You are on page 1of 22

2.1.

DEFINISI
Meningioma adalah tumor pada meninx, yang merupakan selaput pelindung yang
melindungi otak dan medulla spinalis. Di antara sel-sel meningen itu belum dapat dipastikan
sel mana yang membentuk tumor tetapi terdapat hubungan erat antara tumor ini dengan villi
arachnoid. Tumbuhnva meningioma kebanvakan di temnat ditemukan banyak villi arachnoid.
Meningioma dapat timbul pada tempat manapun di bagian otak maupun medulla spinalis,
tetapi, umumnya terjadi di hemisphere otak di semua lobusnya. Kebanyakan meningioma
bersifat jinak (benign). Meningioma malignant jarang terjadi. 2
2.3. ANATOMI
Meninx adalah suatu selaput jaringan ikat yang membungkus enchepalon dam
medulla spinalis. Terdiri dari duramater, arachnoid dan piamater, yang letaknya berurutan dari
superficial ke profunda. Bersama-sama,araknoid dan piamater disebut leptomening 4
Dura mater terdiri dari jaringan fibrous yang kuat, berwarna putih, terdiri dari lamina
meningialis dan lamina endostealis. Pada medulla spinalis lamina endostealis melekat erat
pada dinding canalis vertebralis, menjadi endosteum(periosteum),sehingga di antara lamina
meningialis dan lamina endostealis terdapat spatium extraduralis(spatium epiduralis) yang
berisi jaringan ikat longgar, lemak dan pleksus venosus. Antara dura mater dan archnoid
terdapat spatium subdurale yang berisi cairan lymphe. Pada enchepalon lamina endostealis
melekat erat pada permukaan interior cranium, terutama pada sutura, basis crania dan tepi
foramen occipital magnum. Lamina meningialis mempunyai permukaan yang licin dan
dilapisi oleh suatu lapisan sel, dan membentuk empat buah septa, yaitu 4;
1. Falx cerebri
2. Tentorium cerebella
3. Falx cerebella
4. Diaphragm sellae

1
Lapisan Meningen

Arachnoid bersama-sama dengan pia mater disebut leptomeninges. Kedua lapisan ini
dihubungkan satu sama lain oleh trabekula arachnoideae.Arachniod adalah suatu selubung
tipis, membentuk spatium subdurale dengan dura mater. Antara archnoid dan pia mater
terdapat spatium subarachnoideum yang berisi liquor cerebrospinalis. Arachnoid yang
membungkus basis serebri berbentuk tebal sedangkan yang membungkus facies superior
cerebri tipis dan transparant. Arachnoid membentuk tonjolan-tonjolan kecil disebut
granulation arachnoidea, masuk kedalam sinus venosus, terutama sinus sagitallis superior 4.
Lapisan disebelah profunda, meluas ke dalam gyrus cerebri dan diantara folia
cerebri.Membentuk tela chorioidea venticuli. Dibentuk oleh serabut-serabut reticularis dan
elastic,ditutupi oleh pembuluh-pembuluh darah cerebral. Pia terdiri dari lapisan sel
mesodermal tipis seperti endothelium. Berlawanan dengan arachnoid, membrane ini ini
menutupi semua permukaan otak dan medulla spinalis 4.
2.5 FAKTOR RESIKO
Selain peningkatan usia, faktor lain yang dinilai konsisten berhubungan dengan risiko
terjadinya meningioma yaitu sinar radiasi pengion; faktor lingkungan berupa gaya hidup dan
genetik telah dipelajari namunnya perannya masih dipertanyakan. Faktor lain yang telah

