Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Mengetahui profil UPK Puskesmas Siantan Hulu
2. Mengetahui pelayanan dokter terhadap pasien khususnya pada kasus DBD di
lingkup wilayah UPK Puskesmas Siantan Hulu
3. Mengetahui program penyakit DBD yang ada di UPK Puskesmas Siantan
Hulu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.3 Epidemiologi
Pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember tercatat penderita
DBD di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan 641 diantaranya
meninggal dunia. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya,
yakni tahun 2013 dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang dan jumlah
kasus meninggal sebanyak 871 penderita. 6,7,8
Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2012
tercatat sebanyak 1.614 kasus dengan jumlah penderita laki-laki sebanyak 754
kasus dan penderita perempuan sebanyak 760 kasus. Kejadian DBD di Kota
Pontianak sendiri tercatat sebanyak 134 kasus dengan perbandingan kasus antara
laki-laki dan perempuan sebanyak 75 dan 59 kasus.9
2.1.4 Faktor Resiko
Faktor risiko terjadinya reaksi infesksi primer, berdasarkan hasil penelitian di
wilayah Amazon Brasil:5
1. Jenis kelamin laki-laki
2. Kemiskinan
3. Migrasi.
Faktor risiko terjadinya infeksi sekunder yang menyebabkan DBD yaitu:5
1. Jenis kelamin laki-laki
2. Riwayat pernah terkena DBD pada periode sebelumnya serta migrasi ke
daerah perkotaan.
2.1.5 Manifestasi Klinis
A. Pada anak terdapat manifestasi klinis berupa : 10
1. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus
menerus selama 2-7 hari.
2. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:
a. Uji bendung positif
b. Patekie, ekimosis, purpura
c. Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
d. Hematemesis dan atau melena
3. Pembesaran hati
4. Syok, ditandai dengan nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba,
penyempitan tekanan nadi ( 20 mmHg), hipotensi sampai tidak teratur,
kaki dan tangan dingin, kulit lembap, capillary refill time memanjang (>
2 detik) dan pasien tampak gelisah.
B. Pada orang dewasa didapatkan gejala dan tanda seperti : 11, 12
1. Demam tinggi, timbul mendadak, kontinu, kadang bifasik berlangsung
antara 2-7 hari.
2. Muka kemerahan (facial flushing), anoreksi, mialgia dan artralgia.
3. Nyeri epigastrik, muntah, nyeri abdomen difus.
4. Kadang disertai sakit tenggorok.
5. Faring dan konjungtiva yang kemerahan.
6. Dapat disertai kejang demam.
7. Muncul bintik-bintik merah pada kulit
8. Suhu suhu badan >38oC, badan terasa lemah dan lesu, ujung tangan dan
kaki dingin berkeringat.
9. Turunnya trombosit hingga 100.000/mm.
Warning signs yang digunakan untuk menilai syok pada penderita penyakit
demam berdarah dengue (DBD). Tersangka infeksi dengue apabila terdapat
demam <7 hari, ruam, manifestasi perdarahan Rumple Leede (+), nyeri kepala dan
retroorbital, mialgia, arthralgia, leukopeni (<4000l), kasus DBD lingkungan (+).
Adapun tanda bahaya lainnya yaitu pada fase febris klinis tidak ada perbaikan atau
memburuk, tidak mau minum, muntah terus-menerus, nyeri perut hebat, letargi
dan gelisah, perubahan perilaku, perdarahan (mimisan, muntah & BAB hitam,
menstruasi berlebih, urin berwarna hitam/hemoglobinuria atau hematuria) akral
dingin, pening, diuresis berkurang dalam 4-6 jam.11
Menurut WHO (2012) demam dengue memiliki tiga fase diantaranya fase
demam, fase kritis dan fase penyembuhan. 1
1. Pada fase demam, penderita akan mengalami demam tinggi secara mendadak
selama 2-7 hari yang sering dijumpai dengan wajah kemerahan, eritema kulit,
myalgia, arthralgia, nyeri retroorbital, rasa sakit di seluruh tubuh, fotofobia
dan sakit kepala serta gejala umum seperti anoreksia, mual dan muntah. Tanda
bahaya penyakit dengue meliputi nyeri perut, muntah berkepanjangan, letargi,
pembesaran hepar >2 cm, perdarahan mukosa, trombositopeni dan
penumpukan cairan di rongga tubuh karena terjadi peningkatan permeabilitas
pembuluh darah kapiler. Pada waktu transisi yaitu dari fase demam menjadi
tidak demam, pasien yang tidak diikuti dengan peningkatan pemeabilitas
kapiler tidak akan berlanjut menjadi fase kritis.
