You are on page 1of 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit epidemik akut
yang disebabkan oleh virus yang ditransmisikan oleh Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Penderita yang terinfeksi akan memiliki gejala berupa demam ringan
sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot dan persendian,
hingga perdarahan spontan.1 Faktor faktor yang mempengaruhi kejadian
Demam Berdarah Dengue sangat kompleks, antara lain iklim dan pergantian
musim, kepadatan penduduk, mobilitas penduduk dan transportasi. Sebaran
nyamuk penular demam berdarah dengue, kebersihan lingkungan yang tidak
memadai serta factor keganasan virusnya. Berdasarkan kejadian dilapangan dapat
diidentifikasikan faktor utama adalah kurangnya perhatian sebagian masyarakat
terhadap kebersihan lingkungan tempat tinggal. Sehingga terjadi genangan air
yang menyebabkan berkembangnya nyamuk. Insiden dan prevalensi penyakit
Demam Berdarah Dengue menimbulkan kerugian pada individu, keluarga dan
masyarakat. Kerugian ini berbentuk kematian, penderitaan, kesakitan, dan
hilangnya waktu produktif.2
Penyakit endemik ini pertama kali didata dan dilaporkan terjadi pada tahun
1953-1954 di Filipina. Sejak itu, penyebaran DBD dengan cepat terjadi ke
sebagian besar negara-negara Asia Tenggara, termasuk di Indonesia.1
Di Indonesia, penyebaran demam berdarah pertama kali terdata pada tahun
1968 di Surabaya dan Jakarta. Pada tahun 2007, dilaporkan terdapat 156.000
kasus demam dengue atau 71,4 kasus per 1.000 populasi. Kasus ini tersebar di
seluruh 33 propinsi di Indonesia; di 357 dari total 480 kabupaten. Dari total kasus
di atas, kasus DBD berjumlah 16.803, dengan jumlah kematian mencapai 267
jiwa. Pada tahun 2001, distribusi usia penderita terbanyak adalah di atas 15 tahun
(54,5%), sedangkan balita (1-5 tahun) 14,7%, dan anak-anak (6-12 tahun) 30,8%.3
Demam berdarah merupakan penyakit yang bisa mewabah. Usaha untuk
mengatasi masalah penyakit tersebut di Indonesia telah puluhan tahun dilakukan,
berbagai upaya pemberantasan vector, tetapi hasilnya belum optimal. Secara
teoritis ada 4 cara untuk memutuskan rantai penularan demam berdarah dengue,
yaitu: melenyapkan virus, isolasi penderita, mencegah gigitan nyamuk dan
pengendalian vector. Untuk pengendalian vector dilakukan dengan 2 cara yaitu
dengan cara kimia dan pengelolaan lingkungan , salah satunya dengan
Pemberantasan Sarang Nyamuk. Pengendalian vector dengan cara kimia hanya
membebankan perlindungan terhadap pindahnya penyakit yang bersifat
sementara dan dilakukan hanya apabila terjadi letusan wabah. Cara ini
memerlukan dana yang tidak sedikit serta mempunyai dampak negative terhadap
lingkungan. Untuk itu diperlukan cara lain yang tidak menggunakan bahan kimia
diantaranya melalui peningkatan partisipasi masyarakat untuk pengendalian
vector dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk. Keberhasilan
pemberantas nyamuk aedes aegypti tidak lepas dari peran petugas kesehatan atau
perawat yaitu memberikan penyuluhan pada masyarakat tentang demam berdarah
dengue secara intensif.2
Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36
tahun 2009 untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi
masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu, menyeluruh dalam
bentuk upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya
kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh
dan berkesinambungan.
Puskesmas adalah penanggungjawab penyelenggara upaya kesehatan
untuk jenjang tingkat pertama, merupakan ujung tombak dalam memberikan
pelayanan kesehatan. Yang mana fungsi Puskesmas dapat dijabarkan antara lain
bahwa Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
akan selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk masyarakat. Selain itu Puskesmas sebagai
pusat pemberdayaan masyarakat akan selalu berupaya agar perorangan terutama
pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat memiliki kesadaran, kemauan dan
kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat. Puskesmas
sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama bertanggungjawab
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana pelayanan UPK Puskesmas Siantan Hulu terhadap kasus DBD?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui profil UPK Puskesmas Siantan Hulu
2. Mengetahui pelayanan dokter terhadap pasien khususnya pada kasus DBD di
lingkup wilayah UPK Puskesmas Siantan Hulu
3. Mengetahui program penyakit DBD yang ada di UPK Puskesmas Siantan
Hulu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Demam Berdarah Dengue (DBD)


2.1.1 Definisi
Demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus dengue. DBD disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus
dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda
sehingga tidak ada proteksi silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe
(hiperendemisitas) dapat terjadi. Virus ini bisa masuk ke dalam tubuh manusia
dengan perantara nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.4
2.1.2 Etiologi
Penyebab DBD adalah virus dengue yang termasuk group B arthropod
borne virus (arboviruses) dan sekarang dikenal genus flavivirus, famili
Flaviviridae dan terdiri dari 4 serotipe, yakni DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN
4. DEN 3 merupakan serotipe terbanyak di Indonesia. Virus tersebut ditularkan
oleh gigitan vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus ke tubuh manusia
dengan masa inkubasi 4-10 hari. Tempat berkembang vetor nyamuk adalah air,
terutama pada penampungan seperti ember, ban bekas, bak mandi, dan
sebagainya. Biasanya nyamuk Aedes menggigit pada siang hari.5
Salah satu faktor risiko penularan DBD adalah pertumbuhan penduduk
perkotaan yang cepat, mobilisasi penduduk karena membaiknya sarana dan
prasarana transportasi dan terganggu atau melemahnya pengendalian populasi
sehingga memungkin terjadinya KLB. Faktor risiko lainnya adalah kemiskinan
yang mengakibatkan orang tidak mempunyai kemampuan untuk menyediakan
rumah yang layak dan sehat, pasokan air minum dan pembuangan sampah yang
benar.5

