You are on page 1of 37

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar ASI

1. Pengertian ASI

Air susu ibu atau ASI adalah susu yang diproduksi oleh manusia untuk

konsumsi bayi dan merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat

mencerna makanan padat. ASI diproduksi karena pengaruh hormon prolactin dan

oxytocin setelah kelahiran bayi. ASI pertama yang keluar disebut kolostrum atau

jolong dan mengandung banyak immunoglobulin IgA yang baik untuk pertahanan

tubuh bayi melawan penyakit. Bila ibu tidak dapat menyusui anaknya, harus

digantikan oleh air susu dari orang lain atau susu formula khusus. Susu sapi tidak

cocok untuk bayi sampai berusia 1 tahun (Kodrat, 2010).

ASI adalah makanan alamiah untuk bayi anda. ASI mengandung nutrisi-

nutrisi dasar dan elemen, dengan jumlah yang sesuai, untuk pertumbuhan bayi

yang sehat Memberikan ASI kepada bayi anda bukan saja memberikan kebaikan

bagi bayi tapi juga keuntungan untuk ibu.

2. Manfaat Bagi Bayi

a. ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi anda. Dengan

komposisi nutrisi yang sesuai untuk perkembangan bayi sehat.

b. ASI mudah dicerna oleh bayi.

c. Jarang menyebabkan konstipasi.

d. Nutrisi yang terkandung pada ASI sangat mudah diserap oleh bayi.

6
7

e. ASI kaya akan antibody(zat kekebalan tubuh) yang membantu tubuh bayi

untuk melawan infeksi dan penyakit lainnya..

f. ASI dapat mencegah karies karena mengandung mineral selenium.

g. Dari suatu penelitian di Denmark menemukan bahwa bayi yang diberikan

ASI samapi lebih dari 9 bulan akan menjadi dewasa yang lebih cerdas. Hal ini

diduga karena Asi mengandung DHA/AA.

h. Bayi yang diberikan ASI eksklusif samapi 4 bln akan menurunkan resiko

sakit jantung bila mereka dewasa.

i. ASI juga menurunkan resiko diare, infeksi saluran nafas bagian bawah,

infeksi saluran kencing, dan juga menurunkan resiko kematian bayi

mendadak.

j. Memberikan ASI juga membina ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi.

3. Manfaat Bagi Ibu

a. Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan kontraksi

rahim, yang berarti mengurangi resiko perdarahan.

b. Memberikan ASI juga membantu memperkecil ukuran rahim ke ukuran

sebelum hamil.

c. Menyusui (ASI) membakar kalori sehingga membantu penurunan berat badan

lebih cepat.

d. Beberapa ahli menyatakan bahwa terjadinya kanker payudara pada wanita

menyusui sangat rendah.


8

Karena begitu besar manfaat dari ASI maka WHO dan UNICEF

menganjurkan agar para ibu memberikan ASI eksklusif yaitu hanya memberikan

ASI saja tanpa makanan pendamping hingga bayi berusia 6 bulan.

Begitu banyak keuntungan yang diberikan Air Susu Ibu baik untuk ibu

maupun bayi. Berikanlah Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi anda sebagai hadiah

terindah dalam menyambut kelahirannya. Penelitian menunjukkan, bayi yang

diberi ASI secara khusus terlindung dari serangan penyakit sistem pernapasan dan

pencernaan. Hal itu disebabkan zat-zat kekebalan tubuh di dalam ASI

memberikan perlindungan langsung melawan serangan penyakit. Sifat lain dari

ASI yang juga memberikan perlindungan terhadap penyakit adalah penyediaan

lingkungan yang ramah bagi bakteri menguntungkan yang disebut flora

normal. Keberadaan bakteri ini menghambat perkembangan bakteri, virus dan

parasit berbahaya. Tambahan lagi, telah dibuktikan pula bahwa terdapat unsur-

unsur di dalam ASI yang dapat membentuk sistem kekebalan melawan penyakit-

penyakit menular dan membantunya agar bekerja dengan benar (Khasana 2011).

Karena telah diramu secara istimewa, ASI merupakan makanan yang

paling mudah dicerna bayi. Meskipun sangat kaya akan zat gizi, ASI sangat

mudah dicerna sistem pencernaan bayi yang masih rentan. Karena itulah bayi

mengeluarkan lebih sedikit energi dalam mencerna ASI, sehingga ia dapat

menggunakan energi selebihnya untuk kegiatan tubuh lainnya, pertumbuhan dan

perkembahan organ.
9

Air susu ibu yang memiliki bayi prematur mengandung lebih banyak zat

lemak, protein, natrium, klorida, dan besi untuk memenuhi kebutuhan bayi.

Bahkan telah dibuktikan bahwa fungsi mata bayi berkembang lebih baik pada

bayi-bayi prematur yang diberi ASI dan mereka memperlihatkan kecakapan yang

lebih baik dalam tes kecerdasan. Selain itu, mereka juga mempunyai banyak

sekali kelebihan lainnya.

Salah satu hal yang menyebabkan ASI sangat dibutuhkan bagi

perkembangan bayi yang baru lahir adalah kandungan minyak omega-3 asam

linoleat alfa. Selain sebagai zat penting bagi otak dan retina manusia, minyak

tersebut juga sangat penting bagi bayi yang baru lahir. Omega-3 secara khusus

sangat penting selama masa kehamilan dan pada tahap-tahap awal usia bayi yang

dengannya otak dan sarafnya berkembang secara nomal. Para ilmuwan secara

khusus menekankan pentingnya ASI sebagai penyedia alami dan sempurna dari

omega-3.

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan para ilmuwan Universitas Bristol

mengungkap bahwa di antara manfaat ASI jangka panjang adalah dampak

baiknya terhadap tekanan darah, yang dengannya tingkat bahaya serangan jantung

dapat dikurangi. Kelompok peneliti tersebut menyimpulkan bahwa perlindungan

yang diberikan ASI disebabkan oleh kandungan zat gizinya. Menurut hasil

penelitian itu, yang diterbitkan dalam jurnal kedokteran Circulation, bayi yang

diberi ASI berkemungkinan lebih kecil mengidap penyakit jantung. Telah

diungkap bahwa keberadaan asam-asam lemak tak jenuh berantai panjang (yang

mencegah pengerasan pembuluh arteri), serta fakta bahwa bayi yang diberi ASI
10

menelan sedikit natrium (yang berkaitan erat dengan tekanan darah) yang

dengannya tidak mengalami penambahan berat badan berlebihan, merupakan

beberapa di antara manfaat ASI bagi jantung.

Kandungan tinggi hormon protein yang dikenal sebagai adiponectin di

dalam ASI. Kadar Adiponectin yang tinggi di dalam darah berhubungan dengan

rendahnya resiko serangan jantung. Kadar adiponectin yang rendah dijumpai pada

orang yang kegemukan dan yang memiliki resiko besar terkena serangan jantung.