2. Pada fase kritis, terjadi penurunan suhu menjadi 37.5-38C atau kurang pada
hari ke 3-8 dari penyakit. Progresivitas leukopenia yang diikuti oleh
penurunan jumlah platelet mendahului kebocoran plasma. Peningkatan
hematokrit merupakan tanda awal terjadinya perubahan pada tekanan darah
dan denyut nadi. Terapi cairan digunakan untuk mengatasi plasma leakage.
Efusi pleura dan asites secara klinis dapat dideteksi setelah terapi cairan
intravena.
3. Fase terakhir adalah fase penyembuhan. Setelah pasien bertahan selama 24-
48 jam fase kritis, reabsorbsi kompartemen ekstravaskuler bertahap terjadi
selama 48-72 jam. Fase ini ditandai dengan keadaan umum membaik, nafsu
makan kembali normal, gejala gastrointestinal membaik dan status
hemodinamik stabil.
2.1.6 Diagnosis
Pedoman Panduan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia menyebutkan bahwa
untuk menegakkan diagnosis DBD dapat dinilai dari :
1. Anamnesis 10, 13
a. Demam merupakan tanda utama terjadi mendadak tinggi selama 2-7 hari
b. Disertai lesu, tidak mau makan dan muntah
c. Pada anak besar dapat mengeluh nyeri kepala, nyeri otot dan nyeri perut
d. Diare kadang-kadang ditemukan
e. Perdarahan paling sering dijumpai adalah perdarahan kulit dan mimisan
2.1.7 Pengobatan
Pada fase demam, dapat diberikan antipiretik ditambah cairan oral apabila
anak masih mau minum, pemantauan dilakukan setiap 12-24 jam.
1. Medikamentosa 1
a. Antipiretik dapat diberikan, dianjurkan pemberian parasetamol bukan
aspirin
b. Diusahakan tidak memberikan obat-obat yang tidak diperlukan (misalnya
antasid, anti emetik) untuk mengurangi beban detoksifikasi obat dalam
hati.
c. Kortikosteroid diberikan pada DBD ensefalopati apabila terdapat
perdarahan saluran cerna kortikosteroid tidak diberikan.
d. Antibiotik diberikan untuk DBD ensefalopati.
2. Suportif 1
a. Cairan peroral ditambah cairan intravena rumatan per hari ditambah 5%
dari defisit. Dengan perhitungan kebutuhan cairan parenteral
1. Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
2. Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
3. Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
b. Diberikan untuk 48 jam atau lebih 1
c. Kecepatan cairan IV disesuaikan dengan kecepatan kehilangan plasma,
sesuai keadaan klinis, tanda vital, diuresis, dan hematokrit dengan
pemeriksaan berkala. 1
2.1.8 Edukasi
Menurut WHO deteksi dini gejala DBD dapat mengurangi penyebaran
penyakit DBB melalui pemeriksaan laboratorium dan tanda adanya demam tinggi
disertai ruam pada kulit. Vaksin untuk DBD sampai saat ini belum tersedia
sehingga dilakukan tindakan pencegahan berupa pengendalian vektor nyamuk
Aedes sp.. Ada beberapa cara yang dianjurkan WHO untuk mengurangi terjadinya
kasus DBD seperti penggunaan alat pelindung diri, penggunaan insektisida
aerosol, jaga sanitasi air, pengurangan sampah di sekitar wilayah rumah ataupun
di dalam rumah. 1,14
Depkes menetapkan 5 kegiatan pokok sebagai kebijakan dalam
pengendalian penyakit DBD yaitu menemukan kasus secepatnya dan mengobati
sesuai protap, memutuskan mata rantai penularan dengan pemberantasan vektor
(nyamuk dewasa dan jentik jentiknya), kemitraan dalam wadah POKJANAL
DBD (Kelompok Kerja Operasional DBD), pemberdayaan masyarakat dalam
gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN 3M Plus) dan peningkatan
profesionalisme pelaksana program (Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan, 2008). Kegiatan yang paling utama dalam
menanggulangi peningkatan kasus adalah program Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M.1,14
BAB III
PROFIL PUSKESMAS
2.1. Organisasi
Berdasarkan Profil Kesehatan Puskesmas Siantan Hulu Jumlah tenaga di UPK
Puskesmas Siantan Hulu sebanyak 18 orang staf antara lain terdiri dari tenaga :
1. Tenaga Dokter sebanyak 1 orang (Dokter PHL)
2. Tenaga Perawat sebanyak 2 orang
3. Tenaga Bidan sebanyak 3 orang
4. Tenaga Sanitasi sebanyak 2 orang (1 orang sedang mengikuti pendidikan)
5. Tenaga Epidemolog Kesehatan sebanyak 1 orang (1 orang sebagai Ka.pusk)
6. Tenaga Farmasi sebanyak 2 orang
7. Tenaga Gizi sebanyak 2 orang
8. Tenaga Laboratorium sebanyak 1 orang
9. Tenaga Perawat Gigi sebanyak 3 orang
10. Tenaga staf umum sebanyak 1 orang
Sumber daya tenaga di UPK Puskesmas Siantan Hulu untuk tahun 2015 dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.1 Jumlah Tenaga di UPK Puskesmas Siantan Hulu Tahun 2015
No Nama/Nip Jabatan Kualifikasi Pangkat/Gol Ket.