2.1.3 Epidemiologi
Pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember tercatat penderita
DBD di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan 641 diantaranya
meninggal dunia. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya,
yakni tahun 2013 dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang dan jumlah
kasus meninggal sebanyak 871 penderita. 6,7,8
Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2012
tercatat sebanyak 1.614 kasus dengan jumlah penderita laki-laki sebanyak 754
kasus dan penderita perempuan sebanyak 760 kasus. Kejadian DBD di Kota
Pontianak sendiri tercatat sebanyak 134 kasus dengan perbandingan kasus antara
laki-laki dan perempuan sebanyak 75 dan 59 kasus.9
2.1.4 Faktor Resiko
Faktor risiko terjadinya reaksi infesksi primer, berdasarkan hasil penelitian di
wilayah Amazon Brasil:5
1. Jenis kelamin laki-laki
2. Kemiskinan
3. Migrasi.
Faktor risiko terjadinya infeksi sekunder yang menyebabkan DBD yaitu:5
1. Jenis kelamin laki-laki
2. Riwayat pernah terkena DBD pada periode sebelumnya serta migrasi ke
daerah perkotaan.
2.1.5 Manifestasi Klinis
A. Pada anak terdapat manifestasi klinis berupa : 10
1. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus
menerus selama 2-7 hari.
2. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:
a. Uji bendung positif
b. Patekie, ekimosis, purpura
c. Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
d. Hematemesis dan atau melena
3. Pembesaran hati
4. Syok, ditandai dengan nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba,
penyempitan tekanan nadi ( 20 mmHg), hipotensi sampai tidak teratur,
kaki dan tangan dingin, kulit lembap, capillary refill time memanjang (>
2 detik) dan pasien tampak gelisah.
B. Pada orang dewasa didapatkan gejala dan tanda seperti : 11, 12
1. Demam tinggi, timbul mendadak, kontinu, kadang bifasik berlangsung
antara 2-7 hari.
2. Muka kemerahan (facial flushing), anoreksi, mialgia dan artralgia.
3. Nyeri epigastrik, muntah, nyeri abdomen difus.
4. Kadang disertai sakit tenggorok.
5. Faring dan konjungtiva yang kemerahan.
6. Dapat disertai kejang demam.
7. Muncul bintik-bintik merah pada kulit
8. Suhu suhu badan >38oC, badan terasa lemah dan lesu, ujung tangan dan
kaki dingin berkeringat.
9. Turunnya trombosit hingga 100.000/mm.
Warning signs yang digunakan untuk menilai syok pada penderita penyakit
demam berdarah dengue (DBD). Tersangka infeksi dengue apabila terdapat
demam <7 hari, ruam, manifestasi perdarahan Rumple Leede (+), nyeri kepala dan
retroorbital, mialgia, arthralgia, leukopeni (<4000l), kasus DBD lingkungan (+).
Adapun tanda bahaya lainnya yaitu pada fase febris klinis tidak ada perbaikan atau
memburuk, tidak mau minum, muntah terus-menerus, nyeri perut hebat, letargi
dan gelisah, perubahan perilaku, perdarahan (mimisan, muntah & BAB hitam,
menstruasi berlebih, urin berwarna hitam/hemoglobinuria atau hematuria) akral
dingin, pening, diuresis berkurang dalam 4-6 jam.11
Menurut WHO (2012) demam dengue memiliki tiga fase diantaranya fase
demam, fase kritis dan fase penyembuhan. 1
1. Pada fase demam, penderita akan mengalami demam tinggi secara mendadak
selama 2-7 hari yang sering dijumpai dengan wajah kemerahan, eritema kulit,
myalgia, arthralgia, nyeri retroorbital, rasa sakit di seluruh tubuh, fotofobia
dan sakit kepala serta gejala umum seperti anoreksia, mual dan muntah. Tanda
bahaya penyakit dengue meliputi nyeri perut, muntah berkepanjangan, letargi,
pembesaran hepar >2 cm, perdarahan mukosa, trombositopeni dan
penumpukan cairan di rongga tubuh karena terjadi peningkatan permeabilitas
pembuluh darah kapiler. Pada waktu transisi yaitu dari fase demam menjadi
tidak demam, pasien yang tidak diikuti dengan peningkatan pemeabilitas
kapiler tidak akan berlanjut menjadi fase kritis.
2. Pada fase kritis, terjadi penurunan suhu menjadi 37.5-38C atau kurang pada
hari ke 3-8 dari penyakit. Progresivitas leukopenia yang diikuti oleh
penurunan jumlah platelet mendahului kebocoran plasma. Peningkatan
hematokrit merupakan tanda awal terjadinya perubahan pada tekanan darah
dan denyut nadi. Terapi cairan digunakan untuk mengatasi plasma leakage.
Efusi pleura dan asites secara klinis dapat dideteksi setelah terapi cairan
intravena.
3. Fase terakhir adalah fase penyembuhan. Setelah pasien bertahan selama 24-
48 jam fase kritis, reabsorbsi kompartemen ekstravaskuler bertahap terjadi
selama 48-72 jam. Fase ini ditandai dengan keadaan umum membaik, nafsu
makan kembali normal, gejala gastrointestinal membaik dan status
hemodinamik stabil.
2.1.6 Diagnosis
Pedoman Panduan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia menyebutkan bahwa
untuk menegakkan diagnosis DBD dapat dinilai dari :
1. Anamnesis 10, 13
a. Demam merupakan tanda utama terjadi mendadak tinggi selama 2-7 hari
b. Disertai lesu, tidak mau makan dan muntah
c. Pada anak besar dapat mengeluh nyeri kepala, nyeri otot dan nyeri perut
d. Diare kadang-kadang ditemukan
e. Perdarahan paling sering dijumpai adalah perdarahan kulit dan mimisan

2. Pemeriksaan Fisik 10, 11, 13


a. Gejala klinis DD yang lebih mencolok diawali dengan demam mendadak
tinggi, facial flush, muntah, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri tenggorok
dengan faring hiperemis, nyeri dibawah lengkung iga kanan.
b. Hepatomegali dan kelainan fungsi hati lebih sering ditemukan pada DBD.
c. Uji bendung positif
d. Patekie, ekimosis, purpura
e. Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
f. Hematemesis dan atau melena
g. Pada DBD terjadi peningkatan permeabilitas kapiler sehingga menyebabkan
perembesan plasma, hipovolemia dan syok.
h. Perembesan plasma mengakibatkan ekstravasasi cairan ke dalam rongga
pleura dan rongga peritoneal selama 24-48 jam.
i. Fase kritis sekitar hari ke-3 sampai ke-5. Pada saat ini suhu tubuh turun, yang
dapat merupakan awal penyembuhan pada infeksi ringan namun pada DBD
berat merupakan tanda awal syok.
Tanda syok pada anak berupa anak gelisah, sampai terjadi penurunan
kesadaran, sianosis. Napas cepat, nadi teraba lembut kadang-kadang tidak teraba,
tekanan nadi 20 mmHg. Hipotensi sampai tidak teratur, kaki dan tangan dingin,
kulit lembap, capillary refill time memanjang (>2 detik). Diuresis menurun
sampai anuria. Apabila syok tidak ditangani segera, akan terjadi komplikasi
berupa asidosis metabolik dan perdarahan hebat. 1
3. Pemeriksaan Penunjang 10, 11, 13
a. Trombositopenia (100.000/ atau kurang)
b. Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler, dengue
manifestasi sebagai berikut:
1. Peningkatan hematokrit 20% dari nilai standar
2. Penurunan hematokrit 20% setelah medapat terapi cairan
3. Efusi pleura/pericardial, asites, hipoproteinemia
c. Pemeriksaan radiologis didapatkan kelainan pembuluh darah paru terutama
daerah hilus kanan, hemitoraks kanan lebih radio opak dibandingkan kiri dan
efusi pleura
d. USG dijumpai efusi pleura, ascites, penebalan dinding vesica felea dan vesica
urinaria.
Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau
hanya peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan diagnosis kerja DBD.11,
13

