You are on page 1of 53

BAB I

TEKNIK RESERVOIR

Teknik reservoir merupakan cabang ilmu utama dari ilmu teknik


perminyakan yang memberikan fakta-fakta, informasi, dan pengetahuan yang
diperlukan untuk mengontrol operasi pengangkatan minyak dan gas bumi agar
memperoleh minyak dan gas yang maksimum dengan biaya yang ekonomis.
Di perkirakan bahwa minyak bumi berasal dari materi hewani dan gas
bumi berasal dari materi nabati. Minyak dan gas bumi terdiri dari senyawa
kompleks yang unsur utamanya adalah karbon (C) dan unsur hydrogen (H). Pada
zaman purba, di darat dan di laut hidup beranekaragam binatang dan tumbuh-
tumbuhan.Binatang serta tumbuh-tumbuhan yang mati atau pun punah itu
akhirnya tertimbun di bawah endapan Lumpur. Endapan Lumpur ini kemudian di
hanyutkan oleh arus sungai menuju lautan, bersama bahan organic lainnya dari
daratan.
Akibat pengaruh waktu, temperature tinggi dan tekanan beban lapisan
batuan di atasnya binatang serta tumbuh-tumbuhan yang mati tadi berubah
menjadi bintik-bintik dan gelembung minyak atau gas.
Reservoir merupakan suatu tempat terakumulasinya fluida hidrokarbon, gas
dan air. Suatu wilayah atau tempat bisa disebut sebagai sebuah reservoir apabila
terdapat sumber dari hidrokarbon atau tempat terakumulasinya minyak dan gas
bumi. Untuk dapat terakumulasinya minyak dan gas bumi, tempat atau reservoir
tersebut harus memenuhi beberapa syarat yang harus ada sebagai berikut :
1. Batuan Induk (Source Rock)
Merupakan batuan sedimen yang mengandung bahan organik seperti sisa-
sisa hewan dan tumbuhan yang telah mengalami proses pematangan
dengan waktu yang sangat lama sehingga menghasilkan minyak dan gas
bumi.

2. Batuan Waduk (Reservoir Rock)

1
Merupakan batuan sedimen yang mempunyai pori, sehingga minyak dan
gas bumi yang dihasilkan batuan induk dapat masuk dan terakumulasi.

3. Struktur Batuan Perangkap (Trap)


Merupakan batuan yang berfungsi sebagai penghalang bermigrasinya
minyak dan gas bumi lebih jauh.
Adapun trap dibedakan menjadi 3, yaitu :
a. Trap Struktural
Trap ini dipengaruhi oleh kejadian deformasi dengan terbentuknya
struktur lipatan dan patahan yang merupakan respon dari kejadian
tektonik.
b. Trap Stratigrafi
Trap reservoir ini dipengaruhi oleh variasi perlapisan secara vertikal
dan lateral, perubahan facies batuan dan ketidakselarasan, serta variasi
lateral dalam litologi pada suatu lapisan reservoir dalam perpindahan
minyak bumi.
c. Trap Kombinasi
Trap ini merupakan gabungan antara struktural dan stratigrafi, dimana
trap ini merupakan faktor bersama dalam membatasi pergerakan dari
minyak bumi.

4. Adanya batuan penutup (Cap Rock atau Seal Rock)


Merupakan batuan sedimen yang tidak dapat dilalui oleh cairan
(impermeable), sehingga minyak dan gas bumi terjebak dalam batuan
tersebut.

5. Jalur Migrasi (Migration)


Merupakan jalan minyak dan gas bumi dari batuan induk sampai
terakumulasi pada perangkap.
a. Migrasi Primer : Migrasi yang terjadi dari Source Rock.
b. Migrasi Sekunder : Transportasi Carrier Bed menuju ke Trap

2
Setelah elemen-elemen tersebut membentuk suatu reservoir, maka akan ada
proses-proses yang membuat hidrokarbon terakumulasi dari source rock menuju
trap, yaitu :
1. Generation, merupakan proses dimana batuan induk mengalami
pemanasan dan tekanan yang cukup untuk merubah material organik
menjadi hidrokarbon.
2. Migration, merupakan proses pergerakan atau perpindahan hidrokarbon
keluar dari batuan induk menuju dan masuk ke dalam perangkap.
3. Accumulation, merupakan proses terakumulasinya volume hidrokarbon
setelah bermigrasi menuju perangkap.
4. Preservation, merupakan sisa hidrokarbon dalam reservoir dan tidak
terubah oleh proses biodegradation atau pun water washing.
5. Timing, merupakan waktu yang dibutuhkan perangkap untuk terbentuk
sebelum dan selama hidrokarbon bermigrasi.
Jadi, digambarkan secara keseluruhan maka akan didapatkan gambaran
sebuah petroleum system process yang ada dalam formasi sebagai berikut :

Gambar 1.1. Petroleum System Process

1.1. Karakteristik Batuan Reservoir

Batuan adalah kumpulan dari mineral-mineral, sedangkan suatu


mineral dibentuk dari beberapa ikatan kimia. Komposisi kimia dan jenis
mineral yang menyusunnya akan menentukan jenis batuan yang terbentuk.
Batuan reservoir umumnya terdiri dari batuan sedimen, yang berupa
batupasir dan karbonat (sedimen klastik) serta batuan shale (sedimen non-

3
klastik) atau kadang-kadang volkanik. Masing-masing batuan tersebut
mempunyai komposisi kimia yang berbeda, demikian juga dengan sifat
fisiknya.

1.1.1. Sifat Fisik Batuan Reservoir

a. Porositas
Porositas () adalah perbandingan antara volume total batuan dengan
volume pori-pori batuan yang menggambarkan persentase dari total
ruang pori batuan yang tersedia untuk ditempati oleh suatu fluida
reservoir yaitu minyak, gas dan air. Besar-kecilnya porositas suatu batuan
akan menentukan kapasitas penyimpanan fluida reservoir. Secara
matematis porositas dapat dinyatakan sebagai :

Vb Vg Vp

Vb Vb

Keterangan :
Vb = volume batuan total (bulk volume)
Vg = volume padatan batuan total (volume grain)
Vp = volume ruang pori-pori batuan.

Porositas batuan reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :


Porositas absolut, adalah perbandingan antara volume pori total
terhadap volume batuan total yang dinyatakan dalam persen, atau
dengan persamaan sebagai berikut :

volume pori total


100%
bulk volume

Porositas efektif, adalah perbandingan antara volume pori-pori yang


saling berhubungan terhadap volume batuan total (bulk volume)
yang dinyatakan dalam persen.

4
volume pori yang berhubungan
100%
bulk volume

C o n n e c te d o r
E ff e c tiv e
P o r o s i ty

To ta l
P o r o s it y

Is o l a te d o r
N o n - E ff e c tiv e
P o r o s i ty

Gambar 1.2. Skema Perbandingan Porositas Efektif, Non-Efektif dan Porositas


Absolut Batuan

Berdasarkan waktu dan cara terjadinya, maka porositas dapat juga


diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
Porositas primer, yaitu porositas yang terbentuk pada waktu yang
bersamaan dengan proses pengendapan berlangsung.
Porositas sekunder, yaitu porositas batuan yang terbentuk setelah
proses pengendapan.
Besar-kecilnya porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
Ukuran dan Bentuk Butir
Ukuran butir tidak mempengaruhi porositas total dari seluruh
batuan, tetapi mempengaruhi besar kecilnya pori-pori antar butir.
Sedangkan bentuk butir didasarkan pada bentuk penyudutan
(ketajaman) dari pinggir butir. Sebagai standar dipakai bentuk bola,
jika bentuk butiran mendekati bola maka porositas batuan akan lebih
meningkat dibandingkan bentuk yang menyudut.
Distribusi dan Penyusunan Butiran
Distribusi dan penyusunan butiran adalah penyebaran dari
berbagai macam besar butir yang tergantung pada proses sedimentasi
dari batuan. Umumnya, jika batuan tersebut diendapkan oleh arus

5
kuat maka besar butir akan sama besar. Sedangkan susunan adalah
pengaturan butir saat batuan diendapkan.

o
90
o
90
o
90

a . C u b ic (p o ro s ity = 4 7 , 6 % )

o
o 90
90
o
90

b . R h o m b o h e d r a l ( p o r o s it y = 2 5 , 9 6 % )

Gambar 1.3. Pengaruh Susunan Butir Terhadap Porositas

Derajat Sementasi dan Kompaksi


Kompaksi batuan akan menyebabkan makin mengecilnya pori
batuan akibat adanya penekanan susunan batuan menjadi rapat.
Sedangkan sementasi pada batuan akan menutup pori-pori batuan
tersebut.Adapun gambaran dari berbagai faktor tersebut di atas dapat
dibuktikan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Nanz dengan
Alat yang digunakan sieve analysis sebagaimana yang terlihat pada
gambar berikut :

Gambar 1.4. Distribusi Kumulatif Ukuran Butiran dari Graywacke


a). Batu pasir b). Shalysand

6
Berikut ini adalah ukuran porositas yang sering digunakan sebagai
pegangan di lapangan:

Tabel 1.1. Ukuran Porositas di Lapangan

Porositas (%) Kualitas


05 Jelek sekali
5 10 Jelek
10 15 Sedang
15 20 Baik
> 20 Sangat bagus

b. Permeabilitas
Permeabilitas didefinisikan sebagai ukuran suatu ruang pori batuan
yang dapat dialiri atau dilewati fluida. Satuan untuk permeabilitas adalah
Darcy. Satu Darcy dapat didefinisikan sebagai kemampuan batuan untuk
mengalirkan fluida sebanyak 1 cc pada luas penampang 1cm2 pada
temperatur 1 derajat celcius pada keadaan 1 atmospheric. Definisi
kuantitatif permeabilitas pertama-tama dikembangkan oleh Henry Darcy
(1856) dalam hubungan empiris dengan bentuk differensial sebagai berikut
:

k dP
v x
dL

Keterangan :
v = kecepatan aliran, cm/sec
= viskositas fluida yang mengalir, cp
dP/dL = gradien tekanan dalam arah aliran, atm/cm
k = permeabilitas media berpori.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam persamaan diatas adalah:


1. Alirannya mantap (steady state),
2. Fluida yang mengalir satu fasa,

7
3. Viskositas fluida yang mengalir konstan,
4. Kondisi aliran isothermal, dan
5. Formasinya homogen dan arah alirannya horizontal.
6. Fluidanya incompressible.

Berdasarkan jumlah fasa yang mengalir dalam batuan reservoir,


permeabilitas dibedakan menjadi tiga, yaitu :
Permeabilitas absolut, adalah yaitu dimana fluida yang mengalir
melalui media berpori tersebut hanya satu fasa, misalnya hanya minyak
atau gas saja.
Permeabilitas efektif, yaitu permeabilitas batuan dimana fluida yang
mengalir lebih dari satu fasa, misalnya minyak dan air, air dan gas, gas
dan minyak atau ketiga-tiganya.
Permeabilitas relatif, merupakan perbandingan antara permeabilitas
efektif dengan permeabilitas absolut.

Satuan permeabilitas dalam percobaan ini adalah :

Q (cm 3 / sec) . (centipoise) . L (cm)


k (darcy )
A ( sq.cm) . ( P1 P2 ) ( atm)

Pada prakteknya di reservoir, jarang sekali terjadi aliran satu fasa,


akan tetapi dua atau bahkan tiga fasa. Oleh karena itu dikembangkan pula
konsep mengenai permeabilitas efektif dan permeabilitas relatif. Harga
permeabilitas efektif dinyatakan sebagai ko, kg, kw, dimana masing-masing
untuk minyak, gas, dan air. Sedangkan permeabilitas relatif untuk masing-
masing fluida reservoir dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
k kg k
k ro o , k rg , k rw w .
k k k

Sedangkan besarnya harga permeabilitas efektif untuk minyak dan air


dinyatakan dengan persamaan :

8
Qo . o . L
ko
A . (P1 P2 )

Qw . w . L
kw
A . ( P1 P2 )

Harga-harga ko dan kw pada Persamaan diatas jika diplot terhadap So


dan Sw akan diperoleh hubungan seperti yang ditunjukkan pada Gambar
berikut ini :

1 1
w

o
Effective Permeability to Water, k

0 Effective Permeability to Oil, k


0
0 Oil Saturation, So 1
1 Water Saturation, Sw 0

Gambar 1.5. Kurva Permeabilitas Efektif Untuk Sistem Minyak dan Air

Gambar diatas menunjukkan bahwa ko pada Sw = 0 dan pada So = 1


akan sama dengan k absolut, demikian juga untuk harga k absolutnya (titik
A dan B)
Ada tiga hal penting untuk kurva permeabilitas efektif sistem minyak-
air , yaitu :
ko akan turun dengan cepat jika Sw bertambah dari nol, demikian juga
kw akan turun dengan cepat jika Sw berkurang dari satu, sehingga dapat
dikatakan untuk So yang kecil akan mengurangi laju aliran minyak
karena ko-nya yang kecil, demikian pula untuk air.
ko akan turun menjadi nol, dimana masih ada saturasi minyak dalam
batuan (titik C) atau disebut Residual Oil Saturation (S or), demikian
juga untuk air yaitu (Swr).

9
c. Saturasi Fluida
Saturasi fluida batuan didefinisikan sebagai perbandingan antara
volume pori-pori batuan yang ditempati oleh suatu fluida tertentu dengan
volume pori-pori total pada suatu batuan berpori. Dalam batuan reservoir
minyak umumnya terdapat lebih dari satu macam fluida, kemungkinan
terdapat air, minyak, dan gas yang tersebar ke seluruh bagian reservoir.
Secara matematis, besarnya saturasi untuk masing-masing fluida dituliskan
dalam persamaan berikut :
Saturasi minyak (So) adalah :
volume pori pori yang diisi oleh min yak
So
volume pori pori total

Saturasi air (Sw) adalah :


volume pori pori yang diisi oleh air
Sw
volume pori pori total

Saturasi gas (Sg) adalah :


volume pori pori yang diisi oleh gas
Sg
volume pori pori total

Jika pori-pori batuan diisi oleh gas-minyak-air maka berlaku hubungan :


Sg + So + Sw = 1

Sedangkan jika pori-pori batuan hanya terisi minyak dan air, maka :
So + Sw = 1

d. Wettabilitas
Wettabilitas didefinisikan sebagai suatu kemampuan batuan untuk
dibasahi oleh fasa fluida, jika diberikan dua fluida yang tak saling campur
(immisible). Pada bidang antar muka cairan dengan benda padat terjadi
gaya tarik-menarik antara cairan dengan benda padat (gaya adhesi), yang
merupakan faktor dari tegangan permukaan antara fluida dan batuan.
Pada umumnya reservoir bersifat water wet, sehingga air cenderung
untuk melekat pada permukaan batuan sedangkan minyak akan terletak

10
diantara fasa air. Jadi minyak tidak mempunyai gaya tarik-menarik dengan
batuan dan akan lebih mudah mengalir.

e. Tekanan Kapiler
Tekanan kapiler (Pc) didefinisikan sebagai perbedaan tekanan yang
ada antara permukaan dua fluida yang tidak tercampur (cairan-cairan atau
cairan-gas) sebagai akibat dari terjadinya pertemuan permukaan yang
memisahkan kedua fluida tersebut. Perbedaan tekanan dua fluida ini
adalah perbedaan tekanan antara fluida non-wetting fasa (Pnw) dengan
fluida wetting fasa (Pw).

Pc = Pnw - Pw

Dimana:
Pc = Tekanan kapiler
Pnw = Tekanan non wetting fasa
Pw = Tekanan wetting fasa

f. Kompressibilitas
Pada formasi batuan kedalaman tertentu terdapat dua gaya yang
bekerja padanya, yaitu gaya akibat beban batuan diatasnya (overburden)
dan gaya yang timbul akibat adanya fluida yang terkandung dalam pori-
pori batuan tersebut. Pada keadaan statik, kedua gaya berada dalam
keadaan setimbang. Bila tekanan reservoir berkurang akibat pengosongan
fluida, maka kesetimbangan gaya ini terganggu, akibatnya terjadi
penyesuaian dalam bentuk volume pori-pori, dan perubahan batuan.

1.2. Karakteristik Fluida Reservoir


Fluida reservoir yang terdapat dalam ruang pori-pori batuan reservoir
pada tekanan dan temperatur tertentu, secara alamiah merupakan
campuran yang sangat kompleks dalam susunan atau komposisi kimianya.
Mengetahui sifat-sifat dari fluida hidrokarbon untuk memperkirakan
cadangan akumulasi hidrokarbon, menentukan laju aliran minyak atau gas

11
dari reservoir menuju dasar sumur, mengontrol gerakan fluida dalam
reservoir dan lain-lain.

1.2.1. Komposisi Kimia Fluida Reservoir


Fluida reservoir terdiri dari hidrokarbon dan air formasi. Hidrokarbon
terbentuk di alam, dapat berupa gas, zat cair ataupun zat padat. Sedangkan
air formasi merupakan air yang dijumpai bersama-sama dengan endapan
minyak.
Sedangkan hidrokarbon sendiri, selain mengandung hidrogen (H) dan
karbon (C) juga mengandung unsur-unsur senyawa lain, terutama
belerang, nitrogen dan oksigen. Dalam sub bab ini akan dibicarakan
mengenai komposisi kimia dari ketiga kategori tersebut diatas.

1.2.1.1. Komposisi Kimia Hidrokarbon


Bentuk dari senyawa hidrokarbon merupakan senyawa alamiah, dapat
berupa gas, cair atau padatan tergantung dari komposisinya yang khusus
serta tekanan dan temperatur yang mempengaruhinya. Endapan
hidrokarbon yang berbentuk cair dikenal sebagai minyak bumi,
sedangkan yang berbentuk gas dikenal sebagai gas bumi.
Hidrokarbon adalah senyawa yang terdiri dari atom karbon dan
hidrogen. Senyawa karbon dan hidrogen mempunyai banyak variasi,
yang berdasarkan jenis rantai ikatannya dibagi menjadi dua golongan,
yaitu :
1. Golongan Asiklik (Parafin)
Hidrokarbon jenis ini mempunyai rantai ikatan antar atom yang
terbuka, terdiri dari hidrokarbon jenuh dan hidrokarbon tak
jenuh.Golongan asiklis atau alifat disebut juga alkan atau parafin.
Golongan asilklis dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan
hidrokarbon jenuh dan tak jenuh.

2. Golongan Siklik

12
Sedangkan hidrokarbon golongan siklik mempunyai rantai
tertutup (susunan cincin). Golongan ini terdiri dari naftena dan
aromatik. Golongan siklis dibagi menjadi dua golongan, yaitu
golongan naftena dan golongan aromatik.

1.2.1.2. Komposisi Kimia Non-Hidrokarbon


Selain mengandung unsur hidrogen dan karbon (HC), pada minyak
bumi juga terdapat komposisi unsur belerang, nitrogen, oksigen serta
unsur lain dengan prosentase yang sedikit.
1. Senyawa Belerang
Kadar belerang dalam minyak bumi bervariasi antara 4 %
sampai 6% beratnya. Kandungan minyak bumi yang terdapat di
Indonesia merupakan minyak bumi yang mempunyai kadar belerang
relatif rendah, yaitu rata-rata 1 %. Distribusi belerang dalam fraksi-
fraksi minyak bumi akan bertambah sesuai dengan bertambahnya
berat fraksi.
2. Senyawa Oksigen
Kadar oksigen dalam minyak bumi bervariasi antara 1 % sampai
2 % beratnya. Peningkatan kadar oksigen dalam minyak bumi dapat
terjadi karena kontak minyak bumi dan udara. Hal ini disebabkan
adanya proses oksidasi minyak bumi dengan oksigen dari udara.
3. Senyawa Nitrogen
Kadar nitrogen dalam minyak bumi pada umumnya rendah dan
bervariasi pada kisaran 0,1 % sampai 2 % beratnya. Senyawa nitrogen
terdapat dalam semua fraksi minyak bumi, dengan konsentrasi yang
semakin tinggi pada fraksi-fraksi yang mempunyai titik didih yang
lebih tinggi. Senyawa nitrogen yang sering terdapat dalam minyak
bumi antara lain adalah piridin, qinoloin, indol dan karbosol.

1.2.1.3 Komposisi Kimia Air Formasi

13
Air formasi atau disebut connate water mempunyai komposisi kimia
yang berbeda-beda antara reservoir yang satu dengan yang lainnya.
Dibandingkan dengan air laut, air formasi ini rata-rata memiliki kadar
garam yang lebih tinggi, sangat berhubungan dengan terjadinya
penyumbatan pada formasi dan korosi pada peralatan di bawah dan di
atas permukaan. Air formasi tersebut terdiri dari bahan-bahan mineral,
misalnya kombinasi metal-metal alkali dan alkali tanah, belerang, oksida
besi, dan aluminium serta bahan-bahan organis seperti asam nafta dan
asam gemuk. Sedangkan komposisi ion-ion penyusun air formasi terdiri
dari kation-kation Ca, Mg, Fe, Ba, dan anion-anion chlorida, CO 3, HCO3,
dan SO4.

1.2.2 Sifat Fisik Fluida Reservoir


Fluida reservoir terdiri dari fluida hidrokarbon dan air formasi.
Hidrokarbon sendiri terdiri dari fasa cair (minyak bumi) maupun fasa gas,
yang tergantung pada kondisi (tekanan dan temperatur) reservoir yang
ditempati. Perubahan kondisi reservoir akan mengakibatkan perubahan
fasa serta sifat fisik fluida reservoir.

1.2.2.1 Sifat Fisik Minyak


Sifat-sifat minyak bumi yaitu densitas, viskositas, faktor volume
formasi dan kompressibilitas.
1. Densitas Minyak
Densitas didefinisikan sebagai perbandingan berat masa suatu
substansi dengan volume dari unit tersebut, sehingga densitas minyak
(o) merupakan perbandingan antara berat minyak (lb) terhadap volume
minyak (cuft). Densitas minyak biasanya dinyatakan dalam specific
gravity minyak (o), yang didefinisikan sebagai perbandingan densitas
minyak terhadap densitas air, yang secara matematis, dituliskan :
o
o
w

Keterangan :

14
o = specific gravity minyak
o = densitas minyak, lb/cuft
w = densitas air, lb/cuft

Industri perminyakan seringkali menyatakan specific gravity


minyak dalam satuan oAPI, yang dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut :
141,5
o
API = 131,5
o

2. Faktor Volume Formasi Minyak


Faktor volume formasi minyak (Bo) didefinisikan sebagai volume
minyak dalam barrel pada kondisi standar yang ditempati oleh satu
stock tank barrel minyak termasuk gas yang terlarut. Atau dengan kata
lain sebagai perbandingan antara volume minyak termasuk gas yang
terlarut pada kondisi reservoir dengan volume minyak pada kondisi
standard (14,7 psi, 60 F). Satuan yang digunakan adalah bbl/stb.
Perhitungan Bo secara empiris (Standing) dinyatakan dengan
persamaan :

Bo = 0.972 + (0.000147 . F 1.175)


g
F R s . 1.25 T

o
Keterangan :
Rs = kelarutan gas dalam minyak, scf/stb
o = specific gravity minyak, lb/cuft
g = specific gravity gas, lb/cuft
T = temperatur, oF.

Perubahan Bo terhadap tekanan untuk minyak mentah jenuh


ditunjukkan oleh Gambar 1.10. Tekanan reservoir awal adalah Pi dan
harga awal faktor volume formasi adalah Boi. Dengan turunnya tekanan

15
reservoir dibawah tekanan buble point, maka gas akan keluar dan B o
akan turun.

Fo rm a tio n - Vo lu m e F a c to r, B o
Bo b

Pb
1
0 R e s e rv o ir p re s s u re , p s ia

Gambar 1.6. Hubungan antara Tekanan dan Faktor Volume Formasi Minyak (Bo)

1. Kelarutan Gas dalam Minyak


Kelarutan gas (Rs) adalah banyaknya SCF gas yang terlarut dalam
satu STB minyak pada kondisi standar 14,7 psi dan 60 F, ketika
minyak dan gas masih berada dalam tekanan dan temperatur reservoir.

Pada grafik hubungan antara tekanan dan kelarutan gas dalam


minyak (Rs), bila temperatur dianggap tetap maka Rs akan naik bila
tekanan naik, kecuali jika tekanan gelembung telah terlewati, maka
harga Rs akan konstan untuk minyak tidak jenuh.

Gambar 1.7. Hubungan antara Tekanan dan Kelarutan Gas dalam Minyak

16
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan gas
dalam minyak, diantaranya adalah sebagai berikut:
Tekanan Reservoir
Bila temperatur dianggap tetap maka Rs akan naik bila tekanan
naik, kecuali jika tekanan gelembung telah terlewati, maka harga
Rs akan konstan untuk minyak tidak jenuh.
Temperatur Reservoir
Jika tekanan dianggap tetap maka Rs akan turun jika temperatur
naik.
Komposisi Minyak
Pada temperatur dan tekanan tertentu Rs akan naik dengan
turunnya berat jenis minyak atau naiknya 0API.

2. Kompressibilitas Minyak
Kompressibilitas minyak didefinisikan sebagai perubahan volume
minyak akibat adanya perubahan tekanan, secara matematis dapat
dituliskan sebagai berikut:
1 V
Co
V P

3. Viskositas Minyak
Viskositas didefinisikan sebagai ketahanan internal suatu fluida
untuk mengalir. Bila tekanan reservoir mula-mula lebih besar dari
tekanan gelembung (bubble point pressure), maka penurunan tekanan
akan memperkecil viscositas minyak (o). Setelah mencapai Pb,
penurunan tekanan selanjutnya akan menaikkan harga viscositas
minyak (o) dan dengan semakin naiknya temperatur reservoir akan
menurunkan harga viscositas minyak (o). Hubungan antara tekanan
dan viscositas minyak dapat dilihat pada Gambar 1.13.

17
Gambar 1.8. Hubungan antara Tekanan dan Viscositas Minyak

Secara matematis, besarnya viskositas dapat dinyatakan dengan


persamaan :
F y
x
A v

Keterangan :
= viskositas, gr/(cm.sec)
F = shear stress
A = luas bidang paralel terhadap aliran, cm2
y / v = gradient kecepatan, cm/(sec.cm).

1.2.2.2. Sifat Fisik Gas

Sifat fisik gas yang akan dibahas adalah spesific gravity, faktor
volume formasi gas, kompresibilitas gas, faktor kompressibilitas gas,
viscositas gas.
1. Densitas Gas
Densitas atau berat jenis gas didefinisikan sebagai perbandingan
antara rapatan gas tersebut dengan rapatan suatu gas standar.
Biasanya yang digunakan sebagai gas standar adalah udara kering.
Secara matematis berat jenis gas dirumuskan sebagai berikut :

18
o
BJ gas
u

2. Faktor Volume Formasi Gas


Faktor volume formasi gas (Bg) didefinisikan sebagai besarnya
perbandingan volume gas pada kondisi tekanan dan temperatur
reservoir dengan volume gas pada kondisi standar (60 F, 14,7 psia).
Pada faktor volume formasi ini berlaku hukum Boyle - Gay Lussac.
Bila satu standar cubic feet ditempatkan dalam reservoir dengan
tekanan Pr dan temperatur Tr, maka rumus - rumus gas dapat
digunakan untuk mendapatkan hubungan antara kedua keadaan dari
gas tersebut, yaitu :
P1 V1 P V
r r
Z r Tr Z r Tr

Untuk harga P1 dan T1 dalam keadaan standar, maka diperoleh :


Z r Tr
Vr 0.0283 cuft
Pr

Untuk keadaan standar, maka Vr (cuft) harus dibagi dengan 1 scf


untuk mendapatkan volume standar. Jadi faktor volume formasi gas
(Bg) adalah :
Z r Tr
B g 0.0283 cuft / scf
Pr

Dalam satuan bbl / scf, besarnya Bg adalah :


Z r Tr
B g 0.00504 bbl / scf
Pr

3. Kompresibilitas Gas
Kompresibilitas gas didefinisikan sebagai perubahan volume gas
yang disebabkan oleh adanya perubahan tekanan yang
mempengaruhinya. Kompresibilitas gas didapat dengan persamaan :
C pr
Cg
Ppc

Keterangan :

19
Cg = kompresibilitas gas, psia-1
Cpr = pseudo reduced kompresibilitas, psia-1 ,
Cpc = pseudocritical pressure, psia

4. Viscositas Gas
Viscositas merupakan ukuran tahanan gas terhadap aliran.
Viscositas gas hidrokarbon umumnya lebih rendah daripada
viscositas gas non hidrokarbon. Viscositas gas akan berbanding lurus
dengan temperatur dan berbanding terbalik dengan berat
molekulnya. Jadi bila berat molekulnya bertambah besar, maka
viscositasnya akan mengecil, sedangkan bila temperaturnya naik,
maka viscositasnya akan semakin besar.
Dalam viscositas sifat-sifat gas akan berlawanan dengan cairan.
Untuk gas sempurna, viscositasnya tidak tergantung pada tekanan.
Bila tekanannya dinaikkan, maka gas sempurna akan berubah
menjadi gas tidak sempurna dan sifat-sifatnya akan mendekati sifat-
sifat cairan.

5. Faktor Deviasi Gas


Penyelesaian masalah aliran gas, baik di reservoir, tubing, dan
pipa produksi membutuhkan hubungan yang menerangkan tekanan,
volume, dan temperatur. Untuk gas yang ideal hubungan tersebut
dinyatakan oleh persamaan keadaan :
P.V=n.R.T
dimana :
P = tekanan, psia
V = volume, scf
n = jumlah mol, lb-mol
T = temperatur, oR
R = konstanta gas = 10.73 , cuft/lb-mol
Gas yang bersifat sebagai gas nyata / real gas memiliki
persamaan diatas menjadi :

20
P.V=n.z.R.T

Gambar 1.9 Faktor Kompressibilitas untuk Natural Gas

1.2.2.3. Sifat Fisik Air Formasi


Sifat fisik minyak yang akan dibahas adalah densitas, viskositas,
kelarutan gas dalam air formasi, kompressibilitas air formasi dan faktor
volume air formasi.

1. Densitas Air Formasi


Densitas air formasi dinyatakan dalam massa per volume,
specific volume yang dinyatakan dalam volume per satuan massa
dan specific gravity, yaitu densitas air formasi pada suatu kondisi
tertentu yaitu pada tekanan 14,7 psi dan temperatur 60 F. Beberapa
satuan yang umum digunakan untuk menyatakan sifat-sifat air murni
pada kondisi standard adalah sebagai berikut : 0,999010 gr/cc ; 8,334
lb/gal; 62,34 lb/cuft; 350 lb/bbl (US); 0,01604 cuft/lb

2. Faktor Volume Formasi Air Formasi

21
Faktor volume air formasi (Bw) menunjukkan perubahan volume
air formasi dari kondisi reservoir ke kondisi permukaan. Faktor
volume formasi air formasi ini dipengaruhi oleh tekanan dan
temperatur, yang berkaitan dengan pembebasan gas dan air dengan
turunnya tekanan, pengembangan air dengan turunnya tekanan dan
penyusutan air dengan turunnya temperatur. Harga faktor volume
formasi air-formasi dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:

Bw = (1 + Vwp)(1 + Vwt)
Keterangan :
Bw = faktor volume air formasi, bbl/bbl
Vwt = penurunan volume sebagai akibat penurunan suhu, oF
Vwp = penurunan volume selama penurunan tekanan, psi

3. Kelarutan Gas dalam Air Formasi


Standing dan Dodson telah menentukan kelarutan gas dalam air
formasi sebagai fungsi dari tekanan dan temperatur. Mereka
menggunakan gas dengan berat jenis 0,655 dan mengukur kelarutan
gas ini dalam air murni serta dua contoh air asin.

4. Kompressibilitas Air Formasi


Kompresibilitas air formasi didefinisikan sebagai perubahan
volume yang disebabkan oleh adanya perubahan tekanan yang
mempengaruhinya. Besarnya kompressibilitas air murni (C pw)
tergantung pada tekanan, temperatur dan kadar gas terlarut dalam air
murni. Secara matematik, besarnya kompressibilitas air murni dapat
ditulis sebagai berikut :
1 V
C wp
V P T

Keterangan :

22
Cwp = kompressibilitas air murni, psi 1
V = volume air murni, bbl
V; P = perubahan volume (bbl) dan tekanan (psi) air murni

5. Viskositas Air Formasi


Besarnya viskositas air formasi (w) tergantung pada tekanan,
temperatur dan salinitas yang dikandung air formasi tersebut.
Viskositas air murni pada tekanan atmosfir dan pada tekanan 7100
psia serta viskositas air pada kadar garam 6% pada tekanan atmosfir.

1.3. Analisa Laboratorium


Setelah sampel fluida diperoleh, sampel tersebut dianalisis di
laboratorium untuk menentukan sifat-sifat fisik yang diinginkan.
Tergantung kepada jenis reservoir dan keperluannya, berbagai data PVT
dapat diperoleh, sifat sifat penting yang dimaksud adalah sifat sifat
fisik fluida reservoir yang sudah disebutkan sebelumnya. (Asep Kurnia
Permiadi, 2004)
Metode metode analisa laboratorium yang biasanya dilakukan,
diantaranya sebagai berikut :
1. Flash vaporization
Flash liberation terkenal juga dengan flash vaporization atau
flash expansion atau pressure volume relation. Dalam pengujian ini
gas yang keluar dari larutan dalam minyak dibiarkan berada dalam
kontak dengan minyak sehingga komposisi tidak berubah selama test
berlangsung.
2. Differential liberation
Differential liberation atau differential vaporization berbeda dari
flash liberation karena gas yang keluar dari larutan kemudian
dikeluarkan dari tabung sehingga tidak berada dalam kontak dengan
liquid. Dengan demikian komposisi system berubah setiap
perubahan tekanan.

23
1.4. Kondisi Reservoir
Kondisi reservoir meliputi tekanan reservoir dan temperatur
reservoir, yang ternyata sangat berpengaruh terhadap sifat fisik batuan
maupun fluida reservoir. Kondisi reservoir berhubungan dengan
kedalamaan reservoir. Sehingga untuk reservoir yang berbeda, kondisinya
juga akan berbeda tergantung kedalamannya, pada umumnya bersifat linier
walaupun sering terjadi penyimpangan.

1.4.l. Tekanan reservoir


Adanya tekanan reservoir yang disebabkan oleh gradien kedalaman,
maka akan menyebabkan terjadinya aliran fluida di dalam formasi ke
dalam lubang sumur yang mempunyai tekanan relatif rendah. Besarnya
tekanan reservoir ini akan berkurang dengan adanya kegiatan produksi.

1.4.1.1. Tekanan Hidrostatis


Tekanan Hidrostatis merupakan suatu tekanan yang timbul akibat
adanya fluida yang mengisi pori-pori batuan, desakan oleh ekspansi gas,
dan desakan oleh gas yang membebaskan diri dari larutan akibat
penurunan tekanan selama proses produksi berlangsung. Secara empiris
dapat dituliskan sebagai berikut :
F
Ph
A
Ph 0.052 D

Keterangan :
Ph = tekanan, psi
F = gaya bekerja pada daerah satuan luas yang bersangkutan, lb
A = luas permukaan yang menerima gaya, inch2
= densitas fluida rata-rata, lb/gallon
D = tinggi kolam fluida, ft

24
1.4.1.2. Tekanan Overburden
Tekanan overburden adalah tekanan yang diderita oleh formasi
akibat berat batuan diatasnya.
Besarnya gradien tekanan overburden yang normal biasanya
dianggap sebesar 1 psi/ft, yaitu diambil dengan menganggap berat jenis
batuan rata-rata 2,3 dari berat jenis air. Sedangkan besarnya gradien
tekanan air adalah 0,433 psi/ft maka gradien tekanan overburden sebesar
2,3 x 0,433 psi/ft = 1 psi/ft.

1.4.1.3 Tekanan Normal


Tekanan formasi normal adalah suatu tekanan formasi dimana
tekanan hidrostatik fluida formasi dalam keadaan normal sama dengan
tekanan kolom cairan yang ada dalam dasar formasi sampai permukaan.
Bila isi dari kolom yang terisi berbeda cairannya maka besarnya tekanan
hidrostatis akan berbeda.
Gradien tekanan berhubungan dengan lingkungan pengendapan
geologi. Karena pada umumnya sedimen diendapakan pada lingkungan
air garam, maka banyak tempat di dunia ini mempunyai gradien tekanan
antara 0,433 psi/ft sampai 0,465 psi/ft. Jadi formasi yang mempunyai
gradien tekanan formasi antara 0,433 psi/ft samapi 0,465 psi/ft
merupakan tekanan normal.

1.4.1.4. Tekanan Subnormal


Tekanan formasi subnormal adalah formasi yang mempunyai gradien
tekanan dibawah 0,433 psi/ft. Tekanan subnormal diakibatkan adanya
rekahan-rekahan batuan.

1.4.1.5. Tekanan Abnormal


Tekanan abnormal adalah tekanan formasi yang mempunyai gradien
tekanan lebih besar dari harga 0,465 psi/ft.

1.4.2. Temperatur Reservoir

25
Berdasarkan anggapan bahwa inti bumi berisi magma yang sangat
panas, maka dengan bertambahnya kedalaman temperaturnya akan naik.
Besar kecilnya kenaikan temperatur ini akan tergantung pada gradient
temperaturnya yang biasa disebut sebagai gradient geothermis. Besaran
gradient geothermis ini bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, dimana
harga rata-ratanya adalah 2F/100 ft. Gradient geothermis yang tertinggi
adalah 4F/100 ft, sedangkan yang terendah adalah 0.5 F/100 ft. Variasi
yang kecil dari gradient geothermis ini disebabkan oleh sifat konduktivitas
thermal beberapa jenis batuan.

1.5. Jenis-Jenis Reservoir


Jenis-jenis reservoir dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
berdasarkan perangkap reservoir, fasa fluida, dan mekanisme pendorong.

1.5.1. Berdasarkan Fasa Fluida Hidrokarbon


Fasa merupakan bagian dari zat yang mempunyai sifat yang nyata,
yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia secara seragam dalam
keseluruhan. Fasa yang penting yang terdapat dalam produksi hidrokarbon
adalah fasa cair (minyak atau kondensat) dan fasa gas (gas alam). Diagram
fasa adalah diagram tekanan dan temperatur yang merupakan fungsi
komposisi akumulasi hidrokarbon pada suatu reservoir.

1.5.2. Reservoir Minyak


Reservoir minyak dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu reservoir minyak
jenuh dan resevoir minyak tak jenuh.

1. Reservoir Minyak Jenuh


Reservoir minyak jenuh adalah reservoir dimana cairan
(minyak) dan gas terdapat bersama-sama dalam keseimbangan.
Keadaan ini bisa terjadi pada P dan T reservoir terdapat dibawah
garis gelembung. Titik awal dari tekanan reservoir berada dibawah
titik Pbnya, sehingga fluida reservoir ada dua fasa yaitu fasa gas dan

26
minyak (sebagai fasa cair). Penurunan Pres akan merubah harga GOR
produksi sebagai akibat terbebaskannya gas dari larutan.

2. Reservoir Minyak Tak Jenuh


Reservoir minyak dikatakan tak jenuh apabila dalam reservoir
hanya mengandung satu macam fasa saja yaitu cairan (minyak).
Keadaan ini dapat terjadi bila tekanan reservoirnya lebih tinggi dari
tekanan gelembungnya. Pada reservoir tak jenuh cenderung
mengandung komponen berat yang relatif lebih banyak
dibandingkan dengan reservoir minyak jenuh sehingga hasil yang
diperoleh di permukaan berlainan.
Adanya perbedaan fasa hidrokarbon berupa cairan seperti
minyak dan fasa gas dipengaruhi karna adanya perubahan suhu
maupun tekanan di dalam reservoir. Perubahan suhu dan tekanan
tersebut yang menyebabkan terjadi perubahan fasa selama perjalanan
hidrokarbon dari reservoir ke permukaan pada waktu hidrokarbon
tersebut diproduksikan. Keadaan ini biasanya digambarkan dengan
diagram fasa. Dengan diagram fasa ini maka reservoir dapat dibagi
7menjadi beberapa jenis tergantung keberadaan fluidanya, yaitu:
a. Black oil
Black Oil terdiri dari variasi rantai hidrokarbon termasuk
molekul-molekul yang besar, berat dan tidak mudah menguap
(nonvolatile). Diagram fasa-nya mencakup rentang temperatur
yang luas. Diagram fasa dari black oil secara umum
ditunjukkan pada Gambar 1.7. Garis pada lengkungan fasa
mewakili volume cairan yang konstan, diukur sebagai
persentase dari volume total. Garis-garis ini disebut iso-vol
atau garis kualitas. Garis vertikal 1-2-3 menandakan penurunan
tekanan pada temperatur konstan yang terjadi di reservoir
selama produksi. Tekanan dan temperatur separator yang
terletak di permukaan juga ditandai.

27
Ketika tekanan reservoir berada pada garis 1-2, minyak
dikatakan dalam keadaan tak jenuh (undersaturated) karena
minyak dapat melarutkan banyak gas pada kondisi ini. Jika
tekanan reservoir berada pada titik - 2, minyak berada pada
titik gelembungnya dan dikatakan dalam keadaan jenuh
(saturated).
Minyak mengandung sebanyak mungkin larutan gas
yang dapat dikandungnya. Penurunan tekanan akan
membebaskan sebagian gas terlarut untuk membentuk fasa gas
bebas dalam reservoir.
Saat tekanan reservoir menurun mengikuti garis 2-3, gas
tambahan mengembang di dalam reservoir. Volume gas dalam
persentase adalah seratus dikurangi persentase cairan.
Sebenarnya minyak dalam keadaan jenuh di sepanjang garis 2-
3. Titik gelembung (titik - 2) merupakan kasus istimewa dari
saturasi dimana muncul gelembung gas untuk pertama kali.

Gambar 1.10. Diagram Fasa dari Black Oil


Gas tambahan yang mengembang dari minyak bergerak
dari reservoir ke permukaan. Hal ini menyebabkan penyusutan

28
pada minyak. Walaupun demikian, kondisi separator yang
berada pada lengkungan fasa menunjukkan bahwa jumlah
cairan yang relatif cukup besar sampai di permukaan. Apabila
diproduksikan maka minyak berat ini biasanya menghasilkan
gas oil ratio permukaan sebesar 500 scf/stb dengan gravity
30oAPI atau lebih. Cairan produksi biasanya berwarna hitam
dan lebih pekat lagi.
b. Volatile oil
Volatile oil mengandung relatif lebih sedikit molekul-
molekul berat dan lebih banyak intermediates (yaitu etana
sampai heksana) dibanding black oil. Diagram fasa dari
volatile oil secara umum ditunjukkan pada Gambar 1.8.

Gambar 1.11. Diagram Fasa dari Volatile Oil


Rentang harga temperatur yang tercakup lebih kecil
daripada black oil. Temperatur kritik-nya jauh lebih kecil
daripada black oil, bahkan mendekati temperatur reservoir.
Iso-vol-nya juga tidak seragam jaraknya, tetapi cenderung
melengkung ke atas di depan garis titik gelembung. Garis

29
vertikal menunjukkan jalur penurunan tekanan pada temperatur
konstan selama produksi. Harap diperhatikan bahwa
penurunan yang kecil pada tekanan di bawah titik gelembung,
titik-2, menyebabkan bebasnya sejumlah besar gas di reservoir.
Suatu volatile oil dapat menjadi gas sebesar 50% di reservoir
pada tekanan hanya beberapa ratus psi di bawah tekanan
gelembung. Iso-vol dengan persentase cairan jauh lebih kecil
melintasi kondisi separator. Oleh karena itu disebut volatile oil
(minyak yang mudah menguap). Apabila diproduksikan maka
minyak ringan ini biasanya menghasilkan gas oil ratio
permukaan sebesar kurang lebih 8000 scf/stb dengan gravity
sekitar 50oAPI. Cairan produksi biasanya berwarna gelap.
c. Reservoir Retrograde Gas
Diagram fasa untuk retrograde gas lebih kecil daripada
untuk minyak dan titik kritik-nya berada jauh di arah bawah
dari lengkungan. Perubahan tersebut merupakan akibat dari
kandungan retrograde gas yang terdiri dari lebih sedikit
hidrokarbon berat daripada minyak. Diagram fasa dari
retrograde gas memiliki temperatur kritik lebih kecil dari
temperatur reservoir dan cricondentherm lebih besar daripada
temperatur reservoir.

Gambar 1.12. Diagram Fasa dari Retrograde Gas

30
Bersamaan dengan menurunnya tekanan reservoir,
retrograde gas memberikan titik embun, titik-2. Dengan
menurunnya tekanan, cairan mengembun dari gas untuk
membentuk cairan bebas di reservoir. Cairan ini sebagian tidak
mengalir dan tidak dapat diproduksi. Jalur tekanan reservoir
pada diagram fasa menunjukkan bahwa pada beberapa tekanan
yang rendah cairan mulai mengembun. Hal ini terjadi di
laboratorium; walaupun demikian, ada kemungkinan hal ini
tidak terjadi secara luas di reservoir karena selama produksi
keseluruhan komposisi dari fluida reservoir berubah.
d. Reservoir Gas Kering (Dry Gas)
Suatu reservoir gas kering akan mengandung fraksi ringan
seperti methana dan ethana dalam jumlah banyak serta sedikit
fraksi yang lebih berat. Pada Gambar 1.10. ditunjukkan bahwa
baik kondisi separator maupun kondisi reservoirnya akan tetap
pada daerah fasa tunggal. Untuk reservoir gas kering ini tidak
akan dijumpai adanya hidrokarbon cair akibat adanya proses
penurunan tekanan dan temperatur, baik pada kondisi di
permukaan maupun di reservoir. Istilah kering disini diartikan
bebas dari hidrokarbon cair kecuali air formasi

Gambar 1.13. Diagram Fasa Dari Dry Gas

31
e. Wet Gas
Wet gas akan mengandung komponen (fraksi) berat lebih
besar dibandingkan reservoir gas kering sehingga akan
menghasilkan diagram fasa yang lebih besar dan menggeser
titik kritis pada temperatur yang lebih tinggi, seperti
ditunjukkan pada Gambar 1.11. Dari gambar tersebut terlihat
bahwa fluida yang mengisi reservoir gas basah pada setiap saat
akan berbentuk fasa tunggal. Pada kondisi separator, reservoir
gas basah ini akan ditunjukkan oleh adanya daerah dua fasa
dimana cairan yang dihasilkan merupakan hasil kondensasi
yang terjadi di separator.
Perlu diperhatikan bahwa didalam reservoir gas basah
tidak akan terjadi kondensasi retrograde isothermal selama
proses penurunan tekanan, cairan yang terbentuk dalam
separator dalam jumlah yang sedikit dan komponen berat yang
terdapat dalam campuran relatif kecil. Dalam reservoir gas
basah biasanya ditunjukkan oleh GOR antara 6000 sampai
10000 cuft/bbl dengan derajat gravity lebih besar dari 600 API.

Gambar 1.14. Diagram Fasa Dari Wet Gas

32
1.6. Berdasarkan Mekanisme Pendorong
Mekanisme pendorong adalah tenaga yang dimiliki oleh reservoir
secara alamiah yang digunakan untuk mendorong minyak selama produksi
ke permukaan. Proses pendorongan akan terjadi bila energi produksinya
lebih besar dari seluruh energi yang hilang selama aliran fluida reservoir
menuju lubang bor.
Sumber energi alamiah yang digunakan untuk memindahkan minyak
dan gas dari reservoir ke lubang sumur meliputi energi gravitasi minyak
yang bekerja jarak vertikal dari kolom produktifnya, energi penekanan
akibat dari pembebasan gas yang terlarut dalam minyak atau air, energi
sebagai akibat kompresi dari minyak dan air dalam daerah produksi dari
reservoirnya, energi kompresi air yang berada di sekeliling zona produksi,
energi yang berasal dari pengaruh tekanan kapiler serta energi yang berasal
dari kompresi batuannya sendiri. Berdasarkan pengaruh yang paling
dominan dari setiap sumber energi diatas, maka mekanisme pendorong
reservoir yang utama adalah water drive, gas cap drive, solution gas drive,
segregation drive, dan combination drive.

1.6.1. Water Drive Reservoir


Energi pendesakan yang mendorong minyak untuk mengalir adalah
berasal dari air yang terperangkap bersama-sama dengan minyak pada
batuan reservoirnya.
Dilihat dari terbentuknya batuan reservoir water drive, maka air
merupakan fluida pertama yang menempati pori-pori reservoir. Tetapi
dengan adanya migrasi minyak bumi maka air yang berada disana
tersingkir dan digantikan oleh minyak. Dengan demikian karena volume
minyak ini terbatas, maka bila dibandingkan dengan volume air yang
merupakan fluida pendesaknya akan jauh lebih kecil (Gambar 1.12.).
Ditinjau dari cara pendesakannya Water Drive ini dibedakan menjadi
3 macam, yaitu :
Edge Water Drive

33
Bottom Water Drive
Kombinasi Edge Water Drive dengan Bottom Drive

Gambar 1.15. Water Drive Reservoir

Produksi air pada awal produksi sedikit, tetapi apabila permukaan air
telah mencapai lubang bor maka mulai mengalami kenaikan produksi yang
semakin lama semakin besar secara kontinyu sampai sumur tersebut di
tinggalkan karena produksi minyaknya tidak ekonomis .Untuk reservoir
dengan jenis pendesakan water drive maka bagian minyak yang
terproduksi akan lebih besar jika dibandingkan dengan jenis pendesakan
lainnya, yaitu antara 35 - 75% dari volume minyak yang ada. Sehingga
minyak sisa (residual oil) yang masih tertinggal didalam reservoir akan
lebih sedikit.
Dapat disimpulkan suatu reservoir dengan tenaga pendorong air ini
mempunyai kelakuan seperti dibawah ini :
Penurunan tekanan reservoir terlihat agak lambat.
GOR rendah dan relatif konstan
WOR naik dengan cepat dan kontinyu
Recovery-nya cukup tinggi yaitu sekitar 35 - 75%

34
Gambar 1.16. Karakteristik Tekanan, PI, dan GOR Pada Water Drive Reservoir

1.6.2. Gas Cap Drive Reservoir


Mekanisme yang terjadi pada gas cap reservoir ini adalah minyak
pertama kali diproduksikan, permukaan antara minyak dan gas akan
turun, gas cap akan berkembang ke bawah selama produksi berlangsung.
Untuk jenis reservoir ini, umumnya tekanan reservoir akan lebih konstan
jika dibandingkan dengan solution gas drive. Hal ini disebabkan bila
volume gas cap drive telah demikian besar, maka tekanan minyak akan
jadi berkurang dan gas yang terlarut dalam minyak akan melepaskan diri
menuju ke gas cap, dengan demikian minyak akan bertambah ringan,
encer, dan mudah untuk mengalir menuju lubang bor (Gambar 1.14.).
Kenaikan gas oil ratio juga sejalan dengan pergerakan permukaan ke
bawah, air hampir-hampir tidak diproduksikan sama sekali. Karena
tekanan reservoir relatip kecil penurunannya, juga minyak berada di
dalam reservoirnya akan terus semakin ringan dan mengalir dengan baik,
maka untuk reservoir jenis ini akan mempunyai umur dan recovery
sekitar 20 - 40 %, yang lebih besar jika dibandingkan dengan jenis
solution gas drive. Sehingga residu oil yang masih tertinggal di dalam
reservoir ketika lapangan ini ditutup adalah lebih kecil jika dibandingkan
dengan jenis solution gas drive.
Dapat disimpulkan suatu reservoir dengan tenaga pendorong gas ini
mempunyai kelakuan seperti dibawah ini :

35
Tekanan reservoir akan turun dengan lambat dan berlangsung secara
kontinyu
GOR akan meningkat terus
Produksi air diabaikan
Perolehan minyak dapat mencapai 20 - 40 % dari total cadangan awal
dalam reservoir (initial oil in place).

Gambar 1.17. Gas Cap Drive Reservoir

1.6.3. Solution Gas Drive Reservoir


Reservoir jenis ini disebut solution gas drive, depletion gas drive,
atau internal gas drive, disebabkan oleh karena energi pendesak
minyaknya adalah terutama dari perubahan fasa pada hidrokarbon-
hidrokarbon ringannya yang semula merupakan fasa cair menjadi gas.
Kemudian gas yang terbentuk ini ikut mendesak minyak ke sumur
produksinya pada saat penurunan tekanan reservoir karena produksi

36
Gambar 1.18. Solution Gas Drive Reservoir

Pada awal produksi, karena gas yang dibebaskan dari minyak masih
terperangkap pada sela-sela pori batuan, maka gas oil ratio produksi akan
lebih kecil jika dibandingkan dengan gas oil ratio reservoir. Gas oil ratio
produksi akan bertambah besar bila gas pada saluran pori-pori tersebut
mulai bisa mengalir, hal ini terus-menerus berlangsung hingga tekanan
reservoir menjadi rendah. Bila tekanan telah cukup rendah maka gas oil
ratio akan menjadi berkurang sebab volume gas di dalam reservoir
tinggal sedikit. Dalam hal ini gas oil produksi dan gas oil ratio reservoir
harganya hampir sama. Pada Gambar 1.15. memperlihatkan karakteristik
tekanan dan GOP pada reservoir depletion drive.
Air yang diproduksikan dari reservoir ini sangat sedikit bahkan
hampir-hampir tidak ada. Hal ini karena reservoir jenis ini sifatnya
terisolir, sehingga meskipun terdapat connate water tetapi hampir-hampir
tidak dapat diproduksi atau ikut terproduksi bersama minyak.
Recovery yang mungkin diperoleh sekitar 5 - 30 %. Dengan
demikian untuk reservoir jenis ini pada tahap teknik produksi primernya
akan meninggalkan residual oil yang cukup besar. Sehingga bila sisa
minyak ini akan diproduksikan juga, maka perlu dipergunakan suatu
energi tertentu ke dalam suatu reservoir untuk mempengaruhi tekanan

37
atau sifat fisik sistem fluida reservoirnya, sehingga dengan demikian
diharapkan sisa minyak yang tertinggi dapat diperkecil.
Dapat disimpulkan suatu reservoir solution gas drive mempunyai
kelakuan seperti dibawah ini :
Tekanan reservoir turun dengan cepat dan berlangsung secara
kontinyu.
Perbandingan gas-minyak (GOR) mula-mula cukup rendah, kemudian
naik sampai maksimum dan turun dengan tajam.
Efisiensi perolehan minyak berkisar 5 - 30 %
Produksi air dianggap tidak ada.

1.6.4. Segregation Drive Reservoir


Segregation drive reservoir atau gravity drainage merupakan energi
pendorong minyak bumi yang berasal dari kecenderungan gas, minyak,
dan air membuat suatu keadaan yang sesuai dengan massa jenisnya
(karena gaya gravitasi).
Pada awal dari reservoir ini, gas oil ratio dari sumur-sumur yang
terletak pada struktur yang lebih tinggi akan cepat meningkat sehingga
diperlukan suatu program penutupan sumur-sumur tersebut. Diharapkan
dengan adanya program ini perolehannya minyaknya dapat mencapai
maksimum.
Besarnya gravity drainage dipengaruhi oleh gravity minyak,
permeabilitas zona produktif, dan juga dari kemiringan dari formasinya.
Faktor-faktor kombinasi seperti misalnya, viskositas rendah, specific
gravity rendah, mengalir pada atau sepanjang zona dengan permeabilitas
tinggi dengan kemiringan lapisan cukup curam, ini semuanya akan
menyebabkan perbesaran dalam pergerakan minyak dalam struktur
lapisannya.

38
Gambar 1.19. Gravitational Segregation Drive Reservoir

Dalam reservoir gravity drainage perembesan airnya kecil atau


hampir tidak ada produksi air. Laju penurunan tekanan tergantung pada
jumlah gas yang ada. Jika produksi semata-mata hanya karena gas
gravitasi, maka penurunan tekanan dengan berjalannya produksi akan
cepat. Hal ini disebabkan karena gas yang terbebaskan dari larutannya
terproduksi pada sumur struktur sehingga tekanan cepat akan habis.
Recovery yang mungkin diperoleh dari jenis reservoir gravity
drainage ini sangat bervariasi. Bila gravity drainage baik, atau bila laju
produksi dibatasi untuk mendapatkan keuntungan maksimal dari gaya
gravity drainage ini maka recovery yang didapat akan tinggi. Pernah
tercatat bahwa recovery dari gravity drainage ini melebihi 80% dari
cadangan awal (IOIP). Pada reservoir dimana bekerja juga solution gas
drive ternyata recovery-nya menjadi lebih kecil.
Dapat disimpulkan suatu reservoir jenis ini mempunyai kelakuan :
Penurunan tekanan relatif cepat
GOR naik dengan cepat hingga maksimum kemudian turun secara
kontinyu
Produksi air sangat kecil bahkan diabaikan
Recovery sekitar 20 - 60 %

1.6.5. Combination Drive Reservoir


Sebelumnya telah dijelaskan bahwa reservoir minyak dapat dibagi
dalam beberapa jenis sesuai dengan jenis energi pendorongnya. Tidak