2
diteliti yaitu penggunaan hormon endogen dan eksogen, penggunaan elepon genggam, dan
variasi genetik atau polimorfisme. Faktor lain yang dinilai berperan adalah keadaan penyakit
yang sudah ada seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan epilepsi; pajanan timbale, pemakaian
pewarna rambut; pajanan gelombang micro atau medan magnt, merokok; trauma kepala; dan
alergi. Sebagian faktor risiko diatas dinilai tidak signifikan atau tidak konsisten bila
dihubungkan dengan risiko yang ditemukan pada pasien meningioma, hal ini dapat
disebabkan jumlah sampel penelitian yang sedikit, waktu follow up yang singkat, dan adanya
perbedaan kriteria dan pajanan.6
Radiasi pengion
Faktor yang dinilai memiliki bukti kuat ilmiah dalam meningkatkan risiko kejadian
meningioma adalah pajanan radiasi pengion. Penelitian mengenai radiasi pengion sebagai
factor risiko dilakukan pada cohort tinea capitis di Israel, korban bom atom yang masih
hidup, dan pasien dengan pajanan radiasi terapeutik atau diagnostik. Bukti terkuat radiasi
pengion dosis tinggi mempengaruhi insidensi meningioma ditemukan pada indiviu yang
mendapatkan pajanan radiasi dosis tinggi dalam pengobatan tumor leher dan kepala,
sedangkan contoh radiasi pengion dosis rendah sebagai faktor risiko meningioma dapat
diketahui dalam penilitian cohort tinea kapitis. 6
Periode laten munculnya meningioma setelah pajanan radiasi pengion bergantung
pada dosis radiasi; sekitar 35,2 tahun untuk dosis rendah, 26,1 tahun untuk dosis menengah,
dan 19,5 tahun untuk radiasi pengion dosis tinggi. Dengan kata lain, usia saat ditemukannya
meningioma pada seseorang semakin rendah bila dosis pajanan radiasi pengion semakin
besar; selain itu dosis radiasi yang semakin tinggi memili kecendrungan akan munculnya
tumor multipel atau sifat meningioma yang atipikal atau malignant.6
Hormon
Melihat dari dominannya insidensi meningioma pada wanita dibanding pria, adanya
ekspresi hormone pada beberapa tumor tertentu, kemungkinan adanya hubungan dengan
kanker payudara dan laporan perubahan ukuran tumor saat kehamilan, siklus menstruarsi, dan
menopause; beberapa peneleti menyatakan adanya hubungan antara hormone sebagai faktor
risiko meningioma.3
Pada sebuah penelitian telah meneliti mengenai hubungan antara pemakaian
kontrasepsi oral dan terapi pengganti hormone pada wanita pre-menopause dan post-
menopause untuk melihat risiko kemungkinan meningioma; secara umum data-data tidak
memperlihatkan bukti yang kuat bahwa kontrasepsi oral sebagai faktor risiko meningioma
namun sebaliknya pemakaian terapi pengganti hormone mengindikasikan kemungkinan
3
hubungan sebagai faktor risiko. Wigertz dan kawan-kawan menemukan bahwa terdapat
peningkatan signifikan risiko meningioma pada wanita post-menopause di Swedia yang
pernah menggunakan terapi pengganti hormone (OR [95% CI] 1.7 [1.02.8]), hasil ini
mengkonfirmasi penemuan Jhawar dan kawan-kawan dalam penelitian Nurse health study.
Perlu diperhatikan bahwa tidak semua penelitian menunjukkan hubungan antara pemakaian
terapi pengganti hormone dengan meningioma.6
Pemakaian telepon genggam
Pertanyaan mengenai penggunaan telepon genggam dapat menyebabkan meningioma
sangat marak di masyarakat namun sampai sekarang bukti yang menunjukkan hal tersebut
masih sedikit. Berbagai penelitian kasus kontrol sudah dilakukan di populasi Amerika
Serikat, Eropa, dan Israel untuk mencari hubungan pemakaian telepon genggam dengan
risiko tumor otak; semua penelitian di atas tidak menunjukkan hubungan yang signifikan.
Namun demikian beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemakaian telepon genggam
jangka panjang (> 10 tahun) menunjukkan peningkatan risiko neuroma akustik, suatu tipe
glioma high grade.

Genetik
Sebagian besar meningioma merupakan tumor sporadik; pasien dengan lesi sporadic
tidak memilii riwayat tumor otak pada keluarganya. Sindrom genetik yang diketahui menjadi
faktor risiko pertumbuhan meningioma hanya sedikit dan jarang. Meningioma dapat
ditemukan pada pasien dengan NF2, sebuah kelainan autosom dominan yang disebabkan oleh
mutasi pada gen NF2 di 22q12; kelainan ini memiliki insidensi 1 per 30.000 40.000 di
Amerika Serikat.3 Namun demikian, terdapat kemungkinan banyak gen disamping NF2 yang
terlibat dalam meningioma familial. Dilaporkan meningioma pada keluarga-keluarga di
Swedia tanpa ditemukan adanya gen NF2, terdapat hubungan signifikan antara diagnosis
meningioma dengan riwayat meningioma pada orang tua ([95% CI] 3.06 [1.844.79]). 3
Penelitian cohort tinea capitis, pasien meningioma yang sebelumnya mendapat radiasi
pengion lebih banyak insidensinya pada pasien yang memliki orang tua dengan riwayat
pajanan radiasi pengion; hal ini menggambarkan kerentanan genetik. Selain itu, sekitar 50%
pasien meningioma sporadic juga memiliki mutasi pada gen NF2 atau mutasi gen lain yang
melibatkan lengan kromosom 22q12.6