2.1.7 Pengobatan
Pada fase demam, dapat diberikan antipiretik ditambah cairan oral apabila
anak masih mau minum, pemantauan dilakukan setiap 12-24 jam.
1. Medikamentosa 1
a. Antipiretik dapat diberikan, dianjurkan pemberian parasetamol bukan
aspirin
b. Diusahakan tidak memberikan obat-obat yang tidak diperlukan (misalnya
antasid, anti emetik) untuk mengurangi beban detoksifikasi obat dalam
hati.
c. Kortikosteroid diberikan pada DBD ensefalopati apabila terdapat
perdarahan saluran cerna kortikosteroid tidak diberikan.
d. Antibiotik diberikan untuk DBD ensefalopati.
2. Suportif 1
a. Cairan peroral ditambah cairan intravena rumatan per hari ditambah 5%
dari defisit. Dengan perhitungan kebutuhan cairan parenteral
1. Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
2. Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
3. Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
b. Diberikan untuk 48 jam atau lebih 1
c. Kecepatan cairan IV disesuaikan dengan kecepatan kehilangan plasma,
sesuai keadaan klinis, tanda vital, diuresis, dan hematokrit dengan
pemeriksaan berkala. 1

2.1.8 Edukasi
Menurut WHO deteksi dini gejala DBD dapat mengurangi penyebaran
penyakit DBB melalui pemeriksaan laboratorium dan tanda adanya demam tinggi
disertai ruam pada kulit. Vaksin untuk DBD sampai saat ini belum tersedia
sehingga dilakukan tindakan pencegahan berupa pengendalian vektor nyamuk
Aedes sp.. Ada beberapa cara yang dianjurkan WHO untuk mengurangi terjadinya
kasus DBD seperti penggunaan alat pelindung diri, penggunaan insektisida
aerosol, jaga sanitasi air, pengurangan sampah di sekitar wilayah rumah ataupun
di dalam rumah. 1,14
Depkes menetapkan 5 kegiatan pokok sebagai kebijakan dalam
pengendalian penyakit DBD yaitu menemukan kasus secepatnya dan mengobati
sesuai protap, memutuskan mata rantai penularan dengan pemberantasan vektor
(nyamuk dewasa dan jentik jentiknya), kemitraan dalam wadah POKJANAL
DBD (Kelompok Kerja Operasional DBD), pemberdayaan masyarakat dalam
gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN 3M Plus) dan peningkatan
profesionalisme pelaksana program (Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan, 2008). Kegiatan yang paling utama dalam
menanggulangi peningkatan kasus adalah program Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M.1,14

2.2. Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)


Program Pemberantasan Penyakit Menular adalah upaya kesehatan yang
mengutamakan aspek promotif dan preventif yang ditujukan untuk menurunkan dan
menghilangkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian, membatasi penularan,
serta penyebaran penyakit agar tidak meluas antardaerah maupun antarnegara serta
berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah. Program Pemberantasan
Penyakit Menular juga dapat diartikan sebagai program pelayanan kesehatan
Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penularan penyakit menular atau
infeksi. Penyakit menular adalah penyakit yang dapat menular ke manusia yang
disebabkan oleh agen biologi, antara lain virus, bakteri, jamur, dan parasit. Pejabat
Kesehatan Masyarakat adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan kesehatan yang
mempunyai tugas dan wewenang di bidang penanggulangan penyakit menular.
Tujuan Program Pemberantasan Penyakit Menular adalah melindungi masyarakat
dari penularan penyakit, menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian
akibat penyakit menular, mengurangi dampak sosial, budaya, dan ekonomi akibat
penyakit menular pada individu, keluarga, dan masyarakat. Berdasarkan cara
penuarannya, penyakit menualr dikelompokkan menjadi:15
1. Penyakit menular langsung
a. Difteri
b. Pertusis
c. Tetanus
d. Polio
e. Campak
f. Typhoid
g. Kolera
h. Rubella
i. Yellow Fever
j. Influensa
k. Meningitis
l. Tuberkulosis
m. Hepatitis
n. Penyakit Pneumokokus
o. Penyakit akibat Rotavirus
p. Penyakit akibat Human Papiloma Virus (HPV)
q. Penyakit virus ebola
r. MERS-CoV
s. Infeksi Saluran Pencernaan
t. Infeksi Menular Seksual
u. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
v. Infeksi Saluran Pernafasan
w. Kusta
x. Frambusia
2. Penyakit tular vektor dan binatang pembawa penyakit
a. Malaria
b. Demam Berdarah
c. Chikungunya
d. Filariasis dan Kecacingan
e. Schistosomiasis
f. Japanese Enchepalitis
g. Rabies
h. Antraks
i. Pes
j. Toxoplasma
k. Leptospirosis
l. Flu Burung (Avian Influenza)
m. West Nile
Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif Program Pemberantasan Penyakit Menular
meliputi: 15
1. Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-
undangan, dan kebijakan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko dan
diseminasinya.
b. Menyiapkan materi dan menyusun rencana kebutuhan untuk pencegahan dan
penanggulangan faktor resiko.
c. Menyediakan kebutuhan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
sebagai stimulam.
d. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman
pencegahan dan penanggulangan faktor risiko.
e. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melakukan
pencegahan dan penanggulangan faktor risiko.
f. Melakukan bimbingan, pemantauan dan evaluasi kegiatan pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko.
g. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi
dan konsultasi teknis pencegahan dan penanggulangan faktor risiko.
h. Melakukan kajian program pencegahan dan penanggulangan faktor risiko.
i. Membina dan mengembangkan UPT dalam pencegahn dan penanggulangan
faktor risiko.
j. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
pencegahan dan pemberantasan penyakit.
2. Peningkatan imunisasi
a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-
undangan, dan kebijakan peningkatan imunisasi, dan diseminasinya.
b. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan
imunisasi.
c. Menyediakan kebutuhan peningkatan imunisasi sebagai stimulan
yang ditujukan terutama untuk masyarakat miskin dan kawasan khusus
sesuai dengan skala prioritas.
d. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/ juknis/ protap program
imunisasi.
e. Menyiapkan dan mendistribusikan sarana dan prasarana imunisasi.
f. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melaksanakan program imunisasi.
g. Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan imunisasi.
h. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi
dan konsultasi teknis peningkatan imunisasi.
i. Melakukan kajian upaya peningkatan imunisasi.
j. Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan imunisasi.
k. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
imunisasi.
3. Penemuan dan tatalaksana penderita
a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang
undangan, dan kebijakan penemuan dan tatalaksana penderita dan
diseminasinya.
b. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan penemuan
dan tatalaksana penderita.
c. Menyediakan kebutuhan penemuan dan tatalaksana penderita sebagai
stimulan.
d. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/ juknis/ pedoman
program penemuan dan tatalaksana penderita.
e. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melaksanakan program penemuan dan tatalaksana penderita.
f. Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan penemuan dan
tatalaksana penderita.
g. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi
dan konsultasi teknis penemuan dan tatalaksana penderita.
h. Melakukan kajian upaya penemuan dan tatalaksana penderita.
i. Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya penemuan dan tatalaksana
penderita.
j. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
penemuan dan tatalaksana penderita.
4. Peningkatan surveilens epidemiologi dan penanggulangan wabah
a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-
undangan, dan kebijakan peningkatan surveilans epidemiologi
dan penanggulangan KLB/wabah dan diseminasinya.
b. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan
surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah.
c. Menyediakan kebutuhan peningkatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan KLB/wabah sebagai stimulan.
d. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/ juknis/ pedoman
program surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah.
e. Meningkatkan sistem kewaspadaan dini dan menanggulangi KLB/ Wabah,
termasuk dampak bencana.
f. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit
untuk melaksanakan program surveilans epidemiologi dan penanggulangan
KLB/ wabah.
g. Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan surveilans
epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabah.
h. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi
dan konsultasi teknis peningkatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan KLB/ wabah.
i. Melakukan kajian upaya peningkatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan KLB/ wabah.
j. Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan surveilans
epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah.
k. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah.
5. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan
pemberantasan penyakit
a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-
undangan, dan kebijakan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi
(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit dan diseminasinya.
b. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan
penyakit.
c. Menyediakan kebutuhan peningkatan komunikasi informasi dan
edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit sebagai stimulan.
d. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman
program komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan
pemberantasan penyakit.
e. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melaksanakan program komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan
dan pemberantasan penyakit.
f. Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan komunikasi
informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit.
g. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi
dan konsultasi teknis peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
pencegahan dan pemberantasan penyakit.
h. Melakukan kajian upaya peningkatan komunikasi informasi dan edukasi
(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit.
i. Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan komunikasi
informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit.
j. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan
penyakit.
Program Pemberantasan Penyakit Menular yang dijalankan pertama kali
adalah program untuk penyakit malaria, cacar, dan kusta. Cara untuk mengetahui
keberhasilan dari program-program tersebut adalah dengan melihat menurunnya
jumlah kejadian dan di mana terdapat kejadian tersebut. 15

