You are on page 1of 11

Volume : III, Nomor : 1, Mei 2014 Majalah Ilmiah

Informasi dan Teknologi Ilmiah (INTI)


ISSN : 2339-210X

ANALISA SISTEM PENGENALAN WAJAH BERBENTUK CITRA


DIGITAL DENGAN ALGORITMA PRINCIPAL COMPONENTS
ANALYSIS
Sinar Sinurat

Dosen Tetap Program Studi Teknik Informatika STMIK Budi Darma Medan
Jl. Sisingamangaraja No.338 Simpang Limun Medan
http:// www.inti-budidarma.com // Email : sinarsssinurat@gmail.com ; sin.sinurat@yahoo.com

Abstrak

Analisa Sistem Pengenalan Wajah Berbentuk Citra Digital Dengan Algoritma Principal Components
Analysis untuk mendapatkan identitas daripada pemilik wajah. Banyak aplikasi yang sudah dibangun
sebelumnya hanya dapat mengenali wajah dengan berbagai visualisasi dengan sejumlah metode di mana masing-
masing yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Terdapat sejumlah metode yang diterapkan dalam suatu
aplikasi dalam maksud untuk mengenali citra wajah tetapi aspek akurasi tidak diprioritaskan dan begitu juga
sebaliknya.
Dalam penelitian ini menggunakan metode Principal Component Analysis (PCA) adalah mengkonstruksi
pola input wajah digital menggunakan teknik propagasi dalam pengenalan wajah. Dalam proses konstruksi pola
dan pengenalan wajah mulai dari objek berupa citra wajah, deteksi sisi, konstruksi pola hingga dapat
menentukan suatu karakteristik baru untuk dilanjutkan pengenalan wajah.
Akan dirancang suatu program dengan menguji beberapa sampel data wajah hingga dapat memberikan
suatu pernyataan kesamaan pola wajah yang sedang diamati dan pengenalannya menggunakan Principal
Component Analysis (PCA).

Kata kunci : Pengenalan wajah, Principal Component Analysis, Jaringan Saraf Tiruan, Backpropagation

1. Pendahuluan (luminance) yang tidak tentu, dan ukuran wajah yang


1.1. Latar Belakang bervariasi dalam citra. Contohnya adalah citra yang
Dalam berbagai model komputasi sering diperoleh di bandara, terminal, pintu masuk gedung,
melakukan sistem pencarian dan pengindeksan pada dan pusat perbelanjaan. Selain itu juga pada citra
database citra digital dan video digital, kontrol yang didapatkan dari foto di media massa atau hasil
sistem keamanan dalam akses area terbatas, rekaman video.
konferensi video, dan interaksi manusia dengan
komputer dan mungkin juga menggunakan sistem 1.2. Tujuan Dan Manfaat
propagasi mundur untuk melakukan pencocokan Penelitian ini bertujuan membangun suatu
query yang oleh user, dengan rule-based yang ada desain sistem pengenalan wajah dengan penerapan
dalam knowledge base dan kumpulan fakta. metode PCA pada masukan citra wajah digital dalam
Kajian penelitian pemrosesan wajah (face posisi menghadap kamera hingga sistem dapat
processing), pendeteksian wajah manusia (face memberikan visualisasi hasil sub citra termasuk
detection) adalah salah satu tahap awal dalam proses informasi yang terikat dalam citra tersimpan.
pengenalan wajah (face recognition) dengan Manfaat hasil penelitian diharapkan dapat
parameter-parameter yang dihasilkan melalui digunakan sebagai salah satu langkah untuk
perhitungan PCA membandingkan satu masukan pembelajaran terkait aspek bagaimana membangun
citra wajah dengan membandingkan koleksi citra suatu sistem pemrosesan citra yang mungkin dapat
wajah untuk menghasilkan informasi kecocokan. dikembangkan secara real berguna untuk
Sedangkan autentikasi wajah (face authentication) memasyarakat. Sedangkan aplikasi yang dirancang
digunakan untuk menguji keaslian/ kesamaan suatu memungkinkan dapat digunakan untuk membantu
wajah dengan input data wajah sebelumnya. mempercepat proses pengenalan wajah berdasarkan
Berdasarkan pengamatan uraian persoalan di input citra terhadap sejumlah citra digital tersimpan
atas, Principal Components Analysis (PCA) sehingga informasi yang terikat citra tersebut dapat
mencakup bagaimana penerapan jaringan saraf tiruan dijadikan untuk kepentingan lain.
(neural network), propagasi mundur
(backpropagation) untuk mengenali input citra 1.3. Identifikasi Masalah
wajah. Eigenfaces juga digunakan untuk Dalam pembahasan topik ini dirumuskan
mengkonstruksi bentuk pengenalan pola input citra. beberapa hal, antara lain :
Citra yang berisi lebih dari satu wajah, kemungkinan
memiliki latar yang bervariasi, kondisi pencahayaan
AnalisaSistemPengenalanWajahBerbentukCitraDigitalDenganAlgoritmaPrincipal 112
ComponentsAnalysis.Oleh:SinarSinurat
Volume : III, Nomor : 1, Mei 2014 Majalah Ilmiah
Informasi dan Teknologi Ilmiah (INTI)
ISSN : 2339-210X

