Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mendapat pengalaman nyata dalam menerapkan Asuhan
Kebidanan pada klien pada masa inpartu sesuai masalah yang timbul
sesuai pendekatan masalah kebidanan.
1.2.2 Tujuan Khusus :
1) Mampu mengkaji dan menganalisis data
2) Mampu mengidentifikasi diagnosa kebidanan pada klien srta
menentukan prioritas masalah
3) Mampu mengantisipasi masalah potensial yang akan timbul
4) Mampu memberikan kebutuhan segera pada klien inpartu
5) Mampu menyusun rencana asuhan kebidanan pada klien inpartu
6) Mampu melaksanakan rencana yang dibuat serta
7) Mampu mengevaluasinya
a. Wawancara
Penulis mengadakan tanya jawab atau diskusi dengan pasien, keluarga,
bidan dan dokter di ruang VK yang berhubungan dengan masalah klien.
b. Observasi
Penulis memperoleh data dengan cara melakukan pengamatan secara
langsung pada pasien.
3. Studi Dokumentasi.
Membaca dan mempelajari kasus serta menginterprestasi data yang
berhubungan dengan klien, yang bersumber dari catatan buku status,
seperti catatan dokter, bidan, hasil laboraturium.serta diagnostik tes.
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN terdiriatas :Latar Belakang, Tujuan Penulisan,
Metode Penulisan, Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKAterdiri atas : konsep dasar masa inpartu,
konsep dasar KPP, konsep dasar asuhan kebidanan.
BABIII TINAJAUAN KASUS terdiri atas : Pengkajian data, Identifikasi
Diagnosa dan Masalah, Identifikasi dan Diagnosa Masalah Potensial,
Identifikasi Kebutuhan Segera, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi
BAB IVPEMBAHASAN
BAB V PENUTUP terdiri atas : Kesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Bentuk Persalinan
Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut :
a. Persalinan spoontan
Bila persalinan sepenuhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
b. Persalinan buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c. Persalinan anjuran
Beberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat janin
yang dilahirkan sebagai berikut:
a. Abortus
- terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu
hidup diluar kanduangan.
- Umur hamil sebelum 28 minggu.
- Berat janin kurang dari 1000gr
b. Persalinan prematuritas
- Persalinan sebelum umur 28 sampai 36 minggu.
- berat janin kurang dari 2,499gr
c. Persalinan aterm
- Persalinan antara umur hamil 37 sampai 42 minggu
- Berat janin diatas 2,500gr
d. Persalinan serotinus
- Persalinan melampaui umur hamil 42 minggu.
- Pada janin terdapat tanda maturitas.
e. Persalinan presipitatus
Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3jam.(Manuaba 1998 :
157)
f. Persalinan partus imaturus
Penghentian kehamilan sebelum janin viable atau berat janin kurang
dari 1000gr atau kehamilan dibawah 28 minggu. (Sinopsis Obstetri,
1998:92)
B. Etiologi Persalinan
a. Teori penurunan hormon. minggu sebelum partus mulai terjadi
penurunan kadar hormone esterogen dan progesteron. Progesterone
bekerja sebagai penegang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan
kekejangan pembuluh darah sehingga timbul His bila kadar kolesteron
turun.
b. Teori plasenta menjadi tua : akan menyebabkan turunnya kadar-kadar
esterogen dan progesterone yang menyebabkan kekejang pembuluh
darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi rahim : raahim yang menjadi besar dan merenggang
menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi
utero plasenter
d. Teori iritasai mekanik dibelakang serviks terletak gangguan servikale
(flexus franken hauser) bila gangguan ini digeser dan ditekan misalnya
oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus
e. Induksi partus (induction of labour). Partus dapat pula ditimbukan
dengan jalan:
Gagang laminaria: beberapa laminaria dimasukan dalam kanalis
servikalis dengan tujuan merangsang fleksus frans ken hauser.
Amniotomi: pemecahan ketuban
Oksitosin drips pemberian oksitosin menurut tetesan per infus
(Sinopsis Obstetri 1998:92)
D. Tanda Persalinan
Gejala persalinan sebagai berikut:
1. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi
yang semakin pendek.