BAB III
PROFIL PUSKESMAS
2.1. Organisasi
Berdasarkan Profil Kesehatan Puskesmas Siantan Hulu Jumlah tenaga di UPK
Puskesmas Siantan Hulu sebanyak 18 orang staf antara lain terdiri dari tenaga :
1. Tenaga Dokter sebanyak 1 orang (Dokter PHL)
2. Tenaga Perawat sebanyak 2 orang
3. Tenaga Bidan sebanyak 3 orang
4. Tenaga Sanitasi sebanyak 2 orang (1 orang sedang mengikuti pendidikan)
5. Tenaga Epidemolog Kesehatan sebanyak 1 orang (1 orang sebagai Ka.pusk)
6. Tenaga Farmasi sebanyak 2 orang
7. Tenaga Gizi sebanyak 2 orang
8. Tenaga Laboratorium sebanyak 1 orang
9. Tenaga Perawat Gigi sebanyak 3 orang
10. Tenaga staf umum sebanyak 1 orang

Sumber daya tenaga di UPK Puskesmas Siantan Hulu untuk tahun 2015 dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.1 Jumlah Tenaga di UPK Puskesmas Siantan Hulu Tahun 2015
No Nama/Nip Jabatan Kualifikasi Pangkat/Gol Ket.
Pendididkan
1. Tri Lestari, S.ST Kepala UPK D4 Penata /IIIc
Nip.197006101994032010
2. dr. Ditha Pratiwi Dokter S1 PHL
3. Marleni Bidan SMA Penata Tk.I/
Nip.195803261980112002 Penyelia IIId
4. Sri Wiyanti Perawat SMA Penata /
Nip.197003101991032004 Gigi IIIc
Penyelia
5. Rusmini Sanitasi D1 Penata Muda
Nip.19700310 1990122004 Pelaksana Tk. I / IIIb
6. Naniek Kasiati Perawat Penata Muda
Nip.197304261995012001 Gigi Pel. SMA Tk. I / IIIb
Lanjutan
7. Suriyani, A.Md.Gizi Nutrisionis D3 Penata Muda
Nip.197506271999032007 Pelaksana Tk. I / IIIb
8. Rina, A.Md.Kep Perawat D3 Penata Muda /
Nip.198004162000032001 Pelaksana IIIa
9. Yuliana Ninik, A.Md.Kep Perawat D3 Penata Muda /
Nip.198208042009042001 Pelaksana IIIa
10. Hakimah, S.ST Fungsional D4 Penata Muda /
Nip.198112202005012014 Umum IIIa
11. M. Irawati M,A.Md.Keb Bidan
Nip.197509192005022003 Pelaksana D3 Pengatur
Tk.I/IId
12. Rikawati, A.Md.Gizi Nutrisionis D3 Pengatur
Nip.19830515 200502 2 Pelaksana Tk.I/IId
001
13. Ita Wargianti, A.Md. Far Asisten
Nip.198512132010012010 Apoteker D3 Pengatur
Pelaksana Tk.I/IId
14. Erlina, A.Md.KG Fungsional D3 Pengatur
Nip.198606302009022002 Umum Tk.I/IId
15. Theresia Elsy Anjiu, Asisten
A.Md.Far Apoteker D3 Pengatur
Nip.198204282006042008 Pelaksana Tk.I/IId
16. Febiati, A.Md.Keb Bidan D3 Pengatur /IIc
Nip.198902022011012002 Pelaksana
17. Syarifah Emelda Pranata Lab SMA Pengatur /IIc
Nip.198006172008012010 Kesehatan
18. Bharry Sanitasi D3 Pengatur TB
Pelaksana Tk.I/IId
19. Siti Rochaini Staf Umum SMP Juru/Ic
Nip.198902022014082001
Sumber: Profil Kesehatan Puskesmas Siantan Hulu

2.2. Cakupan Wilayah


Kelurahan Siantan Hulu merupakan salah satu dari 5 (lima) kelurahan
yang berada di kecamatan Pontianak Timur, yang mana wilayah bina UPK
Puskesmas Siantan Hulu mempunyai luas wilayah 524 km2 terdiri dari 1 (satu )
kelurahan, 21 RW dan 84 RT dengan jumlah KK sebanyak 4.963. Kelurahan
Siantan Hulu berada pada garis Lintang Utara 0 02 24 dan garis Lintang Selatan
0 05 37 dan garis Bujur Barat pada 109 16 25 dan garis Bujur Timur pada
109 23 01 dengan ketinggian berkisar antara 0,10 meter sampai 1,50 meter
diatas permulaan laut merupakan daerah dataran rendah dan daerah pasang surut.
Dari luas wilayah tersebut merupakan daerah pemukiman penduduk dan juga
merupakan daerah jalur jalan propinsi, jarak pemukiman penduduk dengan
pelayanan kesehatan relatif dekat sehingga dapat ditempuh dengan kedaraan
umum, kendaraan roda diua dan empat. Wilayah bina UPK Puskesmas Siantan
Hulu secara keseluruhan berbatasan yaitu :
Bagian Utara : berbatasan dengan Kelurahan Siantan Tengah
Bagian Barat : berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Hilir
Bagian Selatan : berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Hulu
Bagian Timur : berbatasan dengan Kecamatan Sei Ambawang

