Professional Documents
Culture Documents
xpresikan aksimu
Skip to content
Beranda
My Blog
I PUTU JUNIARTHA SEMARA PUTRA POLTEKKES DENPASAR JURUSAN
KEPERAWATAN
Blog Rujukan
MADURA DENGAN
MASALAH KESEHATAN
Juniartha Semara Putra
BAB I PENDAHULUAN
1. Masalah budaya Madura dengan kesehatan
Berbicara mengenai masyarakat Madura, fenomena yang hingga saat ini berkembang
adalah stereotypingmasyarakat tersebut sebagai masyarakat marginal, terbelakang dalam
hampir berbagai aspek kehidupan. Mereka nyaris diidentikkan dengan orang yang kurang
berpendidikan, kasar, keras, kurang tahu tata pergaulan sosial, bahkan disimplifikasi sebagai
tukang carok yang selalu menyebarkan kekerasan. Anekdot dan humor yang
merepresentasikan keterbelakangan mereka ini sering muncul dalam perbincangan di
berbagai forum santai maupun serius.
Masyarakat Madura dikenal memiliki budaya yang khas, unik, dan, identitas
budayanya itu dianggap sebagai jati diri individual etnik Madura dalam berperilaku dan
berkehidupan masyarakat. Madura, salah satu etnis di Indonesia yang cukup banyak diteliti
dan dibicarakan. Sebagai salah satu etnis di Indonesia.
Madura dikenal sebagai masyarakat yang patriarkal, di mana perempuan tidak
memiliki posisi yang signifikan, hal ini dapat dilihat dengan lemahnya posisi tawar
perempuan Madura terhadap laki-laki. Lemahnya posisi tawar perempuan rupanya membawa
konsekuensi yang jauh lebih besar, yaitu perempuan tidak memiliki akses terhadap kesehatan,
bahkan ketika mereka sedang mengandung. Tentu saja tidak adanya akses terhadap kesehatan
membawa implikasi yang lebih besar, yaitu bahaya yang dapat menimpa ibu hamil, mulai
dari kekurangan asupan gizi, bahaya sewaktu hamil, ketika melahirkan bahkan
pascamelahirkan. Tentu saja ketiadaan akses terhadap kesehatan dapat menyebabkan
kematian, bukan hanya terhadap ibu namun juga anak yang akan dilahirkannya. Persoalannya
menjadi lebih pelik ketika memperhatikan kurangnya sarana kesehatan yang disediakan oleh
pemerintah dan swasta, bagaimana sarana yang disediakan tidak mampu mengurangi angka
kematian bayi secara signifikan dan membantu meningkatkan kualitas kesehatan pada ibu
hamil, di mana kedua hal ini sangat dipengaruhi oleh kultur Madura yang menjadikan laki-
laki memiliki kekuasaan atas perempuan, baik atas tubuhnya maupun atas kesehatannya.
Salah satu persoalan krusial yang mendera masyarakat Madura umumnya adalah
masalah kesehatan. Dibandingkan daerah-daerah lainnya di Jawa Timur, kita harus
mengakui dengan jujur bahwa pembangunan kesehatan di Madura ketinggalan. Daerah ini
serba ketinggalan dalam banyak hal. Tingkat penyebaran penyakit menular cukup tinggi,
sementara ketersediaan prasarana dan sarana kesehatan terbatas. Banyak warga, terutama
yang miskin dan yang tinggal di daerah pedesaan terpencil, lebih-lebih di kepulauan, tidak
dapat menikmati pelayanan kesehatan yang pantas. Mereka hidup terlantar dan berjuang
sendiri mengatasi penyakit-penyakit yang menggerogoti tubuh dan lingkungan tempat tinggal
mereka.
Daerah Madura adalah daerah yang kering dengan ketersediaan air yang sangat
terbatas. Kondisi ini membuat warga rentan sekali terhadap serangan wabah penyakit. Belum
lagi ancaman berbagai persoalan kesehatan lain yang kini menggerogoti masyarakat seperti
penyakit menular baru dan yang kembali bermunculan, kedaruratan kesehatan masyarakat,
perubahan iklim, serta krisis energi dan pangan. Rendahnya kesadaran masyarakat akan pola
hidup sehat, ketersediaan fasilitas kesehatan termasuk obat-obatan yang terbatas dan
langkanya tenaga kesehatan memperburuk situasi itu.