1. Bagaimana menerapkan algoritma PCA dalam tubuh seseorang, data dalam suatu file BMP (Bitmap)
rancangan aplikasi perangkat lunak dengan input mewakili apa yang digambarkannya.
citra berdasarkan pola input ? Citra sebagai keluaran dari suatu sistem
2. Bagaimana aplikasi dapat mendeteksi/ mengenali perekaman data dapat bersifat :
pola citra ? 1. Optik berupa foto/ gambar
2. Analog berupa sinyal video seperti gambar pada
1.4. Batasan Masalah monitor televisi
Agar penelitian tidak menyimpang dari konten 3. Digital yang dapat langsung disimpan pada
perumusan masalah maka beberapa batasan masalah media penyimpan magnetik
sebagai berikut :
1. Masukan citra adalah citra digital kecuali tipe Citra juga dapat dikelompokkan menjadi 2
TIF dan GIF, karena jumlah warna di bawah 256 bagian yaitu :
dan terdapat gradien (perubahan warna). 1. Citra tampak (foto, gambar, lukisan, apa yang
2. Masukan Citra digital dengan tingkat keabuan nampak di layar monitor/ televisi, hologram ,
(gray level) 256 level intensitas (batas normal dan lain-lain)
mata manusia). 2. Citra tidak tampak (data foto/ gambar dalam file,
3. Masukan citra digital dalam kategori dua citra yang direpresentasikan dalam fungsi
dimensi, untuk citra berwarna maupun citra matematis)
hitam putih. Citra digital adalah suatu citra f(x,y) yang
4. Posisi citra wajah menghadap kamera (frontal memiliki koordinat spatial, dan tingkat kecerahan
face images), posisi tegak, dan tidak terhalangi yang diskrit. Fungsi f(x,y), dapat dilihat sebagai
bagian objek lain, misalnya topi, kaca mata fungsi dengan dua unsur. Unsur yang pertama
hitam dan lain sebagainya. merupakan kekuatan sumber cahaya yang
5. Objek citra dua dimensi dibatasi oleh kurva melingkupi pandangan kita terhadap objek
tertutup dan kontur objek pada posisi berbeda (illumination). Unsur yang ke dua merupakan
dalam setiap pengamatan. besarnya cahaya yang direfleksikan oleh objek ke
dalam pandangan (reflectance components).
1.5. Metode Penelitian Keduanya dituliskan sebagai fungsi i(x,y) dan r(x,y),
Metode pengumpulan data dilakukan adalah : yang digabungkan sebagai perkalian fungsi untuk
1. Pengumpulan topik-topik terkait : dimensi, membentuk fungsi f(x,y). Fungsi f(x,y), dapat
teknik reduksi, pengenalan pola, bentuk dituliskan dengan persamaan :
penerapan formulasi PCA, klassifikasi objek, f(x,y) = i(x,y) * r(x,y) di mana : 0 < i(x,y) < dan
penentuan atribut berupa size, kontras, resolusi 0 < r(x,y) < 1
dan lain sebagainya. Citra digital merupakan suatu matriks yang
2. Mengoleksi data citra dan menyeleksinya sesuai terdiri dari baris dan kolom, setiap pasangan indeks
dengan persyaratan dalam batasan berupa baris dan kolom menyatakan suatu titik pada citra.
resizing window menjadi maksimum 20 x 20, Nilai matriksnya menyatakan nilai kecerahan titik
masking, dan histogram equalization. tersebut. Titik-titik tersebut dinamakan sebagai
3. Menyusun dan mengelompokkan formula untuk elemen citra, atau pixel (picture element). [Gonzales
setiap item proses, serta membuat rancangan and Woods, 2002].
relasi antar proses hingga integrasi proses dalam
sistem pengenalan wajah.
4. Merancang layout desain input-process-output.
5. Melakukan pengujian terintegrasi dan melihat
perilaku sistem aplikasi hingga melakukan Gambar1 : Analisa Model Citra
validasi. (Sumber : Pengolahan Citra oleh Indawati
6. Mengukur unjuk kerja sebagai bentuk Hestiningsih)
kesimpulan proyek sistem pendeteksi wajah
dengan menghitung detection rate dan false 2.2. Histogram Equalization
positif rate. Histogram equalization untuk melakukan
perluasan kontras citra (contrast strecthing) secara
2. Dasar Teoritis otomatis. Setelah melalui persamaan histogram, citra
2.1 Citra Digital akan memiliki histogram yang lebih seragam.
Citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau [Gonzalez, 2002]. Misalkan r adalah nilai graylevel
imitasi dari suatu objek atau benda yang dapat pixel citra yang akan diproses, dan pr(rk) adalah
ditampilkan pada bidang dua atau tiga dimensi probabilitas munculnya level grayscale rk di dalam
(dwimatra atau trimatra) [Kamus Webster]. citra.
Representasi citra dalam bentuk lain misalnya : foto nk
mewakili entitas diri seseorang di depan kamera, foto Pr (rk ) = ; 0rk1 dan k=0,1,2,.,L-1
sinar-X thorax mewakili keadaan bagian dalam n
AnalisaSistemPengenalanWajahBerbentukCitraDigitalDenganAlgoritmaPrincipal 113
ComponentsAnalysis.Oleh:SinarSinurat
Volume : III, Nomor : 1, Mei 2014 Majalah Ilmiah
Informasi dan Teknologi Ilmiah (INTI)
ISSN : 2339-210X

di mana L : banyaknya level grayscale, nk :


banyaknya pixel dengan level grayscale rk muncul di
dalam citra, dan n adalah banyaknya seluruh pixel di
dalam citra.
k n k n
S = T (r k ) =
j
= j
.
k
j=0 n j=0 n
Gambar 2 : Proses Pengenalan Wajah
; 0rk1 dan k=0,1,2,.,L-1 ..(2.4) di mana : Sumber : Juergen Richter; Advanced In Face
Sk = T(rk) = total kemunculan pixel citra, Recognition Research
nj = jumlah pixel yang memiliki derajat keabuan j
n = jumlah keseluruhan pixel di dalam citra di mana (a) Citra Asli, (b) Citra Akibat Perubahan
Skala, (c) Citra Akibat Perubahan Posisi, (d) Citra
2.3 Pengertian Pola dan Ciri Akibat Perubahan Cahaya, (e) Citra Akibat
Pola adalah entitas yang terdefinisi dan dapat Penambahan Detail
diidentifikasi melalui ciri-cirinya (features) [David
J.C MacKay, 2003]. Ciri-ciri tersebut digunakan Untuk lebih jelas, secara umum pengenalan bentuk
untuk membedakan suatu pola dengan pola lainnya. fitur wajah ditunjukkan pada gambar berikut :
Ciri yang bagus adalah memiliki daya pembeda yang
tinggi, sehingga pengelompokan pola berdasarkan
ciri yang dimiliki dapat dilakukan dengan keakuratan
yang tinggi, lihat tabel berikut :

