Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
RILO PAMBUDIDOYO
30601301426
Laporan ini disusun guna memenuhi salah satu syarat mata kuliah kerja
praktek Pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Sultan Agung
Disusun Oleh :
RILO PAMBUDIDOYO
30601301426
ii`
HALAMAN PENGESAHAN
Dengan ini menerangkan bahwa laporan kerja praktik di PT PLN (Persero) AREA
SEMARANG pada tanggal 01 September 2016 sampai dengan 30 September 2016
dengan judul :
Mengetahui,
iii`
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Di PT. PLN (Persero) Area Semarang
Dengan judul
FUNGSI RECLOSER SEBAGAI PENGAMAN PADA SISTEM JARINGAN
DISTRIBUSI 20 KV
Disusun oleh :
Rilo Pambudidoyo
30601301426
Mengetahui :
Pembimbing Lapangan,
Kisno Rasman
iv`
ABSTRAK
v`
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Yang Maha Pemurah, karena atas rahmat serta
hidayah-Nya yang tak terhitung telah memungkinkan penyelesaian laporan kerja
praktek ini dengan judul Sistem Proteksi Generator PT PJB OBJ O&M PLTU
Rembang.
Laporan kerja praktek ini disusun sebagai pemenuhan syarat mendapat gelar
sarjana Teknik Elektro di Jurusan Teknik Elektro Universitas Islam Sultan Agung
Semarang. Tentunya laporan kerja praktek ini masih jauh dari yang diharapkan,
karena masih banyak kesalahan dan kekurangan yang harus diperbaiki. Hal tersebut
dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, sehingga saran dan kritik
sangat kami harapkan.
Pelaksanaan kerja praktek ini berjalan dengan baik berkat bantuan yang telah
diberikan oleh banyak pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat dan karunia kesehatan
dan kemudahan sehingga penulis dapat melaksanakan kerja praktek dan
menyusun laporan kerja praktek dengan lancar.
2. Orang Tua penulis karena dengan doa dan dukungan sarana serta
prasarana penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini.
3. Ibu Dr. Hj .Sri Arttini Dwi P, M.Si selaku Dekan Fakultas Teknologi
Industri UNISSULA.
4. Bapak Muhammad Khosyiin, ST., MT selaku ketua jurusan Teknik
Elektro Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
5. Bapak Agus Suprajitno, ST., MT selaku Koordinator Kerja Praktek.
6. Bapak Ir. H. Sukarno Budi Utomo, MT selaku pembimbing kerja praktek
di jurusan Teknik Elektro Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
7. Bapak Rasman selaku pembimbing lapangan dari pihak PT. PLN
(Persero) Area Semarang.
8. Mas Saiful, Mas Aji, Bapak Budiyanto dan segenap staf-staf lain yang
telah membimbing penulis selama menjalani kerja praktek.
9. Saudara M. Asnawir Bora dan Tino Fidargo sebagai partner selama
menjalani kerja praktek.
vi`
10. Semua teman teman Teknik Elektro angkatan 2013 yang telah
memberikan dukungan.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan
kerja praktek ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Rilo Pambudidoyo
vii`
DAFTAR ISI
viii`
3.4. Operasi Pemeliharaan Jaringan Distribusi .................................................. 29
3.5. Sistem Operasi dan Perencanaan Jaringan PLN Area Semarang ............. 31
3.6. Prosedur Pengoperasian Sistem Distribusi ................................................... 32
BAB IV FUNGSI RECLOSER SEBAGAI PENGAMAN PADA SISTEM
JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV ................................................................................. 33
4.1. Pengertian Recloser ........................................................................................ 33
4.2. Kegunaan Recloser ......................................................................................... 34
4.3. Cara Kerja Recloser ....................................................................................... 35
4.4. Cara Pengoperasian Recloser ........................................................................ 35
4.5. Klasifikasi Recloser ......................................................................................... 39
4.6. Berdasarkan Jumlah Fasanya ....................................................................... 40
4.6.1. Recloser satu fasa .................................................................................... 40
4.6.2. Recloser tiga fasa ..................................................................................... 41
4.7. Berdasarkan media pemadam busurnya ...................................................... 42
4.8. Berdasarkan Peralatan Pengendalinya ......................................................... 42
4.9. Pengertian Sectionalizer ................................................................................. 43
4.9.1. Prinsip Kerja Sectionalizer .................................................................... 45
4.9.2. Koordinasi antara Recloser dengan Sectionalizer ............................... 45
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 47
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 47
5.2 Saran ................................................................................................................ 47
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 48
ix`
DAFTAR GAMBAR
x`
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
maka dalam kerja praktek ini memilih PT. PLN (Persero) Area Semarang Jl.