Oleh karena itu telah diketahui bahwa resiko terjadinya kelebihan berat badan

pada bayi yang diberi ASI berkurang dengan adanya hormon ini. Lebih dari itu,

mereka juga menemukan keberadaan hormon lain yang disebut leptin di dalam

ASI yang memiliki peran utama dalam metabolisme lemak. Leptin dipercayai

sebagai molekul penyampai pesan kepada otak bahwa terdapat lemak pada tubuh.

Jadi, hormon-hormon yang didapatkan semasa bayi melalui ASI mengurangi

resiko penyakit-penyakit seperti kelebihan berat badan, diabetes jenis 2 dan

kekebalan terhadap insulin, dan penyakit pada pembuluh nadi utama jantung

(Kodrat, 2010).

4. Komposisi Dalam ASI

Komposisi dalam ASI menurut Sulistyawati, 2010 antara lain :

a. Protein

Protein dalam ASI mencapai kadar yang lebih dari cukup untuk

pertumbuhan optimal, sementara ASI juga mengandung muatan yang

mudah larut yang sesuai dengan ukuran ginjal bayi yang belum matang.

Dibandingakan dengan komposisi protein ASI paling rendah, berkisar


11

1,3g/ml pada bulan pertama dengan rata- rata 1,15g/ 100ml di hitung

berdasarkan nitrogen x 6,25. ASI mengandung whey proteindan casein.

Caseinadalah protein yang sukar dicerna dan whey proteinadalah protein

yang membantu menyebabkan isi pencernaan bayi menjadi lebih lebut atau

mudah dicerna oleh usus bayi. Meskipun kedua susu tersebut sama- sama

mengandung whey proteinyang baik untuk pencernaan.

b. Lemak

Keunggulan lemak ASI adalah kandungan asam lemak esensial,

Docosahexaenoic Acid (DHA) dan Arachnoic Acid(AA) yang berperan

penting dalam pertumbuhan otak sejak trimester I kehamilan sampai usia 1

tahun usia anak. Lemak ASI terdiri dari trigliserid (98-99%) yang dengan

enzim lipase akan terurai menjadi trigliserol dan asam lemak. Enzim lipase

tidak hanya terdapat pada sitem pencernaan bayi, tapi juga dalam ASI.

Lemak ASI mudah dicerna karna sudah dalam bentuk emulsi. Yang

merupakan asam lemak esensial sebenarnya adalah kelompok. Omega- 3

yang dapat di ubah menjadi DHA dan Omega- 6 yang dapat menjadi AA.

Kelebihan ASI dapat terjadi karena ASI selain mengandung n-3 dan n-6,

dan juga mengandung DHA dan AA. Konsentrasi lemak meningkat dari

2.0 g/100ml pada kolostrum menjadi sekitar 4 -4,5g/ 100ml pada hari 14

setelah persalinan. Kadar lemak juga bervariasi pada saat menyusui (fore

milk) menjadi 2- 3 kali lebih tinggi pada akhir menyusui (hind milk).

Dibandingkan dengan lemak yang bervariasi kosentrasinya, asam lemak

lebih stabil. Dalam ASI, asam lemak terdiri dari 42% asam lemak jenuh
12

dan 57% asam lemak tak jenuh, termasuk DHA dan AA yang sangat

dibutuhkan untuk perkembangan otak bayi dan anak kecil.

c. Vitamin dan Mineral

1. Vitamin yang larut dalam lemak

Vitamin A adalah salah satu vitamin penting yang tinggi kadarnya

dalam kolostrum dan menurun pada ASI biasa. ASI adalah sumber

vitamin A yang baik dengan konsentrasi sekitar 200 IU/ dl. Vitamin

yang larut dalam lemak lainnya adalah vitamin D, E, dan K.

Konsentrasi vitamin D dan K sedikit dalam ASI. Untuk negara tropis

yang terdapat cukup sinar matahari, vitamin D tidak jadi masalah.

Vitamin K akan terbentuk oleh bakteri di dalam usus bayi beberapa

waktu kemudian.

2. Vitamin Yang Larut Dalam Air

Vitamin C, asam nicotinic, B12, B1 (tiamin), B2 (riboflavin), B6

(pirodoksin) sangat dipengaruhi oleh makanan ibu, namun untuk ibu

dengan status gizi normal, tidak perlu diberi suplemen. Fluoride adalah

mineral yang memperkuat email gigi, melindungi gigi dari karies

(lubang). Hanya sejumlah kecil fluride yang ada dalam air susu ibu.

d. Zat Besi

Meskipun ASI mengandung sedikit zat besi (0,5 1,0 mg/ liter), namun

bayi yang menyusui jarang terkena anemia. Bayi lahir dengan cadangan zat

besi dan zat besi dari ASI diserap dengan baik (>70%) di bandingkan

dengan penyerapan 30% dari susu sapi dan 10% dari susu formula.
13

e. Zat Anti Infeksi

ASI mengandung anti infeksi terhadap berbagai macam penyakit,

seperti penyakit saluran pernapasan atas diare, dan penyakit saluran

pencernaan. ASI juga disebut sebagai darah putih yang mengadung enzim,

imunoglobin, dan leukosit. Lekosit terdiri dari fagosit 90% dan

limfosit10%, yang meskipun sedikit tetap akan memberikan protektif yang

signifikan terhadap bayi.

Immunoglobin merupakan protein yang di hasilkan sel plasma sebagai

respon adanya imunogenatau antigen(zat yang menstimulasi tubuh untuk

memproduksi anti bodi). Ada 5 macam Immunoglobin : IgA, IgM, IgE,

IgD, dan IgG. Dari kelimanya secretory IgA (sIgA) disekresi oleh

makrofag (disintesa dan di simpan dalam payudara), yang berperan dalam

fungsi antibodi ASI melalui alur limposit. Bayi baru lahir mempuyai

cadangan IgA sedikit dan karna itulah ia sangart memerlukan tambahan

proteksi sIgA dalam ASI terhadap penyakit infeksi.

f. Laktoferin

Laktoferin banyak dalam ASI (1-6mg/ml), tapi tidak terdapat dalam susu

sapi. Laktoferin bekerja sama dengan IgA untuk menyerap zat besi dari

pencernaan sehingga menyebabkan terhindarnya suplai zat besi yang di

butuhakan organisme patogenik, seperti Eschericia coli(E. Coli) dan

Candida albikans. Oleh karena itu, pemberian suplemen zat besi kepda bayi

menyusui harus lebih dipertimbangkan.


14

g. Faktor Bifidus

Faktor bifidus dalam ASI meningkatkan pertumbuhan bakteri baik dalam

usus bayi (lactobacillus Bifidus) yang melawan pertumbuahan bakteri

patogen (seperti Shigela, Salmonela, dan E. Coli) yang di tandai PH

rendah (5-6) bersifat asam dari tinja bayi.

h. Lisozim

Lisozim termasuk whey proteinyang bersifat bakteriosidal, antiinflamasi,

dan mempunyai kekuatan beberapa ribu kali lebih tinggi dari pada susu

sapi. Lisozim dapat melawan serangan E.Colidan Salmonelaserta lebih

unik dibandingkan antibodi lain karena jika yang lain menurun maka kadar

lisoszim akan meningkat di ASI setelah bayi berumur di atas 6 bulan saat

bayi sudah di berikan makana pendamping ASI (MP -ASI ). Oleh karena

itu kemungkinan terkena infeksi akan lebih tinggi.

i. Taurin

Taurin adalah asam amino dalam ASI yang terbanyak kedua dan tidak

terdapat dalam susu sapi. Berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan

penting dalam maturasi otak bayi. Karena itu, susu formula bayi

kebanyakan berusaha menambah taurin di dalam formulanya.