2.6. PATOFISIOLOGI

4
Seperti banyak kasus neoplasma lainnya, masih banyak hal yang belum diketahui dari
meningioma. Tumor otak yang tergolong jinak ini secara histopatologis berasal dari sel
pembungkus arakhnoid (arakhnoid cap cells) yang mengalami granulasi dan perubahan
bentuk. Patofisiologi terjadinya meningioma sampai saat ini masih belum jelas. Kaskade
eikosanoid diduga memainkan peranan dalam tumorogenesis dan perkembangan edema
peritumoral. 3
Meningioma juga berhubungan dengan hormon seks dan seperti halnya faktor etiologi
lainnya mekanisme hormon sex hingga memicu meningioma hingga saat ini masih menjadi
perdebatan. Pada sekitar 2/3 kasus meningioma ditemukan reseptor progesterone. Tidak
hanya progesteron, reseptor hormon lain juga ditemukan pada tumor ini termasuk estrogen,
androgen, dopamine, dan reseptor untuk platelet derived growth factor. Beberapa reseptor
hormon sex diekspressikan oleh meningioma. Dengan teknik imunohistokimia yang spesifik
dan teknik biologi molekuler diketahui bahwa estrogen diekspresikan dalam konsentrasi yang
rendah. Reseptor progesteron dapat ditemukan dalam sitosol dari meningioma. Reseptor
somatostatin juga ditemukan konsisten pada meningioma.2
Pada meningioma multiple, reseptor progesteron lebih tinggi dibandingkan pada
meningioma soliter. Reseptor progesteron yang ditemukan pada meningioma sama dengan
yang ditemukan pada karsinoma mammae. Jacobs dkk (10) melaporkan meningioma secara
bermakna tidak berhubungan dengan karsinoma mammae, tapi beberapa penelitian lainnya
melaporkan hubungan karsinoma mammae dengan meningioma.2
Meningioma merupakan tumor otak yang pertumbuhannya lambat dan tidak
menginvasi otak maupun medulla spinalis. Stimulus hormon merupakan faktor yang penting
dalam pertumbuhan meningioma. Pertumbuhan meningioma dapat menjadi cepat selama
periode peningkatan hormon, fase luteal pada siklus menstruasi dan kehamilan.2
Trauma dan virus sebagai kemungkinan penyebab meningioma telah diteliti, tapi
belum didapatkan bukti nyata hubungan trauma dan virus sebagai penyebab meningioma.
Philips et al melaporkan adanya sedikit peningkatan kasus meningioma setelah trauma
kepala.

2.7. KLASIFIKASI
WHO mengembangkan sistem klasifikasi untuk beberapa tumor yang telah diketahui,
termasuk meningioma. Tumor diklasifikasikan melalui tipe sel dan derajat pada hasil biopsi
yang dilihat di bawah mikroskop. Penatalaksanaannya pun berbeda-beda di tiap derajatnya 7.
a. Grade I
5
Meningioma tumbuh dengan lambat . Jika tumor tidak menimbulkan gejala, mungkin
pertumbuhannya sangat baik jika diobservasi dengan MRI secara periodic. Jika tumor
semakin bverkembang, maka pada akhirnya dapat menimbulkan gejala, kemudian
penatalaksanaan bedah dapat direkomendasikan. Kebanyakan meningioma grade I
diterapi dengan tindakan bedah dan observasi yang continue 7.

b. Grade II
Meningioma grade II disebut juga meningioma atypical. Jenis ini tumbuh lebih cepat
dibandingkan dengan grade I dan mempunyai angka kekambuhan yang lebih tinggi juga.
Pembedahan adalah penatalaksanaan awal pada
tipe ini. Meningioma grade II biasanya membutuhkan terapi radiasi setelah pembedahan
7.
c. Grade III
Meningioma berkembang dengan sangat agresif dan disebut meningioma malignant atau
meningioma anaplastik. Meningioma malignant terhitung kurang dari 1 % dari seluruh
kejadian meningioma. Pembedahan adalah penatalaksanaan yang pertama untuk grade III
diikuri dengan terapi radiasi. Jika terjadi rekurensi tumor, dapat dilakukan kemoterapi 7.
Meningioma juga diklasifikasikan ke dalam subtype berdasarkan lokasi dari tumor 3
1. Meningioma falx dan parasagital (25% dari kasus meningioma). Falx adalah selaputyang
terletak antara dua sisi otak yang memisahkan hemisfer kiri dan kanan. Falx cerebri
mengandung pembuluh darah besar. Parasagital meningioma terdapat di sekitar falx
2. Meningioma Convexitas (20%). Tipe meningioma ini terdapat pada permukaan atas otak.
3. Meningioma Sphenoid (20%) Daerah Sphenoidalis berlokasi pada daerah belakang mata.
Banyak terjadi pada wanita.
4. Meningioma Olfactorius (10%). Tipe ini terjadi di sepanjang nervus yang
menghubungkan otak dengan hidung.
5. Meningioma fossa posterior (10%). Tipe ini berkembang di permukaan bawah bagian
belakang otak.
6. Meningioma suprasellar (10%). Terjadi di bagian atas sella tursica, sebuah kotak pada
dasar tengkorak dimana terdapat kelenjar pituitary.
7. Spinal meningioma (kurang dari 10%). Banyak terjadi pada wanita yang berumur antara
40 dan 70 tahun. Akan selalu terjadi pda medulla spinbalis setingkat thorax dan dapat
menekan spinal cord. Meningioma spinalis dapat menyebabkan gejala seperti nyeri
radikuler di sekeliling dinding dada, gangguan kencing, dan nyeri tungkai.
6
8. Meningioma Intraorbital (kurang dari 10%). Tipe ini berkembang pdaa atau di sekitar
mata cavum orbita.
9. Meningioma Intraventrikular (2%). Terjadi pada ruangan yang berisi cairan di seluruh
bagian otak.