His paling tinggi di fundus uteri yang lapisan ototnya paling tebal dan
puncak kontraksi terjadi simultan diseluruh bagian uterus.Sesudah tiap
his.Otot-otot korpus uteri menjadi lebih pendek dari pada sebelumnya
yang disebut sebagai refraksi.Oleh karena serviks kurang mengandung
otot, serviks tertarik dan terbuka (penipisan dan pembukaan), lebih-
lebih jika ada tekanan oleh bagian janin yang keras.Umpamanya kepala.
(Ilmu Kebidanan 2008:290)
2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu :
pengeluaran lendir
lendir bercampur darah
3. Dapat disertai ketuban pecah
4. Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks.
Pelunakan serviks
pendataran serviks
terjadi pembukaan serviks
(Manuaba 1998:160)
E. Mekanisme Persalinan
Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu :
1. Kala I : Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan
lengkap 10 cm.
2. Kala II : Kala pengeluaran janin janin, waktu uterus dengan kekuatan his
tambah.
3. Kala III : waktu untuk pelepasan dan pengeluaran
4. Kala IV : mulai dari lahirnya uri selama 1-2 jam
(Sinopsis Obstetri 1998:94)
Diagnosis kala dan fase persalinan
Primi Multi
Pemeriksaan dalam
Pada setiap pemeriksaan dalam, catatlah hal-hal sebagai berikut:
- Warna cairan amnion
- Dilatasi serviks
- Penurunan kepala (yang dapat dicocokan dengan periksa luar)
Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama, mungkin
diagnosis inpartu belum dapat ditegakkan.
Jika terdapt kontraksi yang menetap, periksa ulang wanita tersebut setelah 4
jam, untuk melihat perubahan pada serviks. Pada tahap ini jika serviks terasa
tipis dan terbuka maka wanita tersebut dalam keadaan inpartu, jika tidek
terdapat perubahan, maka diagnosisnya adalah persalinan palsu.
Pada kala II persalinan lakukan pemeriksaan dalam setiap jam.
Penurunan kepala janin menurut system persalinan
2. Kala II
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih
lama.Kira-kira 2-5 menit sekali.Kepala janin telah turun masuk ke ruang
panggul, sehingga terjadilah tekanan pasa otot-otot dasar panggul yang
secara reflektoris yang menimbulkan masa mengedan karena tekanan pada
rectum, ibu seperti merasa mau buang air besar, dengan terasa tanda anus
membuaka pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan.Vulva membuka
dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin, akan
lahirlah kepala dengan diikuti badan rahim (Sinopsis Obstertri 1998:95)
3. Kala III
Setelah kala II kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit dengan
lahirnnya bayi, sudah melepaskan plasenta.
Lepasnya plasenta sudah diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda
dibawah ini:
- uterus menjadi bundar
- uterus terdorong keatas, karena plasenta dilepas ke segmen bawah
rahim
- tali pusat bertambah panjang
- terjadi perdarahan
- Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara
creede pada fundus uteri
4. Kala IV
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post
partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
Observasi yang dilakukan:
- Tingkat kesadaran penderita
- Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernafasan
- Kontraksi uterus
- Terjadinya perdarahan
I 13 jam 7 jam
II 1 jam jam
f. Perilaku Merokok
Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang intensitas tinggi
dapat berpengaruh pada kondisi ibu hamil. Rokok mengandung lebih
dari 2.500 zat kimia yang teridentifikasi termasuk karbonmonoksida,
amonia, aseton, sianida hidrogen, dan lain-lain. Merokok pada masa
kehamilan dapat menyebabkan gangguangangguan seperti kehamilan
ektopik, ketuban pecah dini, dan resiko lahir mati yang lebih tinggi
(Sinclair, 2003).
g. Riwayat KPD
Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian KPD
dapat berpengaruh besar pada ibu jika menghadapi kondisi kehamilan.
Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah
dini kembali. Patogenesis terjadinya KPD secara singkat ialah akibat
penurunan kandungan kolagen dalam membran sehingga memicu
terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah preterm. Wanita yang
pernah mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang persalinan maka
pada kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari pada wanita yang
tidak pernah mengalami KPD sebelumnya karena komposisi membran
yang menjadi rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun
pada kehamilanberikutnya (Helen, 2008).
h. Serviks yang inkompetensik
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-
otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah,
sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak
mampu menahan desakan janin yang semakin besar.
Inkompetensia serviks adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi
yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau
merupakan suatu kelainan kongenital pada serviks yang memungkinkan
terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam
masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti
dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil
konsepsi (Manuaba, 2009).
i. Tekanan intra uterm yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, misalnya :
a. Trauma; berupa hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
amniosintesis
b. Gemelli : Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau
lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan,
sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan.
Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar
dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian
bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput
ketuban tipis dan mudah pecah (Saifudin. 2002)
2.2.4 Tanda dan gejala
Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah
keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban
berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih
merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah.
Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi
sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang
sudah terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran
untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut
jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
(Manuaba, 2009).
2.2.5 Diagnosis
Diagnosis ketuban pecah dini meragukan kita, apakah ketuban benar
sudah pecah atau belum. Apalagi bila pembukaan kanalis servikal belum ada
atau kecil. Penegakkan diagnosis KPD dapat dilakukan dengan berbagai cara
yang meliputi :
a. Menentukan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan ketuban
di vagina.
b. Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, vernik kaseosa,
rambut lanugo dan kadang-kadang bau kalau ada infeksi.
c. Dari pemeriksaan inspekulo terlihat keluar cairan ketuban dari cairan
servikalis.
d. Test nitrazin/lakmus, kertas lakmus merah berubah menjadi biru
(basa) bila ketuban sudah pecah.
e. Pemeriksan penunjang dengan menggunakan USG untuk membantu
dalam menentukan usia kehamilan, letak janin, berat janin, letak
plasenta serta jumlah air ketuban. Pemeriksaan air ketuban dengan
tes leukosit esterase, bila leukosit darah lebih dari 15.000/mm3,
kemungkinan adanya infeksi (Sarwono, 2010).
2.2.6 Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau dan
PHnya.
1) Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah
menjadi biru, menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).
2) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas
objek dan dibiarkan kering, pemeriksaan mikroskopik
menunjukkan gambaran daun pakis.
b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit
(Manuaba, 2009).
2.2.7 Komplikasi ketuban pecah Dini
Komplikasi yang biasa terjadi pada KPD meliputi ; mudah terjadinya infeksi
intra uterin, partus prematur, prolaps bagian janin terutama tali pusat
(Manuaba, 2009).
Terdapat tiga komplikasi utama yang terjadi pada ketuban pecah dini yaitu
peningkatan morbiditas neonatal oleh karena prematuritas, komplikasi
selama persalinan dan kelahiran, resiko infeksi baik pada ibu maupun janin,
dimana resiko infeksi karena ketuban yang utuh merupakan barrier atau
penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi (Sarwono, 2010).
2.2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan KPD memerlukan pertimbangan usia kehamilan,
adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda
persalinan. Penanganan ketuban pecah dini menurut Sarwono (2010),
meliputi :
a. Konserpatif
1) Pengelolaan konserpatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik
pada ibu maupun pada janin) dan harus di rawat dirumah sakit.
2) Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila
tidak tahan ampicilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7
hari.
3) Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban
masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4) Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum in partu, tidak ada
infeksi, tes buss negativ beri deksametason, observasi tanda-
tanda infeksi, dan kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan
37 minggu.
5) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada
infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan
induksi sesudah 24 jam.
6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik
dan lakukan induksi.
7) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra
uterin).
8) Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk
memicu kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan
periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis
betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari,
deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
b. Aktif
1) Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal
seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 mg
intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
2) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi. Dan
persalinan diakhiri.
3) Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian
induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio
sesarea
4) Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
2.2.9 Patofisiologi
Banyak teori, mulai dari defect kromosom, kelainan kolagen, sampai
infeksi. Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi
(sampai 65%). High virulensi berupa Bacteroides Low
virulensi, Lactobacillus Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion,
fibroblast, jaringa retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi
jaringan kolagen dikontrol oleh system aktifitas dan inhibisi interleukin -1
(iL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan
aktifitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan,
sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/ amnion,
menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
I. Pengkajian
Merupakan langkah awal untuk mendapatka data tentang keadaan ibu
melalui anammesa, pemeriksaan fisik,pemeriksaan penunjang dan data
tersebut diklarifikasikan sebagai data subjektif dan data penunjang.
Hari / tanggal, jam, ruangan, no.register, oleh.
Data Subyektif
Data subjektif adalah data yang didapat dari hasil wawancara atau
anamnesa secara langsung kepada klien dan keluarga dan tim kesehatan
lain.Datasubyektif ini mencakup semua keluhan-keluhan dari klien
terhadap masalah kesehatan yang lain. Dalam hasil anamnesa terhadap
klien tentang masalah kesehatan yang dialamimeliputi hal-hal berikut :
a. Biodata
Nama : untuk memudahkan memanggil / menghindari kekeliruan
Umur : untuk mengetahui apakah ibu primitua/primimuda, resiko
tinggi/tidak
Agama : untuk mengetahui keyakinan yang dianut
Pekerjaan : untuk mengetahui kegiatan sehari hari
Penghasilah : untuk mengetahui taraf kehidupan
Alamat : untuk memudahkan saat kunjungan rumah, mengetahui
domisili dan lingkungan sekitar.
b. Keluhan utama
Apayang dirasakan sekarang atau keluhan saat ini.
c. Riwayat kebidanan
- Riwayat haid
Terdiri dari menarche, siklus haid, berapa banyak, bagaimana
warnanya,baunya,dismenorrhea, bila ya kapan
sebelum/selama/sesudah haid, keputihan atau tidak kalau ya kapan
sebelum, selama, sesudah haid atau diluar haid, HPHT dan TP.
- Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Sua Kehamilan Persalinan Anak Nifas
K U Peny je penol Tem peny BB/ H/ L/ um A Peny K
mi
e K ulit nis ong pat ulit PB M P ur SI ulit B
ke
BAB III
TINJAUAN KASUS
Asuhan Kebidanan Pada Ny. I Usia 30 Tahun GI P0000 Ab000 Uk 39 40 Minggu
Letkep, Tunggal, Hidup Inpartu Kala I Fase Aktif Dengan KPP
Di Rumah Sakit DKT Gubeng Pojok Kota Surabaya 2017
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan keluar air byor sejak pukul 22.00 WIB dan merasakan
kenceng kenceng.
3. Riwayat kebidanan
a. Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus haid : teratur, 26 hari.
Banyaknya : ganti pembalut 5x pada hari ke 1-3, ganti pembalut 1-2
padahari berikutnya.
Fluor Albus : 3 hari sebelum haid (tidak bau dan tidak gatal)
Disminore : tidak
HPHT : 4 9 2016
HTP : 11 6 2017
2. Pemeriksaan Khusus.
Inspeksi.
3. Pemeriksaan Penunjang/lab
Hb : 8,2 g/dl
Golongan darah : o rhesus +
HbSAg : negative
Anti HIV : non reactive
4. Pemeriksaan Dalam
Tanggal : 8 juni 2017 jam : 08.30 WIB
VT : V/V : bloodsleem +
Efiicement : 75 %
Pembukaan : 8 cm
Ketuban : Jernih
Bagian terendah : UUK jam 1
Bagian terdahulu : Kepala
Disamping bagian terdahulu : tidak ada
Hodge : III
Molage :0
3.5 Intervensi
Tanggal : 8 juni 2017 Jam : 08.30 WIB
Dx : Ny. I Usia 30 Tahun GI P0000 Ab000 UK 39 40 Minggu Letkep,
Tunggal, Hidup Inpartu Kala I Fase Aktif Dengan Ketuban Pecah
Prematur (KPP)
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan persalinan dapat terjadi
secara dan tidak melewati garis waspada.
