You are on page 1of 58

LAPORAN KERJA PRAKTEK

FUNGSI RECLOSER SEBAGAI PENGAMAN PADA SISTEM


JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV

Disusun Oleh :
RILO PAMBUDIDOYO
30601301426

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2016
FUNGSI RECLOSER SEBAGAI PENGAMAN PADA SISTEM
JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Laporan ini disusun guna memenuhi salah satu syarat mata kuliah kerja
praktek Pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Sultan Agung

Disusun Oleh :
RILO PAMBUDIDOYO
30601301426

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2016

ii`
HALAMAN PENGESAHAN

Dengan ini menerangkan bahwa laporan kerja praktik di PT PLN (Persero) AREA
SEMARANG pada tanggal 01 September 2016 sampai dengan 30 September 2016
dengan judul :

FUNGSI RECLOSER SEBAGAI PENGAMAN PADA SISTEM JARINGAN


DISTRIBUSI 20 KV
Disusun oleh :

Nama : Rilo Pambudidoyo


NIM : 30601301426

Telah disetujui dan disahkan di Semarang pada tanggal


Semarang, September 2016

Mengetahui,

Ketua Jurusan Dosen Pembimbing


Teknik Elektro Kerja Praktek

Muhammad Khosyiin, ST., MT Ir. H. Sukarno Budi Utomo, MT.


NIK. 210603026 NIK. 210693004

iii`
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Di PT. PLN (Persero) Area Semarang

Dengan judul
FUNGSI RECLOSER SEBAGAI PENGAMAN PADA SISTEM JARINGAN
DISTRIBUSI 20 KV

Disusun oleh :
Rilo Pambudidoyo
30601301426

Universitas Islam Sultan Agung Semarang


01 September s/d 30 September 2016
Telah diperiksa pada tanggal :
.

Mengetahui :

Pembimbing Lapangan,

Asisten Manager Supervisor Operasi Distribusi


PT. PLN (Persero) Area Semarang

Kisno Rasman

iv`
ABSTRAK

Recloser adalah rangkaian listrik yang terdiri pemutus tenaga yang


dilengkapi kotak kontrol elektonik (Electronic Control Box) recloser. Recloser tipe
VWVE merk cooper menggunakan kotak kontrol elektronik sebagai pengaturannya
maka dari itu perlu mengetahui tentang kotak control elektroniknya. Pada recloser
tipe VWVE merek cooper, busur api yang ditimbulkan pada saat pelepasan maupun
pemasukannya di padamkan dengan menggunakan media minyak. Sarana
pemasukannya digerakkan oleh selenoid closing oil yang mendapat sumber
tegangan 20 kV pada sisi sumber, sedang pengendaliannya menggunakan remot
melalui elektronik control box dengan tegangan 24 volt yang diperoleh dari batere
yang diisi terus menerus. Setelah selang waktu penutupan tertentu, maka pengaman
di sisi sumbernya akan menutup kembali dan alat penghitung di sisi sectionalizer
akan kembali ke posisi semula. Jika gangguannya bersifat sementara dan dapat
dihilangkan sebelum sectionalizer membuka, maka peralatan penghitung
sectionalizer yang sudah bergerak akan kembali ke posisi semula dan siap
melakukan perhitungan awal. Sedangkan gangguan yang sifatnya permanen maka
perhitungan akan berulang kembali sampai jumlah yang telah diatur, dan
sectionalizer akan membuka kontaknya pada saat peralatan di sisi sumber
melakukan penutupan kembali, maka sectionalizer sudah mengisolir jaringan yang
terganggu.
Selain berfungsi sebagai alat pengaman gangguan terhadap arus lebih,
recloser berfungsi memisahkan daerah atau jaringan yang terganggu sistemnya
secara cepat sehingga dapat memperkecil daerah yang terganggu pada saat terjadi
gangguan. Pemakaian recloser lebih banyak digunakan pada saluran udara
tegangan menengah (SUTM) yang menggunakan bentuk jaringan radial.

Kata kunci : Recloser, VWVE, saluran udara tegangan menengah (SUTM)

v`
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Yang Maha Pemurah, karena atas rahmat serta
hidayah-Nya yang tak terhitung telah memungkinkan penyelesaian laporan kerja
praktek ini dengan judul Sistem Proteksi Generator PT PJB OBJ O&M PLTU
Rembang.
Laporan kerja praktek ini disusun sebagai pemenuhan syarat mendapat gelar
sarjana Teknik Elektro di Jurusan Teknik Elektro Universitas Islam Sultan Agung
Semarang. Tentunya laporan kerja praktek ini masih jauh dari yang diharapkan,
karena masih banyak kesalahan dan kekurangan yang harus diperbaiki. Hal tersebut
dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, sehingga saran dan kritik
sangat kami harapkan.
Pelaksanaan kerja praktek ini berjalan dengan baik berkat bantuan yang telah
diberikan oleh banyak pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat dan karunia kesehatan
dan kemudahan sehingga penulis dapat melaksanakan kerja praktek dan
menyusun laporan kerja praktek dengan lancar.
2. Orang Tua penulis karena dengan doa dan dukungan sarana serta
prasarana penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini.
3. Ibu Dr. Hj .Sri Arttini Dwi P, M.Si selaku Dekan Fakultas Teknologi
Industri UNISSULA.
4. Bapak Muhammad Khosyiin, ST., MT selaku ketua jurusan Teknik
Elektro Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
5. Bapak Agus Suprajitno, ST., MT selaku Koordinator Kerja Praktek.
6. Bapak Ir. H. Sukarno Budi Utomo, MT selaku pembimbing kerja praktek
di jurusan Teknik Elektro Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
7. Bapak Rasman selaku pembimbing lapangan dari pihak PT. PLN
(Persero) Area Semarang.
8. Mas Saiful, Mas Aji, Bapak Budiyanto dan segenap staf-staf lain yang
telah membimbing penulis selama menjalani kerja praktek.
9. Saudara M. Asnawir Bora dan Tino Fidargo sebagai partner selama
menjalani kerja praktek.

vi`
10. Semua teman teman Teknik Elektro angkatan 2013 yang telah
memberikan dukungan.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan
kerja praktek ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan laporan kerja praktek


ini masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari segenap pembaca untuk perbaikan laporan ini.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan kerja praktek ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak.

Semarang, September 2016

Rilo Pambudidoyo

vii`
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ ii


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN..................................................................iv
ABSTRAK ......................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................................vi
DAFTAR ISI.................................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Ruang Lingkup.................................................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah ............................................................................................... 2
1.4 Tujuan Dari Program Kerja Praktek ............................................................. 2
1.5 Manfaat Dari Program Kerja Praktek ........................................................... 3
1.6 Waktu dan Tempat Kerja Praktik .................................................................. 4
1.7 Metodelogi Penyusun Laporan ........................................................................ 4
1.8 Sistematika Penulisan Laporan ....................................................................... 5
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN ................................................................ 6
2.1. Makna Lambang Perusahaaan ........................................................................ 6
2.2. Bidang Usaha Area Semarang ......................................................................... 7
2.3. Wilayah Kerja Area Semarang ....................................................................... 9
2.4. Informasi Perusahaan..................................................................................... 10
2.5. Struktur Organisasi Perusahaan ................................................................... 10
2.6. Tugas dan Tanggung Jawab Jabatan PT. PLN (Persero) Area Semarang 11
2.7. Visi, Misi, Budaya dan Motto Perusahaan ................................................... 16
BAB III LANDASAN TEORI ........................................................................................ 19
3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik ................................................................... 19
3.2 Bentuk Jaringan .............................................................................................. 22
3.2.1. Jaringan Radial ....................................................................................... 23
3.2.2. Jaringan Loop ......................................................................................... 24
3.2.3. Jaringan Spindle ..................................................................................... 25
3.3. Macam-Macam Gangguan Pada Sistem Distribusi Tenaga Listrik ........... 26

viii`
3.4. Operasi Pemeliharaan Jaringan Distribusi .................................................. 29
3.5. Sistem Operasi dan Perencanaan Jaringan PLN Area Semarang ............. 31
3.6. Prosedur Pengoperasian Sistem Distribusi ................................................... 32
BAB IV FUNGSI RECLOSER SEBAGAI PENGAMAN PADA SISTEM
JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV ................................................................................. 33
4.1. Pengertian Recloser ........................................................................................ 33
4.2. Kegunaan Recloser ......................................................................................... 34
4.3. Cara Kerja Recloser ....................................................................................... 35
4.4. Cara Pengoperasian Recloser ........................................................................ 35
4.5. Klasifikasi Recloser ......................................................................................... 39
4.6. Berdasarkan Jumlah Fasanya ....................................................................... 40
4.6.1. Recloser satu fasa .................................................................................... 40
4.6.2. Recloser tiga fasa ..................................................................................... 41
4.7. Berdasarkan media pemadam busurnya ...................................................... 42
4.8. Berdasarkan Peralatan Pengendalinya ......................................................... 42
4.9. Pengertian Sectionalizer ................................................................................. 43
4.9.1. Prinsip Kerja Sectionalizer .................................................................... 45
4.9.2. Koordinasi antara Recloser dengan Sectionalizer ............................... 45
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 47
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 47
5.2 Saran ................................................................................................................ 47
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 48

ix`
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 lambang pln ........................................................................................ 6


