You are on page 1of 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Masa nifas adalah masa dua jam setelah lahirnya plasenta sampai enam minggu
berikutnya. Istilah yang tepat digunakan dalam rangka pengawasan post partum anatara
2-6 jam, 2 jam-6 hari, 2 jam-6 minggu ( atau boleh juga disebut 6 jam, 6hari, 6
minggu).
Komplikasi pada masa nifas diantaranya infeksi puerperal, perdarahan yang
disebabkan karena banyaknya pembuluh darah yang terputus dan terbuka, atonia uteri,
perdarahan pada plasenta, luka kandung kemih, emboli dan kemungkinan rupture uteri.
Nifas tidak hanya masalah fisik tetapi juga terkait dengan masalah psikososial seperti
cemas, gangguan body image dan proses penerimaan.
Banyak orang beranggapan bahwa melakukan persalinan melalui operasi sectio
caesarea memang lebih cepat dan tidak begitu sakit dibandingkan melahirkan secara
normal, tetapi proses penyembuhan operasi caesar bisa jauh lebih lama dibandingkan
proses persalinan normal. Biasanya waktu penyembuhan bekas luka operasi caesar 3-4
minggu, bahkan lebih. Namun dengan operasi caesar bila tidak dirawat dengan baik,
bekas luka operasi bisa menimbulkan infeksi yang akan memperpanjang waktu
penyembuhan luka operasi (Kasdu,D.2003).
Angka kejadian Sectio Caesarea di Indonesia pada tahun 2012 adalah 606.797
dari 4.902.585 jumlah seluruh persalinan atau sekitar 12,4% (Depkes RI, 2012). Di
Yogyakarta dari seluruh angka kelahiran sebanyak 3586, Sectio Caesarea pada tahun
2012 terdapat 1256 persalinan dari seluruh jenis persalinan atau sekitar 35% (Dinkes
DIY, 2012). Sedangkan berdasarkan studi pendahuluan di RSU Rachma Husada
Yogyakarta, didapatkan data 53 atau 56,4% persalinan secara SC dari 94 persalinan
selama bulan September sampai November 2014 dengan indikasi serotinus 41,5%,
induksi gagal 26,4%, DKP 13,2% dan KPD 18,9%.
Ada beberapa penyebab yang sering terjadi dan harus dilakukan caesar yaitu
partus lama, partus tak maju, panggul sempit, dan janin terlalu besar, jika tidak
dilakukan caesar akan membahayakan nyawa ibu dan janin (Winknjosastro, 2007).
Sedangkan menurut Sarwono,2010, indikasi persalinan SC yaitu panggul sempit, tumor
jalan lahir, stenosis serviks, plasenta previa, disproporsi sefalopelvik, ruptura uteri,
kelainan letak, dan gawat janin.
Namun kerugian dari persalinan yang dijalani melalui bedah caesar, yaitu adanya
komplikasi yang dapat terjadi saat tindakan bedah caesar. Antara lain cedera kandung
kemih, cedera rahim, cedera pada pembuluh darah, cedera pada usus dan infeksi, yaitu
infeksi rahim, endometritis, dan infeksi akibat luka operasi. (Depkes RI, 2013).
Sedangkan menurut Bobak, 2005, kerugian pada bayi yaitu terjadinya hipoksia, depresi
pernafasan, sindrome gawat pernafasan dan trauma persalinan.
Peran pemerintah dalam menekan kejadian Sectio Caesarea yaitu melakukan ANC
minimal 4 kali selama trimester 1 dilakukan kunjungan 1 kali, trimester 2 dilakukan
kunjungan 1 kali dan pada trimester 3 dilakukan kunjungan sebanyak 2 kali untuk
mendeteksi dini adamya komplikasi tertentu (Depkes RI, 2013).
Pemerintah juga berusaha meminimalkan angka kejadian Sectio Caesarea dengan
mempersiapkan tenaga kesehatan yang terlatih, terampil dan profesional agar dapat
melakukan deteksi dini dan pencegahan komplikasi pada ibu hamil selama kehamilan
sehingga kemungkinan persalinan dengan Sectio Caesarea dapat diturunkan dan
dicegah sedini mungkin (Winjosastro, 2007).
Peran bidan pada pasien post operasi sectio caesarea diarahkan untuk
mengembalikan fungsi fisiologis pada seluruh system secara normal , dapat beristirahat
dan memperoleh rasa nyaman, meningkatkan konsep diri, serta tidak terjadi infeksi
pada luka post operasi. Salah satu upaya untuk mencegah timbulnya komplikasi dan
mengembalikan fungsi fisiologis tubuh dapat dilakukan dengan mobilisasi dini sesuai
dengan kewenangan bidan MENKES RI no 938/Menkes/SK/VIII/2007 yang tercantum
dalam kompetensi ke tiga dan keempat.
Oleh karena itu penulis memilih Judul Asuhan Kebidanan Pada Ny. N, Usia 31
Tahun P2031 Post SC hari ke 2 di Rumah Sakit DKT Gubeng Pojok Kota Surabaya
2017.
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mendapat pengalaman nyata dalam menerapkan Asuhan
Kebidanan pada klien pada masa nifas sesuai masalah yang timbul sesuai
pendekatan masalah kebidanan.
1.2.2 Tujuan Khusus :
1) Mampu mengkaji dan menganalisis data
2) Mampu mengidentifikasi diagnosa kebidanan pada klien srta menentukan
prioritas masalah
3) Mampu mengantisipasi masalah potensial yang akan timbul
4) Mampu memberikan kebutuhan segera pada klien nifas
5) Mampu menyusun rencana asuhan kebidanan pada klien nifas
6) Mampu melaksanakan rencana yang dibuat serta
7) Mampu mengevaluasinya