2.3. Kegiatan yang Dilaksanakan Program P2M


Tujuan Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
Adapun Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
Puskesmas adalah mewujudkan Kelurahan Siantan Hulu terdepan dalam
penyelenggaraan Pembangunan Kesehatan di Kota Pontianak. Kelurahan Sehat
adalah gambaran masyarakat kelurahan yang hidup dalam lingkungan dan
perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Indikator Kelurahan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4
indikator utama yakni lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan
kesehatan yang bermutu serta derajat kesehatan masyarakat.
Puskesmas merupakan ujung tombak dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat, untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventive), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, disamping tetap mengacu pada SPM
(Standar Pelayanan Minimal) dan IKU (Indikator Kinerja Utama).
Angka kesakitan penyakit Infeksi antara lain Penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh
virus dengue terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi
mendadak dengan manivestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan shock
dan kematian. Penyakit DBD ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan mungkin juga Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat
hampir di seluruh pelosok Indonesia kecuali di ketinggian lebih 1.000 meter diatas
permukaan laut. Masa inkubasi penyakit ini diperkirakan lebih kurang 7 hari.
Penyakit DBD dapat menyerang semua golongan umur. Sampai saat ini penyakit
DBD lebih banyak menyerang anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat
adanya kecenderungan kenaikan proporsi penderita Demam Berdarah Dengue
pada orang dewasa.
Kasus DBD di wilayah bina UPK Puskesmas Siantan Hulu untuk tahun
2015 jumlah kasus sebanyak 4 kasus, hal ini menunjukkan kesadaran masyarakat
untuk menjaga lingkungan yang sehat masih kurang, apabila dibandingkan pada
tahun 2014 jumlah kasus sebanyak 21 kasus penyakit DBD. Untuk mencegah
terjadinya lonjakan kasus kita harus tetap waspada untuk lebih meningkatkan
kegiatan PSN-DBD baik di lingungan rumah tempat tinggal, di sekolah maupun
di Institusi dalam upaya pencegahan dan pemberantasan Penyakit Demam
Berdarah Dengue terutama dengan melakukan gerakan Jumat Bersih yang mana
masing-masing penanggungjawab RW Binaan bertanggungjawab terhadap
keadaan kesehatan wilayah binaannya. Selain itu dengan menggiatkan kegiatan
PSN-DBD maupun kegiatan Pemantauan Jentik Berkala yang dilaksanakan setiap
hari Jumat juga pemantauan kartu kendali jentik diharapkan dapat menekan
kejadian kasus penyakit DBD.

Tabel 3.2 Data Penyakit Penyakit DBD Wilayah Bina Puskesmas Siantan Hulu Tahun
2014-2015
Tahun Bulan Jml
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
2014 0 0 0 3 6 3 1 2 3 0 3 0 21
2015 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 2 4
Sumber : laporan STP tahun 2014-2015 (Profil Kesehatan Puskesmas Siantan Hulu)

Indikator keberhasilan juga dapat dilihat dengan melihat prosentase Angka


Bebas Jentik sebagai Indikator kinerja program pemberantasan penyakit Demam
Berdarah Dengue dan dapat dipakai untuk mengukur tingkat keberhasilan
pengendalian vektor penyakit DBD yang mana pada tahun 2015 ini Angka Bebas
Jentik di UPK Puskesmas Siantan Hulu sebesar 63,66% mengalami penurunan
apabila dibandingkan Angka Bebas Jentik pada tahun 2014 yaitu 78.82%. Untuk
itu upaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan lingkungan yang sehat dan
perlunya meningkatkan kerjasama baik dengan kader PSN-DBD dan kerjasama
lintas sektor perlu digalakkan. Selain itu di UPK Puskesmas Siantan Hulu dengan
adanya kader PSN berperan aktif membantu upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit DBD apabila ada kasus diwilayah bina UPK Puskesmas
Siantan Hulu kader PSN segera melaporkannya kepada Puskesmas dengan
demikian Puskesmas dapat segera melakukan tindakan penanggulangan untuk
mencegah terjadinya penularan dan penyebaran lebih lanjut dan mencegah
terjadinya Kejadian Luar Biasa.

Grafik 3.3 Data Penyakit DBD Puskesmas Siantan Hulu Kota Pontianak tahun 2014-
2015
7

4
2014
3 2015

0
Jan Feb Mart April Mei Juni Juli Agst Sept Oktb Nop Des

Sumber: Profil Kesehatan Puskesmas Siantan Hulu

Pada grafik 3.3 Pola siklus 2 tahun penyakit DBD di wilayah bina UPK
Puskesmas Siantan Hulu, yang mana terjadi lonjakan kasus DBD pada tahun
2014 hal ini menunjukkan rendahnya kesadaran masyarakat untuk menjaga
lingkungan yang sehat untuk itu upaya pencegahan dan pemberatasan
penyakit DBD harus lebih ditingkatkan.
Persentase Rumah/bangunan bebas jentik adalah 63,66%,, capaian
indikator kinerja ini diperoleh melalui beberapa kegiatan, yaitu kegiatan PSN baik
PJB oleh kader maupun PJB oleh petugas dii wilayah bina UPK Puskesmas
Siantan Hulu. Capaian ini menurun dibanding dengan tahun 2014 dengan capaian
78,82%. Masih terdapatnya rumah/bangunan yang belum bebas jentik dapat
berdampak pada peningkatan kasus penyakit Demam Berdarah Dengue, hal ini
disebabkan sebagian warga belum melakukan usaha PSN mandiri atau bahkan
masih ada warga yang menolak dilakukan PSN hal ini disebabkan kurangnya
kesadaran masyarakat menjaga lingkungan yang bersih dapat berdampak pada
peningkatan kasus penyakit Demam Berdarah Dengue. Berdasarkan data angka
kesakitan DBD di wilayah bina UPK Puskesmas Siantan Hulu tahun 2015
sebanyak 4 kasus.

BAB IV
STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
4.1.Studi Kasus
4.1.1 Hasil Wawancara (Komunikasi Dokter Puskesmas -Pasien)
Hasil wawancara bersama Kepala puskesmas dan dokter puskesmas,
diketahui bahwa terdapat beberapa kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)
pada kawasan Puskesmas Siantan Hulu.
Kasus-kasus DBD umumnya dirujuk ke Rumah Sakit yang lebih besar
dikarenakan pemantauan pasien DBD cukup ketat dan harus dipantau selama
24 jam, sedangkan di puskesmas itu sendiri tidak beroperasi selama 24 jam.
Bidang Penanggulangan Penyakit Menular di kepalai langsung oleh
dokter puskesmas yaitu dr. Ditha, sedangkan bagian surveilans penyakit
dikepalai oleh kepala puskesmas yaitu bru Tri Lestari. Puskesmas Siantan
Hulu lebih berfokus pada program pencegahan penyakit DBD seperti
melakukan penyuluhan, abatisasi (pemberian bubuk abate), dan melakukan
fogging.
4.1.2 Kelengkapan Anamnesis
Pertanyaan Anamnesis Apakah dilakukan? (Ya/Tidak)
1. Menanyakan Keluhan Utama (apakah Dilakukan
ada demam, dll)
2. Menanyakan karakteristik keluhan Dilakukan
utama (periode keluhan, dll)
3. Menanyakan keluhan penyerta Dilakukan
4. Menanyakan apakah ada manifestasi Dilakukan
tanda perdarahan
5. Menanyakan apakah ada nyeri pada Dilakukan
regio tertentu
6. Menanyakan kondisi lingkungan Dilakukan
sekitar tempat tinggal ataupun tempat
bekerja
7. Mendiagnosis penyakit yang diderita Dilakukan
beserta diagnosis bandingnya
Keterangan: Berdasarkan tabel anamnesis khusus untuk penyakit Demam
Berdarah Dengue, dokter pada Puskesmas Siantan Hulu sudah melakukan
anamnesis berdasarkan prosedur yang benar.16 Anamnesis ini dilakukan
melalui role play dikarenakan tidak ada pasien DBD yang berkunjung ke
Puskesmas.
4.1.3 Kelengkapan Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter Puskesmas Siantan Hulu pada
pasien meliputi :
1. Keadaan Umum
2. Tanda-tanda vital
a. Kesadaran
b. GCS
c. Tekanan Darah
d. Frekuensi Nadi
e. Frek Pernapasan
f. Suhu
g. BB
h. Tinggi Badan
3. Status Generalis :
a. Kepala : Normocephal
b. Mata : Konjungtiva Anemis, Sklera Ikterik
c. THT :-
d. Leher : Pembesaran KGB dan tiroid?
e. Paru-paru
a. Inspeksi : pergerakan dinding dada kanan dan kiri
b. Palpasi : fremitus taktil dan vokal kanan dan kiri
c. Perkusi : seluruh lapang paru
d. Auskultasi
f. Jantung
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi batas jantung
d. Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal, mumur?
g. Abdomen
a. Inspeksi : simetris, datar, kelainan kulit, pelebaran vena
b. Auskultasi : bising usus
c. Palpasi : nyeri lepas, nyeri ketuk
d. Perkusi : timpani di semua lapang abdomen, nyeri ketuk
h. Ekstremitas : sakral hangat

