You are on page 1of 10

BAB III

TERAPI ELEKTROLIT

Gangguan kesimbangan elektrolit yang akan dibicarakan hanyalah

beberapa saja yaitu: yang sering dijumpai di klinik sehari-hari. Keadaan-keadaan

tersebut adalah

A. Hiponatremia dan hipernatremia

Natrium adalah ion yang dominan berada di petak cairan ekstrasel, dengan

kadar normal dalam plasma berkisar antara 135-145 mEq/L.1,2,8

Hiponatremia

Keadaan hiponatremia, apabila kadar natrium dalam plasma di bawah

130 mEq/L dan baru memberikan gejala apabila kadar natrium plasma kurang

dari 118 mEq/L. 1,2,8

Keadaan hiponatremia berat yang disertai gejala-gejala, merupakan

keadaan gawat darurat yang harus segera dikoreksi. Apabila dibiarkan, tidak

dikoreksi secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan edema otak, selanjutnya

akan menimbulkan kerusakan otak yang bersifat ireversibel. 1,2,8

Dilihat dari perbandingan terhadap volume plasma, hiponatremia

dibagi menjadi 3 bentuk yaitu:

a. Hiponatremia hipervolemik (edematous)

b. Hiponatremia normovolemik

c. Hiponatremia hipovolemik

21
Etiologi hiponatremia:

a. Faktor renal:

- Pemakaian diuretik berlebihan

- Salt losing nephritis

- Renal tubular acidosis

b. Faktor ekstra renal:

- Muntah/diare berkepanjangan

- Berkeringat berlebihan

- Pankreatitis akut

- SIADH

- Minum/infus cairan berlebihan

Gejala dan tanda hiponatremia bervariasi tergantung pada derajatn

hiponatreminya.

Tabel 3.1 Derajat Hiponatremia, Tanda dan Gejala1

Terapi pada hiponatremia ringan, cukup dengan memberikan garam

atau cairan infus NaCl fisiologis. Sedangkan pada hiponatremia sedang

22
sampai berat, perlu diberikan NaCl hipertonik. Apabila disertai keadaan

hipovolemik, perlu diberikan diuretik, pembatasan pemberian air dan garam,

serta terapi terhadap penyakit dasarnya. 1,2

Dosis NaCl yang harus diberikan, dapat dihitung dari rumus berikut:1,2

NaCl = 0,6 x (N-n) x BB

Keterangan:

- N = kadar Na yang diinginkan

- n = kadar Na sekarang

- BB = berat badan dalam kg

Dipasaran tersedia beberapa bentuk sediaan NaCl yaitu: 1

- NaCl 0,45% dengan kandungan Na = 77 mEq/L

- NaCl 0,9% dengan kandungan Na = 154 mEq/L

- NaCl 3% dengan kandungan Na = 513 mEq/L

Hipernatremia

Hipernatremia adalah suatu keadaan yang jarang terjadi, mungkin

karena ginjal sangat efisien dalam mengekskresikan Na. Disebut

hipernatremia bila kadar natrium plasma lebih dari 150 mEq/L. 1,2,8

Banyak kelainan yang bisa mengakibatkan hipernatremia anatara lain:1,2

a. Diabetes insipidus,

23
b. Pemberian nutrisi parenteral atau obat-obatan yang tinggi natrium pada

pasien dengan fungsi ginjal yang jelek,

c. Penyakit aldosteronism primer,

d. Dan lain-lain.

Terapi:2

Mengobati penyebab yang mendasari dan dapat dipandu dengan membagi

jenis hipernatremia.

a. Hipernatremia hipovolemik: terapi awal dengan cairan isotonik,

dilanjutkan dengan cairan kristaloid hipotonik, seperti normal saline

0,45%.

b. Hipernatremia normovolemik: penggantian defisit air bebas.

Rumus:

Free water deficit = TBW x (1 (N / n)

Keterangan:

- TBW = total body water

- N = kadar Na yang diinginkan

- n = kadar Na sekarang

c. Hipernatremia hipervolemik: penghapusan kelebihan natrium (misalnya,

thiazide atau diuretik loop) saat mengganti air. Infus intravena harus

hipotonik dibandingkan dengan urin.

B. Hipokalemia dan hiperkalemia

24
Kalium adalah ion dominan berada dalam sel, nilai normal di dalam

plasma berkisar antara 3,5-4,5 mEq/L.1,2,8

Hipokalemia

Disebut hipokalemia bila kadar kalium dalam plasma kurang dari 3,5

mEq/L. Hipokalemia merupakan salah satu gangguan kesimbangan elektrolit

yang harus segera mendapat perhatian serius, karena keadaan ini bisa

mengakibatkan aritmia jantung yang gawat.1,2,8,11

Penyebab hipokalemia antara lain: 1,2

a. Masukan K yang kurang dari makanan

b. Masukan K dari plasma ke dalam sel, misalnya pada ketoasidosis diabetik

dan alkalosis metabolik

c. Kehilangan K lewat saluran cerna, misalnya pada diare dan ileus

d. Kehilangan K lewat urine, misalnya pada pemakaian diuretik yang lama

e. Hiperaldosteronisme primer

Gejala-gejala hipokalemia: 1,2,8

a. Perasaan lemah

b. Otot-otot lemas

c. Gangguan irama jantung, yang pada EKG bisa timbul gel. U

d. Bila berat dan lama, dapat mengakibatkan henti jantung

Terapi: 1,2

25
a. Dalam keadaan gawat darurat

Dilakukan koreksi secara parenteral tetes kontinyu, tidak boleh

memberikan preparat K langsung intravenous karena bisa mengakibatkan

henti jantung. Preparat yang diberikan bisa dalam bentuk K-Bikarbonat

atau KCl. Selama pemberian, kadar plasma harus dipantau setiap jam.

Formula yang digunakan untuk koreksi:

Defisit K = 0,4 x (K k) x BB

Keterangan:

- K = kadar K normal

- k = kadar K hasil pemeriksaan

- BB = berat badan dalam kg

b. Koreksi bertahap

Koreksi secara oral dengan memberikan masukan makanan yang kaya

dengan kalium, seperti misalnya buah-buahan, ikan, sayur-sayuran, kaldu.

Hiperkalemia

Disebut hiperkalemia bila kadar K dalam plasma lebih dari 5 mEq/L.

Keadaan ini merupakan keadaan gawat darurat.1,2,8

Etiologi hiperkalemia: 1,2

a. Masukan K yang berlebihan, misalnya melalui makanan atau obat-obatan

b. Hemolisis intravaskular

26
c. Distribusi K yang abnormal, misalnya pada asidosis metabolik dan

pemakaian obat beta bloker

d. Gangguan ekskresi, misalnya gagal ginjal

e. Gangguan sekresi tubulus akibat pemakaian obat-obatan, misalnya

spironolakton, triamterene, amiloride, dan digitalis

Gejala klinis: 1,2,8

Gejala yang paling menonjol akibat hiperkalemia adalah gangguan

irama jantung. Peningkatan kadar kalium dalam plasma akan memperlihatkan

gambaran EKG yang spesifik sesuai dengan derajat peningkatannya.

Tabel 3.2 Hubungan Kadar Kalium dengan EKG1

Terapi: 11

Konsep dasar dalam koreksi ini adalah memasukkan kalium ke dalam

sel atau mengeluarkannya dari tubuh melalui organ ekskresi dan dialisis.

Terapi hiperkalemia tergantung pada kadarnya dalam darah dan kemampuan

ekskresi ginjal.

Bila kadar K plasma kurang dari 6,5 mEq/L, diberikan:

a. Diuretik, untuk mengekskresikan K lewat ginjal

27
b. Natrium bikarbonat, untuk memasukkan K ke dalam sel

c. Calcium glukonas, meningkatkan ambang potensial miokard

d. Glukonas-insulin, memasukkan K ke dalam sel

e. Kayekselate (K exchange), menarik K ke saluran cerna

Semua tindakan tersebut di atas dapat dilaksanakan secara bersamaan.

Apabila dalam 6 jam belum tampak perbaikan, dilakukan hemodialisis.

Sementara menunggu persiapan, terapi farmakologis diatas dapat

dilaksanakan. Bila fungsi ginjal jelek, tindakan hemodialisis perlu

dipertimbangkan lebih dini. Apabila kalium diatas 6,5 mEq/L, segera

dilakukan hemodialisis. 1

C. Hipokalsemia dan Hiperkalsemia

Kadar normal kalsium di dalam plasma berkisar antara 8,5-10,5

mg/dL.2,8

Hipokalsemia

Kalsium serum total terikat dalam protein plasma dan 90% diantaranya terikat

dalam albumin, sehingga dapat dimengerti bahwa keadaan hipokalsemia juga

terjadi pada paseien yang menderita hipoalbuminemia. 1

Etiologi hipokalsemia: 1,2

1. Hipoparatiroidism, kongenital, idiopatik atau surgikal

2. Defisiensi vitamin D

3. Defisiensi 125 (OH) 2.D3, pada gagal ginjal kronik

4. Hiperposfatemia

28
Gambaran klinis: 1,2,8

Gambaran klinik hipokalsemia terjadi akibat meningkatnya iritabilitas

neuro muskuler. Gejalanya antara lain, tetani dengan spasme karpopedal,

adanya tanda Chovsteks, kulit kering, gelisah, gangguan irama jantung. Pada

EKG tampak perpanjangan interval Q-T.

Terapi:

Hipokalsemia adalah suatu keadaan gawat darurat, karena dapat

mengakibatkan kejang umum dan henti jantung. Dalam keadaan tersebut dapat

diberikan 20-30 mL preparat kalsium glukonas 10% atau CaCl 10%. Terapi ini

dapat diulang 30 sampai 60 menit kemudian, sampai kadarnya dalam plasma

optimal. Pada hipokalsemia kronik, dapat dilanjutkan dengan terapi peroral. 1,2

Hiperkalsemia

Disebut hiperkalsemia bila kadar Ca dalam plasma lebih dari 10,5

mg/dL. Biasanya disebabkan oleh produksi tumor yang memproduksi hormon

paratiroid.2,8

Manifestasi klinis hiperkalsemia ringan sering tanpa gejala. Gejala

biasanya terjadi jika kalsium plasma > 12mg/dL. Gejalanya seperti sembelit,

poliuria, mual dan muntah, kelemahan otot, ataksia, dan kebingungan. EKG

menunjukkan interval QT memendek.2,8

Terapi:

29
Hiperkalsemia harus dianggap sebagai darurat medis, dan operasi elektif

sebaiknya tidak dilakukan sampai kadar kalsium serum diperbaiki.

Pengukuran serial kalium dan magnesium juga harus dilakukan sementara

kalsium sedang dikoreksi. 2

- Saline (250-500 mL/jam) dengan furosemide (20-40 mg setiap 2 jam)

adalah pengobatan pilihan.

- Bifosfonat (pamidronat) atau kalsitonin adalah andalan pengobatan

hiperkalsemia karena keganasan.

30

You might also like