Tabel 1 : Pola dan Ciri Gambar


Pola Ciri
Huruf Tinggi, tebal, titik sudut, lengkungan
Suara garis, dan lain-lain
Tanda Amplitudo, frekuensi, nada, intonasi, Gambar 3: Bentuk Pengenalan Fitur Wajah
tangan warna, dan lain-lain
Sidik jari Panjang, kerumitan, tekanan, dan lain- Pola pengenalan umum wajah terdiri dari :
lain a. Acquisition Module : blok input proses
Lengkungan, jumlah garis, dan lain- pengenalan wajah, sumbernya dapat berasal dari
lain kamera ataupun file citra.
b. Pre-processing Module : proses penyesuaian citra
2.4 Pengenalan Wajah input meliputi, normalisasi ukuran citra,
Di balik kemudahan mengenali wajah, ada histogram equalization untuk memperbaiki
beberapa masalah yang mungkin timbul dalam kualitas citra input tanpa menghilangkan
proses pengenalan wajah disebut dengan robust, informasi utamanya, median filtering untuk
yaitu : menghilangkan noise akibat kamera atau
a. Perubahan skala citra dapat direpresentasikan pergeseran frame, high pass filtering untuk
berbeda diakibatkan perbedaan jarak wajah menunjukan bagian tepi dari citra, background
dengan kamera. Semakin dekat jarak maka citra removal untuk menghilangkan latar belakang
akan semakin besar. Contoh gambar b. sehingga hanya bagian wajah saja yang diproses
b. Perubahan posisi citra seseorang dan normalisasi pencahayaan ketika mengambil
direpresentasikan berbeda diakibatkan perubahan citra input. Bagian pre-processing ini untuk
posisi ataupun perubahan sudut pengambilan menghilangkan masalah yang akan timbul pada
wajah. Gambar c. proses pengenalan wajah seperti yang dijelaskan
c. Perubahan cahaya citra seseorang sebelumnya.
direpresentasikan berbeda diakibatkan perubahan c. Feature Extraction Module : modul ini
intensitas cahaya yang terjadi ketika pengambilan digunakan untuk mengutip bagian terpenting
citra. Contoh gambar sebagai suatu vektor yang merepresentasikan
d. Perubahan detail dan ekspresi direpresentasikan wajah dan bersifat unik.
berbeda diakibatkan perubahan misal janggut, d. Classification Module : dengan bantuan
kumis, pemakaian kacamata atau gaya rambut pemisahan pola, fitur wajah yang dibandingkan
selain itu perubahan menjadi tertawa, tersenyum, dengan fitur yang telah tersimpan di database
muram, menangis. Contoh gambar e sehingga dapat diketahui apakah citra wajah
tersebut dikenali.
e. Training Set : Modul ini digunakan selama
proses pembelajaran proses pengenalan, semakin
kompleks dan sering maka proses pengenalan
wajah akan semakin baik.
AnalisaSistemPengenalanWajahBerbentukCitraDigitalDenganAlgoritmaPrincipal 114
ComponentsAnalysis.Oleh:SinarSinurat
Volume : III, Nomor : 1, Mei 2014 Majalah Ilmiah
Informasi dan Teknologi Ilmiah (INTI)
ISSN : 2339-210X

f. Database : Berisi kumpulan citra wajah. penelitian yang berkaitan dengan pemrosesan wajah
(face processing) [Yang, 2002] adalah :
2.5 Pengenalan Wajah Dengan Pendekatan 1. Pengenalan wajah (face recognition) yaitu
Principal membandingkan citra wajah masukan dengan
Pengenalan wajah secara kognitif secara khusus suatu database wajah dan menemukan wajah
dalam bentuk objek tiga dimensi akan menghasilkan yang paling cocok dengan citra masukan tersebut.
karakteristik data sensor sebagai berikut : 2. Autentikasi wajah (face authentication) yaitu
a. Secara tipikal berisi sejumlah wajah menguji keaslian/ kesamaan suatu wajah dengan
b. Orientasinya berubah-rubah dalam ruang (space) data wajah yang telah diinputkan sebelumnya.
(pose) 3. Lokalisasi wajah (face localization) yaitu
c. Seringkali terjadi data corruption seperti : gap, pendeteksian wajah namun dengan asumsi hanya
outlier, ripples. ada satu wajah di dalam citra
d. Perubahan formasi permukaan wajah karena : 4. Penjejakan wajah (face tracking) yaitu
kaca mata, tata rias rambut, dan jenggot memperkirakan lokasi suatu wajah di dalam
video secara real time.
Pengenalan wajah 3-dimensi dengan Feature 5. Pengenalan ekspresi wajah (facial expression
Extraction sebagai berikut : recognition) untuk mengenali kondisi emosi
a. Bagian lokalisasi facial dari 3D-Shape manusia.
b. Bagian wajah yang dirapikan dengan sejumlah
orientasi 3. Implementasi
c. Preprocess shape untuk mengeliminasi 3.1. Algoritma Eigenface Untuk Pengenalan
kekurangan-kekurangan data (smoothing) Wajah
d. Aplikasi sejumlah operator ekstraksi sejumlah Algoritma pengenalan wajah ini dimulai dengan
permukaan (mengurangi dimensi input pada membuat matriks kolom dari wajah yang
klassifikasi) dimasukkan ke dalam basis data, seperti yang
ditunjukkan Gambar 2.16. Rata-rata vektor citra dari
Pengenalan wajah dengan cara lokalisasi, dapat matriks kolom selanjutnya dicari menggunakan
diuraikan dengan : Persamaan (1), dengan M, banyaknya citra wajah di
a. Fitur-fitur 2D yang tersedia dalam basis data. Rata-rata vektor citra akan
b. Penugasan dari lokalisasi fitur lebih banyak digunakan untuk menghitung selisihnya dengan
menyulitkan daripada shape 3D, perhatikan masing-masing matriks kolom citra, menggunakan
gambar berikut : Persamaan (2). Kovarians matriks dari selisih dicari
menggunakan Persamaan (3). Nilai eigen dan eigen
vector dicari dari kovarians matriks, dan selanjutnya
diurutkan berdasarkan nilai eigen terbesar,
ditunjukkan pada gambar berikut

a1 b1
= =
a2 b2
a. Tranformasi Citra 2D Menjadi Lokalisasi Citra 3D
aN 2 bN 2
Gambar 3.1. Citra Matriks Kolom
a1 b1 a1 m1
1 ; S = AAT ;
m= a2 b2 = a 2 m 2
M
am
a 2 b N 2 a 2 m N
N N

b1 m1
; Z N = e Tz ( X N m N 2 )
b m = b 2 m 2
b 2 m N
N
b. Pengenalan Wajah 3D dari Hasil Perapian Z N = e Tz (YN m N 2 )
Vektor eigen direduksi menggunakan persamaan
Gambar 4. Penggunaan Fitur 2D lokalisasi 3D Zn yang merupakan matriks dari vektor eigen. Vektor
Sumber : Juergen Richter; Advanced In Face direkonstruksi menggunakan persamaan Zn
Recognition Research Pendekatan untuk mengenali wajah berikut
operasi-operasi inisialisasi yaitu :
2.6. Deteksi Wajah 1. Ambil suatu set inisial dari citra wajah (training
Pendeteksian wajah (face detection) adalah salah set).
satu tahap awal sebelum dilakukan proses 2. Hitung eigenface dari training set, simpan M
pengenalan wajah (face recognition). Bidang citra untuk mendefenisikan face space.
AnalisaSistemPengenalanWajahBerbentukCitraDigitalDenganAlgoritmaPrincipal 115
ComponentsAnalysis.Oleh:SinarSinurat
Volume : III, Nomor : 1, Mei 2014 Majalah Ilmiah
Informasi dan Teknologi Ilmiah (INTI)
ISSN : 2339-210X

Sebagaimana space baru diuji, Eigenfaces dapat A. Pembagian Wajah


di-update atau dikalkulasi kembali. Wajah dibagi dalam tiga bagian : wajah, mata,
3. Kalkulasi hubungan distribusi dalam bobot space daerah mulut. Citra wajah yang dibagi mempunyai
M-Dimensional untuk masing-masing individu daerah minimum dahi dan dagu yang saling
oleh proyeksi citra wajah mereka ke dalam face mendukung pada daerah maksimum. Beberapa
space. perbaikan dilakukan pada daerah mulut untuk
Terdapat inisialisasi sistem, langkah-langkah mendapatkan hasil yang lebih baik. Aproksimasi
berikut dapat digunakan untuk mengenali citra wajah posisi dari mulut ditentukan sebagai daerah sentral
baru : untuk vertikal dan horijontal. Fitur mulut tidak selalu
1. Hitung set bobot berdasarkan input citra dan M- di lokasi vertikal pada daerah sentral sebagaimana
Eigenfaces oleh proyeksi input citra ke dalam terdapat pada bagian leher yang mempengaruhi fitur
masing-masing eigenfaces. mulut dalam daerah mulut. Pembagian wajah
2. Menentukan jika citra adalah sama sekali satu dikonduksi untuk mempertimbangkan ukuran citra,
wajah (dikenal atau tidak dikenal) oleh dengan kriteria yang sudah dijelaskan sebelumnya,
pengecekan yang memperlihatkan, jika citra tepat model ini diilustrasikan pada gambar 5
dalam face space
3. Jika suatu space mengklassifikasi bobot pola juga
seseorang yang tidak dikenal.
4. (Optional) Update eigenface dan/ atau bobot
pola.
5. (Optional) Jika wajah tidak dikenal adalah sama
yang diperlihatkan beberapa saat, hitung a. Pembagian daerah mulut b. Perbaikan
karakteristik bobot pola pada face yang dikenal. dalam pembagian
sebelumnya daerah
mulut
3.2 Proses Ekstrasi Dengan Mengukur Jarak di
Antara Fitur Wajah
Citra daerah wajah yang merupakan hasil proses Gambar 5 : Posisi daerah mulut dalam fitur wajah
deteksi wajah selanjutnya diproses untuk
mendapatkan fitur-fitur wajah dan jarak-jarak B. Ekstraksi dan Deteksi Fitur Wajah
diantaranya. Proses Ini diinduksi dengan Setelah proses pemotongan, ekstraksi fitur
mengekstraksi fitur mata, hidung dan mulut untuk dikonduksi dengan :
menentukan lokasi fitur yang dilakukan pada ruang 1. Ekstraksi mata dilakukan dengan membentuk
warna YCbCr dengan memisahkan komponen peta mata, pada gambar6
luminansi krominansi untuk mengurangi pengaruh
pencahayaan. Jarak yang diukur antara :
1. Mata kiri ke mata kanan
2. Mata kanan ke mulut
3. Mata kiri ke mulut
4. Mata kanan ke hidung
5. Mata kiri ke hidung
6. Hidung ke mulut
7. Ketinggian hidung Gambar 6 : Formasi Pemetaan Mata
8. Lebar hidung
2. Ekstraksi mulut dilakukan dengan membentuk
Proses ekstraksi wajah dalam penelitian ini pemetaan pola mulut, ditunjukkan pada gambar 7
dilakukan dengan konduksi tiga (3) langkah :
1. Pembagian wajah
2. Deteksi fitur wajah dan ekstraksi
3. Pengukuran/ kalkulasi jarak antara fitur wajah