Lokasi Umum Meningioma


2.8 DIAGNOSIS
Gejala Klinis
Gejala meningioma dapat bersifat umum (disebabkan oleh tekanan tumor pada otak
dan medulla spinalis) atau bisa bersifat khusus (disebabkan oleh terganggunya fungsi normal
dari bagian khusus dari otak). Secara umum, meningioma tidak bisa didiagnosa pada gejala
awal 3.
Gejala umumnya seperti 3;
- Sakit kepala, dapat berat atau bertambah buruk saat beraktifitas atau pada pagi hari.
- Perubahan mental
- Kejang
- Mual muntah
- Perubahan visus, misalnya pandangan kabur.
Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi 3:
1. Lobus frontal

7
Menimbulkan gejala perubahan kepribadian
Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra lateral, kejang
fokal
Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster kennedy
Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia
2. Lobus parietal
Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi homonym
Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada girus
angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmanns
3. Lobus temporal
Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang didahului dengan
aura atau halusinasi
Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan hemiparese
Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala
choreoathetosis, parkinsonism.
4. Lobus oksipital
Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan penglihatan
Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang menjadi
hemianopsia, objeckagnosia
5. Tumor di ventrikel ke III
Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan obstruksi
dari cairan serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan intrakranial mendadak, pasen
tiba-tiba nyeri kepala, penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran
6. Tumor di cerebello pontin angie
Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa gangguan
fungsi pendengaran
Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah pontin angel
7. Tumor Hipotalamus
Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan perkembangan seksuil
pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan
8. Tumor di cerebelum
8
Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat erjadi disertai
dengan papil udem
Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari otot-otot
servikal
9. Tumor fosa posterior

Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan nystacmus,
biasanya merupakan gejala awal dari medulloblastoma .

Pemeriksaan Radiologi3
1. Foto polos.
Hiperostosis adalah salahsatu gambaran mayor dari meningioma pada foto polos.
Dinidikasikan untuk tumor pada meninx. Tampak erosi tulang dan dekstruksi sinus
sphenoidales, kalsifikasi dan lesi litik pada tulang tengkorak. Pembesaran pembuluh
darah meninx menggambarkan dilatasi arteri meninx yang mensuplai darah ke
tumor. Kalsifikasi terdapat pada 20-25% kasus dapat bersifat fokal maupun difus.

2. CT-Scan.
CT-scan kontras dan CT-scan tanpa kontras memperlihatkan paling banyak
meningioma. Tanpa kontras gambaran meninioma 75% hiperdens dan14,4%
isodens. Gambaran spesifik dari meninioma berupa enchancement dari tumor
dengan pemberian kontras. Meninioma tampak sebagai masa yang homogen dengan
densitas tinggi, tepi bulat dan tegas. Dapat terlihat juga adanya hiperostosis
kranialis, destruksi tulang, udem otak yang terjadi sekitar tumor, dan adanya dilatasi
ventrikel.
3. MRI
MRI merupakan pencitraan yang sangat baik digunakan untuk mengevaluasi
meningioma. MRI memperlihatkan lesi berupa massa, dengan gejala tergantung
pada lokasi tumor berada.
4. Angiografi
Umumnya meningioma merupakan tumor vascular. Dan dapat menimbulkan
gambaran spoke wheel appearance. Selanjutnya arteri dan kapiler memperlihatkan
gambaran vascular yang homogen dan prominen yang disebut dengan mother and
law phenomenon .

9
2.9. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan meningioma terganting darilokasi dan ukuran tumor itu sendiri.
Terapi meningioma masih menempatkan reseksi operatif sebagai pilihan pertama. Beberapa
faktor yang mempengaruhi operasi removal massa tumor ini antara lain lokasi tumor, ukuran
dan konsistensi, vaskularisasi dan pengaruh terhadap sel saraf, dan pada kasus rekurensi,
riwayat operasi sebelumnya dan atau radioterapi. Lebih jauh lagi, rencana operasi dan
tujuannya berubah berdasarkan faktor resiko, pola, dan rekurensi tumor. Tindakan operasi
tidak hanya mengangkat seluruh tumor tetapi juga termasuk dura, jaringan lunak, dan tulang
untuk menurunkan kejadian rekurensi. 2,3
Rencana preoperative.
Pada pasien dengan meningioma supratentorial, pemberian antikonvulsan dapat
segera diberikan, deksametason diberikan dan dilindungi pemberian H2 antagonis beberapa
hari sebelum operasi dilaksanakan. Pemberian antibiotik perioperatif digunakan sebagai
profilaksis pada semua pasien untuk organisme stafilokokkus, dan pemberian cephalosporin
generasi III yang memiliki aktifitas terhadap organisem pseudomonas, serta pemberian
metronidazol (untuk organisme anaerob) ditambahkan apabila operasi direncanakan dengan
pendekatan melalui mulut, sinus paranasal, telinga, atau mastoid.3.
Klasifikasi Simptom dari ukuran reseksi pada meningioma intracranial 3.
- Grade I Reseksi total tumor, perlekatan dural dan tulang abnormal
- Grade II Reseksi total tumor, koagulasi dari perlekatan dura
- Grade III Reseksi total tumor, tanpa reseksi atau koagulasi dari perlekatan dura, atau
mungkin perluasan ekstradural ( misalnya sinus yang terserang atau tulang yang
hiperostotik)
- Grade IV Reseksi parsial tumor
- Grade V Dekompresi sederhana (biopsy)
2.10. PROGNOSIS
Pada umumnya prognosa meningioma adalah baik, karena pengangkatan tumor yang
sempurna akan memberikan penyembuhan yang permanen. Pada orang dewasa snrvivalnya
relatif lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak, dilaporkan survival rate lima tahun adalah
75%. Pada anak-anak lebih agresif, perubahan menjadi keganasan lebih besar dan tumor
dapat menjadi sangat besar. Pada penyelidikan pengarang-pengarang barat lebih dari 10%
meningioma akan mengalami keganasan dan kekambuhannya tinggi. 2,3
Sejak 18 tahun meningioma dipandang sebagai tumor jinak, dan bila letaknya mudah
dapat diangkat seluruhnya. Degenerasi keganasan tampak bila ada2:
10
- invasi dan kerusakan tulang
- tumor tidak berkapsul pada saat operasi
- invasi pada jaringan otak.
Angka kematian (mortalitas) meningioma sebelum operasi jarang dilaporkan, dengan
kemajuan teknik dan pengalaman operasi para ahli bedah maka angka kematian post operasi
makin kecil. Diperkirakan angka kematian post operasi selama lima tahun (19421946)
adalah 7,9% dan (19571966) adalah8,5%. Sebab-sebab kematian menurut laporan-laporan
yang terdahulu yaitu perdarahan dan edema otak. 2