5. Fakta Tentang ASI

Peran penting yang dimainkannya terhadap kesehatan bayi berubah seiring

dengan tahapan-tahapan yang dilalui bayi dan jenis zat-zat makanan yang

dibutuhkan pada tahapan tertentu. Kandungan ASI berubah guna memenuhi

kebutuhan yang sangat khusus ini. ASI, yang selalu siap setiap saat dan selalu
15

berada pada suhu yang paling sesuai, memainkan peran utama dalam

perkembangan otak karena gula dan lemak yang dikandungnya. Di samping itu,

unsur-unsur seperti kalsium yang dimilikinya berperan besar dalam

perkembangan tulang-tulang bayi (Kodrat, 2010)

Meskipun disebut sebagai susu, ASI sebenarnya sebagian besarnya

tersusun atas air. Ini adalah ciri terpenting, sebab selain makanan, bayi juga

membutuhkan cairan dalam bentuk air. Keadaan yang benar-benar bersih dan

sehat mungkin tidak bisa dimunculkan pada air atau bahan makanan, selain pada

ASI. Namun ASI sedikitnya 90% adalah air , memenuhi kebutuhan bayi akan

air dalam cara yang paling bersih dan sehat.

1. ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh

bayi hingga ia berusia enam bulan ASI adalah makan bernutrisi dan

berenergi tinggi, yang mudah untuk dicerna. ASI memiliki kandungan

yang dapat membantu menyerapan nutrisi. Pada bulan-bulan awal, saat

bayi dalam kondisi yang paling rentan, ASI eksklusif membantu

melindunginya bayi dari diare, sudden infant death syndrome/SIDS -

sindrom kematian tiba-tiba pada bayi, infeksi telinga dan penyakit infeksi

lain yang biasa terjadi. ASI adalah suatu cara yang tidak tertandingi oleh

apapun dalam menyediakan makanan ideal untuk pertumbuhan dan

perkembangan seorang bayi. Evaluasi pada bukti-bukti yang telah ada

menunjukkan bahwa pada tingkat populasi dasar, pemberian ASI eksklusif

selama 6 bulan adalah cara yang paling optimal dalam pemberian makan

kepada bayi. Setelah 6 bulan, biasanya bayi membutuhkan lebih banyak


16

zat besi dan seng daripada yang tersedia didalam ASI pada titik inilah,

nutrisi tambahan bisa diperoleh dari sedikit porsi makanan padat. Bayi-

bayi tertentu bisa minum ASI hingga usia 12 bulan atau lebih selama

bayi anda terus menambah berat dan tumbuh sebagaimana mestinya,

berarti ASI anda bisa memenuhi kebutuhannya dengan baik.

2. Menunda pemberian makanan padat memberikan perlindungan yang lebih

baik pada bayi terhadap berbagai penyakit Meskipun bayi terus menerima

imunitas melalui ASI selama mereka terus disusui, kekebalan paling besar

diterima bayi saat dia diberikan ASI eksklusif. ASI memiliki kandungan

50+ faktor imunitas yang sudah dikenal, dan mungkin lebih banyak lagi

yang masih tidak diketahui. Satu studi memperlihatkan bayi yang

diberikan ASI eksklusif selama 4 bulan+ mengalami infeksi telinga 40%

lebih sedikit daripada bayi yang diberi ASI ditambah makanan tambahan

lain. Probabilitas terjadinya penyakit pernapasan selama masa kanak-

kanak secara signifikan berkurang bila bayi diberikan ASI eksklusif

setidaknya selama 15 minggu dan makanan pada tidak diberikan selama

periode ini. (Wilson, 1998). Lebih banyak lagi studi yang juga mengaitkan

tingkat eksklusivitas ASI dengan meningkatnya kesehatan (lihat faktor

imunitas pada susu manusia dan Resiko pemberian makanan instan).

3. Menunda pemberian makanan padat memberikan kesempatan pada sistem

penernaan bayi untuk berkembang menjadi lebih matang Biasanya bayi

siap untuk makan makanan padat, baik secara pertumbuhan maupun secara

psikologis, pada usia 6 9 bulan. Bila makanan padat sudah mulai


17

diberikan sebelum sistem pencernaan bayi siap untuk menerimanya, maka

makanan tersebut tidak dapat dicerna dengan baik dan dapat menyebabkan

reaksi yang tidak menyenangkan (gangguan pencernaan, timbulnya gas,

konstipasi dll). Tubuh bayi belum memiliki protein pencernaan yang

lengkap. Asam lambung dan pepsin dibuang pada saat kelahiran dan baru

dalam 3 sampai 4 bulan terakhir jumlahnya meningkat mendekati jumlah

untuk orang dewasa. Amilase, enzim yang diproduksi oleh pankreas belum

mencapai jumlah yang cukup untuk mencernakan makanan kasar sampai

usia sekitar 6 bulan. Dan enzim pencerna karbohidrat seperti maltase,

isomaltase dan sukrase belum mencapai level oranga dewasa sebelum 7

bulan. Bayi juga memiliki jumlah lipase dan bile salts dalam jumlah yang

sedikit, sehingga pencernaan lemak belum mencapai level orang dewasa

sebelum usia 6-9 bulan.

4. Menunda pemberian makanan padat memberikan kesempatan pada bayi

agar sistem yang dibutuhkan untuk mencerna makanan padat dapat

berkembang dengan baik Tanda-tanda yang menunjukkan bahwa bayi

sudah siap untuk menerima makanan padat termasuk ::

a. Bayi dapat duduk dengan baik tanpa dibantu.

b. Reflek lidah bayi sudah hilang dan tidak secara otomatis

mendorong makanan padat keluar dari mulutnya dengan lidah.

c. Bayi sudah siap dan mau mengunyah.

d. Bayi sudah bisa menjumput, dimana dia bisa memegang

makanan atau benda lainnya dengan jempol dan telunjuknya.


18

Menggunakan jari dan menggosokkan makanan ke telapak tangan

tidak bisa menggantikan gerakan menjumput.

e. Bayi kelihatan bersemangat untuk ikut serta pada saat makan dan

mungkin akan mencoba untuk meraih makanan dan

memasukkannya ke dalam mulut. Sering kali kita mengatakan

bahwa salah satu tanda bahwa bayi sudah siap untuk menerima

makanan padat adalah bila bayi terus menerus ingin menyusu

(kelihatan tidak puas setelah diberikan ASI/susu)-walaupun dia

tidak sedang dalam keadaan sakit, akan tumbuh gigi , mengalami

perubahan rutinitas atau mengalami pertumbuhan yang tiba-tiba.