a). Petekie dan purpura

b). Uji Rumpe Leede


4. Status Lokalis
4.1.4 Diagnosis Holistik
Diagnostik holistik yang dilakukan pada pasien Puskesmas Siantan Hulu,
meliputi :
1. Keluhan utama, ketakutan, harapan, dan persepsi kesehatan : anamnesis
keluhan utama pasien
2. Diagnosis klinis dan diagnosis diferensial ; derajat keparahan penyakit
ditentukan berdasarkan gejala, komplikasi, prognosis, dan kemungkinan
untuk dilakukan terapi misalnya pada pasien suspek DBD ditentukan
melalui pemeriksaan fisik dan penunjang (rumple Leed) dan segera dirujuk
ke rumah sakit setelah diberi tata laksana awal.
3. Perilaku dan persepsi kesehatan : menilai status gizi, aktivitas fisik,
kebersihan pribadi, dan sebagainya melalui anamnesis
4. Masalah ekonomi dan psikososial keluarga, faktor lingkungan dan
pekerjaan, didapatkan melalui anamnesis dengan menilai kebersihan
lingkungan rumah (adanya genangan air, tumpukan sampah, tempayan air
yang tidak ditutup, dsb), kondisi sosial ekonomi (tingkat pengetahuan
mengenai penyakit DBD dan pencegahannya), pola hidup keluarga
(penggunaan anti nyamuk, kelambu, dsb), serta lingkungan kerja atau
sekolah (ada tidaknya orang lain yang terkena DBD sebelumnya)
5. Derajat fungsi sosial : diperoleh melalui anamnesis dan pemeriksaan
4.1.5 Terapi
Menurut keterangan pada wawancara dengan dokter Puskemas Siantan
Hulu, apabila pasien suspek DBD, maka diberi terapi cairan dan segera dirujuk
ke rumah sakit untuk diagnosis dan penanganan lebih lanjut.
4.1.6 Pembahasan
Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis,
yaitu dengan berpedoman pada empat pokok pikiran (The Fundamental Four)
dan tujuh butir mutiara anamnesis (The Sacred Seven). Yang dimaksud dengan
empat pokok pikiran, adalah melakukan anamnesis dengan cara mencari data
:17,18
1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
4. Riwayat Sosial dan Ekonomi
Sebelum melakukan anamnesis lebih lanjut, pertama yang harus ditanyakan
adalah identitas pasien, yaitu umur, jenis kelamin, ras, status pernikahan,
agama dan pekerjaan.
1. Riwayat Penyakit Sekarang.
Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan. Keluhan utama
adalah keluhan yang membuat seseorang datang ke tempat pelayanan
kesehatan untuk mencari pertolongan, misalnya : demam, sesak nafas,
nyeri pinggang, dan lain lain. Keluhan utama ini sebaiknya tidak lebih dari
satu keluhan. Kemudian setelah keluhan utama, dilanjutkan anamnesis
secara sistematis dengan menggunakan tujuh butir mutiara anamnesis,
yaitu : 17,18
a. Lokasi (dimana ? menyebar atau tidak ?)
b. Onset / awitan dan kronologis (kapan terjadinya? berapa lama?)
c. Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa sering terjadi ?)
d. Kualitas keluhan (rasa seperti apa ?)
e. Faktor-faktor yang memperberat keluhan.
f. Faktor-faktor yang meringankan keluhan.
g. Analisis sistem yang menyertai keluhan utama.

Anamnesis secara sistematis ini akan dibahas secara rinci, yaitu : 17,18
a. Lokasi Sakit
Seorang penderita yang datang dengan nyeri di ulu hati, perlu
ditanyakan lebih lanjut secara tepat bagian mana yang dimaksud, bila
perlu penderita diminta menunjukkan dengan tangannya, dimana
bagian yang paling sakit dan penjalarannya ke arah mana.
b. Onset dan kronologis
Perlu ditanyakan kapan mulai timbulnya sakit atau sudah berlangsung
berapa lama. Apakah keluhan itu timbul mendadak atau perlahan-lahan,
hilang timbul atau menetap. Apakah ada waktu-waktu tertentu keluhan
timbul.
c. Kualitas (sifat sakit)
Bagaimana rasa sakit yang dialami penderita harus ditanyakan,
misalnya rasa sakit yang tajam (jelas) seperti rasa panas, terbakar,
pedih, diiris, tertusuk, menunjukkan inflamasi organ. Rasa sakit yang
tumpul (dull) seperti diremas, kramp, kolik, sesuatu yang bergerak
biasanya menunjukkan proses pada organ yang berongga (saluran
cerna, empedu). Rasa sakit yang tidak khas menunjukkan organ padat
(hati, pankreas).
d. Kuantitas (derajat sakit)
Ditanyakan seberapa berat rasa sakit yang dirasakan penderita. Hal ini
tergantung dari penyebab penyakitnya, tetapi sangat subjektif, karena
dipengaruhi antara lain kepekaan seorang penderita terhadap rasa sakit,
status emosi dan kepedulian terhadap penyakitnya. Dapat ditanyakan
apakah sakitnya ringan, sedang atau berat. Apakah sakitnya
mengganggu kegiatan sehari-hari, pekerjaan penderita atau aktifitas
fisik lainnya.
e. Faktor yang memperberat keluhan.
Ditanyakan adakah faktor-faktor yang memperberat sakit, seperti
aktifitas makan, fisik, keadaan atau posisi tertentu. Adakah makanan/
minuman tertentu yang menambah sakit, seperti makanan pedas asam,
kopi, alkohol panas, obat dan jamu.
f. Faktor yang meringankan keluhan.
Ditanyakan adakah usaha penderita yang dapat memperingan sakit,
misalnya dengan minum antasida rasa sakit berkurang, menunjukkan
adanya inflamasi di saluran cerna bagian atas. Bila posisi membungkuk
dapat mengurangi sakit menunjukkan proses inflamasi dari pankreas
atau hati
g. Keluhan yang menyertai
Perlu ditanyakan keluhankeluhan lain yang timbul menyertai dan
faktor pencetusnya.