Citra wajah dengan fitur yang diambil diproses


dengan pembagian ke dalam daerah-daerah, untuk
membatasi sepanjang area deteksi. Pembagian juga
meminimalisasi kemungkinan fitur lain terdeteksi.
Deteksi dikonduksi dengan menghitung komponen- Gambar 7: Formasi Pemetaan Mulut
komponen ruang warna pada daerah-daerah yang
diasumsi menjadi lokasi fitur wajah sehingga 3. Ekstraksi mulut dikonduksi setelah jarak mata
ekstraksi akan menentukan lokasi fitur wajah. kiri dan kanan dengan menentukan titik tengah.
Tinggi dan lebar hidung, pada gambar 8

AnalisaSistemPengenalanWajahBerbentukCitraDigitalDenganAlgoritmaPrincipal 116
ComponentsAnalysis.Oleh:SinarSinurat
Volume : III, Nomor : 1, Mei 2014 Majalah Ilmiah
Informasi dan Teknologi Ilmiah (INTI)
ISSN : 2339-210X

Tabel 2 : Face Uniqueness Level

Gambar 8 : Geometri Fitur Hidung

Berikut persamaan untuk menghitung ukuran


hidung :
Nose_height = 0.75 * v dan Nose_width =
0.65 * l
3.3 Penerapan Principal Components Analysis
di mana : v adalah jarak vertikal antara dua mata Wajah merupakan sebuah citra yang dapat
dengan lubang hidung dan l adalah jarak vertikal dilihat sebagai sebuah vektor. Jika panjang dan lebar
antara dua mata. dari sebuah citra adalah w dan h pixel maka jumlah
4. Ekstaksi lubang hidung dilakukan setelah hidung komponen dari vektor ini adalah w * h. Setiap pixel
dapat diekstraksi dan daerah hidung selanjutnya dikodekan oleh satu komponen vektor, seperti yang
dibagi ke dalam bagian-bagian yang menentukan diperlihatkan pada gambar 10
daerah khusus lubang hidung yaitu :
Hidung bagian atas
Hidung bagian bawah yang terdiri dari bagian
kiri bawah, tengah, kanan bawah.
Hidung bagian tengah adalah area lubang
khusus, dengan pemetaan area ini sehingga Gambar 10. Formasi Vektor Wajah dari Citra Wajah
lubang dapat ditentukan.
Algoritma PCA adalah sebagai berikut :
C. Mengukur Jarak Antara Fitur Wajah 1. Normalisasi. Xk=Xk/Length(Xk), di mana Xk
Perhitungan jarak wajah dilakukan dengan adalah vektor kolom ke-k dari matriks X.
perhitungan perbedaan antara setiap koordinat titik 2. Bangun matriks kovarian. W = XT * X
jika terdapat line vertical / horizontal ke titik-titik 3. Hitung nilai eigen (E) dan vektor Eigen (Q) dari
tersebut. Pada sisi lain teorema Phytagoras matriks kovarian W.
digunakan pada penambahan line yang dapat 4. Urutkan nilai eigen (E) dan vektor Eigen (Q) dari
digambarkan dari koordinat ke dari segitiga siku- besar ke kecil berdasarkan urutan nilai eigen.
siku. Jarak fitur wajah adalah sisi diagonal segitiga 5. Hitung principal component. P = X * Q * E-1/2.
dan nilai dibulatkan ke integer terdekat. 6. Transformasikan citra ke ruang wajah. Y = PT *
Jarak antara fitur yang digunakan adalah salah Xk
satu antara mata kiri mata kanan, mata kanan-
mulut, mata kiri-mulut, mata kanan-puncak hidung, Hasil transformasi ini merupakan citra wajah
mulut-puncak hidung, ketinggian hidung, lebar yang telah direduksi menjadi beberapa variabel yang
hidung; model ini ditunjukkan pada gambar 9 diperlukan saja yang akan diinputkan ke jaringan
saraf tiruan.
Keterangan:
J1=Jarakmatakirimatakanan
J2=Jarakmatakananmulut 3.3.1. Operator Laplacian
J3=Jarakmatakirimulut
J4=Jarakkananpuncakhidung
Operator laplacian merupakan operator turunan
J5=Jarakmatakiripuncakhidung kedua yang memiliki matriks mask berukuran 3x3 di
J6=Jarakpuncakhidungmulut
J7=Ketinggianhidung mana diagramnya ditunjukkan pada gambar 3.4
J8=Lebarhidung dalam bab III Mask operator laplace dinyatakan
dengan mask 3x3 sebagai berikut :
Gambar 9 Penentuan Jarak Antar Komponen Wajah 0 1 0 -1 -1 -1 1 - 1
Menurut penelitian yang yang dilakukan [Dewi 1 4 1 -1 8 -1 -2 4 -
Agushinta R, Adang Suhendra, Yuhilza Hanum]
dalam Facial Feature Distance Extraction as a 0 1 0 -1 -1 -1 1 - 1
Face Recognition System Component bahwa tingkat
keunikan wajah, ditunjukkan pada tabel 2
MaskLaplace5titik MaskLaplace9 MaskLaplace 9titikII

Untuk mendapatkan hasil Laplacian dari data


citra yang diproses, maka tahap berikutnya adalah
melakukan konvolusi pada citra. Konvolusi
didefenisikan sebagai berikut :
AnalisaSistemPengenalanWajahBerbentukCitraDigitalDenganAlgoritmaPrincipal 117
ComponentsAnalysis.Oleh:SinarSinurat
Volume : III, Nomor : 1, Mei 2014 Majalah Ilmiah
Informasi dan Teknologi Ilmiah (INTI)
ISSN : 2339-210X

M N
1x80) + (8x75) + (-1x39) + (-1x141) + (-1x131) + (-
h( x, y ) = f (u, v).g ( x + u, y + v)
x= M y = N
1x88) = 7

di mana : x, y, u, v : Posisi titik dalam citra ;


m, n : Batas titik tetangga yang masih berpengaruh
ke titik yang sedang ditinjau untuk arah
horijontal dan vertikal

3.3.2. Operasi Perhitungan Laplacian Proses perkalian konvolusi = 271 ; nilai ini dihitung
Misalkan citra yang berukuran 5x5 pixel dan dengan cara berikut :(-1x46) + (-1x57) + (-1x80) + (-
sebuah mask laplace yang berukuran 3x3, maka 1x50) + (8x98) + (-1x141) + (-1x201) + (-1x235) +
operasi konvolusi pada citra dengan mask dari (-1x245) = 271
laplace direpresentasikan ke dalam bentuk matrik
dalam gambar 11 sebagai berikut :

Proses perkalian konvolusi = -29 ; nilai ini dihitung


dengan cara berikut :(-1x57) + (-1x80) + (-1x75) + (-
1x98) + (8x141) + (-1x131) + (-1x235) + (-1x245) +
(-1x236) = -29
Gambar 11 : Citra Asal dikonversi ke Matriks
Decimal

Maka konvolusi citra f ( x, y ) dengan mask


g ( x, y ) adalah f ( x, y ) * g ( x, y )
Proses perkalian konvolusi = -104 ; nilai ini dihitung
dengan cara berikut :(-1x80) + (-1x75) + (-1x39) + (-
1x141) + (8x131) + (-1x88) + (-1x245) + (-1x236) +
(-1x248) = -104

Proses perkalian konvolusi = -89 ; nilai ini dihitung


dengan cara berikut : (-1x54) + (-1x46) + (-1x30) +
(-1x46) + (8x57) + (-1x80) + (-1x50) + (-1x98) + (-
1x141) = -89
Proses perkalian konvolusi = 382 ; nilai ini dihitung
dengan cara berikut :(-1x50) + (-1x98) + (-1x141) +
(-1x201) + (8x235) + (-1x245) + (-1x253) + (-
1x255) + (-1x255) = 382

Proses perkalian konvolusi = 30 ; nilai ini dihitung


dengan cara berikut :(-1x46) + (-1x30) + (-1x32) + (-
1x57) + (8x80) + (-1x75) + (-1x98) + (-1x141) + (- Proses perkalian konvolusi = 354 ; nilai ini dihitung
1x131) = 30 dengan cara berikut :(-1x98) + (-1x141) + (-1x131) +
(-1x235) + (8x245) + (-1x236) + (-1x255) + (-
1x255) + (-1x255) = 354

Proses perkalian konvolusi = 7 ; nilai ini dihitung


dengan cara berikut :(-1x30) + (-1x32) + (-1x52) + (- Proses perkalian konvolusi = 271 ; nilai ini dihitung
dengan cara berikut :(-1x141) + (-1x131) + (-1x88) +
AnalisaSistemPengenalanWajahBerbentukCitraDigitalDenganAlgoritmaPrincipal 118
ComponentsAnalysis.Oleh:SinarSinurat
Volume : III, Nomor : 1, Mei 2014 Majalah Ilmiah
Informasi dan Teknologi Ilmiah (INTI)
ISSN : 2339-210X

(-1x245) + (8x236) + (-1x248) + (-1x255) + (-


1x255) + (-1x254) = 271

Sehingga hasil akhir perhitungan operasi


Laplacian adalah sebagai berikut :

dapat dicari maka nilai paling pinggir tetap


dipertahankan, diperlihatkan pada matrik dalam
gambar 12 berikut :

a. Matriks yang dikonversi menjadi citra baru

b. Citra Hasil Konvolusi Masuk Dalam Jariangan


Saraf Tiruan

Gambar 12 : Matriks Citra Asal dikonvolusi ke


Mask Dengan Laplacian

Berikut ini fragmen program Laplacian dari b. Proses Pelatihan


Matlab yaitu :

4. Perancangan
4.1. Analisis Pengujian

b. Proses Pengujian
Gambar 13 : Diagram Use Case dari Aplikasi

4.2. Masukan Citra dan Uji Pengenalan Wajah


Untuk melakukan pengenalan wajah, maka dalam
database terlebih dahulu dikumpulkan sejumlah citra
AnalisaSistemPengenalanWajahBerbentukCitraDigitalDenganAlgoritmaPrincipal 119
ComponentsAnalysis.Oleh:SinarSinurat
Volume : III, Nomor : 1, Mei 2014 Majalah Ilmiah
Informasi dan Teknologi Ilmiah (INTI)
ISSN : 2339-210X

berbentuk wajah yang digunakan sebagai citra Dari tabel tabel 4.1 dan tabel 4.2, dapat dilihat
referensi. Citra tersebut berbentuk format JPEG/ bahwa keakuratan dalam pengenalan citra wajah
JPG, BMP. Citra dengan format tersebut dapat sangat dipengaruhi oleh konstruksi fitur-fitur dalam
dikonversi dengan Adobe Photoshop termasuk untuk citra. Ada kalanya bahwa dalam citra terdapat model
pengubahan ukuran dan atribut-atribut lainnya yang fitur yang benar-benar menyerupai wajah walau
dibutuhkan dalam proses pengenalan. sebenarnya bukan wajah bila dilihat secara kasat
mata.
Tabel 3: Daftar Citra Hitam Putih Untuk menghitung Persentase total keakuratan
untuk semua citra digunakan rumus berikut :
Jumlah _ citra _ berhasil _ dikenali
% Pengenalan _ Citra _ Total = x100 %
Jumlah _ Citra _ yang _ diuji

Untuk menghitung Persentase keakuratan per citra


untuk semua citra digunakan rumus 5.4 adalah
:
Jumlah _ wajah _ berhasil _ dikenali
% Pengenalan _@ Citra = x100 %
Jumlah _ wajah _ yang _ diuji

Berikut disajikan rincian persentasi pengenalan


citra untuk citra hitam putih dan warna disajikan
pada tabel 5 dan tabel 6 sebagai berikut :

Tabel 5 : Persentasi Pengenalan Citra Hitam Putih

Tabel 4: Daftar Citra Warna

Tabel 6 : Persentasi Pengenalan Citra Warna

5. Kesimpulan dan Saran.


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisa data yang telah
diperoleh pada penelitian ini dapat disimpulkan
sebagai berikut :
Citra yang dimasukkan dalam database (folder 1. Pengenalan citra wajah tunggal akan lebih mudah
rujukan) adalah citra hitam putih dan citra warna dan akurat dikenali bila dibandingkan dengan
yang disimpan dalam sub folder yang berbeda. pengenalan citra wajah banyak.
Adapun citra yang diuji sebagai sampel dalam 2. Pengenalan citra wajah tanpa latar belakang
penelitian ini sebanyak 29 buah citra warna dan 29 objek lain lebih mudah dan akurat bila
buah citra hitam putih, ditunjukkan pada tabel 4.1 dibandingkan dengan citra wajah dengan latar
dan tabel 4.2. belakang objek bervariasi, hal ini dimungkinkan

AnalisaSistemPengenalanWajahBerbentukCitraDigitalDenganAlgoritmaPrincipal 120
ComponentsAnalysis.Oleh:SinarSinurat
Volume : III, Nomor : 1, Mei 2014 Majalah Ilmiah
Informasi dan Teknologi Ilmiah (INTI)
ISSN : 2339-210X

karena objek-objek tersebut ada kemungkinan Environment Aristotle University of


menyerupai fitur wajah manusia. Thessaloniki, Greece University Campus Box
3. Kesalahan proses segmentasi wilayah fitur wajah 268, 54124 Thessaloniki, Greece. 2Department
sering terjadi bila wilayah latar belakang ataupun of Forestry and Natural Environment
pakaian memiliki kemiripan fitur wajah manusia. Management Technological Educational
4. Wilayah yang posisinya jauh dan terlihat kecil Institute of Kavala1st Km-Dramas
dalam citra referensi sulit terdeteksi sebagai Microhoriou, Drama, Greece, 66100. E-Mail:
wilayah wajah serta jumlah lubang (hole) yang dstatis@for.auth.gr. Global NEST Journal, Vol
lebih besar atau sama dengan satu akan 11, No 4, pp 467-476, 2009. Copyright 2009
mempunyai kemungkinan besar terdeteksi Global NEST Printed in Greece.
sebagai wilayah wajah, meskipun wilayah [3] Menser, B and F. Muller, Face Detection In
tersebut sebenarnya bukan wilayah wajah. Color Images Using Principal Components
5. Wilayah posisi wajah yang berada dalam latar Analysis, Aachen university of technology
belakang yang terlalu genap dapat mempengaruhi (RWTH), Germany.
akurasi pengenalan wajah. [4] Ming-Hsuan Yang, David J. Kriegman.
6. Waktu proses yang tergolong cukup lama Detecting Faces in Images: A Survey, Senior
diakibatkan banyaknya algoritma yang dapat Member, IEEE, and Narendra Ahuja, Fellow,
digunakan untuk mendeteksi wajah pada citra. IEEE.
[5] Dhian Widya dan T. Basaruddin. Metode
5.2. Saran Principal Component Analysis (PCA) Dengan
Dari analisa dan hasil pengujian terhadap sistem Pertubasi Singular Value Decomposition
pendeteksian wajah manusia dan kesimpulan yang (SVD) Untuk Pengenalan Wajah. Fakultas
dikemukakan sebelumnya, sehingga diusulkan Ilmu Komputer, Universitas Indonesia Kampus
beberapa saran agar penelitian dapat dilajutkan UI, Depok 16424, Indonesia. E-Mail :
sebagai berikut : dhian.widya@ui.ac.edu dan chan@cs.ui.ac.id.
1. Untuk pengembangan yang lebih lanjut, Proceeding of National Conference On
penelitian pengenalan wajah ini dapat Computer Science and Information Technology
menggunakan objek tiga dimensi sebagai input. 2007.
2. Adanya metode atau algoritma lain yang [6] Kartika Gunadi, Sonny Reinard
mungkin lebih singkat dan lebih akurat sehingga Pongsitanan.. Pembuatan perangkat lunak
hasil yang diperoleh lebih sesuai dengan yang pengenalan wajah menggunakan Principal
diinginkan (error yang sangat kecil). Components Analysis. Fakultas Teknologi
3. Jika mungkin algoritma PCA ini Industri, Jurusan Teknik Informatika-
dipertimbangkan untuk objek citra wajah Universitas Kristen Petra. E-Mail:
sebagian tertutup, misalnya menggunakan topi, kgunadi@peter.petra.ac.id. Alumnus Fakultas
kaca mata hitam dan sudut kemiringan Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro-
pandangan terhadap kamera sampai 450. Universitas Kristen Petra. E-Mail :
4. Untuk pengembangan penelitian ini, selain sy_reinard_p@hotmail.com.
menampilkan wajah orang juga bisa [7] Setyo Nugroho, Penerapan Algoritma
menampilkan identitas dan informasi orang yang Quickprop pada Jaringan Syaraf Tiruan untuk
memiliki wajah tersebut tersebut. Mendeteksi Wajah Manusia. MAKALAH
SEMINAR. The 6th Seminar on Intelligent
6. Daftar Pustaka Technology and Its Applications (SITIA 2005)
Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi
[1] GreeceUniversity. Principal Component Sepuluh Nopember Surabaya.
Analysis Of Precipitation In Thessaly Region [8] Wikaria Gazali dan Lily. Perancangan
(Central Greece). 1Department of Mountain Program Aplikasi Pengenalan Wajah
Water Management and Control. Faculty of Berbasiskan Jaringan Syaraf Tiruan Dengan
Forestry and Natural Environment Aristotle Menerapkan Metode Principal Component
University of Thessaloniki, GreeceUniversity Analysis.
Campus Box 268, 54124 Thessaloniki, Greece. [9] Ashraf. K. Helmy and GH.S.El-Taweel.
2
Dept. of Forestry and Natural Environment Authentication Scheme Based on Principal
Management Technological Educational Component Analysis for Satellite Images.
Institute of Kavala1st Km-Dramas Microhoriou, International Journal of Signal Processing,
Drama, Greece, 66100. Image Processing and Pattern Recognition Vol.
[2] D. Stathis1,* D. Myronidis2. Principal 2, No.3, September 2009 National Authority of
Component Analysis of Precipitation in Remote Sensing and Space Sciences, Cairo,
Thessaly Region (central greece). Egypt Faculty of Computers and Informatics,
1
Department of Mountain Water Management Sues Canal University, Ismailia, Egypt.
and Control Faculty of Forestry and Natural
AnalisaSistemPengenalanWajahBerbentukCitraDigitalDenganAlgoritmaPrincipal 121
ComponentsAnalysis.Oleh:SinarSinurat
Volume : III, Nomor : 1, Mei 2014 Majalah Ilmiah
Informasi dan Teknologi Ilmiah (INTI)
ISSN : 2339-210X

