiap pernyataan tegasnya.

3. Generalisasi
Teori transisi adalah bagian atau cakupan dari middle-range teori. Middle-range teori
memiliki lebih banyak batasan dan sedikit abstraksi dibandingkan dnegan grand teori, dan
mereka mengalamatkan fenomena yang spesifik atau konsep, dimana me

You might also like