1.3 METODE PENULISAN


Penulisan kasus ini menggunakan beberapa metode, yaitu:
1. Studi kepustakaan
Penulis mempelajari buku - buku, literature dan media internet yang
berhubungan dengan kasus nifas dengan post SC
2. Studi kasus
Dengan menggunakan pendekatan proses manajemen asuhan kebidanan oleh
helen varney (1997) dengan 7 langkah yang di susun secara periodik proses
asuhan kebidanan di mulai dari pengkajian dan di akhiri dengan evaluasi serta
pendokumentasian. Untuk menghimpun data yang di harapkan, penulis
menggunakan metode:
a. Wawancara
Penulis mengadakan tanya jawab atau diskusi dengan pasien, keluarga, bidan
dan dokter di ruang nifas yang berhubungan dengan masalah klien.
b. Observasi
Penulis memperoleh data dengan cara melakukan pengamatan secara
langsung pada pasien.
3. Studi Dokumentasi.
Membaca dan mempelajari kasus serta menginterprestasi data yang berhubungan
dengan klien, yang bersumber dari catatan buku status, seperti catatan dokter,
bidan, hasil laboraturium.serta diagnostik tes.

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN


Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN terdiriatas :Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode
Penulisan, Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKAterdiri atas : konsep dasar masa nifas, konsep dasar
SC, konsep dasar asuhan kebidanan.

BABIII TINAJAUAN KASUS terdiri atas : Pengkajian data, Identifikasi Diagnosa


dan Masalah, Identifikasi dan Diagnosa Masalah Potensial, Identifikasi Kebutuhan
Segera, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi
BAB IVPEMBAHASAN
BAB V PENUTUP terdiri atas : Kesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP DASAR MASA NIFAS


2.1.1 Pengertian
Nifas adalah mas pulihnya kembali sari masa persalinan selesai sampai alat-
alat kandungan kembali seperti pra hamil (Mochtar, 1998:115)
Masa nifas mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6
minggu (Wiknjosastro, 2007: 237)
2.1.2 Periode Nifas
1) Puerperium dini.
Kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dianggap
bersih dan boleh bekerja (setelah 40 hari)
2) Puerperium intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat kandungan/genital lamanya 6-8 minggu
3) Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna yaiut bila selama
hamil atau waktu bersalin mempunyai komplikasi ( bias berminggu-minggu,
bulanan atau tahunan) (Mochtar, 1998: 115)
2.1.3 Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas
1) Involusi
Perubahan sebagai proses kembali alat kandungan atauy jalan lahir setrelah
bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil.Proses
involusi terjadi karena:
Autolysis : Zat protein dinding rahim di pecah, di absorbsi dan kemudian
dibuang lewat urine (sastrawinata, 1983:315)
Aktivitas otot-otot : Otot-otot uterus berkontraksi setelah post partum.
Pembuluh darah yang ada di antara anyaman-anyaman otot otot uterus
terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta
dilahirkan (Wiknjosastro, 2007:238)
Ischemia : Kekurangan darah pada uterus disebabkan akibat
pengurangan aliran darah yang pergi di dalam mas hamil, sehingga
jaringan otot-otot uterus mengalami atrifi kembali ke ukuran semula
(Ibrahim, 1993:12)
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gr
1 minggu Pertengahan pusat-symfisis 500 gr
2 minggu Tidak teraba di atas symfisis 350 gr
6 minggu Bertambah kecil 50 gr
8 minggu Sebesar normal 30 gr
(Mochtar, 1998:115)
2) Lochea
Adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa
nifas.
Lochea Rubra (Cruenta)
Berisis darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik
caseosa, lanugo dan meconeum pada hari ke 1-2
Lochea sanguinolenta
Berwarna merah, coklat kekuningan berisi darah dan lender hari 3-7
pasca persalinan.
Lochea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari 7-14 pasca
persalinan
Lochea alba
Cairan putih stelah 2 minggu
Lochea purulent
Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah berbau busuk
Lochea ostatis
Lochea tidak lancar keluar (Mochtar, 2007:239-240).
3) Laktasi
Untuk melengkapi masa laktasi (menyusui) sejak dari kehamilan telah
terjadi peubahan-perubahan pada kelenjar mamae yaitu:
Proliferasi jaringan terutama kelenjar-kelenjar dan alveoli mamma dan
lemak
Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang dapat dikeluarkan
berwarna kuning (colostrum)
Hipervaskulerisasi pada permukaan maupun pada bagian dalam mamma
dimana vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
Setelah partus pengaruh estrogen dan progesterone hilang. Maka timbul
pengaruh hormone laktogen (LH) atau prolaktin yang akan merangsang
air susu (Wiknjosastro, 2007:239-240).