GEJALA(5)
Gejala tergantung pada bagian mana dari otak dikompresi dan juga pada lokasi tumor. tumor di garis tengah pada orang tua dapat menyebabkan

demensia dengan beberapa penemuan neurologis fokus lain.


(5)

Lokasi Gejala
Dasar tengkorak Kehilangan penglihatan

Kelumpuhan Oculomotor

Exophthalmos

Convex Otak Kejang fokal

Defisit kognitif

tanda-tanda peningkatan tekanan


intrakranial

Clivus dan apical petrous bone Gangguan gaya berjalan

ataksia tungkai

Defisit referable ke-5, 7, dan ke-8 saraf


kranial

Foramen magnum Nyeri Suboccipital ipsilateral

Paresis yang dimulai di lengan ipsilateral


dan berlanjut ke kaki ipsilateral, lalu ke
kontralateral kaki dan lengan

Kadang-kadang tanda Lhermitte

11
Defisit saraf kranial (misalnya, disfagia,
dysarthria, nystagmus, diplopia, wajah
hypoesthesia)

Serabut olfactorius Anosmia

Kadang-kadang papilledema dan


kehilangan penglihatan

Parasagittal atau falx Paresis spastik atau kerusakan sensoris ,


biasanya dimulai di kaki kontralateral, tapi
kadang-kadang bilateral

Defisit kognitif

Tentorial fosa posterior tumor Hydrocephalus


yang meluas ke superior atau
inferior
Sphenoid wing:
Medial (tumbuh ke dalam sinus Kelumpuhan Oculomotor
cavernosus) paresis wajah

Tengah (tumbuh anterior ke Kehilangan penglihatan


orbit) Exophthalmus

Lateral (sebagai massa bulat Kejang


atau meningioma en plak *) sakit kepala

Tuberculum sellae Kekurangan penglihatan

Perubahan tulang kadang-kadang terlihat


dengan pencitraan

MANIFESTASI KLINIK

12
Meningioma tumbuhnya perlahan-lahan dan tanpa memberikan gejala-gejala dalam
waktu yang lama, bahkan sampai bertahun-tahun. Ini khas untuk meningioma tetapi
tidak pathognomonis. Diperkirakan meningioma intrakranial yang merupakan 1,44%
dari seluruh otopsi sebagian besar tidak menunjukkan gejala-gejala dan didapatkan
secara kebetulan. Dari permulaan sampai timbulnya gejala-gejala rata-rata 26
bulan, dilaporkan juga gejala-gejala yang lama timbulnya yaitu antara 20 30
tahun. Walaupun demikian gejala-gejala yang cepat tidak menyingkir kan adanya
meningoma.1

Gejala-gejala umum, seperti juga pada tumor intracranial yang lain misalnya sakit
kepala, muntah-muntah, perubahan mental atau gejala-gejala fokal seperti kejang-
kejang, kelumpuhan, atau hemiplegia. Gejala umum ini sering sudah ada sejak lama
bahkan ada yang bertahun-tahun sebelum penderita mendapat perawatan dan
sebelum diagnosa ditegakkan.1

Gejala-gejala yang paling sering didapatkan adalah sakit kepala. Gejala klinis lain
yang paling sering adalah berturut-turut sebagai berikut :

kejang-kejang (48%)
gangguan visus ( 29%)
gangguan mental ( 13%)
gangguan fokal ( 10%)

Tetapi timbulnya tanda-tanda dan gejala-gejala ini tergantung pada letak tumor dan
tingginya tekanan intrakranial. Tanda-tanda fokal sangat tergantung dari letak tumor,
gejala-gejala bermacam-macam sesuai dengan fungsi jaringan otak yang ditekan
atau dirusak, dapat perlahan-lahan atau cepat. Menurut LEAVEN gangguan fungsi
otak ini penting untuk diagnosa dini. Gejala-gejala ini timbul akibat hemodynamic
steal dalam satu hemisfer otak, antara hemisfer atau dari otak kedalam tumor. 1