Meskipun demikian, sulit untuk menentukan apakah peningkatan

kebutuhan untuk menyusui itu berhubungan dengan kesiapan bayi

untuk menerima makanan padat. Banyak (bahkan sebagian besar)

bayi usia 6 bulan yang mengalami pertumbuhan yang tiba-tiba,

tumbuh gigi dan mengalami berbagai perkembangan dalam satu

waktu, yang pada akhirnya bisa menyebabkan meningkatnya

kebutuhan untuk menyusui. Yakinkan bahwa anda melihat semua

tanda-tanda kesiapan untuk menerima makanan padat sebagai

suatu kesatuan, karena bila bayi hanya menunjukkan

meningkatnya kebutuhan untuk menyusui, itu bukanlah tanda

kesiapannya untuk menerima makanan padat.


19

5. Menunda pemberian makanan padat mengurangi resiko alergi makanan

Berbagai catatan menunjukkan bahwa memperpanjang pemberian ASI

eksklusif mengakibatkan rendahnya angka insiden terjadinya alergi

makanan (lihat Referensi alergi dan Resiko Pemberian Makanan Instan).

Sejak lahir sampai usia antara empat sampai enam bulan, bayi memiliki

apa yang biasa disebut sebagai usus yang terbuka. Ini berarti bahwa

jarak yang ada di antara sel-sel pada usus kecil akan membuat

makromolekul yang utuh, termasuk protein dan bakteri patogen, dapat

masuk ke dalam aliran darah. Hal ini menguntungkan bagi bayi yang

mendapatkan ASI karena zat antibodi yang terdapat di dalam ASI dapat

masuk langsung melalui aliran darah bayi, tetapi hal ini juga berarti bahwa

protein-protein lain dari makanan selain ASI (yang mungkin dapat

menyebabkan bayi menderita alergi) dan bakteri patogen yang bisa

menyebabkan berbagai penyakit bisa masuk juga. Dalam 4-6 bulan

pertama usia bayi, saat usus masih terbuka, antibodi (slgA) dari ASI

melapisi organ pencernaan bayi dan menyediakan kekebalan pasif,

mengurangi terjadinya penyakit dan reaksi alergi sebelum penutupan usus

terjadi. Bayi mulai memproduksi antibodi sendiri pada usia sekitar 6

bulan, dan penutupan usus biasanya terjadi pada saat yang sama.

6. Menunda pemberian makanan padat membantu melindungi bayi dari

anemia karena kekurangan zat besi Pengenalan suplemen zat besi dan

makanan yang mengandung zat besi, terutama pada usia enam bulan

pertama, mengurangi efisiensi penyerapan zat besi pada bayi. Bayi yang
20

sehat dan lahir cukup bulan yang diberi ASI eksklusif selama 6-9 bulan

menunjukkan kecukupan kandungan hemoglobin dan zat besi yang

normal. Dalam suatu studi (Pisacane, 1995), para peneliti menyimpulkan

bahwa bayi yang diberikan ASI eksklusif selama 7 bulan (dan tidak

diberikan suplemen zat besi atau sereal yang mengandung zat besi)

menunjukkan level hemoglobin yang secara signifikan lebih tinggi dalam

waktu satu tahun dibandingkan bayi yang mendapat ASI tapi menerima

makanan padat pada usia kurang dari tujuh bulan. Para peneliti tidak

berhasil menemukan adanya kasus anemia di tahun pertama pada bayi

yang diberikan ASI eksklusif selama tujuh bulan dan akhirnya

menyimpulkan bahwa memberikan ASI eksklusif selama tujuh bulan

mengurangi resiko terjadinya anemia.

7. Menunda pemberian makanan padat membantu melindungi bayi dari

resiko terjadinya obesitas di masa datang. Pemberian makanan padat

terlalu dini sering dihubungkan dengan meningkatnya kandungan lemak

dan berat badan pada anak-anak. (Untuk contoh, lihat Wilson 1998, von

Kries 1999, Kalies 2005)

8. Menunda pemberian makanan padat membantu para ibu untuk mejaga

kesediaan ASI mereka Berbagai studi menunjukkan bahwa pada bayi

makanan padat akan menggantikan prosi susu dalam menunya makanan

tersebut tidak menambah total asupan pada bayi. Makin banyak makanan

padat yang dimakan oleh bayi, maka makin sedikit susu yang dia serap

dari ibunya, dan makin sedikit susu yang diserap dari ibu berarti produksi
21

ASI juga makin sedikit. Bayi yang makan banyak makanan padat atau

makan makanan padat pada umur yang lebih muda cenderung lebih cepat

disapih.

9. Menunda makanan padat membantu memberi jarak pada kelahirn bayi

Pemberian ASI biasanya sangat efektif dalam mencegah kehamilan

terutama bila bayi anda mendapatkan ASI eksklusif dan semua kebutuhan

nutrisinya dapat dipenuhi melalui ASI..

10. Menunda pemberian makanan padat membuat pemberiannya menjadi

lebih mudah Bayi yang mulai makan makanan padat pada usia yang lebih

besar dapat makan sendiri dan lebih kecil kecendurangan untuk

mengalami alergi terhadap makanan.

B. Konsep Dasar Produksi ASI

Pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dimulai sejak kehamilan. Selama

kehamilan terjadi perubahan-perubahan payudara terutama besarnya payudara,

yang disebabkan oleh adanya proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel

kelenjar pembentukan ASI serta lancarnya peredaran darah pada payudara. Proses

proliferasi ini dipengaruhi oleh hormon-hormon yang dihasilkan plasenta, yaitu

laktogen, prolaktin, kariogona dotropin, estrogen, dan progesteron. Pada akhir

kehamilan, sekitar kehamilan 5 bulan atau lebih, kadang dari ujung puting susu

keluar cairan kolostrum. Cairan kolostrum tersebut keluar karena pengaruh

hormon laktogen dari plasenta dan hormon prolaktin dari hipofise. Namun, jumlah

kolostrum tersebut terbatas dan normal, dimana cairan yang dihasilkan tidak
22

berlebihan karena kadar prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air susu dihambat

oleh hormon estrogen (Dewi, 2011).

Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya

plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan

terhadap prolaktin oleh estrogen. Hormon prolaktin ini merangsang sel-sel alveoli

yang berfungsi untuk membuat air susu ibu.

Penurunan kadar estrogen memungkinan naiknya kadar prolaktin dan produksi

ASI pun mulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh bayi

menyusui pada payudara ibu. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat

pada keadaan : stress atau pengaruh psikis,anestesi, operasi, rangsangan puting

susu, hubungan kelamin, pengaruh obat-obatan. Sedangkan yang menyebabkan

prolaktin terhambat pengeluarannya pada keadaan: ibu gizi buruk, dan pengaruh

obat-obatan.

Pengeluaran ASI (Refleks Letdown/pelepasan ASI) merupakan proses

pelepasan ASI yang berada dibawah kendali neuroendokrin, dimana bayi yang

menghisap payudara ibu akan merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan

kontraksi sel-sel mioepitel. Kontraksi dari sel-sel ini akan memeras air susu yang

telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus untuk selanjutnya

mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi sehingga ASI tersedia

bagi bayi.