2.2 SECTIO CAESAREA


2.2.1 Pengertian
Sectio caesarea adalah suatu tindakan pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. Pada masa sekarang
sectio caesarea jauh lebih aman dari pada dulu dengan adanya antibiotika,
tranfusi darah, teknik operasi yang lebih sempurna dan anestesi yang lebih
baik, karena itu terjadi kecenderungan untuk melakukan sectio caesarea tanpa
dasar yang cukup kuat, dalam hubungan ini perlu diingat bahwa seorang ibu
yang telah mengalami pembedahan sectio caesarea pasti akan mendapat parut
uterus dan tiap kehamilan serta persalinan berikutnya memerlukan
pengawasan yang cermat berhubungan dengan bahayanya ruptur uteri
(Wiknjosastro, 2005).
Pembedahan yang paling banyak dilakukan ialah sectio caesarea
transperntonealis profunda dengan insisi di segmen di bawah uterus,
keuntungannya adalah perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak, bahaya
peritonitis tidak besar dan parut pada uterus yang umumnya kuat sehingga
bahaya ruptur uteri dikemudian hari tidak besar karena dalam masa nifas
segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti
korpus uteri, sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna (Wiknjosastro,
2005).
Sectio cesarea adalah suatu cara yang dilakukan untuk melahirkan janin
dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut
atau vagina, dengan kata lain sectio caesarea adalah suatu histerotomia untuk
melahirkan janin dalam rahim (Mochtar, 1998).
Menurut Wiknjosastro (2002) sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk
melahirkan bayi dengan berat diatas 500 gr melalui sayatan pada dinding
uterus yang utuh. Berdasarkan teori di atas penulis menyimpulkan bahwa
sectio caesarea adalah suatu proses pembedahan dinding perut dan uterus
untuk melahirkan janin, yang dilakukan bila terdapat komplikasi atau kasus
patologi yang menyertai kehamilan yang bertujuan untuk mengurangi
mobiditas dan mortalitas.
2.2.2 Teknik Sectio Caesarea
Sectio caesarea memiliki dua tipe, yang pertama ialah dengan melakukan
insisi melintang melalui segmen bawah uteri yang teregang. Yang kedua
adalah teknik sectio caesarea klasik yaitu dengan insisi vertikal pada
miometrium, namun jarang dilakukan, kecuali jika terjadi vaskularisasi di
segmen bawah uteri yang banyak sekali atau tidak dapat dilakukan karena
perlengketan yang luas atau posisi janin letak lintang dengan bahu terjepit
(Jones, 2002).
Teknik operasi dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Peritoneum yang menutupi segmen bawah uterus dibelah dan didorong
ke bawah.
b. Otot segmen bawah yang terbuka di insisi sehingga selaput ketuban
menonjol ke dalam luka, sehingga insisi dapat diperluas.
c. Selaput ketuban dipecahkan dan kepala dilahirkan dengan
menggunakan forsep sebagai bidang miring, fundus di tekan ke bawah.
d. Keluarkan plasenta.
e. Penjahitan luka insisi dilakukan lapis demi lapis dengan jahitan di
sudut luka harus dilakukan dengan cermat.
f. Kemudian dilakukan penjahitan peritoneum (Jones, 2002).

Perawatan pasca operasi tidak berbeda dengan operasi abdomen lainnya,


pasien dianjurkan dengan ambulasi dini, terutama karena banyak neonatus
hanya dirawat dalam kamar perawatan selama 24 48 jam. Sectio caesarea
merupakan operasi yang aman, dengan angka kegagalan 0,1 per 1000 sectio
caesarea yang dilakukan secara elektif (Jones, 2002).