Kriteria Hasil :
- Ibu dapat melahirkan bayi secara normal
- KU ibu dan bayi baik
- TTV dalam batas normal
TD : 120/80 mmHg
N : 80-100 x/mnt
S : 36,5 - 37,4
RR : 16-24 x/menit
- Penipisan bertambah hingga 100 %
- Pembukaan : 10 cm
- Bayi lahir spontan
- Plasenta lahir < 30 menit setelah bayi lahir
- Perdarahan Normal : kurang dari 500 cc
- Masalah dapat teratasi
Intervensi
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan fisiologi persalinan.
R/ dengan menjelaskan hasil pemeriksaan ibu menjadi mengerti apa
yang sedang terjadi pada dirinya dan menjelaskan fisiologi persalinan
pada ibu agar ibu menjadi mengerti dan tidak khawatir dengan semua
yang dialami selama proses persalinan berlangsung.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
R/ mencegah terjadinya infeksi silang
3. Siapkan partus set
R/ mencegah agar tidak lupa mempersiapkan peralatan dan
memudahkan dalam pemberian tindakan.
4. Observasi TTV dan kemajuan persalinan
R/ untuk memantau keadaan ibu dan janin serta mendeteksi jika ada
komplikasi / kelainan.
5. Pasang Oksigen dan infus kepada pasien
R/ bayi tidak kekurangan Oksigen dan kebutuhan cairan terpenuhi
6. Anjurkan ibu untuk tidur miring ke kiri
R/ tidak menekan kava inferior sehingga aliran darah oksigen ke janin
lancer.
7. Anjurkan ibu untuk sedikit makan dan minum manis untuk mencukupi
kebutuhan nutrisi
R/ agar ibu mempunyai tenaga yang cukup untuk meneran.
8. Anjurkan ibu untuk tidak menahan kencing
R/ mengosongkan kandung kemih dapat mempercepat penurunan
kepala janin
9. Bimbing ibu bagaimana cara mengejan yang benar
R/ dengan cara meneran yang benar dapat mengurangi resiko rupture
dan mempercepat proses persalinan.
10. Berikan motivasi pada ibu untuk berdoa dan anjurkan salah satu
keluarga untuk menemani ibu selama proses persalinan.
R/ berdoa dan ditemani keluarga bisa membuat ibu menjadi lebih
tenang dan persalinan bisa berjalan normal.
3.6 Implementasi.
. Tgl : 8 juni 2017 Jam : 08.40 WIB
Dx : Ny. I Usia 30 Tahun GI P0000 Ab000 UK 39-40 Minggu Letkep,
Tunggal, Hidup Dengan InpartuKala 1 Fase Aktif
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa hasilnya dalam keadaan
normal dan menjelaskan fisiologi persalinan agar ibu tidak khawatir dengan
kondisi yang dialaminya karena itu merupakan hal yang normal.
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan menggunakan
sabun, air mengalir dengan 7 langkah.
3. menyiapkan partus set
Bak partus steril berisi :
1. Klem 2 buah.
2. Gunting tali pusat.
3. Benang tali pusat.
4. Sarung tangan steril 2 pasang.
5. koher ( Amnion hoch ) 1 buah.
6. Kasa steril secukupnya.
7. Kateter 1 buah.
Spuid 1 buah berisi oxitosyn 10 Iu.
Sleem sacker 1 buah.
Duk 1 buah.
Ember berisi larutan clorin 0,5 %.
Ember berisi larutan DTT.
Ember tempat placenta.
Ember tempat pakaian kotor.
Tempat sampah.
Pakaian bersih ibu dan bayi.
m) m) k
08.30 88 140 3x 45 Bloodsleem (+),
pembkn 8 cm,
eff 75 %, ket -,
kepala, UUK,
HIII, molase 0
09.00 88 140 4x 45 Bloodsleem +, Ibu merasa
kepala, UUK,
HIV, molase 0
0, HIS 4x.10.45, DJJ 140x /menit, vulva dan anus membuka dan perineum
menonjol.
A: Ny. I Usia 30 Tahun GI P0000 Ab000 UK 39-40 Minggu Letkep, Tunggal, Hidup
P:
Observasi TTV, kontraksi uterus, perdarahan, kandung kemih, luka perineum,
TFU setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama satu
jam kedua
Ajarkan pada ibu dan keluarga untuk melakukan masase.
Ajarkan ibu untuk menyususi bayinya.
Bersihkan alat, dan tempat dan bersih diri.
Ajnurkan ibu untuk merawat luka jahitannnya.
Lengkapi partograf.
Pindahkan ibu ke ruang perawatan setelah 2 jam.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan merupakan studi kasus yang membahas kesamaan yang ditemukan
antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus, untuk memudahkan dalam penyusun
bab pembahasan, maka kami mengelompokkan sesuai langkah lanagkah manajemen
kebidanan yang meliputi pengkajian data, identifikasi diagnose dan masalah,
identifikasi diagnose dan masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, intervensi,
implementasi, dan evaluasi.
Dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu inpartu, sangat dibutuhkan
adanya support mental dari petugas kesehatan maupun keluarga klien untuk
memberikan dukungan dan semangat. Memberikan posisi senyaman mungkin pada
pasien juga sangat dibutuhkan agar proses persalinan berjalan lancar.
Pada kasus berikut, dalam pemberihan asuhan kebidanan pada Ny. I Usia 30
Tahun GI P0000 Ab000 UK 39 40 Minggu Letkep, Tunggal, Hidup Inpartu Kala I Fase
Aktif Dengan Ketuban Pecah Prematur (KPP). Tidak ada sedikit kesenjangan antara
teori dengan praktek yang ditemui di lapangan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan.
Dalam menegakkan diagnosa diperlukan data-data tentang
usia,riwayatkehamilan,data psikologis, dll serta dari data subjektif dipadukan dengan
hasil pemeriksaan fisik. Masing masing individu mempunyai respon yang berbeda
terhadap masalah persalinan sehingga masalah yang timbul tidak sama, hal ini
dipengaruhi oleh usia, riwayat kehamilan, prioritas dan psikologis.
Sebagai bidan harus siap segala kemungkinanyang terjadi saat persalinan
berlangsung.Dalam asuhan kebidanan pada Ny. I Usia 30 Tahun GI P0000 Ab000 UK
39 40 Minggu Letkep, Tunggal, Hidup Inpartu Kala I Fase Aktif Dengan Ketuban
Pecah Prematur (KPP). Didapati bahwa proses persalinan berjalan lancer dan tanpa
komplikasi, dilakukan episiotomy media lateral untuk memudahkan persalinan, ibu
diberikan cairan infus, kala II memakan waktu sekitar 20 menit dan bayi lahir spontan
pukul 09.20 WIB dan jenis kelamin laki laki , tidak langsung menangis(dilakukan
HAIKAP), BB 3200 gram, PB 51 cm, dari seluruh asuhan yang telah diberikan dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus di lapangan.
5.2 Saran
Tenaga Kesehatan.
- Dalam memberikan pelayanan seorang petugas kesehatan harus
memperhatikan seara teliti keadaan fisik sehingga setelah diberikan
tindakan tidak timbul komplikasi.Dalam melakukan tindakan harus
memperhatikan prinsip sterilisasi
Masyarakat
Mengharapkan pada para aktifis masyarakat desa untuk aktif mengadakan
program-program kesehatan terutama pada ibu dan bayi.
Mahasiswa Kebidanan
Mengharapkan kepada seluruh mahasiswa untuk lebih memperdalam ilmu
pengetahuan khusunya ilmu tentang kebidanan, dan mampu memberikan
asuhan kebidanan pada setiap ibu hamil sesuai teori dalam praktek lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1, 1985. Bagian Ilmu Kesehatan anak FKUI.
Manuaba, IBG.1998.Ilmu Kebidanan dan Kandungan . Jakarta : EGC.
http://anairmajulianasari.blogspot.co.id/2016/05/makalah-ketuban-pecah-
dini.html