Dalam anamnesis alur pikir yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut
: 17
a. Pendekatan sistematis, sehingga perlu diingat : Fundamental Four &
Sacred Seven.
b. Mulai berfikir organ mana yang terkena dan jangan berpikir penyakit
apa, sehingga pengetahuan anatomi dan fisiologi harus dikuasai
dengan baik.
c. Anamnesis menggunakan keterampilan interpersonal sehingga
dibutuhkan pengetahuan sosiologi, psikologi dan antropologi.

2. Riwayat Penyakit Dahulu


Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan
kapan terjadinya dan sudah berapa kali dan telah diberi obat apa saja, serta
mencari penyakit yang relevan dengan keadaan sekarang dan penyakit
kronik (hipertensi, diabetes mellitus, dll), perawatan lama, rawat inap,
imunisasi, riwayat pengobatan dan riwayat menstruasi (untuk wanita). 17,18
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit keturunan
dari pihak keluarga (diabetes mellitus, hipertensi, tumor, dll) atau riwayat
penyakit yang menular. 17,18
4. Riwayat sosial dan ekonomi
Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien, yang meliputi pendidikan,
pekerjaan pernikahan, kebiasaan yang sering dilakukan (pola tidur, minum
alkohol atau merokok, obatobatan, aktivitas seksual, sumber keuangan,
asuransi kesehatan dan kepercayaan). 17,18

Dalam anamnesis ini, dokter puskesmas Siantan Hulu memilih untuk lebih
mengerucutkan pertanyaan berdasarkan diagnosis yang telah diduga oleh
dokter. Saat dilakukannya role play (dikarenakan tidak adanya pasien DBD
saat itu), dokter puskesmas telah melaksanakan anamnesis berdasarkan
Fundamental Four dan The Sacred Seven serta telah melakukan kriteria
anamnesis khusus DBD.
Berdasarkan pemeriksaan fisik yang juga dilaksanakan oleh dokter
Puskesmas Siantan Hulu, dokter Puskesmas Siantan Hulu melakukan
pemeriksaan fisik sesuai dengan keluhan yang dialami oleh sang pasien.
Pemeriksaan bermula dari kepala hingga kaki. Apabila keluhan tidak dirasakan
maka pemeriksaan fisik pun tidak dilakukan, misal apabila pasien tidak
mengeluhkan adanya nyeri di bagian abdomen, maka pemeriksaan fisik di
bagian abdomen pun tidak dilakukan.
Secara keselurhan, dokter Puskesmas Siantan Hulu telah melakukan
Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, Diagnostik, dan Terapi secara komprehensif
dan sesuai dengan prosedur yang berlaku.

4.2.Program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) DBD Puskesmas Siantan


Hulu
Kasus DBD di wilayah bina UPK Puskesmas Siantan Hulu untuk tahun 2015
berjumlah 4 kasus, terjadi penurunan dibandingkan pada tahun 2014 dengan
jumlah kasus sebanyak 21 kasus penyakit DBD. Untuk mencegah terjadinya
peningkatan kasus, puskesmas Siantan Hulu melakukan kegiatan PSN-DBD baik
di lingungan rumah tempat tinggal, di sekolah maupun di Institusi dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD.
1. Program Gerakan Jumat Bersih
Program ini dilakukan di masing-masing RW oleh masyarakat sekitar.
Masing-masing penanggungjawab RW Binaan bertanggungjawab terhadaap
keadaan kesehatan wilayah binaannya.
2. Abatisasi dan Pemantauan Jentik Berkala
Kegiatan abatisasi dan pemantauan jentik berkala dilakukan rutin
setiap hari Jumat di setiap RT. Kegiatan ini dilakukan oleh petugas
puskesmas dengan cara memberikan abate terhadap tempat penampungan air
yang terdapat jentik disertai dengan pendataan jumlah rumah dan tempat
penampungan air yang masih terdapat jentik nyamuk.
3. Pemantauan Kartu Kendali Jentik
Pada program ini, masyarakat dilibatkan secara aktif dalam memantau
jentik-jentik. Setiap rumah akan diberikan Kartu Kendali Jentik yang akan
dipantau oleh kader-kader puskesmas di wilayah tersebut.
4. Penyuluhan
Penyuluhan mengenai DBD dilakukan rutin oleh petugas puskesmas
di posyandu-posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Siantan Hulu.
5. Penanganan Kasus DBD
Apabila ditemukan sebuah kasus DBD, petugas puskesmas akan
melakukan kunjungan rumah untuk melihat kondisi rumah pasien dan
melakukan pemeriksaan terhadap orang-orang di sekitar rumah tersebut.
Setelah itu, dilakukan fogging di daerah sekitar rumah pasien DBD tersebut.
Indikator keberhasilan juga dapat dilihat dengan melihat presentase
angka bebas jentik sebagai indikator kinerja program pemberantasan penyakit
DBD dan dapat dipakai untuk mengukur tingkat keberhasilan pengendalian
vektor penyakit DBD. Pada tahun 2015 ini Angka Bebas Jentik di UPK
Puskesmas Siantan Hulu sebesar 63,66% mengalami penurunan apabila
dibandingkan Angka Bebas Jentik pada tahun 2014 yaitu 78.82%.
Dalam pelaksanaan program PSN-DBD, petugas puskesmas dibantu
oleh kader-kader PSN-DBD yang berperan aktif membantu upaya pencegahan
dan pemberantasan penyakit DBD. Apabila ada kasus DBD diwilayah bina
UPK Puskesmas Siantan Hulu, maka kader PSN segera melaporkannya
kepada Puskesmas dengan demikian Puskesmas dapat segera melakukan
tindakan penanggulangan untuk mencegah terjadinya penularan dan
penyebaran lebih lanjut dan mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB).
Pendanaan untuk program PSN-DBD menggunakan dana puskesmas yang
didapat dari APBD, kecuali untuk dana fogging yang berasal dari dinas
kesehatan. Umpan balik atau evaluasi untuk meningkatkan pencapaian
program dilakukan dengan melakukan pertemuan rutin bersama kader-kader.
4.2.1 Pembahasan
Salah satu kegiatan yang dilakukan di UPK Puskesmas Siantan Hulu untuk
mencegah terjadinya DBD adalah Persentase Rumah/bangunan bebas jentik..
kegiatan ini mendapatkan hasil sebanyak 63,66%, capaian indikator kinerja
ini diperoleh melalui beberapa kegiatan, yaitu kegiatan PSN baik PJB oleh
kader maupun PJB oleh petugas dii wilayah bina UPK Puskesmas Siantan
Hulu. Capaian ini menurun dibanding dengan tahun 2014 dengan capaian
78,82%. Masih terdapatnya rumah/bangunan yang belum bebas jentik dapat
berdampak pada peningkatan kasus penyakit Demam Berdarah Dengue, hal
ini disebabkan sebagian warga belum melakukan usaha PSN mandiri atau
bahkan masih ada warga yang menolak dilakukan PSN hal ini disebabkan
kurangnya kesadaran masyarakat menjaga lingkungan yang bersih dapat
berdampak pada peningkatan kasus penyakit Demam Berdarah Dengue.
Berdasarkan data angka kesakitan DBD di wilayah bina UPK Puskesmas
Siantan Hulu tahun 2015 sebanyak 4 kasus.
Usulan solusi untuk kasus kurangnya kesadaran dalam masyarakat bias
dilakkan penyuluhan tentang pentingnya kesadaran menjaga kebersihan
lingkungan utuk pencegahan DBD dan penjelasan tentang pentingnya
abatisasi untuk mengurangi perkembang biakan nyamuk sebagai vektor virus
DBD.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Dengue: Guidlines for Diagnosis, Treatment,