2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan


Asuhan kebidanan adalah aktifitas atau intervensi yang dilakukan oleh bidan
kepada ibu yang mempunyai kebutuhan atau permasalahan dalam bidang KIA/KB
(DepKes RI, 1993).
Dalam meberikan asuhan kebidanan menggunakan 7 langkah manajemen
kebidanan menurut Hellen Varney, yaitu :
1. Pengkajian
Data Subyektif
Dalam hasil anamnesa terhadap klien tentang masalah kesehatan yang
dialamimeliputi hal-hal berikut :
a. Biodata
Biodata berisi tentang identitas klien beserta suaminya yang meliputi nama,
umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan alamat.
Dari data biodata yang dikaji diharapkan dapat memberikan gambaran tentang
faktor resiko, keadaan sosial ekonomi dan pendidkan klien/keluarga yang
mempunyai kondisi klien.
b. Keluhan utama
Ditanya apa yang dirasakan sekarang atau keluhan saat ini.
c. Riwayat kesehatan
- Riwayat penyakit sekarang
Yang perlu ditanyakan adalah apakah saat ini klien menderita suatu
penyakit, kapan dan apakah sudah diperiksakan oleh petugas, bila sudah
kapan, sudah mendapat obat atau belum, apa obatnya dan bagaimana
hasilnya
- Riwayat penyakit yang lalu
Ditanyakan apakah klien pernah menderita penyakit keturunan selain itu
juga apakah klien pernah melakukan operasi sebelumnya, kalau pernah
kapan dimana dan apakah indikasinya
- Riwayat penyakit keluarga
Ditanyakan apakah klien pernah menderita penyakit keturunan selain itu
juga apakah klien pernah melakukan operasi sebelumnya, kalau pernah
kapan dimana dan apakah indikasinya
d. Riwayat kebidanan
- Riwayat haid
Terdiri dari menarche, umur berapa, siklus haid, berapa lama haid, berapa
banyak, bagaimana warnanya, konsistensinya, baunya, apakah merasakan
nyeri apa tidak saat haid, bila ya kapan sebelum/ selama/ sesudah haid,
keputihan atau tidak kalau ya kapan sebelum, selama, sesudah haid atau
diluar haid.
- Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Yang harus ditanyakan adalah bagaimana riwayat kehamilan yang lalu,
riwayat persalinannya apakah ada kesulitan. Kalau ya, apa kesulitannya.
Bagaimana postpartum, apakah mengalami perdarahan atau tidak.
Bagaimana riwayat nifasnya, apakah mengalami kelainan, misalnya
perdarahan banyak, panas atau lochea berbau. Kapan melahirkan
keguguran yang terakhir.
- Riwayat kehamilan sekarang
Ini kehamilan ke berapa, apakah ada keluhan selama hamil, penyuluhan
dan terapi yang didapat selama hamil serta ibu mulai merasakan gerak anak
pada usia kehamilan berapa minggu.
e. Riwayat perkawinan
Yang harus ditanyakan adalah berapa kali ibu menikah, sudah berapa lama,
usia ibu atau suami berapa tahun nikah pertama kali, dan apa statusnya
f. Riwayat KB
Yang perlu ditanyakan adalah apakah klien sebelumnya pernah ikut KB,
metode apa yang digunakan, kapan menggunakannya, berapa lama
pemakaiannya. Bila klien mengganti metode KB apa alasannya.
g. Riwayat psikososial
Bagaimana hubungan pasien dan suami serta keluarga
h. Latar belakang sosial budaya
Kebiasaan yang dilakukan di lingkunan klien dan keluarga baik yang bersifat
mendukung maupun menghambat dalam kaitannya dengan kehamilan
i. Pola kebiasaan sehari-hari
Berisi tentang bagaimana pola kebiasaan sehari-hari yang dilakukan oleh
klien, yaitu :
- Pola nutrisi
Bagaimana asupan nutrisinya dari pasien, berapa kali ia makan dan minum,
menunya apa saja. Masalah yang dirasakan ada atau tidak.
- Pola eliminasi
Berapa kali ibu BAK dan BAB, bagaimana warna dan konsistensinya.
Masalah yang dirasakan ada atau tidak.
- Pola istirahat
Bagaimana pola istirahat ibu. Masalah yang dirasakan ada atau tidak.
- Pola aktivitas
Bagaimana kegiatan klien. Masalah yang dirasakan ada atau tidak.
- Pola personal hygiene
Ibu mandi, gosok gigi berapa kali dalam sehari, keramas berapa kali dalam
seminggu, ganti baju dan celana dalam berrapa kali dalam sehari. Masalah
yang dirasakan ada atau tidak.
Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui pemeriksaan pemeriksaan fisik
yang terdiri dari inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
a) Pemeriksaan Umum
Bagaimana keadaan umumnya, kesadarannya, tanda-tanda vital (Tekanan
darah, nadi, suhu dan pernafasan), tinggi badan dan berat badan.
b) Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
Kepala : Simetris atau tidak, rambut keriting, lurus atau bergelombang, kulit
kepala bersih atau tidak ketombe ada atau tidak, rontok atau tidak
Muka : Pucat atau tidak
Mata : Simetris atau tidak, conjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterus
atau tidak
Hidung : Ada pernafasan cuping hidung atau tidak, bersih atau tidak,
ada perdarahan atau tidak, ada polip atau tidak, ada secret atau tidak
Gigi dan mulut: Mukosa bibir lembab atau kering, ada caries atau tidak, ada
stomatitis atau tidak, ada gigi palsu atau tidak
Telinga : Simetris atau tidak, bersih atau tidak, ada perdarahan atau
tidak, ada serumen atau tidak
Leher :Ada pembesaran kelenjar tyroid, pembesaran vena jugularis,
pembesaran kelenjar limfe atau tidak
Dada dan payudara: Simetris atau tidak, bersih atau tidak, putting susu
menonjol atau tidak, ada hiperpigmentasi areola mamae atau tidak, ada luka
atau tidak
Abdomen :Ada luka bekas operasi atau tidak, ada pembesaran abdomen
atau tidak, ada linea nigra atau tidak, ada striae livide atau tidak
Genetalia : Warna vulva vagina, ada luka atau tidak, ada varises atau
tidak
Ekstremitas
Atas :Simetris atau tidak, ada gangguan pergerakan atautidak Bawah
:Simetris atau tidak, ada varises atautidak, ada gangguan pergerakan
atautidak
Palpasi
Leher :Ada pembesaran kelenjar tyroid,vena jugularis, pembesaran kelenjar
limfe dan struma gravidarum atau tidak
Dada danpayudara : Ada benjolan atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak, ada
keluaran kolostrum atau tidak
Abdomen : TFU seberapa, ada nyeri tekan atau tidak, kontraksi atau tidak
Eksremitas : Eksremitas atas dan bawah oedema atau tidak
Auskultasi
Metode pengkajian yang menggunakan stetoskop untuk memperjelas
pendengaran yaitu :
Adomen : Terdengar bising usus berapa kali dalam 1 menit
Perkusi
Periksa ketuk dengan menggunakan alat tertentu
Reflek patella : +/+ atau -/-
c) Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium :
- Hb : Berapa kadar Hb (gr%)
- Albumin : Terdapat albumin atau tidak dalam urine
- Reduksi : Terdapat glukosa atau tidak dalam urine