Faktor-faktor yang memicu peningkatan refleks letdown/pelepasan ASI ini

yaitu pada saat ibu melihat bayinya, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan

memikirkan untuk meyusui bayi. Sementara itu, faktor-faktor yang menghambat


23

refleks letdown/pelepasan ASI yaitu stress seperti keadaan bingung atau psikis

kacau, takut, cemas, lelah, malu, merasa tidak pasti atau merasakan nyeri.

Oksitosin juga mempengaruhi jaringan otot polos uterus berkontraksi sehingga

mempercepat lepasnya plasenta dari dinding uterus dan membantu mengurangi

terjadinya perdarahan. Oleh karena itu, setelah bayi lahir maka bayi harus segera

disusukan pada ibunya (Inisiasi Menyusui Dini ). Dengan seringnya menyusui,

penciutan uterus akan terjadi makin cepat dan makin baik. Tidak jarang perut ibu

akan terus terasa mulas yang sangat pada hari-hari pertama menyusui, hal ini

merupakan mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya uterus ke bentuk

semula.

Pada seorang Ibu yang menyusui dikenai 2 reflek yang masing- masing berperan

sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu (Suririnah, 2006) :

a. Refleks Prolaktin. Pada akhir kehamilan hormon prolaktin memegang

peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas

karena aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang

kadarnya memang tinggi. Setelah partus berhubung lepasnya plasenta dan

kurang berfungsinya korpus luteum maka estrogen dan progesterone sari-

at berkurang, ditambah dengan adanya isapan bayi yang merangsang

puting susu dan kalang payudara, akan merangsang ujung - ujung saraf

sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini

dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus akan

menekan pengeluaran faktor - faktor yang menghambat sekresi prolaktin

dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor - faktor yang memacu


24

sekresi prolaktin. Faktor - faktor yang memacu sekresi prolaktin akan

merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormone ini

merangsang sel - sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.

Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah

melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada

peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu

tetap berlangsung. Pada ibu yang melahirkan anak tetapi tidak menyusui,

kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2 - 3. pada ibu yang

menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti : stress atau

pengaruh psikis, anastesi, operasi, rangsangan puting susu.

b. Reflek Letdown Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise

anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke

hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin.

Melalui aliran darah, hormone ini diangkat menuju uterus yang dapat

menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ

tersebut. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat

keluar dari alveoli dan masuk ke system duktus dan selanjutnya menbalir

melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi.

Faktor - faktor yang meningkatkan let down adalah :

1. Melihat bayi

2. Mendengarkan suara bayi

3. Mencium bayi

4. Memikirkan untuk menyusui bayi.


25

1. Jumlah Normal Produksi ASI

Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai

menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi

lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari. Dari jumlah ini, akan terus

bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu mencapai usia

minggu kedua. Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menyusui bayinya

selama 4-6 bulan pertama. Karena itu selama kurun waktu tersebut ASI

mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi.

Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu menjadi menurun dan sejak saat

itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat

makanan tambahan. Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu

terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit pertama. Penyedotan atau

penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit.

Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan mengkonsumsi

sekitar 700-800 ml ASI setiap hari. Akan tetapi, ada penelitian yang

dilakukan oleh para ahli pada beberapa kelompok ibu dan bayi menunjukkan

terdapatnya variasi dimana seseorang bayi dapat mengkonsumsi sampai 1

liter selama 24 jam, meskipun kedua anak tersebut tumbuh dengan kecepatan

yang sama.

Konsumsi ASI selama satu kali menyusui atau jumlahnya selama sehari

penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya volume air

susu yang diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat


26

kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan hanya

memproduksi sejumlah kecil ASI.

Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya dalam

sehari sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml dalam 6 buan

kedua, dan 300-500 ml dalam tahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya

mungkin dapat ditelusuri pada masa kehamilan dimana jumlah pangan yang

dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak

dalam tubuhnya, yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen

ASI dan sebagai sumber energi selama menyusui. Akan tetapi, kadang-

kadang terjadinya keadaan dimana peningkatan jumlah produksi konsumsi

pangan ibu tidak selalu dapat meningkatkan produksi ASI-nya.

Produksi dari ibu yang kekurangan gizi sering kali menurun jumlahnya dan

akhirnya berhenti, dengan akibat yang fatal bagi bayi yang masih sangat

muda. Di daerah-daerah, dimana ibu-ibu sngat kekurangn gizi sering kali

ditemukan marasmus pada bayi-bayi berumur 1 tahun hanya diberi ASI.

(Baskoro, 2008)

2. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Produksi ASI

a. Frekuensi menyusui / memerah susu

Produksi ASI prinsipnya based on demand, jika makin sering di minta / di

susu, maka makin banyak ASI yang di produksi.

b. Kondisi Psikologis Ibu Menyusui

Ibu menyusui harus relaks, kondisi psikologis ibu menyusui sangat

menentukan keberhasilan ASI Ekslusif. Menurut Penelitian, lebih dari


27

80% kegagalan ibu menyusui dalam memberikan ASI adalah faktor

psikologis ibu menyusui. Saat ibu berfikir ASI-nya kurang, maka pada saat

bersamaan ratusan sensor pada otak akan memerintahkan hormon

oksitosin untuk bekerja lambat yang pada akhirnya menyebabkan produksi

ASI turun.

c. Nutrisi

Konsumsi makanan yang bergizi akan sangat berpengaruh terhadap

produksi ASI.Makanan yang dikonsumsi ibu memengaruhi produksi ASI.

Bila makanan yang disantap mengandung gizi seimbang dan teratur,

diharapkan kelenjar pembuat ASI dapat bekerja optimal. Maka penuhi

kebutuhan kalori, protein, lemak, dan vitamin serta mineral yang cukup.

Nutrisi dapat dilihat dengan kualitatif ( bahan makanan, jenis makanan,

dan kandungan makanan) dan kuantitatif ( pola makan, dan sattus gizi).

Kemudian, ada bebeberapa makanan yang sebaiknya dihindari kala ibu

menyusui di antaranya makanan yang banyak mengandung gula dan

lemak. Lalu, makanan yang merangsang seperti cabe, jahe, merica, kopi.

Lalu, makanan yang membuat kembung seperti kol, sawi, daun bawang.

d. Menghindari pemberian susu formula.

Pemberian susu formula akan menyebabkan ASI tidak lancar karena anak

relatif malas menyusu atau bingung puting terutama pemberian dengan

dot. Semakin sering susu formula diberikan semakin sedikit ASI yang

diproduksi

e. Perawatan Payudara.
28

Perawatan payudara bermanfat merangsang payudara untuk

mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan

oksitosin. Selain itu perawatan payudara juga bertujuan menjaga

kebersihan. (Dewi, 2011)

3. Kriteria kelancaran produksi ASI

Untuk mengetahui banyaknya produksi ASI, beberapa kriteria yang dapat

dipakai sebagai patokan untuk mengetahui jumlah ASI cukup atau tidak

adalah :

a. ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui puting

b. Sebelum disusukan payudara terasa tegang

c. Berat badan naik dengan memuaskan sesuai dengan umur.

Umur Kenaikan Berat Badan Rata Rata

1 3 bulan 700gram/bulan

4 6 bulan 600gram/bulan

7 9 bulan 400gram/bulan

10 12 bulan 300gram/bulan

Umur 5 bulan Tercapai 2x berat badan waktu lahir

Umur 1 tahun Terapai 3x berat badan waktu lahir

Tabel 2.1 : Tabel berat badan dihubungkan dengan kelancaran produksi ASI

d. Jika ASI cukup, setelah menyusu bayi akan tertidur/tenang selama 3-4 jam

e. Bayi kencing lebih sering, sekitar 8 kali sehari.


29

4. Cara Pengukuran Volume Produksi ASI

Pengukuran volume ASI dapat dilakukan dengan cara, antara lain :

a. Memerah ASI dengan pompa

Cara menabung atau mengukur ASI yang paling baik dan efektif dengan

menggunakan alat pompa ASI. Ada cara lain yang lebih terjangkau yaitu

piston atau pompa berbentuk suntikan. Prinsip kerja alat ini memang

seperti suntikan, hingga memiliki keunggulan yaitu setiap jaringan

pompa mudah sekali dibersihkan dan tekanannya bisa diatur. Pompa

pompa yang ada di Indonesia jarang ada yang berbentuk suntikan, lebih

banyak yang berbentuk squeeze dan bulb. Bentuk squeeze dan bulb tida

dianjurkan oleh banyak ahli ASI. Karena pompa seperti ini sulit

dibersihkan bagian bulb-nya (bagian belakang yang bentuknya

menyerupai bohlam) karena terbua dari karet yang tidak bisa disterilisasi.

Selain itu, tekanannya tidak bisa di atur, hingga tak bisa sama atau rata

(Rahayu, 2008).

b. Memerah ASI dengan tangan

Memerah ASI dengan tangan disebut juga dengan tekhnik Marmet.

Dengan pijitan dua jari, ASI bisa keluar lancar dan membutuhkan waktu

sekitar masing masing payudara 15menit. Cara ini sering disebut juga

dengan back to nature karena caranya sederhana dan tidak membutuhkan

biaya (Rahayu, 2008).

Caranya tempatkan tangan ibu di salah satu payudara, tepatnya di tepi

aerola. Posisi ibu jari terletak berlawanan dengan jari telunjuk. Tekan
30

tangan ke arah dada, lalu dengan lembut tekan ibu jari dan telunjuk

bersamaan. Pertahankan agar jari tetap di tepi aerola, jangan sampai

menggeser ke puting. Ulangi secara teratur untuk memulai aliran susu.

Putar perlahan jari di sekeliling payudara agar seluruh aliran susu dapat

tertekan. Ulangi pada sisi payudara lain, dan jika diperlukan pijit

payudara diantara waktu waktu pemerasan. Ulangi pada payudara

pertama, keudian lakukan lagi pada payudara kedua. Letakkan cangkir

bermulut lebar yang sudah di sterilkan di bawah payudara yang diperas,

kemudian diukur menggunakan gelas ukur (Rahayu, 2008).

5. Upaya Upaya Yang dapat Dilakukan Untuk Memperlancar Produksi ASI

a. Ibu menyusui disarankan mengkonsumsi makanan yang seimbang, tidak

ada pantangan makanan (kecuali ibu memang alergi bahan makanan

tertentu). Karena wanita menyusui rentan terhadap kekurangan

magnesium, vitamin B6, folat, kalsium, dan seng. Dan wanita menyusui

membutuhkan 500-1000 kalori lebih banyak dari wanita yang tidak

menyusui.

b. Berikan ASI sesering mungkin, meskipun ASI tidak begitu banyak akan

tetapi dengan cara merangsang produksi ASI maka akan meningkat. Anda

dapat meningkatkan frekuensi menyusui bayi atau dengan memerah ASI.

Semakin sering penyaluran ASI maka akan meningkatkan produksi ASI

secara alamiah.

c. Ibu dapat memberikan kesempatan bayi untuk mengkonsumsi ASI dalam

waktu lama. Tujuan dari cara ini adalah untuk mengosongkan ASI yang
31

telah diproduksi sehingga merespon produksi ASI selanjutnya. Inilah

sebabnya anda tidak perlu membuat jadwal menyusui bayi melainkan

memberikan saat bayi anda memerlukan.

d. Berikan ASI bergantian sehingga bayi tidak bosan dengan bagian kiri atau

kanan saja. Bayi akan menyesuaikan dengan cara menghisap. Sebenarnya

fungsi utama yaitu mengalirkan ASI, sehingga ASI yang sudah diproduksi

sebaiknya di alirkan dan ASI akan diproduksi kembali.

e. Pijatan yang benar dan tepat akan membantu dalam memperbanyak ASI.

Pemijatan dapat dilakukan dari bagian pangkal buah dada kemudian tekan

dinding dada dengan menggunakan kedua jari. Selanjutnya anda dapat

melakukan gerakan melingkar pada bagian payudara selama beberapa

detik lanjutkan dengan memindahkan jari pada daerah berikutnya. Anda

dapat mengarahkan pijatan dengan memutar atau radial menuju bagian

puting. Kemudian kepalkan tangan untuk memberikan tekanan pada

masing masing jari.

f. Anda dapat memompa ASI setelah selesai menyusui apalagi bila anda

merasa ASI masih banyak, anda dapat memompa buah dada dua sekaligus

sehingga lebih menstimulasi produksi ASI dibandingkan apabila anda

melakukan secara bergantian

g. Buat suasana yang tenang dan relaks sehingga membuat bayi anda lebih

lama menyusui. Anda dapat menciptakan kontak kulit dengan bayi

sehingga ketika anda mengajak komunikasi atau membelainya akan

memicu hormon oksitosin berperan dalam produksi ASI.


32

h. Anda harus banyak mengkonsumsi air putih. Selain itu jus dari buah dan

sayur segar dapat membatu memperbanyak ASI. Hindari merokok karena

akan menghambat ASI dan memberikan pengaruh negatif dari bahan kimia

yang berbahaya pada bayi. Begitu pula dengan makanan yang

mengandung kafein yang akan menimbulkan pengaruh buruk pada bayi

i. Rileks saat menyusui merupakan salah satu cara untuk memperbanyak

ASI. Anda dapat mendukung psikologis yang dapat menentukan

keberhasilan pemberian ASI. Stres akan berperan besar pada pemberian

ASI sehingga menurunkan kemampuan alami dalam memproduksi ASI.

Ibu menyusui dapat banyak istirahat untuk bisa memberikan ketenangan

pada diri dan produksi ASI meningkat

j. Terkadang sebagian orang tua yang cemas karena ASI yang tidak lancar

diberikan susu formula. Padahal pemberian susu formula akan

menyebabnya kondisi semakin tidak lancar. Bayi akan malas mendapatkan

ASI bahkan beberapa kondisi menyebabkan bayi bingung puting. Inilah

yang menyebabkan volume ASI berkurang karena respon dari bayi yang

tidak maksimal (Soedjiningsih, 2008).

C. Konsep Dasar Jenis Makanan Bagi Ibu Menyusui

Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat erat kaitannya

dengan gizi, sedangkan gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya

dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang

bayi. Bila pemberian ASI berhasil baik, maka berat badan bayi akan

meningkat, integritas kulit baik, tonus otot serta kebiasaan makan yang
33

memuaskan.Ibu menyusui memproduksi 600-800 ml ASI per hari oleh

karena itu diperlukan tambahan kalori sebanyak 500 kkal. Bila tidak

diimbangi peningkatan makanan, sumber kalori tersebut diambil dari

tubuh ibunya sehingga membahayakan status gizi ibu dan bayinya.

Menurut beberapa pendapat para ahli tidak ada makanan yang secara

khusus disarankan bagi ibu menyusui. Mereka harus makan seperti biasanya,

dengan menu beragam sesuai pola makan yang seimbang empat sehat lima

sempurna. Oleh karena ibu menyusui cenderung untuk merasa cepat haus karena

sebagian air yang diminum dipakai tubuh untuk memproduksi ASI (87%

kandungan ASI adalah air) maka perlu penambahan frekuensi minum sebanyak 4-

5 gelas per hari agar tubuh tidak kekurangan cairan. Selain air putih, susu dan

buah juga dapat menjadi sumber cairan (Arifin, 2006).

1. Kandungan Kandungan Yang Harus Ada di Menu Makanan Ibu Menyusui


34

Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan

metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui

akanmeningkat 25%, karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis

melahirkan dan untuk menyehatkan bayi. Semua itu akan meningkat tiga kali

dari kebutuhan biasa. Makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan

aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI serta

sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan

perkembangan. Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi

cukup dan teratur, tidak pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol,

nikotin serta bahan pengawet atau pewarna. Disamping itu harus mengandung:

1. Sumber tenaga (energi)

Untuk pembakaran tubuh, pembentukan jaringan baru, penghematan

protein(jika sumber tenaga kurang, protein dapat digunakan sebagai

cadangan untuk memenuhi kebutuhan energi). Zat gizi sebagai sumber

karbohidrat terdiri dari beras, sagu, jagung, tepung terigu dan ubi.

Sedangkan zat lemak dapat diperoleh dari hewani (lemak, mentega, keju)

dan nabati (kelapa sawit, minyak sayur, minyak kelapa dan margarin).

2. Sumber pembangun (protein)

Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak

atau mati. Protein dari makanan harus diubah menjadi asam amino

sebelum diserap oleh sel mukosa usus dan dibawa ke hati melalui

pembuluh darah vena portae. Sumber protein dapat diperoleh dari protein

hewani (ikan, udang, kerang, kepiting, daging ayam, hati, telur, susu dan
35

keju) dan protein nabati (kacang tanah, kacang merah, kacang hijau,

kedelai, tahu dan tempe). Sumber protein terlengkap terdapat dalam susu,

telur dan keju, ketiga makanan tersebut jugamengandung zat kapur, zat

besi dan vitamin B.

3. Sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin dan air)

Unsur-unsur tersebut digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan

penyakit dan pengatur kelancaran metabolisme dalam tubuh. Ibu menyusui

minum air sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap

kali sehabis menyusui). Sumber zat pengatur dan pelindung biasa

diperoleh dari semua jenis sayuran dan buah-buahan segar.Kebutuhan

energi ibu menyusui pada enam bulan pertama kira-kira 700 kkal/hari dan

enam bulan kedua 500 kkal/hari sedangkan ibu menyusui bayi yang

berumur 2 tahun rata-rata sebesar 400 kkal/hari (Eny dan Wulandari,

2009).

Keadaan gizi seseorang berkaitan dengan konsumsi makanan, tingkat

keadaan gizi yang optimal akan tercapai dengan kebutuhan gizi yang

tercukupi. Peranan ASI dipengaruhi oleh asupan makanan. Kebutuhan

akan zat gizi tidak sama bagi semua orang. Keseimbangan jumlah dan

jenis zat gizi yang dibutuhkan berbagai kelompok orang ditetapkan dalam

sebuah daftar yang di revisi setiap lima tahun (Soekirman, 20006).

Gizi dan pola makan ibu menyusui di Indonesia pada umumnya tidak baik,

bahkan sering ibu yang menyusui mendapat gizi dengan mutu yang sama dengan

ibu yang tidak menyusui. Oleh sebab itu, kebutuhan gizi ibu yang menyusui tentu
36

saja menjadi semakin meningkat, kebiasaan menyusui yang dilakukan oleh ibu-

ibu perlu diperhatikan karena ASI merupakan makanan yang paling sempurna,

dimana kandungan gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan

yang optimal.

Pantangan/larangan terhadap beberapa jenis makanan relatif tidak baik

karena asupan zat gizi ibu menyusui manjadi sangat kurang yaitu sebanyak 91,1%

ibu nifas defisit zat besi, sebanyak 73,4% ibu menyusui defisit energi dan

sebanyak 26,7% ibu menyusui defisit protein.

Tabel 2.2 : Tabel kebutuhan nutrisi ibu menyusui

2. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Nutrisi

a) Pengetahuan

Rendahnya pengetahuan tentang manfaat makanan bergiri dapat memengaruhi

pola konsumsi makan, hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya informasi

sehingga dapat terjadi kesalahan pemenuhan kebutuhan gizi.


37

b) Prasangka

Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan yang bernilai gizi

tinggi, dapat memengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa daerah,

tempe yang merupakan sumber protein yang baik dan murah, tidak digunakan

dalam makanan sehari-hari, karena masyarakat menganggap bahwa

mengonsumsi tempe dapat merendahkan derajat mereka.

c) Kebiasaan

Adanya kebiasaan yang buruk atau pantangan terhadap makanan tertentu dapat

juga memengaruhi status gizi. Misalnya, di beberapa daerah, terdapat larangan

makan pisang, pepaya, bagi para gadis remaja. Padahal, makanan itu

merupakan sumber vitamin yang baik. Ada pula larangan makan ikan bagi

anak-anak, karena ikan dianggap mengakibatkan cacingan. Padahal, ikan

mcrupakan sumber protein yang sangat baik bagi anak-anak.

d) Kesukaan

Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan

kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh rat-zat gizi yang

dibutuhkan secara cukup. Kesukaan dapat mengakibatkan banyak terjadi kasus

malnutrisi pada rcmaja karcna asupan gizinya tidak sesuai dengan yang

dibutuhkan tubuh.

e) Ekonomi

Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi, penyediaan

makanan bergizi, membutuhkan dana yang tidak sedikit karena perubahan

status gizi dipengaruhi oleh status ekonomi. Dengan kata lain, orang dengan
38

status ekonomi kurang biasanya kesulitan dalam mcnyediakan makanan

bergizi. Sebaliknya orang dengan status ekonomi cukup lebih mudah untuk

menyediakaan makanan yang bergizi.