Pendididkan
1. Tri Lestari, S.ST Kepala UPK D4 Penata /IIIc
Nip.197006101994032010
2. dr. Ditha Pratiwi Dokter S1 PHL
3. Marleni Bidan SMA Penata Tk.I/
Nip.195803261980112002 Penyelia IIId
4. Sri Wiyanti Perawat SMA Penata /
Nip.197003101991032004 Gigi IIIc
Penyelia
5. Rusmini Sanitasi D1 Penata Muda
Nip.19700310 1990122004 Pelaksana Tk. I / IIIb
6. Naniek Kasiati Perawat Penata Muda
Nip.197304261995012001 Gigi Pel. SMA Tk. I / IIIb
Lanjutan
7. Suriyani, A.Md.Gizi Nutrisionis D3 Penata Muda
Nip.197506271999032007 Pelaksana Tk. I / IIIb
8. Rina, A.Md.Kep Perawat D3 Penata Muda /
Nip.198004162000032001 Pelaksana IIIa
9. Yuliana Ninik, A.Md.Kep Perawat D3 Penata Muda /
Nip.198208042009042001 Pelaksana IIIa
10. Hakimah, S.ST Fungsional D4 Penata Muda /
Nip.198112202005012014 Umum IIIa
11. M. Irawati M,A.Md.Keb Bidan
Nip.197509192005022003 Pelaksana D3 Pengatur
Tk.I/IId
12. Rikawati, A.Md.Gizi Nutrisionis D3 Pengatur
Nip.19830515 200502 2 Pelaksana Tk.I/IId
001
13. Ita Wargianti, A.Md. Far Asisten
Nip.198512132010012010 Apoteker D3 Pengatur
Pelaksana Tk.I/IId
14. Erlina, A.Md.KG Fungsional D3 Pengatur
Nip.198606302009022002 Umum Tk.I/IId
15. Theresia Elsy Anjiu, Asisten
A.Md.Far Apoteker D3 Pengatur
Nip.198204282006042008 Pelaksana Tk.I/IId
16. Febiati, A.Md.Keb Bidan D3 Pengatur /IIc
Nip.198902022011012002 Pelaksana
17. Syarifah Emelda Pranata Lab SMA Pengatur /IIc
Nip.198006172008012010 Kesehatan
18. Bharry Sanitasi D3 Pengatur TB
Pelaksana Tk.I/IId
19. Siti Rochaini Staf Umum SMP Juru/Ic
Nip.198902022014082001
Sumber: Profil Kesehatan Puskesmas Siantan Hulu
Tabel 3.2 Data Penyakit Penyakit DBD Wilayah Bina Puskesmas Siantan Hulu Tahun
2014-2015
Tahun Bulan Jml
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
2014 0 0 0 3 6 3 1 2 3 0 3 0 21
2015 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 2 4
Sumber : laporan STP tahun 2014-2015 (Profil Kesehatan Puskesmas Siantan Hulu)
Grafik 3.3 Data Penyakit DBD Puskesmas Siantan Hulu Kota Pontianak tahun 2014-
2015
7
4
2014
3 2015
0
Jan Feb Mart April Mei Juni Juli Agst Sept Oktb Nop Des
Pada grafik 3.3 Pola siklus 2 tahun penyakit DBD di wilayah bina UPK
Puskesmas Siantan Hulu, yang mana terjadi lonjakan kasus DBD pada tahun
2014 hal ini menunjukkan rendahnya kesadaran masyarakat untuk menjaga
lingkungan yang sehat untuk itu upaya pencegahan dan pemberatasan
penyakit DBD harus lebih ditingkatkan.