Sakit Kepala

Merupakan gejala yang paling sering, sakit kepala ini tidak khas, dapat umum atau
terlokalisir ada daerah yang berlainan. Hal ini sudah lazim walaupun tidak dikaitkan
dengan meningkatnya tekanan intracranial. Meningioma Intra Ventrikuler seringkali

13
mengalami sakit kepala dan peningkatan tekanan intrakranial, karena meningioma di
tempat tersebut dapat bergerak dan dapat mengadakan penyumbatan pada aliran
cairan serebrospinalis. Sakit kepala tersebut bersifat unilateral dan gejala-gejala ini
mungkin hilang timbul. Selain sakit kepala juga disertai mual dan muntah-muntah. 1

Kejang

Didapati 48% dari kasus meningioma mengalami kejang-kejang terutama pada


meningioma parasagittal dan lobus temporalis, Adanya kejang-kejang ini akan
memperkuat diagnosa.1

Gangguan Mata

Gangguan mata yang terjadi pada meningioma dapat berupa :


penurunan visus

papil oedema

nystagmus

gangguan yojana penglihatan

gangguan gerakan bola mata

exophthalmus.1

Hemiparese

Lebih sering didapatkan pada meningioma dibandingkan dengan tumor-tumor


intrakranial yang lain. 10% dari kasus meningiomadidapati kelumpuhan fokal, Crose
dkk mendapatkan tiga dari 13 kasusnya dengan hemi parese disertai gangguan
sensoris dari N V.1

Gangguan mental

Sering juga didapatkan gangguan mental, tentunya berhubungan pula dengan


lokalisasi dari tumor.Dilaporkan 13% dari kasus-kasus RAAF (29) dengan gangguan
mental. Gejala mental seperti: dullness, confusion stupor merupakan gejala-gejala
yang paling sering.1

14
Disamping gejala-gejala tersebut di atas juga sering didapatkan gangguan saraf otak
(nervus cranialis) terutama yang paling sering dari kasus-kasus Crouse yaitu N II, V,
VI, IXdan X. Gejala yang menarik adalah adanya Intermittent cerebral symptoms.
Pada 219 penderita dengan meningioma supra tentorial didapatkan ganggnan fungsi
serebral yang mendadak intermitten dan sementara dapat beberapa menit atau lebih
dari sehari. Gejala-gejala dapat berupa afasia, kelumpuhan dari muka dan lidah,
hemi plegia, vertigo, buta, ataxia, hallusinasi (olfaktoris) dan kejang-kejang.
Setengah dari kasus-kasus ini gangguan fungsi serebral berulang-ulang, karena
terjadi pada usia lanjut maka seringkali diagnosa membingungkan dengan suatu
infark otak atau insuffuiensia serebrovaskuler, migrain, dan multiple sclerosis. Pada
umumnya C.V.A. dapat dibedakan dengan tumor intrakranial dengan adanya gejala-
gejala yang mendadak dan perlahan-lahan diikuti dengan kemajuan dari gejala-
gejala neurologis. Bermacam-macam gejala eurologis yang paling sering
menimbulkan kesalahan diagnose.1

Pemeriksaan

Laboratorium(4)

Tidak ada tes laboratorium khusus digunakan untuk screening untuk meningioma.

Pencitraan(4)

15

Studi imaging merupakan suatu yang dapat diandalkan dalam membuat
suatu diagnosis meningioma

Foto polos rontgen tengkorak dapat mengetahui vaskular hyperostosis dan


kalsifikasi intrakranial. (4)

Pada CT scan kepala polos, biasanya meningioma berbasis dural tumor yang
isoattenuating untuk sedikit hyperattenuating. (4)
o
Meningioma meningkatkan homogenitas dan terus berlanjut setelah
suntikan bahan kontras yang teriodinasi.
o
Edema perilesi mungkin luas. Hyperostosis dan intratumoral
kalsifikasi mungkin juga ada.
o
Multiple meningioma mungkin sulit dibedakan dari metastasis.

16

Pada T1-dan T2-weighted MRI, tumor memiliki intensitas sinyal variabel.
(4)
Jika dicurigai meningioma, MRI merupakan suatu keharusan.
o
Meningioma meng-enhance homogenitas dan terus berlanjut setelah
suntikan gadolinium gadopentetate.
o
Edema mungkin lebih jelas di MRI daripada CT scan.
o
Sebuah enhancement yang melibatkan ekor dura dapat terlihat pada
MRI.
o
Cystic meningioma mungkin menunjukkan intratumoral atau
peritumoral kista. Peritumoral kista yang mungkin benar-benar
mewakili respons gliotik dan mungkin tidak memerlukan pembedahan
radikal.