2. Identifikasi Diagnosa dan Masalah


Menentukan diagnosa, masalah dan kebutuhan. Langkah ini dikembangkan dari data
ke dalam identifikasi yang spesifik mengenai diagnosa, masalah dan kebutuhan
N
Tanggal/Jam Diagnosa Data Subyektif Data Obyektif
no.
Tanggal
1 :... P2031 dengan Data yang Data yang
. Post SC Hari diperoleh dari diperoleh dari
Jam: ... WIB
Ke 2 pihak klien dan hasil pemeriksaan
keluarga klien dan observasi dari
tenaga kesehatan

3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial


Masalah yang timbul dan bila tidak di atasi akan mengancam keselamatan pasien.

4. Identifikasi Kebutuhan Segera


Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan,
mengidentifikasi perlunya tindakan segera untuk ditangani sesuai dengan kondisi
klien.

5. Intervensi
Intervensi adalah pengembangan rencana yang merupakan langkah lanjutan setelah
diagnosa ditegakkan. Dalam penyusunan rencana perlu disesuaikan dengan prioritas
masalah secara menyeluruh, yang meliputi 4 bagian, yaitu : tujuan, kriteria hasil,
intervensi dan rasional.

6. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari intervensi yang telah telah dibuat.

7. Evaluasi
Evaluasi adalah seperangkat tindakan yang berhubungan untuk mengukur
pelaksanaan serta didasarkan atas tujuan dan criteria guna mengevaluasi nilai
kemampuan dalam memberi asuhan kebidanan.Evaluasi dalam asuhan kebidanan
ditulis dalam bentuk SOAP, sebagai berikut:
S :Data yang diperoleh dari wawancara langsung. Data ini menyatakan
bagaimana keadaan klien setelah diberikan tindakan kebidanan
O :Data yang diperoleh dari hasil observasi dan pemeriksaan
A :Pernyataan yang diambil atau terjadi atas data subyektif dan obyektif
P :Perencanaan yang ditentukan sesuai dengan masalah yang terjadi
BAB III
TINJAUAN KASUS
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny. N Usia 31 Tahun P2031
Post SC hari ke 2 di Rumah Sakit DKT Gubeng Pojok Kota Surabaya 2017

3.1 Pengkajian Data


Tanggal : 4 juni 2017
Jam : 14.00 WIB
Oleh : Novita Hariyati
MRS : 2 juni 2017

3.1.1 Data Subyektif.


1. Biodata
Nama Ibu : Ny N. Nama suami : Tn S.
Umur : 31 tahun. Umur : 34 tahun.
Agama : Islam. Agama : Islam
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Alamat : Surabaya Alamat : Surabaya

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan nyeri luka bekas operasi SC

3. Riwayat persalinan
a. Tempat persalinan : RS DKT Gubeng Pojok Surabaya
b. Jenis persalinan : SC
c. Penyulit persalinan : post date
d. Penolong : dokter
e. Bayi :
Tanggal lahir :3 juni 2017
Jam :08.45 WIB
Jenis kelamin : laki laki

4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


Sua Kehamilan Persalinan Anak Nifas
mi K U Pen je penol tem peny BB/ H/ L/ um A Peny K
ke e K yuli nis ong pat ulit PB M P ur SI ulit B
t
1 1 Abortus 3 bulan (curetase)
2 Abortus 2 bulan
3 9 - S dokte RS Olig 260 M P 5 + - -
bln C r o 0/- hr
4 Abortus 2 bulan
5 N I F A S I N I

5. Riwayat Kesehatan yang lalu


Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menahun (darah tinggi, jantung),
menular (paru paru, penyakit kuning), dan menurun (kencing manis, sesak
nafas).
6. Riwayat kesehatan sekarang.
Ibu mengatakan mengeluh nyeri luka bekas operasi.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yangmenderita penyakit menahun
(darah tinggi, jantung), menular (paru paru, penyakit kuning), dan menurun
(kencing manis, sesak nafas, keturunan kembar).
8. Rencana KB yang digunakan
Ibu mengatakan ingin menggunakan KB pil
9. Riwayat psikososial
Ibu mengatakan merasa senang dan bahagia atas kelahiran anaknya dengan
selamat. Hubungan ibu dengan suami, keluarga dan tetangga juga baik.
10. Pola kebiasaan sehari-hari.
a. Pola Nutrisi.
makan : makan 3x/ hari dengan porsi sedang (nasi, lauk, sayur kadang buah)
Minum :air putih 7 gelas/hari dan susu 1gelas/ hari
b. Pola eliminasi.
BAK : 1000cc lancar, tidak ada keluhan.
BAB : 1x/ hari , kadang konstipasi
c. Pola istirahat.
Tidur siang : 2 jam
Tidur malam : 7 jam
d. Pola Personal Higiene.
mandi 3x / hari, ganti CD setelah mandi pagi dan sore.
e. Pola aktivitas sehari-hari
melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, mencuci dan memasak
f. Pola kebiasaan lain.
Ibu tidak minum-minuman keras, merokok, minum jamu-jamuan dan tidak
mengkonsumsi narkoba.

3.1.2 Data Obyektif.


1. Pemeriksaan Umum.
Keadaan Umum : cukup
Kesadaran : compos mentis.
Tekanan darah : 112/68 mmHg.
Nadi : 97 x/menit.
Pernafasan : 20 x/menit.
Suhu : 36,50 C
2. Pemeriksaan Khusus.
a. Inspeksi.
Kepala :bersih, rambut tidak rontok, tidak berketombe, tidak ada
luka.
Muka :tidak oedema, tidak timbul jerawat, tidak pucat, tidak
kuning.
Mata :konjungtiva merah muda, sklera putih, simetris.
Hidung :tidak ada pernafasan cuping hidung, polip dan sekret,
simetris.
Telinga :simetris, tidak ada serumen, pendengaran normal.
Mulut :bibir tidak kering, tidak pucat, gigi tidak lubang, tidak ada
caries gigi.
Leher :tidak terlihat ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada
bendungan jugularis, simetris.
Dada :simetris, tidak ada retraksi dinding dada.
Payudara :simetris, puting susu menonjol.
Perut :terdapat linea nigra, ada luka bekas operasi masih basah
Genetalia :tampak pengeluaran lokhea rubra sekitar 1 pembalut penuh,
agak kental dan bau anyir.
Anus : bersih, tidak hemoroid
Ekstremitas :Atas : simetris, tidak ada oedema, tidak ada kelainan pada
jari-jari tangan
Bawah : simetris, tidak ada oedema maupun varises , tidak
ada kelainan pada jari-jari kaki
b. Palpasi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar limfedan
bendungan vena jugularis.
Payudara: tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan, kolostrum
(+/+).
Abdomen: TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus keras, nyeri tekan
sedikit , kandung kencing kosong.
Ekstremitas :Atas : simetris, tidak ada oedema, tidak ada kelainan pada
jari-jari tangan
Bawah : simetris, tidak ada oedema maupun varises , tidak
ada kelainan pada jari-jari kaki
c. Auskultasi
Dada :paru-paru tidak ada ronkhi dan wezhing, detak jantung teratur
Perut : bising usus (-)
d. Perkusi
Reflek patella :+/+
3. Pemeriksaan Penunjang/lab
Hb : 9,6 g/dl
Leukosit : 8.700/cmm
Segmen : 63%
Lymposit : 27%
Monosyt : 10%
PLT : 252.000/cmm
HCT :30.4 %
Faal Hemastatis:
PPT : 9,6dtk, control:11.9 dtk
APTT : 29,8 dtk, control :31.2 dtk
Golongan darah Rhesus : O Rhesus Positif(+)
IMUNO SEROLOGI
HbSAg (kualitatif) : Negatif
Anti HIV : non reactive
3.2 Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Dx : P2031 dengan Post SC Hari Ke 2
DS :
- Ibu mengatakan nyeri luka pada bekas operasi
DO :Keadaan Umum : cukup
Kesadaran : composmentis.
Tekanan darah : 112/68 mmHg.
Nadi : 97 x/menit.
Pernafasan : 20 x/menit.
Suhu : 36,70 C
Payudara : simetris, putting susu menonjol, colostrum +/+, tidak
nyeri tekan
Abdomen :TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik dan
keras, kandung kemih kosong
Genetalia :Lochea rubra 1 pembalut, warna kemerahan agak
kental.
Hb : 9,6 g/dl
Masalah : -

3.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial


- Perdarahan
- Infeksi pada luka bekas operasi SC

3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera.