f) Faktor fisologis

Kondisi fisiologis yang emmpngaruhi status nutrisi termasuk tingkat aktifitas,

keadaan penyakit,, kemampuan daya beli dan menyiapkan makanan, dan

prosedur atau pengobatan yang dilakukan. Bergantung pada tingat aktifitas,

maka nutirisi dan kilokalori diperlukan untuk meningkatkan, sehingga tingkat

aktifitas akan meningkat, atau menurun. Merokok dapat diklasifikasikan

sebagai faktor fisiologis. Secara fisiologis, merokok akan memerlukan lebih

banyak nutrisi, terutama vitamin C, dimana kebutuhan akan vitamin C akan

berlipat ganda. Status penyakit dan prosedur atau pengobatan yang dilakukan

mempunyai dampak pada asupan makanan, pencernaan, absorpsi,

metabolisme, dan eksresi. Beberapa kondisi fisiologis dapat menyebabkan

menurunnya zat makanan tertentu, dan satu saat akan meningkat. Penyakit

ginjal dapat menurunkan kebutuhan protein oleh karena protein dieksresi oleh

ginjal. Dengan demikian berbagai kondisi fisiologis akan meningkatkan

kebutuhan nutrisi. Penyakit-penyakit fisik biasanya meningkatkan kebutuhan

zat makanan dan satu waktu makannya sedikit. Biasanya terjadi pada penyakit-

penyakit salurang cerna (Arifin, 2006).

3. Mitos Seputar Makanan Pada Ibu Menyusui

a. Mitos ibu menyusui tidak boleh minum es karena menyebabkan ASI dingin

dan bayi pilek Faktanya hal itu tidak berhubungan sama sekali. Suhu ASI
39

dalam payudara tetap hangat 37 derajat celcius. Sebaiknya bila ingin

mengkonsumsi es dalam batas yang wajar saja.

b. Mitos semasa menyusui, ibu harus makan dua porsi lebih banyak. Faktanya

tidak demikian. Yang penting adalah konsumsi menu seimbang. Bila ibu

merasa lapar silakan makan, tetapi berhenti bila sudah kenyang. Perhatikan

keseimbangan dan kecukupan gizinya.

c. Mitos dilarang makan makanan pedas karena akan menyebabkan perut terasa

panas dan air susu pun agak pedas rasanya dan menyebabkan mencret pada

bayi. Faktanya makanan yang masuk kedalam perut ibu pasti mengalami

proses dahulu, yang mengandung sari makanan yang berguna dan yang jadi

sampah pasti terpisah. Ketika makanan tersebut diproses menjadi ASI, zat-zat

yang terkandung di dalamnya memang sudah siap pakai alias pas untuk

diberikan. Jadi sebaiknya memang makanan yang dimakan tidak terlalu banyak

mengandung rasa tersebut karena dikhawatirkan bila rasa pedas terlalu banyak

akan menyababkan ibu diare yang berakibat jadi dehidrasi dan mengganggu

proses menyusui pada bayi dan , Ahli laktasi menyarankan pada ibu yang

sedang menyusui untuk tidak khawatir dikarenakan cita rasa ASI tidak sama

100% dengan makanan yang anda konsumsi sehingga rasanya akan terasa

samar atau hambar dan bertahan selama 8 jam.

d. Mitos banyak mengkonsumsi ikan dapat membuat rasa ASI jadi bau amis atau

anyir. Faktanya kandungan zat gizi yang terkandung dalam ikan dan sari laut

itu banyak mengandung asam lemak omega 3 yang bermanfaat bagi tubuh,
40

misalkan untuk mengontrol kadar kolesterol darah, mencegah jantung koroner,

penyempitan dan pengerasan pembuluh darah

e. Mitos bayi sakit, ibu yang minum obat. Faktanya bayi yang masih mendapat

ASI, saat sakit justru harus semakin banyak diberikan ASI bila perlu

frekuensinya ditambah. Tetapi bila ibu yang sakit tentunya harus minum obat,

itu pun harus ada rekomendasi dari dokter obat apa yang baik bagi ibu yang

menyusui.

4. Pengaturan Makanan Ibu Menyusui

Menurut Budi Sutomo (2010) pengaturan makanan ibu menyusui adalah

sebagai berikut :

a. Susunan hidangan sehari-hari harus seimbang, yang terdiri dari makanan

pokok, lauk pauk, sayuran dan buah serta susu.

b. Makanan pokok tidak hanya nasi, gunakanlah beraneka bahan makanan

pengganti seperti mie, jagung, kentang, ubi, roti dan sebagainya.

c. Lauk-pauk gunakanlah dari jenis hewani dan jenis nabati, seperti telur,

daging, ayam, ikan segar, hati, ikan asin, tempe, tahu, kacang-kacangan dan

sebagainya.

d. Sayuran lebih baik yang berwarna seperti bayam, kangkung, sawi, daun

katuk, wortel, buncis dan sebagainya, karena sayuran tersebut dapat

membantu merangsang pengeluaran/produksi ASI.

e. Pilihlah buah-buahan yang berwarna seperti pepaya, jeruk, apel, tomat dan

sebagainya yang banyak mengandung vitamin dan mineral.


41

f. Perlu minum dalam jumlah lebih banyak + 6 gelas dalam satu hari, akan

lebih bermanfaat bila ibu menyusui minum cairan bergizi seperti : susu,

air kacang-kacangan, sari buah-buahan, air sayuran daun hijau dan

sebagainya.

g. Tidak disarankan minum jamu setelah melahirkan.

h. Yang terpenting tidak ada pantangan makanan untuk ibu menyusui.

5. Contoh Menu Sehari Pada Ibu Menyusui (Budi Sutomo, 2010)

1. Bangun tidur: Satu gelas susu.

2. Sarapan: Nasi, telur mata sapi, orak-arik wortel, pepaya.

3. Pukul 10:00: Kue manis (snack).

4. Makan siang: Nasi, daging, perkedel tahu, sayurbening katuk wortel.

5. Pukul 16:00: Goreng pisang (snack).

6. Makan malam: Nasi,semur daging, tempe goreng, sup sayuran.

7. Sebelum tidur: Satu gelas susu cokelat.

Kebutuhan makanan bagi ibu menyusui lebih banyak daripada makanan

Ibu hamil. Pada waktu menyusui ibu harus makan makanan yang cukup agar

mampu menghasilkan ASI yang cukup bagi bayinya, memulihkan kesehatan

ibu setelah melahirkan dan memenuhi kebutuhan gizi yang yang meningkat

karena kegiatan sehari hari yang bertambah.Banyaknya makanan ibu menyusui

disesuaikan dengan dengan umur bayi dan kebutuhan gizi ibu.


42

Kegunaan makanan tersebut adalah :

1. Memulihkan kondisi fisik setelah melahirkan.

2. Meningkatkan Produksi ASI (Air Susu Ibu) yang cukup dan sehat untuk

bayi.

You might also like