Endovascular angiography memungkinkan ahli bedah untuk menentukan


vaskularisasi tumor sebelum operasi dan gangguan pada struktur vaskular
vital. (4)
o
Gambar vena akhir penting untuk menentukan terlibat dari sinus dural.
(4)

(4)
o
Angiographic fitur meningioma meliputi:
Pasokan dari sirkulasi eksternal
mother-in-law blush
Sunburst atau penampilan radial feed arteri
o
Meskipun magnetic resonance arteriography (MRA) dan resonansi
magnetik venography (MRV) telah menurunkan peran angiografi klasik,
yang terakhir tetap menjadi alat yang ampuh untuk perencanaan
operasi. (4)

17
o
Angiography masih sangat diperlukan jika embolisasi dari tumor
dipandang perlu. (4)

Alat penelitian baru seperti tomografi emisi positron (PET), termasuk
octreotide-PET, atau magnetic resonance spectroscopy (MRS) telah
digunakan untuk memprediksi agresivitas meningioma in vivo. (4)

DIAGNOSIS

Dari hasil pemeriksaan fisik dan gejala tersebut karena termasuk tanda-tanda
peningkatan tekanan intrakranial, keterlibatan saraf kranial, yang mendasari
kompresi parenkim, dan keterlibatan tulang dan jaringan subkutan karena
meningioma.(4)

Peningkatan tekanan intrakranial menyebabkan papilledema, penurunan


mentation dan, akhirnya, herniasi otak. (4)
Keterlibatan saraf kranial dapat mengakibatkan anosmia, bidang visual cacat,
optik atrofi, diplopia, penurunan sensasi wajah, paresis wajah, penurunan
pendengaran, penyimpangan dari anak lidah, dan lidah hemiatrophy. (4)
Kompres parenkim dapat menimbulkan tanda-tanda piramidal yang
dicontohkan oleh pronator melayang, hyperreflexia, tanda Hoffman positif,
dan kehadiran tanda Babinski. Sindrom lobus parietalis dapat terjadi jika
lobus parietalis dikompresi.(4)
o Kompresi yang dominan (biasanya kiri) lobus parietalis dapat
menimbulkan sindrom Gerstmann: agraphia, acalculia, kanan-kiri
disorientasi, dan jari agnosia.(4)
o Kompresi dari nondominant (biasanya kanan) lobus parietalis
menyebabkan taktil dan kehilangan penglihatan. (4)
o Kompresi dari lobus oksipital mengarah ke homonymous hemianopsia
kongruen.(4)
Meningioma tulang belakang dapat menimbulkan suatu sindrom Brown-
Sequard (yaitu, penurunan sensasi nyeri kontralateral, kelemahan ipsilateral,
penurunan fungsi proprioseptif), kelemahan sphincter dan, akhirnya,
quadriparesis lengkap atau paraparesis.(4)

18
Diagnosis dibuat oleh suatu kontras CT dan / atau MRI (Magnetic Resonance
Imaging) scan. Sementara MRI dalam beberapa hal lebih unggul, CT dapat
membantu dalam menentukan apakah tumor menyerang tulang, atau jika itu menjadi
keras seperti tulang.(4)

TATALAKSANA
Penggunaan kortikosteroid pada preoperatif dan pascaoperasi telah secara
signifikan mengurangi tingkat mortalitas dan morbiditas yang terkait dengan bedah
reseksi. Meskipun sebagian besar meningioma tumbuh lambat dan memiliki tingkat
mitosis yang rendah, manfaat klinis telah dilaporkan dalam banyak kasus seri
dengan tumor baik regresi atau statis setelah radioterapi, namun hasil ini belum
dikonfirmasi di uji acak. (1)

Pada pasien dengan meningioma supratentorial, pemberian antikonvulsan dapat


segera diberikan, deksametason diberikan dan dilindungi pemberian H2 antagonis
beberapa hari sebelum operasi dilaksanakan.4

Pemberian antibiotik perioperatif digunakan sebagai profilaksis pada semua pasien


untuk organisme stafilokokkus, dan pemberian cephalosporin generasi III yang
memiliki aktifitas terhadap organisem pseudomonas, serta pemberian metronidazol
(untuk organisme anaerob) ditambahkan apabila operasi direncanakan dengan
pendekatan melalui mulut, sinus paranasal, telinga, atau mastoid. 4

Medikamentosa

Tujuan farmakoterapi adalah untuk mengurangi dan mencegah komplikasi


morbiditas.

Kortikosteroid

Jika tekanan intrakranial menigkat, sangat penting bagi kita untuk menguranginya
sebelum pengobatan yang lain untuk tumor itu sendiri. Agen ini mengurangi edema
sekitar tumor, sering menyebabkan gejala dan objektif gejala peningkatan tekanan
intrakranial. Jika peningkatan tekanan karena pembentukan LCS, saluran (shunt)
1
mungkin harus dipasang untuk mengeluarkan cairannya.

19
Deksametason (decadron, Dexasone)

mekanisme aksi dari kortikosteroid pada tumor otak termasuk penurunan


permeabilitas pembuluh darah, efek sitotoksik pada tumor, penghambatan
4
pembentukan tumor, dan penurunan produksi CSF.

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus ini, pasien seorang wanita, berumur 27 tahun, datang dengan keluhan
utama timbul benjolan di kepala bagian belakang sejak kurang lebih tiga tahun yang lalu,
ditambaha keluhan lain berupa penurunan ketajaman penglihatan, dan kejang. Pasien
kemudian didiagnosis dengan diganosa meningioma berdasarkan gjala klinis disertai defisit
neurologis yang sesuai yaitu adanya benjolan di kepala, nyeri kepala hebat, kejang,
penurunan penglihatan, rasa kebal di wajah, dan penurunan daya ingat. Faktor resiko yang
didapat berupa penggunaan kontrasepsi hormonal dalam waktu lama. Hasil pemeriksaan
penunjang berupa CT Scan yang menunjukkan adanya massa hyperdens pada regio Occipital
berukuran 55x45x70mm.
Penyebab nyeri kepala dan kejang pada kasus ini diduga karena adanya peningkatan
tekanan intrakranial yang disebabkan oleh efek massa tumor, dan karena invasi/kompresi
bangunan peka nyeri seperti : duramater, pembuluh darah, periosteum. Nyeri pada pasien ini
terutama dirasakan pada pagi hari. Hal ini terjadi karena peninggian pCO 2 selama tidur
karena depresi pernapasan, sehingga terjadi vasodilatasi, peninggian volume darah
intrakranial serta pembengkakan otak yang berakibat perburukan pada traksi atau pergeseran
pembuluh darah
Lobus oksipitalis terdiri dari area 17, 18, dan 19 Broadmann, merupakan akhir jalur
genaikulokalkarina dan adalah penting untuk sensasi dan persepsi visual. Lesi destruktif pada
satu lobus oksipitalis mengakibatkan hemianopia homonym kontralateral, misalnya
kehilangan penglihatan pada sebagian atau semua lapang pandang homonym. Hal ini dapat
menyebabkan pasien mengeluh perubahan bentuk dan kontor objek yang dirasa secara visual
(metamorfosia), seperti pergantian citra secara khayal dari satu sisi lapangan penglihatan ke
lapangan penglihatan lainnya (allestesia visual) atau citra visual yang abnormal dan menetap
setelah objek tersebut dipindahkan (palinopsia). Ilusi visual dan halusinasi dasar mungkin

20
juga terjadi. Lesi bilateral menyebabkan kebutaan kortikal, suatu keadaan kebutaan tanpa
perubahan pada fundus optikus atau refleks pupil. Defisit neurologis lainnya dapat terjadi
karena adanya destruksi ataupun kompresi langsung.
Terapi yang dipilih adalah operasi, sesuai dengan algoritma penatalaksanaan
meningioma dimana pada pasien ini merupakan primary tumor yang symptomatic. Terapi
meningioma masih menempatkan reseksi operatif sebagai pilihan pertama. Beberapa faktor
yang mempengaruhi operasi removal massa tumor ini antara lain lokasi tumor, ukuran dan
konsistensi, vaskularisasi dan pengaruh terhadap sel saraf, dan pada kasus rekurensi, riwayat
operasi sebelumnya dan atau radioterapi. Lebih jauh lagi, rencana operasi dan tujuannya
berubah berdasarkan faktor resiko, pola, dan rekurensi tumor. Tindakan operasi tidak hanya
mengangkat seluruh tumor tetapi juga termasuk dura, jaringan lunak, dan tulang untuk
menurunkan kejadian rekurensi.
Setelah operasi pada pasien ini diberikan terapi kortikosteroid. Mekanisme aksi
kortikosteroid pada tumor otak termasuk penurunan permeabilitas pembuluh darah, efek
sitotoksik pada tumor, penghambatan pembentukan tumor, dan penurunan produksi CSF.
Sehingga pada kasus ini pemberian kortikosteroid diharapkan dapat mengurangi gejala dan
mencegah terjadinya edema.
Pada umumnya prognosa meningioma baik, karena pengangkatan tumor yang
sempurna akan memberikan peyembuhan yang permanen. Pada orang dewasa relatif lebih
tinggi dibandingkan pada anak-anak, dilaporkan survival rate lima tahun adalah 75%. Pada
kasus ini prognosis terjadinya kekambuhan diperkirakan sebesar 29% karena tumor tidak
dapat teraqngkat seluruhnya. Oleh karena itu pada pasien ini direncanakan akan dilakukan
radioterapi. Dalam kasus meningioma Grade II danIII, standar saat ini melibatkan pengobatan
radiasi pascaoperasi terlepas dari tingkat reseksi bedah. Hal ini disebabkan tingkat
kekambuhan yang lebih tinggi. Diharapkan dengan radiasi dan pemberian modulasi hormon,
tumor yang tersisa tidak bertambah besar, tidak bertambah banyak, dan tidak berulang.Pasien
juga harus diberitahu untuk tidak menggunakan kontrasepsi hormonal.
Pasien diperbolehkan pulang 1 minggu setelah operasi dengan keadaan umum baik.
Prognosis ad vitam pada pasien ini bonam. Ad fungsionam dubia ad malam, sangat susah
untuk mengembalikan fungsi penglihatan, tanpa melihat ukuran tumor dan pendekatan
pembedahan. Pada pasien ini terdapat defek visual pada kedua mata, dengan defek lebih berat
pada mata kanan., sehingga kemungkinan kembalinya fungsi penglihatan sangat sulit.
Prognosis ad sanationam dubia karena pada pasien ini terdapat sisa tumor pada sinus, yang
tidak mungkin direseksi total.
21
22

You might also like