Problem lain adalah tidak meratanya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
Rakyat pedesaan dan yang tinggal di kepulauan belum mendapatkan pelayanan kesehatan
sebagaimana mestinya. Di beberapa kecamatan, hak rakyat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan dasar sekalipun tidak terpenuhi. Ini yang menyebabkan masalah penyakit menular
dan gizi buruk bermunculan. Angka kematian ibu dan bayi baru lahir juga masih tinggi.
2. Banyaknya kasus
Angka Kematian Bayi di Madura Tahun 2003-2006
2005 61,72
2006 61,72
Sampang 2004 80,00
2005 71,66
2006 70,26
Pamekasan 2004 57,85
2005 60,84
2006 59,73
Sumenep 2004 66,53
2005 55,59
2006 54,54
Sumber: BPS Jawa Timur (2007)
2005 62,00
2006 62,20
Sampang 2004 58,55
2005 59,80
2006 60,10
Pamekasan 2004 64,45
2005 62,20
2006 62,45
Sumenep 2004 62,20
2005 63,40
2006 63,65
Sumber: BPS Jawa Timur (2007a)
Bangkalan 2002 1 22 69
2003 1 22 69
Sampang 2002 1 20 51
2003 1 20 51
Pamekasan 2002 1 20 39
2003 1 20 47
Sumenep 2002 1 29 68
2003 1 29 69
Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret.
Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu
penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan
material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga,
pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
Kebudayaan nonmaterial
Lembaga social
Lembaga social dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan
dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem social yang terbantuk dalam suatu Negara
akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan social masyarakat. Contoh Di
Indonesia pada kota dan desa dibeberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi
apalagi bekerja pada satu instansi atau perusahaan. Tetapi di kota kota besar hal tersebut
terbalik, wajar seorang wanita memilik karier
Sistem kepercayaan
Estetika
Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan
tari tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia
setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami
dalam segala peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan
efektif. Misalkan di beberapa wilayah dan bersifat kedaerah, setiap akan membangu
bagunan jenis apa saj harus meletakan janur kuning dan buah buahan, sebagai
symbol yang arti disetiap derah berbeda. Tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang
mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan cara tersebut.
Bahasa
Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah,
bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu
komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa
memiliki sidat unik dan komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa
tersebu. Jadi keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar
komunikasi lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari
orang lain.
http://www.bkkbn.go.id/jatim/news_detail. php?nid=1 5
http://www.jatim.go.id/emap/analisis_demografi.php
http://www.jatim.go.id/bankdata/jumlah%20pasanaan%20usia%20subur.peserta%20
kb%20dan%20bukan %20peserta%20kb-bkkbn-2005.pdf
Anak Menanga
I Putu Juniartha Semara Putra
Tentang iklan-iklan ini
Share this:
Twitter
Facebook
Terkait
Juni 21, 2012 by I Putu Juniartha Semara Putra Categories: I PUTU JUNIARTHA SEMARA
PUTRA POLTEKKES DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN Meninggalkan komentar
Navigasi pos
KABUPATEN BANGLI DAN FLU BURUNG
Hello world!
Berikan Balasan
Denpasar
Cari:
My Posting
PENGUMUMAN KELULUSAN ADMINISTRASI PELAMAR UMUM CPNS
TAHUN 2014
Konsep dasar Keperawatan Medikal Bedah
1656
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN PERILAKU
KEKERASAN (PK)
Juri Rakyat: Daftar Artis Remaja ABG Indonesia Paling Cantik
Arsip
Oktober 2014
Juli 2014
Juni 2014
Januari 2014
November 2013
Oktober 2013
September 2013
Juli 2013
Juni 2013
Mei 2013
April 2013
Maret 2013
Februari 2013
Januari 2013
Desember 2012
November 2012
Oktober 2012
September 2012
Agustus 2012
Juli 2012
Juni 2012
Mei 2012
April 2012
Maret 2012
Februari 2012
Kategori
Catatan Harian
I PUTU JUNIARTHA SEMARA PUTRA POLTEKKES DENPASAR JURUSAN
KEPERAWATAN
Uncategorized
Meta
Mendaftar
Masuk log
RSS Entri
RSS Komentar
Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.