Prevention and Control. New Edition. World Health Organ. 2009.
2. Chahaya, Indra. Pemberantasan vektor demam berdarah di Indonesia. Medan :
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2003.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008.
4. Gubler, Duane J, et al. Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. CABI; 2014.
5. Knowlton K, Solomon G, Rotkin-Ellman M, Pitch F. Mosquito-Borne Dengue
Fever Threat Spreading in the Americas. New York: Natural Resources Defense
Council Issue Paper; 2009.
6. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Tatalaksana Klinis Infeksi Dengue di Sarana
Pelayanan Kesehatan, 2005.p.19-34
7. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Departemen Kesehatan RI. Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan. Jakarta,2007.
8. Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta :
Depkes, 2015.
9. Departemen Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. Profil Kesehatan Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2012. Pontianak: Depkes, 2012.
10. Powel K, Kliegman R, Behrman R, Jenson H, Stanton B. Nelson Textbook of
Pediatrics. 18th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007. 4-7 p.
11. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Modul
Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jkt Dep Kesehat Repub Indones 2011.
12. Knowlton K, Solomon G, Rotkin-Ellman M, Pitch F. Mosquito-Borne Dengue
Fever Threat Spreading in the Americas. New York: Natural Resources Defense
Council Paper; 2009.
13. Soedarmo S, Garna H, Hadinegoro S, Satari H. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri
Tropis. 2nd ed. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia; 2012.
14. Depkes RI. Pencegahan Dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue.Jakarta:
Dirjen Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan; 2010
15. Efendi F, Makhfudli. Keperawatan kesehatan komunitas: teori dan praktik dalam
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2009.p.56-60.
16. Chen, K. Pohan, H.T, Sinto, R. Diagnosis danTerapiCairanpadaDemamBerdarah
Dengue. Medicinus. Jakarta. 2009: Vol 22; p.3-7.
17. Dudley, Eckersley, and Brown 1999. A Guide to Practical Procedures in Medicine
and Surgery, Butterworth-Heinemann Ltd., London.
18. World Health Organization-South East Asia Regional Office. Comprehensive
Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Hemorrhagic
Fever. India: WHO; 2011

You might also like

  • Cover Kliping
    Cover Kliping
    Document1 page
    Cover Kliping
    Tiara Grhanesia Denashurya
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document1 page
    Cover
    Tiara Grhanesia Denashurya
    No ratings yet
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Document6 pages
    Daftar Isi
    Tiara Grhanesia Denashurya
    No ratings yet
  • Judul
    Judul
    Document1 page
    Judul
    Tiara Grhanesia Denashurya
    No ratings yet
  • Cover Proposal Tiara
    Cover Proposal Tiara
    Document1 page
    Cover Proposal Tiara
    Tiara Grhanesia Denashurya
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document1 page
    Cover
    Tiara Grhanesia Denashurya
    No ratings yet
  • Tentir PK
    Tentir PK
    Document3 pages
    Tentir PK
    Tiara Grhanesia Denashurya
    No ratings yet
  • Guillain Barre Syndrome
    Guillain Barre Syndrome
    Document22 pages
    Guillain Barre Syndrome
    Andika Indra Purwantoro
    No ratings yet
  • Pertanyaan Diskusi P4 Sarji
    Pertanyaan Diskusi P4 Sarji
    Document2 pages
    Pertanyaan Diskusi P4 Sarji
    Tiara Grhanesia Denashurya
    No ratings yet
  • Tentir Modul Saraf Jiwa 2011 - Sum I Part I PDF
    Tentir Modul Saraf Jiwa 2011 - Sum I Part I PDF
    Document42 pages
    Tentir Modul Saraf Jiwa 2011 - Sum I Part I PDF
    Della Elvina Roesland
    No ratings yet
  • Laporan Puskesmas
    Laporan Puskesmas
    Document36 pages
    Laporan Puskesmas
    Tiara Grhanesia Denashurya
    No ratings yet
  • SOP Neurologi
    SOP Neurologi
    Document38 pages
    SOP Neurologi
    Anisa Rooses
    100% (6)
  • Sindrom Kompartemen
    Sindrom Kompartemen
    Document13 pages
    Sindrom Kompartemen
    Elsa Octavia
    No ratings yet
  • Hard Over
    Hard Over
    Document1 page
    Hard Over
    Tiara Grhanesia Denashurya
    No ratings yet
  • Form Lirs Manual
    Form Lirs Manual
    Document4 pages
    Form Lirs Manual
    Tiara Grhanesia Denashurya
    No ratings yet
  • Eko Core Digital Stethoscope
    Eko Core Digital Stethoscope
    Document3 pages
    Eko Core Digital Stethoscope
    Tiara Grhanesia Denashurya
    No ratings yet
  • Daftar Is1
    Daftar Is1
    Document4 pages
    Daftar Is1
    Tiara Grhanesia Denashurya
    No ratings yet
  • DKP 3
    DKP 3
    Document4 pages
    DKP 3
    Tiara Grhanesia Denashurya
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document1 page
    Cover
    Tiara Grhanesia Denashurya
    No ratings yet
  • Lampiran 2-6 Potrait
    Lampiran 2-6 Potrait
    Document9 pages
    Lampiran 2-6 Potrait
    Tiara Grhanesia Denashurya
    No ratings yet
  • Lampiran 2-6 Potrait
    Lampiran 2-6 Potrait
    Document9 pages
    Lampiran 2-6 Potrait
    Tiara Grhanesia Denashurya
    No ratings yet
  • Cover - Daftar Tabel Evapro
    Cover - Daftar Tabel Evapro
    Document9 pages
    Cover - Daftar Tabel Evapro
    Tiara Grhanesia Denashurya
    No ratings yet
  • Dasar USG
    Dasar USG
    Document52 pages
    Dasar USG
    Wirdatul Jannah
    No ratings yet
  • Daftar Is1
    Daftar Is1
    Document6 pages
    Daftar Is1
    Tiara Grhanesia Denashurya
    No ratings yet
  • Daftar Is1
    Daftar Is1
    Document6 pages
    Daftar Is1
    Tiara Grhanesia Denashurya
    No ratings yet
  • Cover DLL
    Cover DLL
    Document11 pages
    Cover DLL
    Tiara Grhanesia Denashurya
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document1 page
    Cover
    Tiara Grhanesia Denashurya
    No ratings yet
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document1 page
    Daftar Pustaka
    Tiara Grhanesia Denashurya
    No ratings yet
  • Daftar Pustaka Omsh
    Daftar Pustaka Omsh
    Document1 page
    Daftar Pustaka Omsh
    Tiara Grhanesia Denashurya
    No ratings yet
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document1 page
    Daftar Pustaka
    Tiara Grhanesia Denashurya
    No ratings yet