akhelmy@narss.sci.egghada_el11@hotmail.co first published 2009, A John Wiley and Sons,


m. Ltd, Publication
[10] Dewi Agushinta R.1, Adang Suhendra2, [21] Munir, Rinaldi, Pengolahan Citra Digital,
Yuhilza Hanum3. Facial Feature Distance Informatika, 2004
Extraction as a Face Recognition System [22] Roman Louban, Image Processing of Edge
Component. Department of Informatics, and Surface Defects : Theoritical Basis of
Gunadarma University Jl. Margonda Raya No. Adaptive Algorithms with Numerous Practical
100, Pondok Cina, Depok 16424 West Java, Application, Springer Springer Series in
Indonesia. Materials Science ISSN 0933-033X, 2009.
[11] Eri Prasetyo, Isna Rahmatun. Desain [23] Tinku Acharya, Ajoy k. Ray, Image
Sistem Pengenalan Wajah Dengan Variasi Processing : Principles and Application,
Ekspresi dan Posisi Menggunakan Metode Avisere, Inc. Tucson, Arizona And Department
Eigenface. Universitas Gunadarma Jl. of Electrical Engineering Arizona State
Margonda Raya 100 Depok. email : UniversityTempe, Arizona; Avisere, Inc.
eri@staff.gunadarma.ac.id. Tucson, Arizona And Electronics and Electrical
[12] Gaurav Aggarwal, Amit K. Roy Communication Engineering Department
Chowdhury. A System Identification Indian Institute of Technology Kharagpur,
Approach for Video-based Face Recognition, India; 2005
Dept. of Computer Science University of
Maryland College Park, MD
gaurav@cs.umd.edu ; Dept. of Electrical
Engineering University of California Riverside,
CA amitrc@ee.ucr.edu ; Rama Chellappa Dept.
of ECE University of Maryland College Park,
MD rama@cfar.umd.edu.
[13] Guo-Dong Guo And Hong-Jiang Zhang.
Boosting for Fast Face Recognition.
Microsoft Research China 5F, Beijing Sigma
Center No. 49, Zhichun Road, Haidian District
Beijing 100080, P.R.China ; E-mail:
guodong_guo@yahoo.com.
[14] Javier Ruiz-Del-Solar And Julio Quinteros.
Illumination Compensation and
Normalization in Eigenspace-based Face
Recognition : A comparative study of different
pre-processing approaches. Department of
Electrical Engineering, Universidad de Chile.
Email: jruizd@ing.uchile.cl.
[15] Juwei lu, Member, IEEE, K. N. Plataniotis.
Ensemble-Based Discriminant Learning With
Boosting for Face Recognition. IEEE
transactions on neural networks, vol. 17, no. 1,
January 2006. Senior Member, IEEE, A. N.
Venetsanopoulos, Fellow, IEEE, and Stan Z.
Li.
[16] Bogusaw Cyganek and J. Paul Siebert; An
Introduction to 3D Computer Vision
Techniques and Algorithms; John Wiley &
Sons, Ltd. ISBN: 978-0-470-01704-3; 2009
[17] Hjelmas, E., Low, B.K., Face Detection: A
Survey, Computer Vision and Image
Understanding. 83, pp. 236-274. 2001
[18] Haykin, Simon, Neural Networks: A
Comprehensive Foundation 2nd, Pearson
Prentice Hall, 200
[19] Mark S. Nixon, Alberto S. Aguado, Feature
Extraction and Image Processing, Flanta Tree,
First edition 2002
[20] Roberto Brunelli, Template Matching
Techniques In Computer Vision, This edition
AnalisaSistemPengenalanWajahBerbentukCitraDigitalDenganAlgoritmaPrincipal 122
ComponentsAnalysis.Oleh:SinarSinurat

You might also like