- Kolaborasi dengan dokter SpOG
- KIE :
Anjurkan ibu untuk mobilisasi secara bertahap
Makan makanan yang bergizi, sayur sayuran hijau
Minum air putih yang banyak
3.5 Intervensi
Tanggal : 4 juni 2017
Jam : 14.00 WIB
Dx : P2031 dengan Post SC Hari Ke 2
Tujuan :
- Masa nifas berjalan lancer tanpa komplikasi
- Keadaan ibu dan bayi baik, ASI lancar
- TTV dalam batas normal
- Involusi uterus berjalan lancar
- Lokhea keluar secara normal
- Luka bekas operasi SC tidak ada gangguan

Kriteria hasil :
- Uterus keras dan Kontraksi baik
- Kandung kemih kosong
- TFU turun 1 jari perhari.
- TTV dalam batas normal.
Intervensi.
1. Jelaskan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
R/ ibu mengerti keadaannya sehingga ibu dan keluarga kooperatif dalam asuhan
selanjutnya.
2. Ajarkan ibu cara menjaga kebersihan tubuh terutama genetalia dan luka bekas
operasi SC
R/ mencegah terjadinya infeksi
3. Anjurkan ibu untuk tidak tarak makan
R/ luka bekas operasi cepat sembuh
4. Berikan ibu terapi sesuai advis dokter
R/ untuk pemberian terapi kepada ibu.
5. Anjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi seimbang terutama sayur
sayuran hijau dan minum air putih yang banyak
R/ asupan nutrisi yang cukup akan memperlancar ASI dan menambah darah.
6. Anjurkan ibu untuk mobilisasi secara bertahap
R/ tubuh pasien tidak kaku dan mengurangi rasa sakit.

3.6 Implementasi.
. Tgl : 4 juni 2017
Jam : 14.15 WIB
Dx : P2031 dengan Post SC Hari Ke 2

1. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan


TTV : TD 112/68 mmHg
N 97x/menit
S 36,70C
RR 20 x/menit
Kontraksi uterus baik dan keras
TFU 2 jari dibawah pusat
Hb ibu 9,6 g/dl
Perdarahan ibu normal, Lokhea rubra (warna merah, bau anyir dan kental)
Jahitan : masih sedikit basah dan tidak ada tanda tanda infeksi
2. Mengajarkan ibu cara menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah kelamin jika
ibu kencing atau buang air besar bersihkan dengan air bersih beri sabun lalu di bilas
dan keringkan dan pada daerah luka bekas operasi tidak boleh terkena air.
3. Menganjurkan ibu untuk tidak tarak makanan kecuali ada riwayat alergi terhadap
makanan dan sebaiknya tidak makan makanan yang terlalu pedas karena dapat
mempengaruhi produksi ASI / bayi bisa diare dan agar luka jahitan cepat sembuh
dan luka cepat kering.
4. Memberikan ibu terapi sesuai dengan advis dokter yaitu
- Cefixime 2x1
- Asmef 3x1
5. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti telur, ikan
dan daging, sayuran hijau misalnya bayam, sawi dan banyak minum air putih.
6. Menganjurkan ibu untuk miring terlebih dahulu, terus duduk, lalu berdiri jika tidak
pusing berjalan jalan di dalam rumah sakit dan mengunjungi bayinya diruang bayi
sekaligus untuk menyusui bayinya.

3.7 Evaluasi
. Tanggal :4 juni 017
Jam : 15.00 WIB

Dx : P2031 dengan Post SC Hari Ke 2


S : ibu mengatakan masih mengeluh nyeri luka bekas operasi
O: - Keadaan umum : cukup
Kesadaran : composmentis.
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 122/80 mmHg.
Nadi : 80x/menit.
Respirasi : 22x/menit.
Suhu : 36,50 C.
TFU : 2 jari bawah pusat.
Kontraksi : keras dan baik
Loche : rubra (warna merah, bau anyir sedikit kental)
Perdarahan : pembalut
A : P2031 dengan Post SC Hari Ke 2
P:
Observasi TTV, kontraksi uterus, TFU dan perdarahan serta luka jahitan
Memberikan ibu terapi
KIE : anjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi seimbang, banyak
minum air putih dan istirahat yang cukup
CATATAN PERKEMBANGAN 1
Tanggal : 5 juni 2017
Jam : 15.00 WIB

Dx : P2031 dengan Post SC Hari Ke 3


S : ibu mengatakan nyeri bekas operasi sedikit berkurang dan sudah mulai bisa jalan
dengan lancar
O: - Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis.
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg.
Nadi : 80x/menit.
Respirasi : 22x/menit.
Suhu : 370 C.
TFU : 2 jari bawah pusat. Kontraksi : keras dan baik
Loche : rubra (warna merah, bau anyir sedikit kental)
Perdarahan : pembalut
A : P2031 dengan Post SC Hari Ke 3
P:
Observasi TTV, kontraksi uterus, TFU dan perdarahan serta luka jahitan
Memberikan ibu terapi sesuai dengan advis dokter
KIE :
- Anjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi seimbang,
banyak minum air putih dan istirahat yang cukup
- Anjurkan ibu untuk minum obat secara teratur
- Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan daerah kelamin
- Anjurkan ibu untuk tidak tarak makan
- Beritahu ibu tanda tanda infeksi pada daerah luka jahitan
- Anjurkan ibu untuk kontrol ulang 1 minggu lagi atau sewaktu
waktu ada keluhan
BAB IV

PEMBAHASAN

Penatalaksanaan ibu telah diberikan informasi tentang keadaan dan hasil


pemeriksaanya yaitu ibu nifas post SC, dan hasil pemeriksaan baik. Telah diberikan
penjelasan bahwa rasa mules dan nyeri pada luka post SC bekas jahitan yang dialaminya
adalah keadaan yang normal pada ibu nifas. Rasa mulas diakibatkan karena kontraksi
uterus yang memproses uterus menjadi normal kembali ke semula seperti sebelum hamil
dan nyeri jahitan normal karena jaringan-jaringan yang telah robek akan membentuk
jaringan kembali. Telah diberikan KIE kepada ibu tentang cara melakukan perawatan luka
post SC jika sudah kering dengan cara membersihkan luka dengan menggunakan sabun dan
air, tetapi tidak boleh digosok, menjaga luka tetap kering. diberikan KIE kepada ibu tentang
makanan dengan gizi seimbang untuk ibu nifas, menganjurkan kepada ibu untuk makan
makanan yang banyak mengandung protein seperti ikan, telur, daging agar luka jahitan
cepat sembuh. Mengajarkan kepada ibu tehnik relaksasi dan menganjurkan kepada ibu
untuk istirahat cukup.
Dari pengumpulan data subyektif didapatkan seorang ibu nifas post SC, ibu
mengeluh merasa mulas pada perut dan masih merasa nyeri pada jahitan luka. Ibu
mengatakan merasa cemas dengan keadaanya. Sedangkan data obyektif diperoleh dari
pemeriksaan abdomen yaitu luka jahitan baik tidak ada tanda-tanda infeksi.
Pada pembahasan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus semuanya sama
dalam melakukan pertolongan pada pasien post SC.
BAB IV
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny. N dari tanggal 4 juni 2017 dapat
dianalisa bahwa P2031 dengan Post SC Hari Ke 2. Penatalaksanaan secara
komprehensif
a. Fisik : memastikan uterus berkontraksi, tidak ada perdarahan, luka kering dan
tidak ada tanda infeksi, ibu dapat menyusui dengan baik.
b. Psikologis:ibu tidak mengalami post partum blues maupun depresi post partum
dan terjalin hubungan kasih sayang antara ibu, suami, bayi dan keluarga. KIE
terhadap kebutuhan nutrisi ibu, personal hygiene, menjaga luka agar tetap kering.
c. Sosial dan budaya : memberitahu kepada ibu bahwa dalam masa nifas tidak ada
makanan pantangan dan harus bisa memilih tentang adat yang menguntungkan
ataupun yang merugikan kesehatan ibu dan bayinya untuk dihindari.
d. Spiritual : selama masa nifas ibu tidak diperbolehkan untuk melakukan ibadah
wajib atau sunah sebelum masa nifas selesai dan ibu mandi besar, mencukur rambut
bayi, memberikan nama yang baik dan melakukan aqiqah. Persalinan Ny. N
dilakukan secara SC atas indikasi post date. Faktor penyebab tersebut sesuai dengan
teori yang ada. Dari hasil asuhan ibu nifas post SC yang telah diberikan, diharapkan
luka kering dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi, ibu dapat menyusui dengan baik
dan benar, perasaan ibu sudah nyaman dan tenang, ibu tidak melakukan adat seperti
pijet walik, pantangan makan makanan amis, ibu merasa bersyukur dengan
keadaannya sekarang.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Pasien
Pasien memahami perubahan-perubahan pada masa nifas. Pasien mampu
beradaptasi dengan perubahan-perubahan tersebut
5.2.2 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mempunyai tanggung jawab atas tugas profesinya. Mahasiswa
mempunyai pegangan etik kebidanan. Mahasiswa dapat bertindak cepat
tanggap dalam menghadapi permasalahan kebidanan
5.2.3 Bagi Tenaga Kesehatan
Bagi bidan dan tenaga kesehatan yang lainnya dapat lebih terampil dalam
memberikan asuhan
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E.M. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. EGC, Jakarta.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. EGC, Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan. YBP-SP, Jakarta.

Saifudin, A.B. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBP-SP, Jakarta.

Sastrawinata, Sulaiman. 1984. Obtetri Patologi. Cleman, Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono. 2000. Ilmu Kebidanan. YBP-SP, Jakarta.

https://umiyumna.blogspot.co.id/2012/11/pengertian-sectio-caesarea-opeasi-cesar.html

You might also like