Persentase Rumah/bangunan bebas jentik adalah 63,66%,, capaian
indikator kinerja ini diperoleh melalui beberapa kegiatan, yaitu kegiatan PSN baik
PJB oleh kader maupun PJB oleh petugas dii wilayah bina UPK Puskesmas
Siantan Hulu. Capaian ini menurun dibanding dengan tahun 2014 dengan capaian
78,82%. Masih terdapatnya rumah/bangunan yang belum bebas jentik dapat
berdampak pada peningkatan kasus penyakit Demam Berdarah Dengue, hal ini
disebabkan sebagian warga belum melakukan usaha PSN mandiri atau bahkan
masih ada warga yang menolak dilakukan PSN hal ini disebabkan kurangnya
kesadaran masyarakat menjaga lingkungan yang bersih dapat berdampak pada
peningkatan kasus penyakit Demam Berdarah Dengue. Berdasarkan data angka
kesakitan DBD di wilayah bina UPK Puskesmas Siantan Hulu tahun 2015
sebanyak 4 kasus.
BAB IV
STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
4.1.Studi Kasus
4.1.1 Hasil Wawancara (Komunikasi Dokter Puskesmas -Pasien)
Hasil wawancara bersama Kepala puskesmas dan dokter puskesmas,
diketahui bahwa terdapat beberapa kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)
pada kawasan Puskesmas Siantan Hulu.
Kasus-kasus DBD umumnya dirujuk ke Rumah Sakit yang lebih besar
dikarenakan pemantauan pasien DBD cukup ketat dan harus dipantau selama
24 jam, sedangkan di puskesmas itu sendiri tidak beroperasi selama 24 jam.
Bidang Penanggulangan Penyakit Menular di kepalai langsung oleh
dokter puskesmas yaitu dr. Ditha, sedangkan bagian surveilans penyakit
dikepalai oleh kepala puskesmas yaitu bru Tri Lestari. Puskesmas Siantan
Hulu lebih berfokus pada program pencegahan penyakit DBD seperti
melakukan penyuluhan, abatisasi (pemberian bubuk abate), dan melakukan
fogging.
4.1.2 Kelengkapan Anamnesis
Pertanyaan Anamnesis Apakah dilakukan? (Ya/Tidak)
1. Menanyakan Keluhan Utama (apakah Dilakukan
ada demam, dll)
2. Menanyakan karakteristik keluhan Dilakukan
utama (periode keluhan, dll)
3. Menanyakan keluhan penyerta Dilakukan
4. Menanyakan apakah ada manifestasi Dilakukan
tanda perdarahan
5. Menanyakan apakah ada nyeri pada Dilakukan
regio tertentu
6. Menanyakan kondisi lingkungan Dilakukan
sekitar tempat tinggal ataupun tempat
bekerja
7. Mendiagnosis penyakit yang diderita Dilakukan
beserta diagnosis bandingnya
Keterangan: Berdasarkan tabel anamnesis khusus untuk penyakit Demam
Berdarah Dengue, dokter pada Puskesmas Siantan Hulu sudah melakukan
anamnesis berdasarkan prosedur yang benar.16 Anamnesis ini dilakukan
melalui role play dikarenakan tidak ada pasien DBD yang berkunjung ke
Puskesmas.
4.1.3 Kelengkapan Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter Puskesmas Siantan Hulu pada
pasien meliputi :
1. Keadaan Umum
2. Tanda-tanda vital
a. Kesadaran
b. GCS
c. Tekanan Darah
d. Frekuensi Nadi
e. Frek Pernapasan
f. Suhu
g. BB
h. Tinggi Badan
3. Status Generalis :
a. Kepala : Normocephal
b. Mata : Konjungtiva Anemis, Sklera Ikterik
c. THT :-
d. Leher : Pembesaran KGB dan tiroid?
e. Paru-paru
a. Inspeksi : pergerakan dinding dada kanan dan kiri
b. Palpasi : fremitus taktil dan vokal kanan dan kiri
c. Perkusi : seluruh lapang paru
d. Auskultasi
f. Jantung
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi batas jantung
d. Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal, mumur?