Gambar 2.1 Gedung Rayon Area Semarang..............8
Gambar 2. 2 Gedung Rayon Area Semarang .......................................................... 9
Gambar 2.3 Wilayah Peta Gardu Induk Area Semarang ...................................... 10
Gambar 2. 4 struktur organisasi PT. PLN (persero) Area Semarang .................... 11
Gambar 3. 1 Sistem Tenaga Listrik ...............21
Gambar 3. 2 Jaringan Radial ................................................................................. 24
Gambar 3. 3 Jaringan loop .................................................................................... 25
Gambar 3. 4 Jaringan Spindle ............................................................................... 26
Gambar 3. 5 Gangguan permanen ......................................................................... 27
Gambar 3. 6 gangguan sementara ......................................................................... 28
Gambar 4. 1 jaringan dengan recloser........33
Gambar 4. 2 panel box recloser............................................................................. 36
Gambar 4. 3 recloser fasa tunggal ......................................................................... 40
Gambar 4. 4 recloser tiga fasa ............................................................................... 42
Gambar 4. 5 sectionalizer tiga fasa ....................................................................... 44

x`
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fakultas Teknologi Industri (FTI) Teknik Elektro UNISSULA, sebagai
salah satu pendidikan profesional mempunyai misi menghasilkan tenaga terampil
yang menunjang kegiatan ekonomi, harus dapat menempatkan diri sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari sektor industri jasa maupun industri manufaktur,
Program pendidikan Fakultas Teknologi Industri diharapkan dapat mempersiapkan
dasar yang kuat untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam
menghadapi era pasar bebas, sumber daya yang mampu berkembang dan tanggap
lulusan pendidikan UNISSULA harus mencakup aspek kompetensi profesional
(profesional competence) serta aspek tingkah laku profesional (profesional
attitude). Kedua sikap tersebut dibentuk melalui proses pendidikan baik yang
diselenggarakan dalam kampus maupun diluar kampus. Salah satu pelaksanaan
pendidikan diluar kampus adalah Kerja Praktek ( KP ). Dari Kerja Praktek ini
mahasiswa diharapkan dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh di kampus dan
dapat mengenal dunia kerja yang sesungguhnya. Pelaksanaan Kerja Praktek ( KP )
sebagai perwujudan kebijaksanaan dari link and match dalam proses
dilaksanakan pada dua tempat yaitu di bangku kuliah dan dunia usaha / industri.
Upaya ini dilaksanakan dalam rangka peningkatan mutu tamatan Universitas Islam
Sultan Agung Semarang dalam mencapai tujuan relevansi pendidikan dengan
kebutuhan tenaga kerja.
Kerja Praktek ini merupakan salah satu wujud kerja sama antara pihak
Perusahaan atau Instansi dan lembaga pendidikan seperti Fakultas Teknologi
Industri Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Dengan adanya usaha kerja
sama ini diharapkan nanti akan timbul adanya suatu hubungan timbal balik yang
saling menguntungkan masing-masing pihak, baik itu dari pihak lembaga
pendidikan maupun dari dunia industry dan untuk tercapainya usaha tersebut.

1
2

maka dalam kerja praktek ini memilih PT. PLN (Persero) Area Semarang Jl.
Pemuda No.93 Semarang, sebagai perusahaan tempat untuk melaksanakan kegiatan
kerja praktek, yaitu dari tanggal 1 September 2016 sampai dengan tanggal 30
September 2016.
1.2 Ruang Lingkup
PT PLN (Persero) Area Pelayanan Jaringan Semarang merupakan salah
satu instansi yang berdiri dan berada di bawah wewenang PT PLN (Persero)
Distribusi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta yang memiliki tanggung jawab di
bidang penjualan dan pelayanan distribusi tenaga listrik. Dalam suatu perusahaan
jasa termasuk PT PLN yang bergerak dalam penyediaan tenaga listrik,terdapat
berbagai masalah yang sangat kompleks apabila dijabarkan satu persatu. Oleh
karena itu penyusun mengambil judul : Fungsi Recloser Sebagai Pengaman Pada
Sistem Jaringan Distribusi 20 KV.

1.3 Batasan Masalah


Untuk menjaga agar pembahasan dalam penulisan ini tidak meluas dan
menyimpang dari pokok permasalahan, maka penulis akan membatasi permasalahan
sebagai berikut.
- Pembahasan mengenai pengertian, system dan cara kerja dari recloser pada
jaringan distribusi 20 KV.
Pembatasan masalah ini diharapkan dapat mempermudah para pembaca dalam
memahami dan menerima isi dari laporan ini.

1.4 Tujuan Dari Program Kerja Praktek


Tujuan dari kerja praktek ini adalah :
1. Dapat mengaplikasikan ilmu dibangku kuliah dengan perusahaan tempat KP
2. Sebagai sarana tambahan materi dalam pembelajaran jenjang STRATA (S1).
3. Menjalin hubungan kemitraan antara dunia pendidikan dengan dunia industri.
4. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang penerapan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang ada di industri.
3

1.5 Manfaat Dari Program Kerja Praktek


1. Bagi Mahasiswa
A. Memperoleh pengalaman praktis tentang sistem operasi peralatan yang
diterapkan di PT. PLN (Persero) Area Semarang.
B. Mengetahui terapan-terapan teori dan relevansinya.
C. Mempelajari dan menerapkan sikap profesional yang dibutuhkan di industri.
D. Menambah pengetahuan serta wawasan mahasiswa dalam dunia kerja.
E. Mengetahui secara lebih jelas mengenai kegiatan perusahaan dan bisa
mendapatkan pengalaman kerja serta dapat berinteraksi dalam suatu team
work.
F. Dapat mengukur kemampuan atau keterampilan yang dimiliki serta
mendapatkan pengalaman atau keterampilan baru.
G. Membantu mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman kerja secara nyata
dalam lingkup pekerjaan.
2. Bagi PT. PLN (Persero) Area Semarang
PT. PLN (Persero) Area Semarang dapat menilai kualitas pendidikan
Universitas Islam Sultan Agung Sermarang, memberi masukan kompetensi yang
sesuai, sehingga akan membantu meningkatkan kemampuan lulusan yang
dibutuhkan dunia kerja dan meningkatkan peran terhadap dunia pendidikan.
3. Bagi Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
Memperoleh masukan kompetensi yang diperlukan PT. PLN (Persero)
Area Semarang terhadap tenaga Ahli Madya Sarjana ( S1 ) khususnya program
studi Teknik Elektro. Dari masukan ini Universitas Islam Sultan Agung
Semarang dapat memperbaiki kurikulum dan silabus agar menghasilkan lulusan
yang sesuai, sehingga terjadi "Link and Match".
4

1.6 Waktu dan Tempat Kerja Praktik


Penulis melaksanakan kerja praktik di PT. PLN (Persero) Area Semarang
lebih kurang selama satu bulan yaitu dari 1 September 2016 sampai dengan 30
September 2016. Kerja Praktek ini dilaksanakan setelah selesai Ujian Akhir Semester
( UAS ) jam masuk saat Kerja Praktek Senin - Kamis mulai pukul 07.30 16.30 WIB,
Jumat mulai pukul 07.30-15.30.
1.7 Metodelogi Penyusun Laporan
Dalam pengumpulan data, metode-metode yang dilakukan antara lain :
1. Metode Observasi
Metode Observasi, adalah metode pengambilan data dengan cara langsung
mengamati dan mencatat pada objek yang dipelajari sehingga dapat mengetahui
karakteristik dari sesuatu yang di amati.
2. Metode Interview
Pada metode ini kami dapat mengetahui hal-hal yang kurang dimengerti dengan
menanyakan secara langsung kepada pegawai serta petugas yang sedang bertugas.
3. Metode Literatur
Metode Literatur, adalah pengambilan data dengan mempelajari literatur, yang
berupa buku-buku, diklat ataupun bentuk lain yang berhubungan dengan objek yang
dipelajari guna mendukung penyelesaian KP sampai dengan penyusunan laporan.
4. Metode Bimbingan
Metode Bimbingan, adalah melakukan konsultasi dan bimbingan dalam
mendokumentasikan bidang keilmuan yang diperoleh selama Kerja Praktek di
Lapangan, Bimbingan diberikan oleh para pembimbing baik pembimbing dari PT.
PLN (Persero) Area Semarang dan juga dosen pembimbing dari Fakultas Teknologi
Industri.
5

1.8 Sistematika Penulisan Laporan

Laporan Kerja Praktek (judul laporan) ini disusun dengan sistematika


sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan
Pada bab ini menguraikan latar belakang Praktek Kerja Lapangan, Ruang
lingkup, Batasan masalah, maksud dan tujuan penelitian, manfaat Kerja Praktek,
metodologi penulisan laporan dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjuan Umum Perusahaan
Pada bab ini menjelaskan secara singkat tentang sejarah PT. PLN (Persero), visi
dan misi PT. PLN (Persero), struktur organisasi, serta tugas dan fungsi yang terkait
dengan PT. PLN (Persero).
BAB III Landasan Teori
Pada bab ini berisi tentang pembahasan pengertian jaringan distribusi tegangan
menengah, hantaran pengaman daya, dan gangguan pada jaringan.
BAB IV Fungsi Recloser Sebagai Pengaman Pada Sistem Jaringan Distribusi
20 KV.
Pada bab ini menjelaskan tentang fungsi recloser sebagai pengaman pada
sistem jaringan distribusi 20 KV.
BAB V Penutup
Pada bab ini membahas mengenai kesimpulan dan saran serta analisa yang
diperoleh sebagai penunjang dalam menyusun laporan.
BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Makna Lambang Perusahaaan

Setiap perusahaan memiliki lambang yang mewakili karakter perusahaan.


Setiap lambang perusahaan tersebut mengandung makna tersendiri selain itu lambang
perusahaan juga dimaksudkan sebagai identitas suatu perusahaan. Berikut adalah
lambang perusahaan PT PLN (Persero) dan maknanya.
1. Bentuk Lambang Bentuk warna dan makna lambing
Perusahaan resmi yang digunakan adalah sesuai yang tercantum pada
Lampiran Surat Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listrik Negara No.
031/DIR/76 Tanggal 1 Juni 1976, mengenai Pembakuan Lambang Perusahaan
Umum Listrik Negara.

Gambar 1. 1 Lambang PLN

2. Element-element Dasar Lambang


a. Bidang Persegi Panjang Vertikal
Menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen lambing lainnya, melambangkan bahwa
PT. PLN (Persero) merupakan wadah atau organisasi yang terorganisir dengan
sempurna. Berwarna kuning untuk menggambarkan pencerahan, seperti yang
diharapkan PLN bahwa listrik mampu menciptakan pencerahan bagi kehidupan
masyarakat. Kuning melambangkan semangat yang menyala-nyala yang dimiliki
tiap insan berkarya di perusahaan ini.

6
7

b. Petir atau Kilat


Melambangkan tenaga listrik yang terkandung di dalamnya sebagai produk jasa
utama yang dihasilkan oleh perusahaan. Selain itu petir pun mengartikan kerja
cepat dan tepat para insan PT. PLN (Persero) dalam memberikan solusi terbaik bagi
para pelanggannya. Warnanya yang merah melambangkan kedewasaan PLN
sebagai perusahaan listrik pertama di Indonesia dan kedinamisan gerak laju
perusahaan beserta tiap insan perusahaan serta keberanian dalam menghadapi
tantangan perkembangan jaman.
c. Tiga Gelombang
Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan oleh tiga bidang usaha
utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran dan distribusi
yang seiring sejalan dengan kerja keras para insan PT PLN (Persero) guna
memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya. Diberi warna biru untuk
menampilkan kesan konstan (sesuatu yang tetap) seperti halnya listrik yang tetap
diperlukan dalam kehidupan manusia. Di samping itu, biru juga melambangkan
keandalan yang dimiliki insan-insan perusahaan dalam memberikan layanan
terbaik bagi para pelanggannya.

2.2. Bidang Usaha Area Semarang

Wilayah kerja PT PLN (Persero) Area Semarang mempunyai 10 (sepuluh)


Kantor Unit Pelayanan (UP). PT PLN (Persero) Area Semarang dengan struktur
organisasi yang terdiri dari 10 (sepuluh) Rayon kerja.
Adapun 10 (sepuluh) Rayon kerja dari PT PLN (Persero) Area Semarang adalah :
1. Rayon Semarang Tengah berada di Pemerintahan Kota Semarang
2. Rayon Semarang Timur berada di Pemerintahan Kota Semarang
3. Rayon Semarang Selatan berada di Pemerintahan Kota Semarang
4. Rayon Semarang Barat berada di Pemerintahan Kota Semarang
5. Rayon Demak berada di Kabupaten Demak
6. Rayon Boja berada di Kabupaten Kendal dan Pemkot Semarang
8

7. Rayon Purwodadi berada di Kabupaten Grobogan


8. Rayon Tegowanu berada di Kabupaten Demak dan Grobogan
9. Rayon Weleri berada di Kabupaten Kendal
10. Rayon Kendal berada di Kabupaten Kendal.

Gambar 2. 1 Gedung Rayon Area Semarang


9

Gambar 2. 2 Gedung Rayon Area Semarang

2.3. Wilayah Kerja Area Semarang


Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) Area Semarang secara geografis terletak
di daerah utara dari Propinsi Jawa Tengah yang meliputi 1 (satu) Pemerintahan Kota,
yaitu Pemerintahan Kota Semarang dan 3 (tiga) Kabupaten, yaitu Kabupaten Kendal,
Kabupaten Demak dan Kabupaten Grobogan dan 71 kecamatan yang tersebar, Wilayah
Kerja Area Semarang. Luas wilayah kerja Area Semarang adalah 3.021,45 km2.
10

2.4. Informasi Perusahaan


Wilayah Kerja PT PLN (Persero) Area Semarang dipasok dari 15 (lima belas)
Gardu Induk dengan kapasitas total 1.311,5 MVA yang dapat dilihat pada Tabel 2.1
dengan peta Gardu Induk yang dapat dilihat pada Gambar 2.3 Wilayah Peta Gardu
Induk Area Semarang, yang terdiri dari GI Weleri, GI Kaliwungu, GI Randu Garut, GI
Krapyak, GI Kalisari, Tambak Lorok, GI Sayung, GI Bumi Semarang Baru, GI
Srondol, GI Simpang Lima, GI Pandean Lamper, GI Pudak Payung, GI Mranggen, dan
GI Purwodadi.

Gambar 2.3 Wilayah Peta Gardu Induk Area Semarang

2.5. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi adalah urutan atau tingkatan jabatan dalam suatu organisasi.
Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi. Agar dalam menjalankan tugas
tiap anggota perusahaan tidak mengalami kebingungan, atau tumpang tindih dalam
menjalankan suatu tugas, maka suatu perusahaan harus menyusun struktur organisasi
perusahaan. Struktur organisasi mempermudah dalam pembagian tugas, kewajiban,
dan wewenang serta tanggungjawab anggota.
11

Selain itu penyusunan struktur organisasi juga dimaksudkan untuk


mempermudah evaluasi kinerja suatu perusahaan, agar dapat meningkatkan kualitas
maupun kuantitas efektifitas kerja. Agar setiap anggota perusahaan dapat bekerja
dengan baik menjalankan tugas dan tanggung jawab, tiap pekerja PT. PLN (Persero)
Area Semarang bekerja secara sinergi untuk menjalankan fungsinya secara terstruktur.
Dari struktur organisasi inilah tugas, kewajiban dan wewenang tiap pekerja ditentukan.
Berikut adalah gambar struktur organisasi PT. PLN (Persero) Area Semarang.

Gambar 2. 4 struktur organisasi PT. PLN (persero) Area Semarang

2.6. Tugas dan Tanggung Jawab Jabatan PT. PLN (Persero) Area Semarang

Setiap kedudukan/jabatan dalam struktur organisasi perlu pembagian tugas


sesuai dengan bagian kapasitas tiap pekerja di jabatan yang dijabat masing-masing agar
organisasi perusahaan berjalan dengan baik. Berikut adalah pembagian tugas dan
tanggung jawab jabatan PT. PLN (Persero) Area Semarang.
12

1. Manajer
Bertanggung jawab atas peningkatan kualitas pelayanan pelanggan,
pengelolaan administrasi pelanggan, pendistribusian tenaga listrik, pengoperasian,
pemeliharaan jaringan & gardu distribusi di wilayah kerjanya secara efesien dan efektif
serta pelaksanaan penyambungan baru & perubahan daya untuk mendukung
peningkatan pendapatan penjualan tenaga listrik dan menjamin mutu keandalan serta
kelancaran pendistribusian tenaga listrik kepada pelanggan, membina hubungan kerja,
kemitraan & komunikasi yang seefektif guna menjaga citra perusahaaan serta
mewujudkan Good Coorporate Governance.
2. Supervisor Cater & Pengelolaan Rekening Bertanggung jawab
Bertanggung jawab atas perencanaan, pelaksanaan pengendalian
Manajemen Baca Meter, Pengelolaan rekening atas penjualan tenaga listrik yang
dilaksanakan secara akurat dan tepat waktu, pemeliharaan perangkat lunak dan
perangkat keras serta memutakhirkan data base pelanggan (data base administrator
/ DBA).
Sedangkan secara umum tugas dan tanggung jawab Seksi Pengendalian
Pengelolaan Rekening antara lain:
Support penekanan Losses dengan upaya:
- Monitoring kinerja Outsourching Cater.
- Monitoring keakuratan baca meter Mensar.
- Evaluasi, dan memberikan TO kepada seksi terkait.
- Menekan kesalahan baca meter (Kesalahan 0/ Nihil).
- Menjaga dan berupaya meningkatkan konsistensi pelaksanaan

3. Supervisor Pengendalian Penagihan


Bertanggung jawab atas perencanaan, pelaksanaan penagihan atas piutang
pelanggan maupun rekening yang telah dihapuskan dan mengusulkan penghapusan
piutang secara umum tugas dan tanggung jawab Seksi Pengendalian Penagihan
antara lain:
13

a. Menuju target tunggakan < Rp 1.000.000.000,- / bulan, dengan upaya yang


dilaksanakan:
- Meningkatkan monitoring pelaksanaan Tim Pemutusan yang dilaksanakan
oleh pihak ketiga.
- Segera melaksanakan Putus Rampung dan proses mutasi N.
b. Meningkatkan koordinasi kepada Pelanggan Besar (Mensar), agar pembayaran
rekening listriknya tidak terlambat/menunggak.
c. Membuat rencana kerja:
- Peta tunggakan per Desa/Kelurahan/RBM.
- Membuat dan menyampaikan surat tunggakannya tinggi.
- Mencetak TUL VI - 01 dengan prioritas:
Tg1.04 - 20 / bulan pada tunggakan yang rupiah tinggi (RBM).
Tgl. 21 - 30 / bulan pada lembar yang banyak (RBM).
- Segera memprotes mutasi N pada pelanggan yang sudah dibongkar rampung
dengan selalu memperhatikan kelengkapan dan tertib administrasi serta
pengarsipan yang baik dan benar.
- Menjaga konsistensi pelaksanaaan ISO 9001 : 2000 Fungsi I s.d. Fungsi VI.
- Selalu menjalin koordinasi dengan Pemkot Semarang, agar rekening
penerangan jalan umum ( PJU ) tepat pembayarannya.

4. Supervisor Pelayanan Pelanggan


Bertanggung jawab atas perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
pelayanan pelanggan yang meliputi: informasi pelayanan, pasang baru ( PB )
penambahan daya ( PD ) / layanan lainnya, administrasi pelanggan, rencana
penjualan.
Sedangkan secara umum tugas dan tanggung jawab Seksi Pelayanan Pelanggan
antara lain :
a. Selalu meningkatkan kualitas pada pelayanan Pelanggan dengan upaya
1) Menyajikan data daftar tunggu PB maupun PD pada papan pengumuman
yang ada.
14

2) Proses PB maupun PD sesuai nomor urut daftar tunggu.


3) Selalu monitoring proses Nada Online, dan selalu koordinasi dengan seksi
terkait, agar pelaksanaan penyambungan PD sesuai target Kinerja (H+2).
4) Mensukseskan PB Prabayar, dan monitoring proses secara akurat.
5) Menjaga konsistensi pelaksanaan ISO 9001 : 2000 Fungsi I s.d. Fungsi VI,
dan Quick Win PB 3 hari nyala.

b. Support pada penurunan Tunggakan dan penekanan Losses, diantaranya:


1) Setiap proses negosiasi dan penyelesaian target system penertiban
pemakaian tenaga listrik ( TS P2TL ) pada pelanggan yang bersangkutan
harus terlebih dahulu melunasi Rekening Listriknya.
2) Proses mutasi, dan monitoring hasil peremajaannya sehingga tidak ada
kesalahan entri maupun gagal mutasi, baik pada PB/PD.
3) Monitoring SPH TS P2TL.

5. Supervisor Keuangan dan Administrasi


Bertanggung jawab atas penyusunan anggaran, pengelolaan
penyelenggaraan kesetariatan dan rumah tangga kantor, pengelolaan material,
pengelolaan sumber daya manusia ( SDM ) dan Administrasi, pembuatan laporan
tepat waktu dan akurat.

6. Supervisor Pemeliharaan Operasi & Pengendalian Konstruksi Distribusi


Bertanggung jawab atas pelaksanaan penyusunan rencana dan pelaksanaan
pekerjaan Supervisor Pemeliharaan Operasi & Pengendalian Konstruksi Distribusi
yang meliputi: survei, perencanaan, operasi dan pemeliharaan Jaringan distribusi,
perencanaan kebutuhan material & pemasangan (Trafo, JTR, SR, APP),
penyambungan sementara, pengendalian konstruksi, pengelolaan data aset jaringan
distribusi.
Sedangkan, secara umum tugas dan tanggung jawab Seksi Pemeliharaan
Operasi & Pengendalian Konstruksi Distribusi antara lain :
15

a. Menekan gangguan pada penyulang dengan meningkatkan pengawasan,


pemeliharaan, dan evaluasi pada semua penyulang:
1) Investigasi secara rutin.
2) Penyeimbangan beban Feeder.
3) Penunjukkan Lead Feeder (Mandor Line).
b. Pelaksanaan dan meningkatkan pengawasan rabas-rabas:
1) Membuat perencanaan dengan baik secara berurut, terutama pada
penyulang yang sering terganggu.
2) Membuat peta rawan pohon.
3) Selalu mengevaluasi hasil kerja rabas-rabas.

7. Supervisor Pengendalian Losses, Tusbung & Penertiban


Bertanggung jawab atas pelaksanaan penyusunan rencana dan pelaksanaan
pekerjaaan Pengendalian Losses, Tusbung & Penertiban yang meliputi : Penertiban
teknik instalasi, pemutusan dan penyambungan, bongkar rampung serta
pengendalian Losses dan Penerangan Jalan Umum ( PJU ).
Sedangkan, secara umum tugas dan tanggung jawab Seksi Pengendalian
Losses, Tusbung & Penertiban antara lain meningkatkan
Saving Kwh dari pelaksanaan penertiban pemakaian tenaga listrik ( P2TL ) dengan
upaya :
a. Koordinasi dengan seksi Cater/Lahta, guna mendapatkan informasi pada
DLPD, selanjutnya di ANEV sebagai TO.
c. Koordinasi dengan Out sourching Cater, untuk mendapatkan target oprasi
penertiban pemakaian tenaga listrik ( TO P2TL ).
d. Koordinasi dengan Seksi Dalkondis, informasi transformator distribusi yang
sering trip breaker-nya, untuk ditindaklanjuti pelaksanaan P2TL.
e. Penertiban Lampu PJU :
1) Menertibkan PJU Swadaya Illegal.
2) Mematikan lampu PJU yang menyala pada siang hari.
16

3) Pengawasan pada pelanggan Billboard/reklame (bila ada lampu yang


menyala pada siang hari).
f. Menjaga dan berupaya meningkatkan konsistensi pelaksanaan international
standart organisasion ( ISO ) 9001 : 2000 Pelayanan Jaringan & alat pengukur
dan pembatas ( APP ).
g. Selalu melaksanakan pertemuan sebagai pembelajaran kepada seluruh petugas
Outsourching gangguan secara periodik, dengan tujuan optimalisasi
pencapaian Keselamatan Kerja (K2)/ ZERO ACCIDENT.
h. Monitoring secara rutin (lebih ditingkatkan):
Kelengkapan kerja, kelengkapan material sebagai pendukung pemeliharaan,
serta kesiapan kendaraan dinas, guna meningkatkan Efisiensi dan Efektifitas
kerja.
i. Konsisten dalam menuju dan merealisasikan Quick Win area Semarang.
j. Penertiban Pengukuran :
1) Penggantian Kwh Meter macet.
2) Rekondisi Kwh Meter usia > 15 Tahun.
3) Manajemen penyegelan pada alat pengukur dan pembatas ( APP ).
2.7. Visi, Misi, Budaya dan Motto Perusahaan
Visi PT PLN (Persero) Area Semarang yaitu menjadi PLN Area yang
unggul, terdepan, terpercaya, dengan layanan berkualitas dan kinerja optimal
Misi PT. PLN (Persero) dalam rangka mencapai visi tersebut sebagai berikut :
1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang usaha lainya yang terkait, berorientasi
pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kehidupan
masyarakat.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
17

Misi Area Semarang


PT PLN (Persero) Area Semarang memiliki 8 misi SEMARANG :
1. Self Control
2. Enthusiasm
3. Marvelous
4. Awareness
5. Resourcefulness
6. Attentiveness
7. Networking
8. Glory

Dengan menerapkan nilai SMG Satisfy, Modern, Gentleness dan


memiliki moto kerja Bekerjalah pada aturan, kepatuhan dan kepatutan, jaga
hubungan baik internal dan eksternal, kerja cerdas kerja ikhlas, canangkan
target dan penuhi.

Budaya yang dilestarikan PT. PLN (persero) Area Semarang yaitu:


a. Berdoa bersama sebelum melakukan kegiatan.
b. Menyanyikan lagu Mars WCS (PLN Di Dadaku)
PLN di dadaku...
PLN kebanggaanku...
Ku yakin hari ini pasti terang... (2x)
c. Mengucapkan Mutiara Pagi
Pribadi tangguh, bermental baja...
Mengeluh tanda tak mampu...
Tiada mengeluh, tiada menyerah...
Bekerja adalah nafasku...
Bersyukur itu selalu...
18

d. Mengucapkan Yel-yel
PLN... (JAYA!)
Area Semarang... (MORE INCRIDIBLE !)
e. Committed to Zero Anccident

Motto PT. PLN (Persero) Area Semarang yaitu Listrik untuk kehidupan yang
lebih baik (The electricity for a better life).
BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik


Suatu sistem tenaga listrik pada umumnya terdiri atas empat unsur yaitu,
pembangkitan, transmisi, distribusi dan pemakaian tenaga listrik. Pembangkitan tenaga
listrik terdiri atas berbagai jenis pusat tenaga listrik, seperti pusat listrik tenaga air
(PLTA), pusat listrik tenaga uap (PLTU), pusat listrik tenaga nuklir (PLTN), pusat
listrik tenaga gas (PLTG), dan pusat listrik tenaga diesel (PLTD). Letak pusat tenaga
listrik, dan hal ini terutama berlaku bagi pusat listrik tenaga air, sering jauh dari pusat-
pusat pemakaian tenaga listrik, seperti kota dan industri. Dengan demikian, energi
listrik yang dibangkitkan di pusat tenaga listrik, sering harus disalurkan, atau
ditransmisikan melalui jarak-jarak yang jauh ke pusat-pusat pemakaian tenaga listrik.
Tiba di kota, energi listrik itu harus dibagikan atau didistribusikan kepada para pemakai
atau pelanggan.
Salah satu bagian dari proses sistem tenaga listrik adalah sistem distribusi,
dimana secara garis besar proses operasi sistem tenaga listrik dapat dibagi menjadi tiga
tahap, antara lain :
1. Proses pembangkitan tenaga listrik ( PLTA,PLTU,PLTG,PLTD,PLTP,PLTN,dll ).
2. Proses transmisi daya listrik dengan tegangan tinggi (30 kV,70 kV,150 kV,500 kV)
dari pusat-pusat pembangkit ke gardu-gardu induk.
3. Proses pendistribusian tenaga listrik dengan tegangan menengah ( misalnya 6 kV,
12 kV atau 20 kV ) dan tegangan rendah ( 110 V, 220 V dan 380 V ) dari gardu
induk ke konsumen.
Pada suatu sistem yang cukup besar, tegangan yang keluar dari generator
harus dinaikkan dulu dari tegangan menengah (tegangan generator) menjadi tegangan
tinggi atau tegangan ekstra tinggi (tegangan transmisi). Menyalurkan energi listrik

19
20

melalui jarak-jarak yang jauh harus dilakukan dengan tegangan yang tinggi untuk
memperkecil kerugian-kerugian yang terjadi, baik rugi-rugi energy
maupun penurunan tegangan. Suatu sistem tenaga listrik harus memenuhi syarat-
syarat dasar seperti :
1. Setiap saat memenuhi jumlah energi listrik yang diperlukan konsumen
sewaktu-waktu.
2. Mempertahankan suatu tegangan yang tetap dan tidak terlampau bervariasi,
standar variasi tegangan Indonesia adalah -10% sampai +5%.
3. Mempertahankan suatu frekuensi yang stabil dan tidak bervariasi lebih dari
misalnya 0,2 Hz.
4. Menyediakan energi listrik dengan harga yang wajar.
5. Memenuhi standar-standar keamanan dan keselamatan.
6. Tidak mengganggu lingkungan hidup.
Tegangan generator yang biasanya berupa tegangan menengah (TM) di gardu
induk (GI) melalui transformator dinaikkan menjadi tegangan transmisi, berupa
tegangan tinggi (TT) atau tegangan ekstra tinggi (TET). Standar tegangan menengah
di indonesia adalah 20 kV, 150 kV, sampai 500 kv untuk tegangan tegangan ekstra
tinggi. Standar ini mengikuti rekomendasi dari International Electrotechnical
Commission (IEC). Standar tegangan menengah untuk distribusi adalah 20 kV. Standar
Tegangan Rendah di Indonesia adalah 220V / 380V.
Pusat listrik tegangan generator dinaikkan di gardu induk dari tegangan
generator menjadi tegangan transmisi. Setibanya di pinggir kota, tegangan transmisi
diturunkan lagi menjadi tegangan menengah. Gardu induk merupakan instalasi yang
sangat penting dalam pengoperasian sistem tenaga listrik. Gardu induk pada prinsipnya
adalah pusat penerimaan dan penyaluran tenaga listrik pada tegangan yang berbeda.
Gardu induk terdapat di seluruh sistem tenaga listrik. Dimulai pada pusat tenaga listrik
dengan mempergunakan transformator daya, sebuah GI meningkatkan tenaga
menengah yang dibangkitkan oleh generator menjadi tegangan transmisi yang
diperlukan. Mendekati tempat-tempat pemakaian energi listrik, yaitu kota atau pemakai
besar seperti industri, tegangan transmisi diturunkan kembali menjadi tegangan
21

menengah. Sebuah gardu induk pada umumnya terdiri atas peralatan utama seperti
transformator daya, reaktor pembatas arus, pemutus daya, berbagai peralatan
switching (switch gear), pengamanan terhadap petir, dan peralatan pengukuran serta
proteksi.
Secara umum gardu induk dapat dibedakan dua macam yaitu, GI penaik
tegangan berfungsi sebagai pengumpul daya dan menyalurkannya melalui suatu
tegangan tinggi. GI ini dapat dibangun bersama-sama dengan pusat pembangkit.
Sedangkan GI penurun tegangan ditempatkan pada pusat beban yang disalurkan
melalui distribusi primer, daya disalurkan dengan tegangan yang lebih rendah daripada
tegangan yang masuk.

Gambar 3. 1 Sistem Tenaga Listrik

Secara umum, baik buruk nya penyaluran sistem distribusi tenaga listrik
ditinjau dari hal-hal berikut ini :
a. Kontinuitas pelayanan yang baik, tidak sering terjadi pemutusan, baik karena
gangguan maupun karena hal-hal yang direncanakan. Biasanya, kontinuitas
pelayanan terbaik diprioritaskan pada beban-beban yang dianggap vital dan sama
sekali tidak dikehendaki mengalami pemadaman.
Misalnya : Rumah sakit, pusat pelayanan komunikasi, kantor, militer,dll.
22

b. Kualitas daya yang baik, antara lain meliputi:


1. Kapasitas daya yang memenuhi
2. Tegangan yang selalu konstan dan nominal
3. Frekuensi yang selalu konstan (untuk sistem AC)
Catatan: tegangan nominal di sini dapat pula diartikan kerugian tegangan yang
terjadi pada saluran relatif kecil sekali.
c. Perluasan dan penyaluran daerah beban yang dilayani seimbang. Khususnya untuk
sistem tegangan AC 3 fasa, faktor keseimbangan atau kesimentrisan beban pada
masing-masing fasa perlu diperhatikan.
d. Fleksibeldalam pengembangan dan perluasan daerah beban
Perencanaan sistem distribusi yang baik, tidak hanya bertitik tolak pada kebutuhan
beban sesaat, tetapi perlu diperhatikan perkembangan beban yang harus dilayani,
bukan saja dalam hal penambahan kapasitas dayanya, tetapi juga dalam hal
perluasan daerah beban yang harus dilayani.
e. Kondisi dan situasi lingkungan
Faktor ini merupakan pertimbangan dalam perencanaan untuk menentukan tipe-tipe
konfigurasi jaringan yang sesuai untuk lingkungan bersangkutan, misalnya tentang
konduktornya, konfigurasinya, tata letaknya, dsb, termasuk pertimbangan segi
estetikanya.
f. Pertimbangan ekonomis
Faktor ini menyangkut perhitungan untung rugi ditinjau dari segi ekonomis, baik
secara komersil maupun dalam rangka penghematan anggaran yang tersedia.
Sedikitnya ada 5 jenis konfigurasi jaringan distribusi tegangan menengah yang
sesuai dengan spesifikasi PLN adalah :

3.2 Bentuk Jaringan

Masalah utama dalam operasi system Distribusi adalah bagaimana mengatasi


gangguan dengan cepat karena gangguan terbanyak dari system tenaga listrik terdapat
dalam sistem distribusi. Jaringan distribusi tegangan menengah atau juga disebut
jaringan distribusi primer. Gangguan pada SUTM jumlahnya lebih banyak dan
23

kebanyakan bersifat temporer seadangkan pada kabel tanah jumlah gangguannya lebih
sedikit tetapi kebanyakan bersifat sementara. Oleh karenanya banyak dipakai penutup
balik (recloser) untuk SUTM.
Ada beberapa bentuk system distribusi yang umum dipergunakan untuk
menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik yaitu: system Radial, sitem Loop dan
sistem Spindle.
Pemeliharaan dari masing-masing jaringan distribusi tersebut tergantung pada
keperluan dan keandalan system yang diinginkan, seperti kontinuitas penyalur /
pelayanan tenaga listrik, perkembangan beban dan factor ekonomis yang diinginkan.
Khusus dalam pembahasan disini, uraian mengenai bentuk jaringan distribusi
akan dibatasi, akan dibahas antara lain:
1. Jaringan Radial
2. Jaringan Loop
3. Jaringan Spindle

3.2.1. Jaringan Radial


System radial merupakan bentuk system jaringan distribusi yang paling
sederhana dan yang paling umum dipakai untuk menyalurkan dan mendistribusikan
tenaga listrik. System ini dikatakan radial karena dari kenyataan bahwa jaringan ini
ditarik secara radial dari gardu ke pusat-pusat beban / konsumen yang dilayaninya.
System ini terdiri dari saluran utama dan saluran cabang.
Pelayanan tenaga listrik untuk suatu daerah beban tertentu dilaksanakan dengan
memasang transformator pada sembarang titik pada jaringan yang sedekat mungkin
dengan daerah beban yang dilayaninya. Transformator ini berguna untuk menurunkan
tenaga system agar dapat dikonsumsi pada beban konsumen. Untuk daerah beban yang
menyimpang jauh dari saluran utama atau saluran cabang maka akan ditarik lagi
saluran tambahkan yang dicabangkan pada saluran tersebut.
Ditinjau dari besarnya penampang saluran, maka penampang yang dekat
dengan sumber daya akan memiliki penampang terbesar, kemudian akan berangsur-
angsur mengecil kearah ujung saluran. Hal ini disebabkan karena semakin dekat
24

dengan sumber daya distribusi kerapatan arusnya akan semakin besar. Untuk
memperjelas dapat dilihat pada gambar 3.2.

Gambar 3. 2 Jaringan Radial

Dalam penyulang tersebut dipasang gardu-gardu distribusi untuk konsumen.


Gardu distribusi adalah tempat dimana trafo untuk konsumen dipasang. Bisa dalam
bangunan beton atau diletakan diatas tiang. Keuntungan dari sistem ini adalah sistem
ini tidak rumit dan lebih murah dibanding dengan sistem yang lain.
Namun keandalan sistem ini lebih rendah dibanding dengan sistem lainnya.
Kurangnya keandalan disebabkan karena hanya terdapat satu jalur utama yang
menyuplai gardu distribusi, sehingga apabila jalur utama tersebut mengalami
gangguan, maka seluruh gardu akan ikut padam. Kerugian lain yaitu mutu tegangan
pada gardu distribusi yang paling ujung kurang baik, hal ini dikarenakan jatuh
tegangan terbesar ada diujung saluran.

3.2.2. Jaringan Loop


Konfigurasi sistem loop ini merupakan gabungan dari dua atau lebih sistem
jaringan radial dimana ujung kedua jaringan dipasang PMT. Pada konfigurasi loop ini
satu penyulang dapat disuplai dari penyulang lainnya sehingga akan mengurangi
daerah padam saat manuver, baik saat ada gangguan maupun saat ada
pemeliharaanyang ditunjukkan pada gambar 3.3
25

Gambar 3. 3 Jaringan loop

3.2.3. Jaringan Spindle


Selain bentuk-bentuk dasar dari jaringan yang telah ada, maka dikembangkan
pula bentuk-bentuk modifikasi, yang bertujuan meningkatkan keandalan dan kualitas
sistem. Salah satu bentuk modifikasi yang populer adalah bentuk spindle, yang
biasanya terdiri dari maksimum 6 penyulang dalam keadaan dibebani, dan satu
penyulang dalam keadaan kerja tanpa beban. Saluran 6 penyulang yang beroperasi
dalam keadaan berbeban dinamakan Working Feeder atau saluran kerja, dan satu
saluran yang dioperasikan tanpa beban dinamakan Express Feeder.
Fungsi Express Feeder dalam hal ini selain sebagai cadangan pada saat
terjadi gangguan pada salah satu Working Feeder, juga berfungsi untuk memperkecil
terjadinya drop tegangan pada system distribusi bersangkutan pada keadaan operasi
normal. Dalam keadaan normal memang Express Feeder ini sengaja dioperasikan
tanpa beban. Untuk memperjelas dapat dilihat pada gambar 3.4 yang merupakan single
line diagram dari jaringan spindle.
26

Gambar 3. 4 Jaringan Spindle

3.3. Macam-Macam Gangguan Pada Sistem Distribusi Tenaga Listrik


Sumber gangguan pada jaringan tegangan menengah dapat berasal dari dalam
dan dari luar. Gangguan dari dalam antara lain adalah tegangan lebih atau arus lebih,
pemasangan tidak baik, penuaan, beban lebih dan peralatan yang dipasang tidak
memenuhi standar. Berikut adalah contoh macam-macam gangguan.
1. Gangguan Beban Lebih
Gangguan ini sebenarnya bukan gangguan murni, tetapi bila dibiarkan
terus-menerus berlangsung dapat merusak peralatan listrik yang dialiri oleh arus
tersebut Karena arus yang mengalir melebihi dari kapasitas peralatan listrik dan
pengaman yang terpasang melebihi kapasitas peralatan, sehingga saat beban
melebihi pengaman akan trip.
2. Gangguan Hubung Singkat
Gangguan hubung singkat, dapat terjadi antar fase (3 fasa atau 2 fasa) atau
1 fase ketanah dan sifatnya bisa temporer atau permanen.
A. Gangguan Permanen
Salah satu contoh gangguan permanen adalah Gangguan hubung
singkat, yang bisa terjadi pada kabel atau pada belitan transformator tenaga
yang disebabkan karena arus gangguan hubung singkat melebihi kapasitasnya,
27

sehingga penghantar menjadi panas yang dapat mempengaruhi isolasi atau


minyak transformator, sehingga isolasi tembus.
Pada generator yang disebabkan adanya gangguan hubung singkat atau
pembebanan yang melebihi kapasitas.Sehingga rotor memasok arus dari
eksitasi berlebih yang dapat menimbulkan pemanasan yang dapat merusak
isolasi sehingga isolasi tembus.

Gambar 3. 5 Gangguan permanen

Di sini pada titik gangguan memang terjadi kerusakan yang


permanen.Peralatan yang terganggu tersebut, baru bisa dioperasikan kembali
setelah bagian yang rusak diperbaiki atau diganti.
B. Gangguan Sementara
Salah satu contoh gangguan sementara adalah Flasover. Flashover
terjadi karena sambaran petir (penghantar terkena sambaran petir), flashover
dengan pohon, penghantar tertiup angin yang dapat menimbulkan gangguan
antar fase atau penghantar fase menyentuh pohon yang dapat menimbulkan
gangguan 1 fase ke tanah. Gangguan ini yang tembus (breakdown) adalah
isolasi udaranya, oleh karena itu tidak ada kerusakan yang permanen.
28

Setelah arus gangguannya terputus, misalnya karena terbukanya circuit


breaker oleh relai pengamannya, peralatan atau saluran yang terganggu tersebut
siap dioperasikan kembali.
Gangguan hubung singkat dapat merusak peralatan secara Termis atau
pemanasan berlebih pada peralatan listrik yang di-lalui oleh arus gangguan
dapat merusak peralatan listrik. Dimana kerusakan akibat arus gangguan
tergantung pada besar dan lamanya arus gangguan. Dan secara Mekanis atau
gaya tarik menarik / tolak-menolak pada penghantar fase yang terganggu
karena adanya frekwensi elektris yang dapat menimbulkan frekwensi
mekanis.terganggu karena adanya frekwensi elektris yang dapat menimbulkan
frekwensi mekanis.

Gambar 3. 6 gangguan sementara

C. Gangguan Tegangan Lebih.

Gangguan tegangan lebih yang diakibatkan adanya kelainan pada


sistem, dimana tegangan lebih dibedakan atas :
a. Tegangan lebih dengan power frekwensi, misal : pembangkit
kehilangan beban yang diakibatkan adanya gangguan pada sisi jaringan,
sehingga over speed pada generator, tegangan lebih ini dapat juga
terjadi adanya gangguan pada pengatur tegangan secara otomatis
(Automatic Voltage Regulator).
29

b. Tegangan lebih Transient karena adanya surja petir yang mengenai


peralatan listrik atau saat pemutus (PMT) yang menimbulkan kenaikan
tegangan yang disebut surja hubung.
D. Gangguan Hilangnya Pembangkit
Hilangnya / lepasnya pembangkit akibat adanya gangguan pada sisi
pembangkit, gangguan hubung singkat di jaringan menyebabkan terpisahnya
sistem, dimana unit pembangkit yang lepas lebih besar dari spinning reserve,
maka frekuensi akan terus turun sehingga sistem bisa padam (collapse).
E. Gangguan Instability
Gangguan hubung singkat atau lepasnya pembangkit, dapat
menimbulkan ayunan daya (power swing) atau menyebabkan unit-unit
pembangkit lepas sinkron, Power swing dapat menyebabkan salah kerja Relai.

3.4. Operasi Pemeliharaan Jaringan Distribusi


Pemeliharaan jaringan distribusi yang rutin merupakan jenis pemeliharaan
yaitu direncanakan secara terus - menerus, periodik dengan tujuan mempertahankan
kondisi sistem dalam keadaan baik dengan keadaan daya guna yang optimal. Di
lapangan pemeliharaan ada beberapa langkah-langkah tersebut yaitu :
1. Klasifikasi Pemeliharaan
Adapun beberapa contoh klasifikasi pemeliharaan yaitu :
1. Pemeliharaan Korektif, Merupakan jenis pemeliharaan yang dimaksud untuk
memperbaiki kerusakan atau untuk mengadakan perubahan atau
penyempurnaan. Maksud dari memperbaiki kerusakan adalah untuk
mempertahankan atau mengembalikan kondisi sistem yang mengalami
gangguan kerusakan sampai kembali pada keadaan semula dengan kapasitas
yang sama. Pekerjaan tersebut meliputi penggantian kabel yang meleleh,
perbaikan JTM yang putus, penggantian bushing trafo yang pecah.
2. Pemeliharaan Darurat, Pekerjaan pemeliharaan yang dimaksud untuk
memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh bencana alam seperti gempa
bumi, banjir, dll. Biasanya gangguan tersebut bersifat mendadak, jadi dapat
30

disimpulkan bahwa sifat dari pemeliharaan ini adalah mendadak dan perlu
segera dilaksanakan perbaikan.
2. Jadwal Pemeliharaan Distribusi
Pemeliharaan pada jaringan distribusi memerlukan program yang disusun
dengan baik dan periodik melalui jadwal tertentu. Hal ini merupakan salah satu
usaha untuk meningkatkan mutu, daya guna dan keandalan tenaga listrik. Adapun
jadwal tersebut menurut siklusnya yang dikelompokkan dalam empat kelompok,
yaitu :
1. Pemeliharaan Triwulan
2. Pemeliharaan Semesteran
3. Pemeliharaan Tahunan
4. Pemeliharaan Tiga Tahun
Pemeliharaan perlu mendapat prioritas lebih tinggi, sehingga dengan hal ini
diharap daya guna dan keandalan sistem dapat diperoleh secara optional. Pada
prakteknya pemeliharaan tahunan dapat dilaksanakan dalam keadaan :
1. Pemeliharaan tahunan keadaan bertegangan Pekerjaan yang perlu
dilakukan adalah mengadakan pemeliharaan secara visual dengan maksud
untuk menemukan gangguan yang dikhawatirkan. Gangguan tersebut
menyebabkan kerusakan pada sistem operasi. Pemelihan semacam ini pada
pelaksanaannya menggunakan chek list untuk memudahkan para petugas
memeriksa dan mendata hal - hal yang perlu diperhatikan.
2. Pemeliharaan tahunan keadaan bebas bertegangan. Pekerjaan yang meliputi
Pemeriksaan
Pembersiha
Pengetesan
Penggantian Material Bantu jika ditemukan dalam keadaan rusak dan
tidak layak pakai.
31

3.5. Sistem Operasi dan Perencanaan Jaringan PLN Area Semarang


Pengoperasian sistem yang ada di PLN Area Semarang adalah penyaluran
tenaga listrik melalui jaringan transmisi 150 kV dengan gardu induk yang tersebar di
berbagai kota. Dari Gardu Induk ini tegangan diturunkan menjadi 20 KV untuk
disalurkan ke konsumen yang dalam hal ini menjadi wewenang PT. PLN ( persero )
Distribusi.
1. Pengoperasian Sistem
Pengoperasian sistem penyaluran tenaga listrik melalui transmisi 150 kV ke
Gardu Induk yang termasuk dalam suplai penyaluran yang melayani Area
Semarang meliputi :

a. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Semarang Tengah


b. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Semarang Barat
c. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Semarang Timur
d. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Semarang Selatan
e. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Kendal
f. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Demak
g. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Purwodadi
h. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Tegowanu
i. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Weleri
j. PT. PLN (PERSERO) Unit Pelayanan Boja

2. Perencanaan Sistem
Selain Pengoperasian jarak dekat, saat ini PLN juga bisa mengoperasikan
peralatannya dengan jarak jauh yaitu dengan menggunakan SCADA. SCADA itu
dipasang pada GI yang ada dalam wilayah kerja Area Semarang yang kemudian
dioperasikan, dikontrol dan dipantau lewat Area Semarang dan Rayon. Namun
Pengoperasian tanpa SCADA juga masih diperlukan karena tidak setiap peralatan
dioperasikan dengan menggunakan SCADA.
32

3.6. Prosedur Pengoperasian Sistem Distribusi


Yang dimaksud dengan prosedur operasi pengaturan dan pengusahaan jaringan
tegangan menengah adalah usaha menjamin kelangsungan penyaluran tenaga listrik,
mempercepat penyelesaian gangguan gangguan yang timbul, serta dilain pihak
menjaga keselamatan baik petugas pelaksana operasi maupun instalasinya sendiri.
Pengoperasian jaringan distribusi tegangan menengah tersebut dilaksanakan dengan :
1. Memanuver atau memanipulasi jaringan, dengan menggunakan telekontrol
maupun dilapangan.
2. Menerima informasi - informasi mengenai keadaan jaringan dan kemudian
membuat penilaian (observasi) seperlunya guna menetapkan tindak lanjutan.
3. Menerima besaran-besaran pengukuran pada jaringan yang kemudian membuat
penilaian (observasi) seperlunya guna menetapkan tindak lanjutan.
4. Mengkoordinasikan pelaksanaanya dengan pihak - pihak lain yang
bersangkutan.
5. Mengawasi jaringan secara kontinyu.
6. Mengusut dan melokalisir gangguan jaringan.
7. Mendeteksi gangguan jaringan sehingga titik gangguannya dapat ditemukan
untuk diperbaiki.

Kegiatan operasi distribusi ini dibedakan dalam dua keadaan yaitu keadaan
normal dan keadaan gangguan. Operasi sistem distribusi juga tergantung dari beberapa
hal, antara lain berdasarkan pada konfigurasi dan pola jaringan sistem distribusi yang
digunakan.
Dalam operasi sistem distribusi, setiap alur tugas dari pekerjaan ditentukan oleh
prosedur tetap yang biasa disebut Standing Operation Procedure ( SOP ), dimana SOP
adalah prosedur yang dibuat berdasarkan kesepakatan / ketentuan yang harus dipatuhi
oleh seseorang atau tim untuk melaksanakan tugas / fungsinya agar mendapatkan hasil
yang optimal dan untuk mengantisipasi kesalahan manuver, kerusakan peralatan dan
kecelakaan manusia.
BAB IV
FUNGSI RECLOSER SEBAGAI PENGAMAN PADA SISTEM JARINGAN
DISTRIBUSI 20 KV

4.1. Pengertian Recloser


Recloser adalah rangkaian listrik yang terdiri pemutus tenaga yang dilengkapi
kotak kontrol elektonik (Electronic Control Box) recloser, yaitu suatu peralatan
elektronik sebagai kelengkapan recloser dimana peralatan ini tidak berhubungan
dengan tegangan menengah dan pada peralatan ini recloser dapat dikendalikan cara
pelepasannya. Dari dalam kotak kontrol inilah pengaturan (setting) recloser dapat
ditentukan.
Alat pengaman ini bekerja secara otomatis guna mengamankan suatu sistem
dari arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan hubung singkat. Cara bekerjanya
adalah untuk menutup balik dan membuka secara otomatis yang dapat diatur selang
waktunya, dimana pada sebuah gangguan temporer, recloser tidak membuka tetap
(lock out), kemudian recloser akan menutup kembali setelah gangguan itu hilang.
Apabila gangguan bersifat permanen, maka setelah membuka atau menutup balik
sebanyak setting yang telah ditentukan kemudian recloser akan membuka tetap (lock
out).

Gambar 4. 1 jaringan dengan recloser

33
34

4.2. Kegunaan Recloser


Pada suatu gangguan permanen, recloser berfungsi memisahkan daerah atau
jaringan yang terganggu sistemnya secara cepat sehingga dapat memperkecil daerah
yang terganggu pada gangguan sesaat, recloser akan memisahkan daerah gangguan
secara sesaat sampai gangguan tersebut akan dianggap hilang, dengan demikian
recloser akan masuk kembali sesuai settingannya, sehingga jaringan akan aktif kembali
secara otomatis. Untuk lebih lengkapnya dibawah ini adalah beberapa setting waktu
pada gangguan yang terjadi :
a) Setting recloser terhadap gangguan permanen Interval
1st : 5 detik
2nd : 10 detik Lock out : 3X trip (reclose 2X) Reset
delay : 90 detik
b) Setting recloser terhadp gangguan sesaat sama dengan gangguan permanen yang
membedakan adalah tidak ada trip ke 3.
Selang Waktu Penutup Balik Recloser
Ada bermacam-macam selang penutup kembali atau recloser interval dari
recloser adalah sebagai berikut :
1. Menutup balik seketika atau instantaneous reclosing
Membuka kontak paling singkat, agar tidak mengganggu daerah-daerah beban yang
terdiri dari motor industri,irigasi,dan daerah yang tidak boleh padam terlalu lama.
Ini sering dikerjakan untuk reclosering pertama dari urutan reclosering. Kerugian
dari penutup pertama adalah cukup waktu untuk menghilangkan gangguan transient,
seperti gangguan akibat cabang pohon yang mengenai penghantar, benang layang-
layang, ionisasi gas dari bunga api yang timbul waktu gangguan dan belum hilang
dalam waktu-waktu yang relatif singkat.
2. Waktu tunda (time delay)
a. Menutup kembali 2 detik
Diharapkan dalam selang waktu ini telah cukup waktu untuk menghilangkan
gangguan, transient dan menghilangkan ionisasi gas. Bila digunakan diantara
35

fuse trip operational, maka waktu 2 detik ini cukup untuk mendinginkan di fuse
beban.
b. Menutup kembali 5 detik.
Selang waktu ini sering digunakan diantara operasi penjatuh tunda dari recloser
substantion untuk memberikan kesempatan guna pendingin fuse disisi sumber,
maka waktu 5 detik ini cukup untuk mendinginkan fuse disisi beban.
c. Waktu reclosing yang lebih lama (longer reclosing interval)
Yaitu selang 10 detik, 15 detik dan seterusnya, biasanya digunakan bila
pengaman cadangan terdiri dari breaker yang terkontrol relay. Ini memungkinkan
taiming disc pada relay lebih mempunyai cukup waktu untuk reset.

4.3. Cara Kerja Recloser


Waktu membuka dan menutup pada recloser dapat diatur pada kurva
karakteristiknya. Secara garis besarnya adalah sebagai berikut PLN (Persero) 1997 :
PBO) :
a. Arus yang mengalir normal bila tidak terjadi gangguan.
b. Ketika terjadi sebuah gangguan, arus yang mengalir melalui recloser membuka
kontak pada recloser.
c. Kontak recloser akan menutup kembali setelah beberapa detik, sesuai setting yang
ditentukan. Tujuan memberikan selang waktu adalah member kesempatan agar
gangguan tersebut hilang dari sistem, terutama gangguan yang bersifat temporer.
d. Apabila yang terjadi adalah gangguan permanen, maka recloser akan membuka
dan menutup balik sesuai setting yang ditentukan dan kemudian lock out.
e. Setelah gangguan permanen dibebaskan oleh petugas, baru dapat dikembalikan
pada keadaan normal.

4.4. Cara Pengoperasian Recloser


Dalam pendeteksian gangguan recloser yang akan dibahas yaitu recloser tipe
VWVE merk cooper menggunakan kotak kontrol elektronik sebagai pengaturannya
maka dari itu perlu mengetahui tentang kotak control elektroniknya.
36

Bila arus yang mengalir melewati harga dari minimum trip resistor maka level
detection and timming circuit akan bekerja dengan mengirim sinyal ke trip circuit
sesuai dengan kurva arus waktu yang ditentukan dalam time current plug dan trip
circuit ini akan mengirim perintah ke recloser trip. Setelah recloser trip coil bekerja
maka sequence relay mulai bekerja sesuai dengan urutan waktu yang telah ditentukan
dari waktu kerja (trip) pertama, setelah waktu yang ditentukan selesai maka sequence
relay akan mengirim sinyal ke reclosing circuit yang selanjutnya mengirim perintah ke
recloser close initiating solenoid untuk bekerja. Jika gangguan tersebut adalah
gangguan permanen maka kotak kontrol elektronik tersebut akan bekerja sebanyak tiga
kali dan pada trip yang ke tiga sequence relay pada trip circuit akan membuka sehingga
recloser akan lock out.
Jika gangguan yang terjadi bersifat sesaat maka setelah recloser close initiating
solenoid bekerja kembali dan sensing circuit tidak merasakan adanya arus yang
melewpanel ati dari harga minimum trip resistor waktu yang telah ditentukan dalam
reset delay plug maka reset akan bekerja dan seluruh rangkaian akan kembali seperti
semula (sebelum terjadi gangguan).

Gambar 4. 2 panel box recloser


37

Bagian-Bagian Panel Recloser :


1. Phase trip sequence selector
Untuk memilih jumlah trip cepat pada gangguan fasa yang kurva arus waktunya
diprogram seperti pada pase trip timming socket 1.
2. Lock out selector
Untuk memilih jumlah total operasi sampai lock out (mengunci).
3. Ground trip sequence selector
Untuk memilih jumlah operasi trip cepat pada gangguan tanah yang kurva arusnya
diprogram seperti pada ground trip timming socket 1.
4. Minimum Trip Resistor
Untuk menyetel level arus trip minimum untuk ground dan masing - masing fasa.
Tahanan catrige ini ditandai dengan arus primer.
5. Operation counter Menunjukkan jumlah total trip.
6. Sequence Relay.
Langkah-langkah kontrol melalui uirutan operasinya
7. Ground Trip Blok/Normal Operation Switch
Memblok semua trip gangguan tanah dalam posisi keatas menengah operasi tanpa
sengaja.
8. Manual Control Switch Ada 2 Posisi Posisi trip :
a. Posisi open :
Penutup balik mengunci, memberikan urutan relay sampai urutan mengunci dan
memutus baterai.
b. Posisi close :
Penutup balik menutup mengembalikan relay urutan (sequence relay) keposisi
start dan menghubungkan kembali batterai. Dipertahankan dalam posisi close
menolak cold load inrush dengan memblok operasi trip cepat. Tetapi akan
mengunci dalam posisi close, untuk gangguan permanen.
9. Control fuse
Memproteksi terhadap aliran battere jika sumber rangkaian tegangan demikian
rendah untuk menutup balik (recloser).
38

10. Non reclosing / normal closing switch


Menyetel kotrol untuk sekali buka tutup dan lock out (mengunci) dalam posisi non
reclosing tanpa mengganggu penyetelan operasi to lock out selector.
11. Lamp test / lock out indicating switch.
Menguji kondisi lampu signal dan mengecek untuk lock out (mengunci).
12. Lock Out Indicator signal lamp
Memberi indikasi secara visual untuk kontrol lock out bila lock out test switch
dioperasikan.
13. Battery Test Terminals
Memberikan jalan untuk test tegangan battery dan laju pengisian.
14. Reset Delay Plug
Menentukan interval tunda waktu sebelum kontol reset setelah penutupan berhasil
selama urutan operasi. Nilai penundaan ditentukan oleh posisi dari plug dalam
socket.
15. Pase Trip Timming Plugs
Memberikan suatu variasi kurva arus yang diintegrasikan pada individu plug, untuk
mengkoordinasi operasi trip fasa terhadap pengaman cadangan dan pengaman
disisi hilir.
16. Ground Trip Timming Plug
Memberikan suatu variasi kurva arus waktu yang diintegrasikan pada individu plug
untuk mengkoordinasi operasi trip ground terhadap pengaman cadangan dan
pengaman disisi hilir.
17. Reclosing Interval Plug
Menentukan interval tunda untuk masing - masing operasi penutup. Harga tunda
waktu ini ditentukan oleh posisi dari plug soket. Instant plug hanya untuk interval
reclose (penutup balik) pertama.
39

Pada recloser tipe VWVE merek cooper, busur api yang ditimbulkan pada saat
pelepasan maupun pemasukannya di padamkan dengan menggunakan media minyak.
Sarana pemasukannya digerakkan oleh selenoid closing oil yang mendapat sumber
tegangan 20 kV pada sisi sumber, sedang pengendaliannya menggunakan remot
melalui elektronik control box dengan tegangan 24 volt yang diperoleh dari batere yang
diisi terus menerus. Syarat pemasuakan recloser tipe VWVE merek cooper :
1. Recloser tipe VWVE merek cooper pemasukannya sepenuhnya dilakukan
oleh selenoid closing oil, di mana alat ini terpasang didalam recloser dan
tersambung dengan tegangan 20 kV maka syarat umumnya adalah harus
ada tegangan 20 kV.
2. Sumber tegangan DC 24 volt dari battery cadmium.
3. DC fuse 0,38 A, dalam keadaan baik.
Reset trip manual stik, yang ada diujung samping atas recloser harus selalu pada
posisi reset.

4.5. Klasifikasi Recloser


Recloser yang dipakai pengaman jaringan distribusi 20 kV dapat
diklasifikasikan berdasarkan :
a. Berdasarkan jumlah fasanya
Fasa Tunggal
Fasa Tiga
b. Berdasarkan media pemadam busurnya :
Media minyak
Media hampa udara (vacuum)
c. Berdasarkan peralatan pengendalinya
Recloser terkendali hidrolik
Recloser terkendali elektronik
40

4.6. Berdasarkan Jumlah Fasanya


4.6.1. Recloser satu fasa
Recloser ini dipakai untuk pengaman saluran fasa, misalnya saluran
cabang satu fasa dari saluran cabang satu fasa dari saluran utama tiga fasa. Dapat
juga dipakai saluran tiga fasa, dimana beban yang terbanyak adalah beban satu
fasa, sehingga apabila terjadi gangguan menetap fasa tanah, maka hanya recloser
pada fasa yang terganggu saja yang akan terus terbuka (lock out), sedang pada
fasa yang sehat akan dapat menyalurkan saluran tenaga listri. Recloser satu fasa
berbentuk seperti pada gambar 4.3

Gambar 4. 3 recloser fasa tunggal

Keterangan gambar :
1. Tank 7. Central conductor
2. SF6 insulating gas 8. Capacitive Voltage
3. Surge arrester bracket Transformer (CVT)
4. HV cable tail 9. Current Transformer (CT)
5. Bushing boot 10. Vacuum interrupter
6. Bushing 11. Contacts
41

12. Flexible connection 19. Trip bar


13. Push rod 20. Trip bar armature
14. Close selenoid 21. Trip seleniod
15. Mechanism plate 22. Manual trip lever
16. Opening spring 23. SCEM
17. Contact spring 24. Control cable
18. Latch

4.6.2. Recloser tiga fasa


Recloser tiga fasa digunakan apabila pelepasan gangguan menetap.
Keadaan untuk menghindari beban tiga fasa bekerja pada satu fasa. Dan
umumnya recloser dengan tiga fasa digunakan pada gardu induk atau pada
percabangan jaringan distribusi primer.
Recloser tiga fasa mempunyai dua cara kerja yaitu :
a. Satu fasa membuka tiga fasa mengunci
Cara kerja seperti ini susunannya terdiri dari tiga unit recloser satu fasa
yang ditempatkan dalam satu tangki, dan secara mekanis ketiganya
dikopel untuk keadaan mengunci saja, sedangkan untuk membuka dan
menutup kembali ketiga recloser itu bekerja pada fasanya masing-
masing. Misalnya, jika salah satu fasa mengalami gangguan, maka
recloser pada fasa itu saja bekerja sesuai dengan urutan kerjanya untuk
melakukan operasi buka tutup sampai waktu kerjanya mengunci.
b. Tiga fasa membuka tiga fasa mengunci
Umumnya recloser dengan system kerja seperti ini digunakan pada
jaringan distribusi tiga fasa. Untuk gangguan yang bersifat temporer
maupun yang bersifat permanen akan menyebabkan kontak fasanya
dapat membuka dan menutup kembali serta mengunci secara serentak.
Dan biasanya recloser tiga fasa dilengkapi dengan peralatan pendeteksi
gangguan fasa-fasa maupun gangguan fasa ke tanah. Berikut recloser
tiga fasa berbentuk seperti pada gambar 4.4
42

Gambar 4. 4 recloser tiga fasa

4.7. Berdasarkan media pemadam busurnya


a. Media Pemutus Minyak
Dalam hal ini minyak dipergunakan untuk melindungi isolasi tegangan impuls
frekwensi rendah.
b. Media Pemutus Hampa Udara
Penggunaan hampa udara juga untuk melindungi isolasi dari tegangan impuls
frekwensi rendah. Disini masalah pemeiharaan dapat dikurangi.

4.8. Berdasarkan Peralatan Pengendalinya


1. Recloser Terkendali Hidrolik
Recloser dengan pengaturan hidrolik, membuka dan menutup kontak-
kontaknya dilakukan dengan cara hidrolik (tekanan minyak). Arus gangguan
dideteksi melalui kumpuran kerja (trip coil) yang dihubungkan seri dengan
beban. Bila arus yang mengalir melewati kumparan kerja yang melebihi arus
kerja minimum pengenalnya, maka akan tertarik kebawah yang disebabkan
karena bekerjanya kumparan kerja sehingga membuka kontak-kontak dari
43

recloser. Pengaturan kerja dan waktu yang dilakukan dengan pemompaan


minyak secara terpisah yang besar-kecilnya diatur dengan menyetel lubang
minyak.
2. Recloser Terkendali Elektronik
Recloser dengan pengaturan elektronik lebih mudah diatur dalam membukadan
menutup kontak-kontaknya. Alat pengaturan elektronik mempunyai kontak
sendiri (kabinet) yang terpisah dari recloser. Pada pengaturan elektronik ini,
karakteristik waktu-arus dapat diatur dengan mengubah tingkat arus kerja
kumparan serinya dan urutan kerja dari recloser tanpa harus melepas recloser
dari rangkaiannya dan mengeluarkannya dari tangki.

4.9. Pengertian Sectionalizer


Sectionalizer sering disebut SSO (Saklar Seksi Otomatis) adalah peralatan
pemisah yang secara otomatis akan bekerja sendiri untuk membuka jaringan setelah
melakukan deteksi arus gangguan dan melakukan perhitungan operasi pemutusan dari
peralatan pengaman di sisi sumbernya, dan pembukaan dilakukan pada saat peralatan
di sisi sumber sedang dalam posisi terbuka.
Biasanya sectionalizer membuka setelah 2 atau 3 kali hitungan operasi dari
pengaman back-upnya, jadi sectionalizer tidak memutus arus gangguan. Misalkan bila
terjadi gangguan, maka alat pengaman back-upnya yang berada di sisi hulu akan
membuka sirkit, maka sectionalizer mulai menghitung. Sectionalizer tidak memutus
arus gangguan, tetapi dapat memutus arus normal beban penuh. Oleh sebab itu
sectionalizer dapat berfungsi sebagai saklar beban atau LBS (Load Break Switch)
untuk memisahkan seksi-seksi saluran dalam operasi normal.
Sectionalizer tidak mempunyai karakteristik waktu arus, sehingga yang perlu
diperhatikan ialah pemilihan waktu mengingat (memory time) dan jumlah hitungan
operasi pemutusan yang dilakukan oleh pengaman back-upnya. Pada alat pengaman
sectionalizer dilengkapi dengan:
a. Perlengkapan pembantu pengendali tegangan
b. Perlengkapan pembantu pengendali arus inrush
44

c. Perlengkapan pembantu pendeteksi arus gangguan ke tanah


d. Perlengkapan pembantu penyetelan waktu
Fungsi dari perlengkapan tersebut diatas adalah untuk menyetel waktu
penutupan, waktu merasakan (detecting time), waktu tunda untuk mengatur operasi
penutupan pada waktu arus mengalir, membuka pada saat pengaman hulunya
membuka dan terkunci. Waktu penutupan dimulai dari diberinya energi pada peralatan
pengaman pengaturnya sampai sectionalizer menutup, biasanya 5-10 detik. Waktu
merasakan gangguan yang dimungkinkan untuk merasakan gangguan setelah
sectionalizer tertutup, biasanya 4-7 detik. Waktu tunda adalah waktu dari hilangnya
energy listrik dari sumber pada peralatan pengatur sampai terbukanya sectionalizer
secara sempurna, biasanya 0,5-2 detik.
Setelah gangguan dibebaskan, letak gangguan harus segera diketahui. Untuk
keperluan ini alat petunjuk gangguan yang dipasang pada gardu distribusi, biasanya
petunjuk gangguan ini berupa jarum yang berputar.

Gambar 4. 5 sectionalizer tiga fasa


45

4.9.1. Prinsip Kerja Sectionalizer


Setelah selang waktu penutupan tertentu, maka pengaman di sisi
sumbernya akan menutup kembali dan alat penghitung di sisi sectionalizer akan
kembali ke posisi semula. Jika gangguannya bersifat sementara dan dapat
dihilangkan sebelum sectionalizer membuka, maka peralatan penghitung
sectionalizer yang sudah bergerak akan kembali ke posisi semula dan siap
melakukan perhitungan awal. Sedangkan gangguan yang sifatnya permanen
maka perhitungan akan berulang kembali sampai jumlah yang telah diatur, dan
sectionalizer akan membuka kontaknya pada saat peralatan di sisi sumber
melakukan penutupan kembali, maka sectionalizer sudah mengisolir jaringan
yang terganggu.

4.9.2. Koordinasi antara Recloser dengan Sectionalizer


Sectionalizer adalah peralatan yang dirancang untuk mengisolir gangguan
pada sistem distribusi, sedangkan recloser adalah peralatan yang berfungsi untuk
membedakan gangguan permanen dengan gangguan temporer. Walaupun kedua
bentuknya sama tetapi sectionalizer tidak memutus arus gangguan, sehingga
sectionalizer harus menunggu sampai recloser membuka line dan kemudian
memotong/memisahkan line yang rusak ketika line masih terbuka dan tidak ada
arus mengalir.
Bila gangguan terjadi di belakang sectionalizer, recloser akan bekerja.
Bila terjadi gangguan permanen maka sectionalizer akan menghitung jumlah
operasi recloser dan trip serta menguncinya dirinya sendiri sesudah operasi yang
telah ditentukan, biasanya setelah operasi ke tiga. Recloser melanjutkan operasi
yang ke empat dan memulihkan pelayanan sampai ke sectionalizer. Jadi
sectionalizer harus dibantu oleh recloser.
Prinsip-prinsip koordinasi dari pemakaian recloser di sisi sumber dengan
sectionalizer di sisi beban adalah sebagai berikut :
46

Pada sectionalizer elektronis, arus penggerak minimumnya adalah 80% x


arus trip minimum dari recloser di sisi sumber. Sedangkan sectionalizer
pengaturan hidrolik, maka arus penggerak minimumnya adalah 160 x
rating coil dari recloser.
Sectionalizer yang tidak dipasang dengan detector gangguan tanah, harus
dikoordinasikan dengan tingkatan trip minimum gangguan fasa dari
recloser. Pengaturan tingkatan arus penggerak dari sectionalizer dengan
tingkatan arus minimum untuk gangguan tanah dari recloser akan
menyebabkan kesalahan operasi pada waktu terjadi arus serbu.
Waktu untuk membuka dan menutup kembali dari recloser harus
dikoordinasikan dengan waktu penghitung sectionalizer. Waktu untuk
menutup dan membuka kembali dari recloser ini harus lebih kecil dari
waktu ingatan sectionalizer. Apabila waktu ini ternyata lebih besar dari
waktu ingatan sectionalizer, maka sectionalizer tidak akan mengingat dari
sebagian jumlah operasi trip recloser.
Sectionalizer dibatasi untuk berkoordinasi dengan pembukaan yang
serentak dari recloser. Jadi sectionalizer tiga fasa harus beroperasi dengan
recloser tiga fasa.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari semua pembahasan yang telah di tulis ditas
adalah sebagai berikut :
1. Recloser bekerja apabila terjadi arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan
hubung singkat pada jaringan distribusi 20 kV.
2. Selain berfungsi sebagai alat pengaman gangguan terhadap arus lebih, recloser
berfungsi memisahkan daerah atau jaringan yang terganggu sistemnya secara
cepat sehingga dapat memperkecil daerah yang terganggu pada saat terjadi
gangguan.
3. Pemakaian recloser lebih banyak digunakan pada saluran udara tegangan
menengah (SUTM) yang menggunakan bentuk jaringan radial.
4. Recloser dan sectionalizer saling berkaitan pada sistem kerjanya.

5.2 Saran
1. Untuk mengurangi gangguan-gangguan yang sering terjadi pada saluran
udara tegangan menengah (SUTM), sebaiknya penggunaan pengaman arus
lebih ini dapat dioptimalkan penggunaannya.
2. Recloser merupakan hal terpenting pada saluran uadar tegangan menengah
(SUTM) maka, pemeliharaan rutin pada recloser perlu ditingkatkan.

47
DAFTAR PUSTAKA

1. Chabibah, Tsalatsatul. 2013. Manuver Jaringan Ditribusi 20 kV


dan
Pelimpahan Beban di PT. PLN (Persero) Rayon Jepara.

2. Standar PLN (SPLN) No. 59. 1985. Keandalan Pada Sistem Distribusi
20kV
dan 6kV. Jakarta : Departemen Pertambangan dan Energi.

3. Ir. Wahyudi Sarimun.N. MT. Proteksi Sistem Distribusi Tenaga Listrik, edisi
pertama : April 2012

4. Area Pengatur Distribusi Semarang - 2011 Prosedur Pelaksanaan


Pekerjaan Pada Instalasi Listrik Tegangan Menengah 20kV, Semarang :
PT. PLN (persero) Distribusi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta

5. Wulandari, Retno. 2013. Studi Beban Section Untuk Menentukan Alternatif


Manuver Jaringan distribusi 20 kV Penyulang BRG-3 PT. PLN (Persero)
Unit Layanan Salatiga.

6. Turan Gonen, Electric power distribution system engineering 1986.

7. Ir. Komari, Proteksi Sistem Tenaga Listrik, tahun 2003.

8. Wahyudi Sarimun.N dan Pribadi Kadarisman; pengaman pada jaringan


distribusi, seminar 14 Oktober 2003.

9. Wahyudi Sarimun.N dan Pribadi Kadarisman; keandalan sistem distribusi


primer 20 kV dengan cara penyetelan OCR dan GFR pada incoming,
outgoing feeder mempergunakan program sederhana excel, seminar 08 Maret
2003.

10. Ir. Wahyudi Sarimun.N.MT. buku saku pelayanan Teknik; 2011

48

You might also like