39
jarang dalam keadaan sebenarnya energi-energi pendorong ini bekerja
bersamaan dan simultan. Bila demikian, maka energi pendorong yang
bekerja pada reservoir itu merupakan kombinasi beberapa energi
pendorong, sehingga dikenal dengan nama combination drive reservoir.
Kombinasi yang umum dijumpai adalah antara gas cap drive dengan
water drive. Sehingga sifat-sifat reservoirnya jadi lebih kompleks jika
dibandingkan dengan energi pendorong tunggal.
Untuk reservoir minyak jenis ini, maka gas yang terdapat pada gas
cap akan mendesak kedalam formasi minyak, demikian pula dengan air
yang berada pada bagian bawah dari reservoir tersebut. Pada saat
produksi minyak tidak sempat berubah fasa menjadi gas sebab tekanan
reservoir masih cukup tinggi karena dikontrol oleh tekanan gas dari atas
dan air dari bawah. Dengan demikian peristiwa depletion untuk reservoir
jenis ini dikatakan tidak ada, sehingga minyak yang masih tersisa di
dalam reservoir semakin kecil karena recovery minyaknya tinggi dan
efesiensi produksinya lebih tinggi.
Dapat disimpulkan suatu reservoir jenis ini mempunyai kelakuan
seperti dibawah ini :
Penurunan tekanan relatif cukup cepat
WOR akan naik secara perlahan
Jika ada gas cap maka sumur-sumur yang terletak di struktur atas dari
reservoir tersebut akan mengalami peningkatan GOR dengan cepat.
Faktor perolehan dari combination drive adalah lebih besar
dibandingkan dengan solution gas drive tetapi lebih kecil jika
dibandingkan dengan gas cap dan water drive.

1.6.6. Drive Index


Jika terdapat lebih dari satu mekanisme pendorongan yang bekerja
pada suatu reservoir, maka kontribusi masing-masing mekanisme
pendorongan tersebut pada perolehan minyak dinyatakan oleh suatu
angka yang disebut dengan drive index. Drive index adalah fraksi volume

40
(underground withdrawal) yang terambil akibat driving mechanism
tertentu. Menurut Pirson, driving index untuk ketiga driving mechanism
tersebut di atas adalah:
DDI : Depletion drive index
SDI : Segregation (gas cap) index
WDI : Water drive index

1.7. Penentuan Cadangan


Cadangan adalah kuantitas (jumlah volume) minyak dan gas yang dapat
diperoleh atau diproduksikan secara komersial. Cadangan dapat ditindak
lanjuti untuk dihitung apabila telah memenuhi beberapa kriteria, antara lain
adalah :
1. Telah diketemukan (discovered)
2. Dapat diambil (recoverable)
3. Memenuhi syarat komersialitas (commercial)
4. Adanya sejumlah volume yang tersisa (remaining).
Apabila telah terjadi produksi, maka cadangan terbukti sering disebut
estimed remaining reserves atau cadangan terbukti yang tertinggal. Jumlah
produksi dan cadangan terbukti yang tertinggal disebut estimated ultimate
recovery atau cadangan ultimate, sedangkan jumlah total minyak didalam
reservoir disebut sebagai Initial Oil In Place (IOIP), hanya sebagian IOIP
yang bisa diproduksikan sehingga menjadi cadangan terbukti.

EUR = CUM + ERR

dimana :
EUR : Estimed Ultimate Recovery atau cadangan ultimate
CUM : Cummulatif Production
ERR : Estimated Remaining Reserves atau cadangan terbukti tertinggal
IOIP : Initial Oil In Place atau Jumlah minyak didalam reservoir dan
bukan jumlah yang dapat diproduksikan
RF : Recovery Factor adalah presentase dari IOIP yang dapat

41
diproduksikan (RF = Cadangan Terbukti/IOIP)

Sebelum memasuki pokok materi yang akan dibahas, untuk lebih


memudahkan dalam pemahamannya, maka perlu mengetahui beberapa istilah
yang sering digunakan dalam menentukan cadangan atau pada umumnya
dipakai dalam Teknik Reservoir. Istilah tersebut meliputi pengertian
cadangan, remaining recoverable reserve, serta recovery factor.
Cadangan atau reserve, merupakan jumlah hidrokarbon yang ditemukan
dalam batuan reservoir dan hidrokarbon yang diproduksikan. Jumlah
minyak yang dapat diproduksi sampai batas ekonominya disebut Ultimate
Recovery. Jumlah minyak yang ada dalam reservoir pada keadaan awal
sebelum reservoir tersebut diproduksi disebut Original Oil In Place
(OOIP).
Remaining Recoverable Reserve, yaitu jumlah hidrokarbon yang tersisa,
yang masih memungkinkan untuk dapat diproduksikan sampai batas
ekonominya.
Recovery Factor, merupakan angka perbandingan antara hidrokarbon yang
dapat diproduksikan dengan jumlah minyak mula-mula dalam reservoir.
Recovery factor dipengaruhi oleh mekanisme pendorong, sifat fisik batuan
dan fluida reservoir tersebut.

Metode yang digunakan untuk memperkirakan besarnya cadangan yaitu


berdasarkan pada urutan proses eksplorasi reservoir dan untuk memudahkan
pemahaman, metode yang dapat digunakan dalam perhitungan cadangan
reservoir adalah sebagai berikut:

1.7.1. Metoda Volumetrik


Perkiraan cadangan hidrokarbon dengan menggunakan metoda
volumetrik merupakan salah satu metoda yang paling sederhana, dimana
dilakukan sebelum tahap pengembangan dan data-data yang dibutuhkan
juga belum banyak, hanya data-data geologi serta sebagian data-data
batuan dan fluida reservoir.

42
Data-data yang dibutuhkan untuk melakukan perkiraan cadangan
adalah Luas, ketebalan, , Swi, Boi, dan Bgi. Data sifat-sifat fisik batuan
dan fluida reservoir diperoleh dari hasil laboratorium, sedangkan untuk
menentukan Vb diperlukan data-data geologi yang representatif.
Untuk menentukan nilai Original Oil In Place (OOIP), maka dipakai
persamaan sebagai berikut :

OOIP = 7758 x A x h x x (1-Swi) / Boi

Dan menentukan nilai Original Gas In Place (OGIP), digunakan


persamaan sebagai berikut :

OGIP = 43560 x A x h x x (1-Swi) / Bgi

Keterangan :
A = Luas, acre
h = ketebalan, ft
= porositas, fraksi
Swi = Saturasi air, fraksi
Boi = factor volume formasi minyak awal, bbl/stb
Bgi = factor volume formasi gas awal, bbl/scf

1.7.2. Metoda volumetrik probabilistic menggunakan Simulasi Monte


Carlo
Metode probablistik menghilangkan definisi proven, probable, dan
possible yang kaku (rigid) dan menggantinya dengan konsep probabilitas.
Dengan cara ini, cadangan diklasifikasikan berdasarkan tingkat
probabilitas (kemungkinan) harga yang terhitung. Hal ini ditentukan
menurut kurva distribusi probabilitas untuk tiap parameter dalam
persamaan yang digunakan untuk menghitung cadangan.

1.7.3. Metoda Material Balance

43
Metoda material balance dapat digunakan untuk memperkirakan besar
cadangan reservoir, dimana data-data produksi yang diperoleh sudah
cukup banyak. Prinsip dari metoda material balance ini didasarkan pada
prinsip kesetimbangan volumetrik yang menyatakan bahwa, apabila
volume suatu reservoir konstan, maka jumlah aljabar dari perubahan-
perubahan volume minyak, gas bebas dan air dalam reservoir harus sama
dengan nol.
Persamaan umum material balance untuk menghitung cadangan
adalah sebagai berikut:

Keterangan :

Np = Kumulatif produksi minyak, stb

Bo = factor volume formasi minyak, bbl/stb

N = original oil in place, stb

Rp = kumulatif produksi gas oil ratio, scf/stb

Rs = rasio gas minyak solution, scf/stb

Rsi = rasio gas minyak solution inisial, scf/stb

Bg = factor volume formasi gas, cuft/scf

Boi = factor volume formasi minyak inisial , bbl/stb

Bgi = factor volume formasi gas inisial , cuft/scf

m = rasio gas cap inisial

44
Swc = saturasi water connate, fraction

Cw = kompresibilitas air, 1/psi

Cf = kompresibilitas formasi, 1/psi

p = perbedaan tekanan, psi

We = kumulatif water influx, stb

Wp = kumulatif produksi air, stb

Ada tiga asumsi dasar yang mendasari lahirnya persamaan ini :


1. Ketika sejumlah minyak dari reservoir diproduksikan ke
pemukaan, ruangan pori yang sebelumnya ditempati minyak pasti
akan ditempati oleh sesuatu yang lain
2. Kecuali dalam kasus fluida diinjeksikan, produksi minyak pasti
akan menurunkan tekanan reservoir
3. Penurunan tekanan akan menyebabkan :
Masuknya fluida dari aquifer atau gas cap yang berdekatan
dengan reservoir
Ekspansi fluida yang menempati reservoir
Ekspansi butiran reservoir

Persamaan persamaan khusus pada Material Balance


1. Reservoir tanpa gas cap (tidak jenuh, undersaturated). Karena tidak
ada gas cap dalam reservoir ini maka m = 0, sehingga persamaan yang
berlaku adalah:

2. Reservoir gas. Untuk reservoir gas maka tidak ada minyak di reservoir

sehingga N = 0, dan tidak ada gas in solution sehingga = 0, serta

45
tidak ada produksi minyak sehingga = 0. Oleh karena itu, =

dan = G sehingga persamaan yang berlaku untuk

reservoir gas adalah:

atau

Plot p/z untuk reservoir gas:


Dengan mengaplikasikan hokum gas dimana pV = Z n R T, maka di
dapat :

Volume reservoir gas, Vi dapat diubah dalam satuan SCF dengan


membaginya dengan Bgi, maka di dapat :

Vi = G Bgi

Dan jika dikombinasikan, maka akan menjadi :

Keterangan :
Tf = temperature formasi, oR
Pi = Tekanan reservoir inisial, Psi
Tsc = Temperatur keadaan stanar, oR
Psc = Tekanan keadaan standar, psi
Dengan memplot antara p/z dan G, kita dapat garis lurus dengan
kemiringan (Tf Psc / Tsc Bgi G)

46
3. Saturated oil reservoir. Saturated di sini berarti tekanan di reservoir p

. Umumnya juga terbentuk gas cap. Jika kompresibilitas air dan

pori dibaikan maka:

atau

1.7.4. Persamaan Material Balance Sebagai Persamaan Linier


Penggunaan persamaan material balance sebagai persamaan linier telah
dikenal sejak tahun 1953. Namun, cara penerapan yang seperti itu tidak
begitu populer dan dikaji secara mendalam sampai Havlena dan Odeh
menyampaikan metode persamaan linier masing-masing pada tahun 1963
dan 1964.

47
Cara yang dipakai oleh mereka adalah mengelompokkan underground
withdrawal dan drive mechanisms sebagai berikut.

Untuk persamaan material balance tersebut, underground withdrawal


(termasuk air terproduksi) disebut dengan F dimana:
F = Np [Bo + (Rp Rs) Bg] + WpBw
Ekspansi minyak dan gas yang asalnya terlarut disebut dengan Eo dimana:
Eo = (Bo Boi) + (Rsi + Rso) Bg
Ekspansi gas cap disebut dengan Eg dimana:
Eg = Boi (Bg/Bgi - 1)
Ekspansi connate water dan pengurangan volume pori, disebut dengan Efw
dimana:
Efw = (1 + m) Boi (SwcCw + Cf / 1 Swc) p
Maka persamaan umum material balance dapat ditulis sebagai:
F = N (Eo + m Eg + Efw) + We
Persamaan di atas adalah persamaan umum untuk material balance
Havlena-Odeh yang dapat dianggap linear untuk keadaan tertentu.

1.7.5. Metode penentuan Recovery

Untuk menentukan seberapa besar nilai recovery terdapat beberapa


metode, diantaranya adalah Muskat dan metode Tarner

1. Metode Muskat, untuk saturated dan volumetric reservoir dengan


menghitung So/p

Jika volume minyak sisa pada tekanan p dan waktu t adalah :

48
Maka :

Dan jika volume gas sisa pada tekanan p dan waktu t adalah :

Dimana suku pertama dan suku kedua di ruas kanan adalah masing
masing gas in solution dan free gas, maka :

2. Metode Tarner

Pada tahun 1944, Tarner membuat sebuah cara untuk memprediksikan


kumulatif produksi minyak (Np) dan kumulatif produksi gas (Gp)
sebagai sebuah fungsi daidalam tekanan reservoir. Metode ini didasari
pada pemecahan MBE dan persamaan GOR untuk mengetahui
penurunan tekanan reservoir yang disebut P* sebagai tekanan baru
(asumsi). Ini didasari pada asumsi dimana nilai Np dan Gp telah
bertambah Karena telah memakai tekanan asumsi yang baru tadi.
Metode ini hanya bisa digunakan unutk memprediksi pergerakan
volumetric reservoir saat memakai mekanisme pendorong yang
berbeda.

1.7.6. Metoda Decline Curve

49
Secara alamiah, laju produksi akan mengalami penurunan sejalan
dengan waktu. Decline curve merupakan suatu metoda yang
menggambarkan penurunan kondisi reservoir dan produksinya terhadap
waktu. Pada prinsipnya, metoda decline curve adalah membuat grafik
hubungan antara laju produksi terhadap waktu atau laju produksi terhadap
produksi kumulatif.
Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan produksi tersebut
antara lain:
1. Tekanan reservoir menurun
2. Perubahan permeabilitas relatif
3. Water cut atau GOR meningkat
4. Kerusakan formasi karena kegiatan produksi
5. Fluid cross flow
6. Kombinasi berbagai faktor di atas.

Metode decline curve tidak dapat dilakukan untuk kasus-kasus


berikut:

Reservoir dengan water drive atau gas cap drive yang kuat karena
dalam kasus ini laju produksi dikontrol oleh gaya eksternal dan
biasanya mengalami penurunan tekanan yang sedikit (minimal).

Tight reservoir pada tahap awal depletion karena pada kasus ini
production decline tidak merefleksikan karakter reservoir secara utuh.
Laju produksi diakibatkan oleh kondisi infinite acting reservoir

Reservoir dengan sumur-sumur yang sedang mengalami batasan


secara mekanis karena dalam kasus ini laju produksi dikontrol oleh
batasan mekanis tersebut, misalnya choke, dan bukan oleh
keterbatasan kemampuan reservoir untuk memproduksikan minyak.

50
Arps yang merupakan pencipta dari decline curve telah membuat
persamaan bentuk kurva penurunan laju produksi yang dibagi menjadi
tiga, yaitu:
Exponential decline,
Hyperbolic decline dan
Harmonic decline.

Ide dasar dari Arps tidak lepas dari defisini loss ratio dari Johnson dan
Bollen, setiap bentuk persamaan kurva penurunan memiliki perbredaan.
Decline curve jenis exponential dicirikan oleh loss ration yang konstan,
sedangkan decline curve jenis hyperbolic dicirikan oleh turunan pertama
dari loss ratio yang konstan. Ide dasar Arps yaitu :

Decline rate (D) dapat di definisikan sebagai :

Yang mana menunjukkan seberapa banyak perubahan laju produksi


setelah suatu periode waktu tertentu dibandingkan dengan laju produksi
sebelum periode waktu tersebut.

Pada tahun 1980, Fetkovich mempopulerkan type curves, yang mana


type curves sendiri berarti kurva-kurva yang dihasilkan secara matematis
yaitu menggunakan model matematis yang merupakan solusi analitik
(eksak maupun pendekatan) terhadap persamaan difusivitas, dan type
curves sendiri merupakan dasar untuk melakukan analisis dan perhitungan
laju penurunan produksi.

Dalam analisa dan perhitungan laju penurunan produksi dibutuhkan


pemahaman periode aliran. Periode aliran tersebut dibagi menjadi 3

51
kategori, yaitu transient, pseudosteady state, dan steady state. Berdasarkan
hal itu, periode penurunan produksi pada suatu sumur dapat dibagi
menjadi dua bagian utama, yaitu:
1. Transient decline (infinite acting), yaitu penurunan produksi
alamiah yang disebabkan oleh ekspansi minyak, gas, dan air dalam
suatu daerah pengurasan (drainage area) dengan radius yang
berubah (membesar) sehingga volume pengurasan tidak tetap.
2. Depletion decline (pseudosteady state), yaitu penurunan produksi
alamiah setelah transient decline; hal ini terjadi setelah jari-jari
pengurasan (drainage radius) telah mencapai batas luar reservoir
sehingga sumur berproduksi dari suatu volume reservoir yang
konstan.

1.7.7. Simulasi Reservoir

Pengertian kata simulasi adalah proses pemanfaatan model buatan


yang dibuat untuk mewakili karakteristik reservoir, dengan tujuan untuk
mempelajari, mengetahui ataupun memperkirakan kelakuan dan kinerja
aliran fluida pada reservoir tersebut. Terdapat beberapa macam metode
yang dapat digunakan dalam pembuatan tiruan sistem tersebut, yang biasa
disebut sebagai model. Jenis model yang dapat digunakan pada simulasi
adalah model analog, model fisik, dan model matematik.

Secara umum simulasi reservoir digunakan sebagai acuan dalam


perencanaan manajemen reservoir, antara lain sebagai berikut:

Memperkirakan kinerja reservoir pada berbagai tahapan dan


metode produksi yang diterapkan:

- Sembur alam

- Pressure maintenance

- Reservoir energy maintenance (secondary recovery)

52
- Enhanced oil recovery (EOR)

Mempelajari pengaruh laju alir terhadap perolehan minyak dengan


menentukan laju alir maksimum (maximum efficient rate, MER).
Menentukan jumlah dan lokasi sumur untuk mendapatkan
perolehan minyak yang optimum.
Menentukan pola sumur injeksi dan produksi untuk
mengoptimalkan pola penyapuan.
Memperhitungkan adanya indikasi coning dalam menentukan
interval komplesi yang optimum serta pemilihan jenis sumur, vertikal,
atau horizontal.

1.7.7.1. Jenis Simulasi


Jenis simulasi secara garis besar dibedakan menjadi 3, antara lain:
Black Oil Simulation
Black oil simulation digunakan untuk kondisi isothermal, aliran simultan
dari minyak, gas, dan air yang berhubungan dengan viskositas, gaya
gravitasi dan gaya kapiler. Komposisi fasa dianggap konstan walau
kelarutan gas dalam minyak dan air ikut diperhitungkan. Hasil studi ini
biasanya digunakan untuk studi injeksi air dan juga untuk peramalan.
Thermal Simulasi
Simulasi jenis ini digunakan untuk studi aliran fluida, perpindahan panas
maupun reaksi kimia. Biasanya digunakan untuk studi injeksi uap panas
dan pada proses perolehan minyak tahap lanjut (in situ combution).
Compotional Simulasi
Simulasi reservoir ini digunakan untuk berbagai komposisi fasa
hidrokarbon yang berubah terhadap tekanan. Biasanya simulasi ini
digunakan untuk studi perilaku reservoir yang berisi volatile oil dan gas
condensat.

53

You might also like