g. Abdomen
a. Inspeksi : simetris, datar, kelainan kulit, pelebaran vena
b. Auskultasi : bising usus
c. Palpasi : nyeri lepas, nyeri ketuk
d. Perkusi : timpani di semua lapang abdomen, nyeri ketuk
h. Ekstremitas : sakral hangat
Anamnesis secara sistematis ini akan dibahas secara rinci, yaitu : 17,18
a. Lokasi Sakit
Seorang penderita yang datang dengan nyeri di ulu hati, perlu
ditanyakan lebih lanjut secara tepat bagian mana yang dimaksud, bila
perlu penderita diminta menunjukkan dengan tangannya, dimana
bagian yang paling sakit dan penjalarannya ke arah mana.
b. Onset dan kronologis
Perlu ditanyakan kapan mulai timbulnya sakit atau sudah berlangsung
berapa lama. Apakah keluhan itu timbul mendadak atau perlahan-lahan,
hilang timbul atau menetap. Apakah ada waktu-waktu tertentu keluhan
timbul.
c. Kualitas (sifat sakit)
Bagaimana rasa sakit yang dialami penderita harus ditanyakan,
misalnya rasa sakit yang tajam (jelas) seperti rasa panas, terbakar,
pedih, diiris, tertusuk, menunjukkan inflamasi organ. Rasa sakit yang
tumpul (dull) seperti diremas, kramp, kolik, sesuatu yang bergerak
biasanya menunjukkan proses pada organ yang berongga (saluran
cerna, empedu). Rasa sakit yang tidak khas menunjukkan organ padat
(hati, pankreas).
d. Kuantitas (derajat sakit)
Ditanyakan seberapa berat rasa sakit yang dirasakan penderita. Hal ini
tergantung dari penyebab penyakitnya, tetapi sangat subjektif, karena
dipengaruhi antara lain kepekaan seorang penderita terhadap rasa sakit,
status emosi dan kepedulian terhadap penyakitnya. Dapat ditanyakan
apakah sakitnya ringan, sedang atau berat. Apakah sakitnya
mengganggu kegiatan sehari-hari, pekerjaan penderita atau aktifitas
fisik lainnya.
e. Faktor yang memperberat keluhan.
Ditanyakan adakah faktor-faktor yang memperberat sakit, seperti
aktifitas makan, fisik, keadaan atau posisi tertentu. Adakah makanan/
minuman tertentu yang menambah sakit, seperti makanan pedas asam,
kopi, alkohol panas, obat dan jamu.
f. Faktor yang meringankan keluhan.
Ditanyakan adakah usaha penderita yang dapat memperingan sakit,
misalnya dengan minum antasida rasa sakit berkurang, menunjukkan
adanya inflamasi di saluran cerna bagian atas. Bila posisi membungkuk
dapat mengurangi sakit menunjukkan proses inflamasi dari pankreas
atau hati
g. Keluhan yang menyertai
Perlu ditanyakan keluhankeluhan lain yang timbul menyertai dan
faktor pencetusnya.
Dalam anamnesis alur pikir yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut
: 17
a. Pendekatan sistematis, sehingga perlu diingat : Fundamental Four &
Sacred Seven.
b. Mulai berfikir organ mana yang terkena dan jangan berpikir penyakit
apa, sehingga pengetahuan anatomi dan fisiologi harus dikuasai
dengan baik.
c. Anamnesis menggunakan keterampilan interpersonal sehingga
dibutuhkan pengetahuan sosiologi, psikologi dan antropologi.
Dalam anamnesis ini, dokter puskesmas Siantan Hulu memilih untuk lebih
mengerucutkan pertanyaan berdasarkan diagnosis yang telah diduga oleh
dokter. Saat dilakukannya role play (dikarenakan tidak adanya pasien DBD
saat itu), dokter puskesmas telah melaksanakan anamnesis berdasarkan
Fundamental Four dan The Sacred Seven serta telah melakukan kriteria
anamnesis khusus DBD.
Berdasarkan pemeriksaan fisik yang juga dilaksanakan oleh dokter
Puskesmas Siantan Hulu, dokter Puskesmas Siantan Hulu melakukan
pemeriksaan fisik sesuai dengan keluhan yang dialami oleh sang pasien.
Pemeriksaan bermula dari kepala hingga kaki. Apabila keluhan tidak dirasakan
maka pemeriksaan fisik pun tidak dilakukan, misal apabila pasien tidak
mengeluhkan adanya nyeri di bagian abdomen, maka pemeriksaan fisik di
bagian abdomen pun tidak dilakukan.
Secara keselurhan, dokter Puskesmas Siantan Hulu telah melakukan
Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, Diagnostik, dan Terapi secara komprehensif
dan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA