You are on page 1of 11

TUGAS EKONOMI

Nama: Andien Firsty Brylyandita Febriana


Kelas/ absen: X MIPA 2/ 05

SMA NEGERI 2 WONOSARI


Jalan Ki Ageng Giring 3 Wonosari, Gunungkidul 55813 Telp. (0274) 391158
Daerah Istimewa Yogyakarta
ALAT PEMBAYARAN TUNAI DAN NON TUNAI
(Pengantar Sistem Pembayaran & Instrumen Pembayaran)

I. ALAT PEMBAYARAN TUNAI

Salah satu contoh alat pembayaran tunai adalah uang . Berikut ini contoh alat
pembayaran berupa pecahan uang kertas rupiah baru (Rp 10.000,00/ Rp20.000,00),
dengan penjelasan unsur- usur pengaman yang terdapat pada pecahan uang kertas
rupiah baru tersebut.

Ada dua bentuk unsur pengaman pada uang kertas rupiah

i. Unsur pengaman yang terbuka (overt security features). Pendeteksian unsur


pengaman tersebut dapat dilakukan secara kasat mata, perabaan tangan, dan
peralatan sederhana (kaca pembesar dan ultra violet.

ii. Unsur pengaman yang tidak terbuka (covert security features). Pendeteksian unsur
pengaman yang tidak terbuka hanya dapat dilakukan dengan mesin yang memiliki
sensor dengan tingkat kepastian dan kecepatan yang cukup tinggi.

a. Uang kertas Rp 10.000,00


b. Uang kertas Rp 20.000,00
II. ALAT PEMBAYARAN NON TUNAI

A. Bilyet giro

Bilyet giro merupakan alat pembayaran paling lama yang digunakan oleh masyarakat indonesia.
Bilyet giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk
memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkuta kepada rekening pemegang
yang disebutkan namanya.enggunaan bilyet giro tidak diatur dalam KUHD melainkan dalam SK
No.28/32/KEP/DIR dan SE No.28/32/UPG tanggal 4 Juli 1995 tentang Bilyet Giro. Adapun syarat
formal bilyet giro menurut SK tersebut adalah sebagai berikut :

a) Nama bilyet giro dan nomor bilyet giro yang bersangkutan

b) Nama tertarik

c) Perintah yang jelas tanpa syarat untuk memindahbukukan dana atas beban rekening
penarik

d) Nama dan nomor rekening pemegang

e) Nama bank penerima

f) Jumlah dana yang dipindahbukukan baik dalam angka maupun dalam huruf
selengkap-lengkapnya

g) Tempat dan tanggal penarikan

h) Tanda tangan, nama jelas dan atau dilengkapi dengan cap, stempel sesuai dengan
persyaratan pembukuan rekening.
B. Kartu debit

Kartu debet adalah alat pembayaran menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan
pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi
pembelanjaan di mana ewajiban pemegang kartu dipenuhi seketika dengan mengurangi secara
langsung simpanan pemegang kartu pada bank atau lembaga selain bank yang berwenang untuk
meghimpun dana sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Sebagaimana halnya kartu
kredit, mekanisme pembayaran dengan kartu debit juga memerlukan proses otorisasi serta
ditambah dengan penggunaan PIN (Personal Identification Number) oleh pemegang kartu.

C. Kartu kredit

Kartu kredit merupakan alat pembayaran yang memiliki prinsip buy now pay latter, di mana
pada saat transaksi kewajiban pemegang kartu ditalangi terlebih dahulu oleh penerbit kartu kredit.
Pemegang kartu dapat melunasi pembayaran berdasarkan waktu yang disepakati antara pemegang
kartu kredit dan penerbit.

a) Penerbit (Issuer), yaitu pihak yang menerbitkan kartu kredit. Dalam hal ini, issuer
merupakan pihak yang mengadakan perjanjian dengan dan yang memberikan
fasilitas kredit kepada pemegang kartu.

b) Pengelola (Acquirer), yaitu pihak yang mengadakan hubungan atau kerjasama dengan
pedagang.

c) Prinsipal adalah pihak pemilik hak tunggal atas merk dalam penyelenggaraan kartu kredit
seperti Visa, MasterCard, Dinners dan lain-lain.

Setiap transaksi pembayaran dengan menggunakan kartu kredit memerlukan proses otorisasi
terlebih dahulu oleh penerbit mengenai keabsahan dari kartu yang digunakan serta batas limit
nominal transaksi yang dilakukan. Otorisasi ini biasanya dilakukan secara on-line dengan
meng-insert kartu melalui terminal EDC/POS (Electronic Data Capture/Point of Sales) yang ada di
pedagang.

D. E-money

E-money merupakan alat pembayaran dalam bentuk elektronik di mana nilai uangnya disimpan
dalam media elektronik tertentu. Penggunanya haru menyetorkan uangnya terlebih dahulu kepada
penerbit dan disimpan dalam media elektronik sebelum mengunakannya untuk keperluan
transaksi. Ketika digunakan, nilai uang eletronik yang tersimpan dalam media elektronik akan
berkurang sebesar transaksi dan setelahnya dapat mengisi kembali(top-up). media elektronik
untuk menyimpan nilai uang elektronik dapat berupa chip atau server Saat ini, di beberapa negara
telah mulai dikenal instrumen pembayaran elektronis yang dikenal sebagai electronic money atau
sering disebut dengan e-money, yang karakteristiknya sedikit berbeda dengan pembayaran
elektronis yang telah disebutkan sebelumnya karena pembayaran dengan menggunakan e-money
tidak selalu memerlukan proses otorisasi untuk pembebanan ke rekening nasabah yang
menggunakannya. Hal ini dikarenakan pada e-money tersebut telah terekam sejumlah nilai uang.
Dengan karakteristik tersebut, pada prinsipnya seseorang yang memiliki emoney sama dengan
memiliki uang tunai. Hanya saja nilai uang tersebut dikonversikan dalam bentuk elektronis. Dalam
salah satu laporan yang diterbitkan oleh BIS pada bulan Oktober 1996, e-money didefinisikan
sebagai produk-produk stored-value atau prepaid dimana sejumlah dana disimpan secara
elektronis dalam suatu peralatan elektronis yang dimiliki oleh seseorang. Nilai elektronis ini
dapat dibeli oleh seseorang dan tersimpan dalam peralatan elektronis miliknya dimana nilainya
akan berkurang pada saat digunakan untuk melakukan pembayaran. Berbeda dengan kebanyakan
single-prepaid card yang ada saat ini (seperti kartu telepon), e-money dimaksudkan untuk berbagai
keperluan pembayaran.

Dilihat dari media yang digunakan, secara umum ada dua tipe produk emoney yaitu :

a. Prepaid Card (disebut juga electronic purses), dengan karakteristik sebagai berikut :

1) Nilai elektronis disimpan dalam suatu chip (integrated circuit) yang tertanam pada kartu.

2) Mekanisme pemindahan dana dilakukan dengan meng-insert kartu ke suatu card reader.

b. Prepaid software (sering disebut juga digital cash), dengan karakteristik sebagai berikut :

1) Nilai elektronis disimpan dalam suatu hard disk komputer.

2) Mekanisme pemindahan dana dilakukan melalui suatu jaringan komunikasi seperti Internet,
pada saat melakukan pembayaran.

Perkembangan e-money di berbagai negara telah menimbulkan issue seputar implikasinya terhadap
kebijakan bank sentral, antara lain implikasi terhadap kebijakan moneter, pendapatan seigniorage
bank sentral, kelembagaan yang dapat menerbitkan e-money, security, dan money laundering.
Berbagai studi mengenai implikasi pengembangan e-money tersebut telah dilakukan, diantaranya
oleh BIS. Pada bulan Oktober 1996 BIS menerbitkan laporan hasil kajiannya yang berjudul
Implications for Central Banks of The Development Electronic Money.
III. CARA PENGELOLAAN UANG RUPIAH OLEH BANK INDONESIA

Tahapan-tahapan pengelolaan uang rupiah yang dilakukan oleh bank indonesia:

a. Perencanaan

Perencanaan dan penentuan julah uang rupiah yang dicetak dilakukan Bank Indonesia yang
berkoordinasi dengan pemerintah antara terkait dengan asumsi tingkat inflasi,pertumbuhan
ekonomi, rencana tentang macam dan harga rupiah, proyeksi jumlah rupiah yang perlu dicetak,
erta jumlah rupiah yang rusak dan yang ditarik dari peredaran. Adapun penyediaan jumlah rupiah
yag beredar dilakukan oleh Bank Indonesia.

b. Pencetakan

Pencetakan rupiah dilakukan oleh Bank INdonesia dengan ,enunjuk BUMN sebagai pelaksana
pencetakan uang dan harus menjaga mutu, keamanan, dan harga yang bersaing.

c. Pengeluaran

Pengeluaran rupiah dilakukan dan ditetapkan oleh BAnk Indoneisa, ditempatkan dalam lembaran
Republik INdonesia, serta diumumkan

d. Pengedaran

Bank Indonesia mengedarkan uang rupiah sesuai dengan kebutuhan jumlah uang beredar. Sebagai
satu-satunya bank yang berhak menedarkan uang rupiah, Bank Indonesia menentukan nomor seri
uang rupiah kertas.

e. Pencabutan dan penarikan

Pencabutan dan penarikan unag rupiah dari peredaran dilakukan dan ditetapkan oleh Bank
Indonesia dan diberi penggantian sebesar nilai nominal yang sama.

f. Pemusnahan

Pemusnahan rupiah dilakukan Bank Indonesia yang berkoordinasi dengan pemerintah. Adapun
keriteria yang dimusnahkan yaitu rupiah yang tidak layak edar, rupiah yang masih layak edar
yanf dengan pertimbangan tertentu tidak lagi mempunyai manfaat ekonomis dan/kurang diminati
masyarakat, dan/atau rupiah yang tidak berlaku.

Ketentuan lebih lanjut mengenai uang rupiah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia
No.14/7/PBI/2012 tentang pengelolaan uang rupiah dan berdasarkan UU No.7 Tahun 2011
tentang Mata Uang.
IV. CARA BANK INDONESIA MENENTUKAN JUMLAH UANG YANG BEREDAR DI
MASYARAKAT. (KEBIJAKAN PENGEDARAN UANG DI INDONESIA)

Dalam mencapai stabilitas jumlah uang yang beredar dimasyarakat, bank indonesia sebagai bank
sentral di Indonesia selalu berusaha dengan berbagai kebijakannya yang dirumuskan dengan
memenui kebutuhan uang rupiah di masyarakat dalam jumalah nominal yang cukup, jenis
pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi yang layak edar. Jika dijabarkan misi
tersebut adalah sebagai berikut:

Setiap uang yang diterbitkan harus dapat mempermudah kelancaran transaksi pembayaran tunai,
dapat diterima, dan dipercaya oleh masyarakat. Dengan karakteristik uang mudah digunakan dan
nyaman, tahan lama, mudah dikenali, dan sulit dipalsukan.

Bank Indonesia mengupayakan agar uang yang beredar dimasyarakat cukup dan memperhatikan
kesesuain jenis pecahannya.

Terdapat lembaga yang mewadai uang tersebut secara regional maupun nasional.

Dalam pencapaian misi diatas, Bank Indonesia merumuskan kegiatan startegis pengedaran uang
sebagai berikut:

Penerbitan uang baru harus dilaksanakan berdasarkan penelitian dan perencanaan yang
sebaik-baiknya

TersiSanya stok uang yang cukup dengan dukungan distribusi uang yang maksimal

Distribusi uang yang cukup, lancar dan tepat waktu

Adanya kebijakan lembaga keungan lainnya demi kelancaran peredaran uang dari Bank Indonesia
yang melalui:

Kebijakan dalam mengatur jumlah uang dalam kas lembaga tersebut

Mendorong terbentuknya lembaga cash/money center yang memiliki fungsi pemrosesan uang

Kegiatan penukaran uang dilakukan lembaga keuangan diluar Bank Indonesia

Mondorong sirkulasi uang antar bank yang surplus dengan bank yang defisit

Penyempurnaan dalam bidang pengedaran uangyang berkaitan dengan infrastruktur

Memajukan teknologi informasi masalah keuangan yang cepat dan akurat

Penyempurnaan organisasi yang melaksanakan pengedaran uang agar manajemen pengedaran


uang tepat sasaran.
Manajemen Pengedaran Uang

Fungsi manajemen yang meliputi Planing, Organizing, Actuating dan Controling yang diterapkan
dalam pengedaran uang yang dimuali dari perencanaan jumlah uang yang diedarkan berdasarkan
penelitian, pengorganisasian uang yang beredar, dan mengedarkan uang ke masyarakat lalu tahap
evalusi yang nantinya uang tersebut akan kembali kepada Bank Indonesia. Pengedaran uang
dapat melalui empat fase yaitu fase pengeluaran, pengedaran, pencabutan dan penarikan serta
pemusnahan uang rupiah dan penanggulangan uang palsu.

Pengeluaran Uang Rupiah, pengeluaran ini maksudnya adalah menerbitkan uang kartal, dalam
penerbitan uang harus sesuia perencanaan yang matang dan komprehensif agar uang yang
diterbitkan mempunyai mutu yang baik dan dapat dipercaya oleh masyarakat dengan cara:
Perencanaan penerbitan uang emisi baru dan

Perencanaan distribusi Uang

a) Perencanaan penerbitan uang emisi baru

Dalam penerbitan uang emisi baru harus memperhatikan kepercayaan masrakat akan uang
tersebut, adapun pedoman dalam penciptaan uang baru sebagai berikut:
Menata kembali satuan hitung suatu uang agar lebih sederhana dan memperlancar transaksi
pembayaran tunai
Pecahan baru yang diterbitkan haruslah mengikuti perkembangan ekonomi seperti tingkat
inflasi dan perubahan nilai tukar
b) Perubahan-perubahan pada uang( (bahan maupun teknik cetaknya) demi meningkatkan
kualitas atau efisiensi mencetakan uang dengan cara merubah ukuran uang, perubahan
teknik cetak, penambahan unsur keamanan uang maupun gambargambar desain. Terdapat
kewajaran antara niali intrinsik dan nomilnal pada uang logam.

Penerbitan uang khusus guna untuk memperingati kejadian momental seperti peringatan hari
kemerdekaan atau hari anank sedunia yang sifatnya internasional, nantinya akan mendapatkan
royalti dari pembuatan uang khusu ini yang direalisasikan kepada pembangunan demi
kesejahteraan rakyat banyak.

Dalam perencanaan uang baru haruslah memberi rasa nyaman, mudah dikenali ciri khas
keasliannya, tahan lama dan sulit dipalsukan. Kenyamanan penggunaan uang ini yang nantinya
dapat dipegunakan oleh masyarakat luas dengan menunjung tinggi nilai kepraktisan uang tersebut
mulai dari penyimpananya sampai penggunaanya, kemudahan uang tersebut dalam penyimanan
dan pengambilanya sewaktu-waktu, mudah dikenali ciri khas secara fisik uang tersebut, Tahan
lama yang artinya uang tersebut tidak mudah rusak ataupun sobek, hal ini berkaitan erat dengan
bahan yang digunakan dalam pembuatan uang tersebut, Sulit dipalsukan yang artinya uang
tersebut tidak mudah ditiru walaupun dengan teknologi yang mutahir sekalipun dengan cara
memberi suatu pengaman uang dan cara pencetakan uang sehinnga mendapatkan hasil yang
berbeda dengan uang hasil tiruan.
Dalam pembuatan uang baru, perlu adanya desain yang mendandung unsur identitas suatu negara,
seperti flora fauna, kesenian budaya nasional, pemandangan alam sampai gambar pahlawan.
Selain gambar pula perlu dipertimbangkan untuk ukuran uang tersebut sampai tata letak tulisan
dan gambar uang. Selain desain perlu juga ada unsur pengamanan pada uang yang dicetak, sperti
uang rupiah terdapat pita yang disulam dalam kertasnya, gambar pahlawan jika diterawang,
tekstusnya kasar, dan pada uang Rp 50.000 terdapat gambar penari bali jika terkena sinar Ultra
Violet. Setelah semua tahap pencetakan uang selesai, maka tahap terakhir adalah penerbitan uang
tersebut ke masyarakat yang memuat macam uang, harga uang, ciri-ciri uang dan tanggal sesuai
dengan alat pembayaran yang sah.

Perencanaan distribusi uang atau Rencana Distribusi Uang (RDU) adalah penetapan jumlah dan
komposisi pecahan uang yang akan dikirim untuk memenui kebutuhan kas setiap kantor Bank
Indonesia selama satu tahun.

Dalam penyusunan RDU ada beberapa faktor pertimbangan:

1. Jumlah setoran(inflow) dan bayaran (outflow);


2. Uang yang dimusnahkan;
3. Jumlah posisi kas;
4. Kondisi ekonomi dan geografis suatu daerahsecara spesifik.

Faktor yang mempengarui inflow atau outflow sangat bergantung pada pertumbuhan ekonomi,
perkembangan inflasi, perbandingan jumlah kredit dan dana, jumlah jaringan kantor bank dan
ATM, perkembangan suatu daerah, faktor musiman, tingkat usia edar uang dan jarak suatu
daerah(geografis).

Pengadaan Uang bertujuan untunk bank indnonesia mempunyai kas uang yang cukup dalam
berbagai macam pecahan dan layak edar demi memenui kebutuhan masyarakat. Sehingga
masyarakat percaya menggunakan uang rupiah untuk segala transaksi ekonominya.proses
pengadaan meliputi pencetakan emisi uang baru dan pencatakan uang rutin yang sudah ada.
Kertas yang digunakan dalam pencetakan uang di impor dari perusahaan uang kertas di luar negri
dan didalam negri dengan kompetitif harha dan kualitas bahan tersebut karena nantinya akan
berhubungan dengan hasil jadi uang yang telah dicetak.

Pengedaran terdiri dari kegiatan distribusi uang dan layanan kas yang dilakukan oleh Bank
Indonesia. Dengan alur dari bank indonesia uang di distribusikan ke kantor-kantor bank indonesia
di daerah dan sebaliknya. Distribusi uang bertujuan agar kas Bank Indonesia yang ada di daerah
berada pada keadaan yang cukup untuk keperluan pembayaran, penukaran dan penggantian uang
selama jangka waktu tertentu. Distribusi uang ini sangat memperhatikan betul perencanaan dalam
kegiatan distribusinya, dengan demikian distribusi uang tersebut tercapai keterpaduan dengan
rencana pengadaan uang dan pengiriman uang dapat terlaksana secara lebih efisien, efektif, cepat
dan tepat waktu sesuai kebutuhan. Layanan kas oleh bank Indonesia pada dasarnya terdiri dari
penerimaan setoran dari bank-bank, kegiatan bayaran, penukaran, dan layanan kas lainnya.
Layanan kas ini bertujuan untuk memenui ketersediaan uang pada kas dan memastikan uang
tersebut layak edar.
Jika ada uang dalam pecahan tertentu dan tahun pencetaka tertentu tidak layak edar, maka Bank
Indonesia melakukan pencabutan dan penarikan uang tersebut dari peredaran karena banyak hal,
entah itu rusak atau memang tidak layak edar karena uang yang diterbitkan mudah ditiru sehingga
dapat menyurutkan kepercayaan masyarakat untuk menggunakan uang rupiah pecahan tersebut.
Uang yang ditarik oleh bank indonesia ini akan disimpan untuk dimusnahkan walaupun uang
tersebut masih dalam kondisi yang baik.

Setelah uang yang dicabut tadi, uang tersebut akan di musnahkan setelah uang tersebut masuk
dalam kas Bank Indonesia dan mendapatkan cap tidak berhara dan pemusnahan. Pemusnahan
yang dilakukan oleh tim khusus oleh bank indonesia dengan pengawasan yang sangat ketat, setah
uang yang dihancurkan telah menjadi limbah racikan uang kertas, lalu limbah tersebut di bakar
dan dibuang kepembuangan terakhir. Jika uang logam yang dileburkan biasanya dilakukan oleh
perusahaan tertentu mengingat limbah logam ini masih bisa digunakan dan mempunyai nilai jual
dengan persyaratan sebagai berikut:

1. Memiliki tempat peleburan sendiri, tungku yang cukup, lokasi yang tertutup dan aman;
2. Memiliki ruang tersendiri yang aman untuk membuka peti uang logam dan penyimpanan
uang logam yang akan dimusnahkan;
3. Memiliki halaman parkir yangcukup luas;
4. Menerbitkan Bank garansi atau surat jaminan.

PENANGGULANGAN UANG PALSU

Dalam rangka ikutserta dalam penanggulangan uang palsu, Bank Indonesia melakukan upaya
prefentif, sedangkan upaya represif merupakan kewenangan apartur penegak hukum. Meskipun
bank indonesia sebagai otoritas moneter tunggal, Bank Indonesia tidak mempunyai kewenangan
menindak kejahatan pemalsuan uang. Selain upaya preventif, Bank Indonesia juga memberikan
bantuan teknis seperti tenaga ahli yang diperlukan aparat penegak hukum baik kepolisian,
kejaksaan maupun pengadilan. Bank Indonesia juga menatausahakan data temuan uang palsu
yang dilaporkan oleh perbankan serta berkerjasama dalam wadah BOTASUPAL (Badan
Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu).

Penangulangan secara preventif ini meliputi:

1. Pemilihan tanda pengaman yang baik;


2. Sosialisasi ciri uang yang asli kepada masyarakat;
3. Penelitian terhadap security features yang sudah dapat dipalsu dan perkembangan
teknologi pemalsuan uang sebagai masukan untuk pengan dalam uang emisi baru;
4. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait misalnya
pelatihan/peningkatan pengetahuan bagi para penyuluh baik Bank Indonesia
maupun dari BOTASUPAL, kepolisian dan perbank

Daftar pustaka:
https://qonitriadi.wordpress.com/2013/03/24/kebijakan-pengedaran-uang-di-indonesia/
LKS Ekonomi Siswa
http://sule-epol.blogspot.co.id/2016/02/makalah-alat-pembayaran-nontunai.html
http://mamatumorang.blogspot.co.id/2014/03/alat-pembayaran-nontunai_19.html

You might also like