Pemuda No.93 Semarang, sebagai perusahaan tempat untuk melaksanakan kegiatan
kerja praktek, yaitu dari tanggal 1 September 2016 sampai dengan tanggal 30
September 2016.
1.2 Ruang Lingkup
PT PLN (Persero) Area Pelayanan Jaringan Semarang merupakan salah
satu instansi yang berdiri dan berada di bawah wewenang PT PLN (Persero)
Distribusi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta yang memiliki tanggung jawab di
bidang penjualan dan pelayanan distribusi tenaga listrik. Dalam suatu perusahaan
jasa termasuk PT PLN yang bergerak dalam penyediaan tenaga listrik,terdapat
berbagai masalah yang sangat kompleks apabila dijabarkan satu persatu. Oleh
karena itu penyusun mengambil judul : Fungsi Recloser Sebagai Pengaman Pada
Sistem Jaringan Distribusi 20 KV.
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini menguraikan latar belakang Praktek Kerja Lapangan, Ruang
lingkup, Batasan masalah, maksud dan tujuan penelitian, manfaat Kerja Praktek,
metodologi penulisan laporan dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjuan Umum Perusahaan
Pada bab ini menjelaskan secara singkat tentang sejarah PT. PLN (Persero), visi
dan misi PT. PLN (Persero), struktur organisasi, serta tugas dan fungsi yang terkait
dengan PT. PLN (Persero).
BAB III Landasan Teori
Pada bab ini berisi tentang pembahasan pengertian jaringan distribusi tegangan
menengah, hantaran pengaman daya, dan gangguan pada jaringan.
BAB IV Fungsi Recloser Sebagai Pengaman Pada Sistem Jaringan Distribusi
20 KV.
Pada bab ini menjelaskan tentang fungsi recloser sebagai pengaman pada
sistem jaringan distribusi 20 KV.
BAB V Penutup
Pada bab ini membahas mengenai kesimpulan dan saran serta analisa yang
diperoleh sebagai penunjang dalam menyusun laporan.
BAB II
6
7
Struktur organisasi adalah urutan atau tingkatan jabatan dalam suatu organisasi.
Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi. Agar dalam menjalankan tugas
tiap anggota perusahaan tidak mengalami kebingungan, atau tumpang tindih dalam
menjalankan suatu tugas, maka suatu perusahaan harus menyusun struktur organisasi
perusahaan. Struktur organisasi mempermudah dalam pembagian tugas, kewajiban,
dan wewenang serta tanggungjawab anggota.
11
2.6. Tugas dan Tanggung Jawab Jabatan PT. PLN (Persero) Area Semarang
1. Manajer
Bertanggung jawab atas peningkatan kualitas pelayanan pelanggan,
pengelolaan administrasi pelanggan, pendistribusian tenaga listrik, pengoperasian,
pemeliharaan jaringan & gardu distribusi di wilayah kerjanya secara efesien dan efektif
serta pelaksanaan penyambungan baru & perubahan daya untuk mendukung
peningkatan pendapatan penjualan tenaga listrik dan menjamin mutu keandalan serta
kelancaran pendistribusian tenaga listrik kepada pelanggan, membina hubungan kerja,
kemitraan & komunikasi yang seefektif guna menjaga citra perusahaaan serta
mewujudkan Good Coorporate Governance.
2. Supervisor Cater & Pengelolaan Rekening Bertanggung jawab
Bertanggung jawab atas perencanaan, pelaksanaan pengendalian
Manajemen Baca Meter, Pengelolaan rekening atas penjualan tenaga listrik yang
dilaksanakan secara akurat dan tepat waktu, pemeliharaan perangkat lunak dan
perangkat keras serta memutakhirkan data base pelanggan (data base administrator
/ DBA).
Sedangkan secara umum tugas dan tanggung jawab Seksi Pengendalian
Pengelolaan Rekening antara lain:
Support penekanan Losses dengan upaya:
- Monitoring kinerja Outsourching Cater.
- Monitoring keakuratan baca meter Mensar.
- Evaluasi, dan memberikan TO kepada seksi terkait.
- Menekan kesalahan baca meter (Kesalahan 0/ Nihil).
- Menjaga dan berupaya meningkatkan konsistensi pelaksanaan
d. Mengucapkan Yel-yel
PLN... (JAYA!)
Area Semarang... (MORE INCRIDIBLE !)
e. Committed to Zero Anccident
Motto PT. PLN (Persero) Area Semarang yaitu Listrik untuk kehidupan yang
lebih baik (The electricity for a better life).
BAB III
LANDASAN TEORI
19
20
melalui jarak-jarak yang jauh harus dilakukan dengan tegangan yang tinggi untuk
memperkecil kerugian-kerugian yang terjadi, baik rugi-rugi energy
maupun penurunan tegangan. Suatu sistem tenaga listrik harus memenuhi syarat-
syarat dasar seperti :
1. Setiap saat memenuhi jumlah energi listrik yang diperlukan konsumen
sewaktu-waktu.
2. Mempertahankan suatu tegangan yang tetap dan tidak terlampau bervariasi,
standar variasi tegangan Indonesia adalah -10% sampai +5%.
3. Mempertahankan suatu frekuensi yang stabil dan tidak bervariasi lebih dari
misalnya 0,2 Hz.
4. Menyediakan energi listrik dengan harga yang wajar.
5. Memenuhi standar-standar keamanan dan keselamatan.
6. Tidak mengganggu lingkungan hidup.
Tegangan generator yang biasanya berupa tegangan menengah (TM) di gardu
induk (GI) melalui transformator dinaikkan menjadi tegangan transmisi, berupa
tegangan tinggi (TT) atau tegangan ekstra tinggi (TET). Standar tegangan menengah
di indonesia adalah 20 kV, 150 kV, sampai 500 kv untuk tegangan tegangan ekstra
tinggi. Standar ini mengikuti rekomendasi dari International Electrotechnical
Commission (IEC). Standar tegangan menengah untuk distribusi adalah 20 kV. Standar
Tegangan Rendah di Indonesia adalah 220V / 380V.
Pusat listrik tegangan generator dinaikkan di gardu induk dari tegangan
generator menjadi tegangan transmisi. Setibanya di pinggir kota, tegangan transmisi
diturunkan lagi menjadi tegangan menengah. Gardu induk merupakan instalasi yang
sangat penting dalam pengoperasian sistem tenaga listrik. Gardu induk pada prinsipnya
adalah pusat penerimaan dan penyaluran tenaga listrik pada tegangan yang berbeda.
Gardu induk terdapat di seluruh sistem tenaga listrik. Dimulai pada pusat tenaga listrik
dengan mempergunakan transformator daya, sebuah GI meningkatkan tenaga
menengah yang dibangkitkan oleh generator menjadi tegangan transmisi yang
diperlukan. Mendekati tempat-tempat pemakaian energi listrik, yaitu kota atau pemakai
besar seperti industri, tegangan transmisi diturunkan kembali menjadi tegangan
21
menengah. Sebuah gardu induk pada umumnya terdiri atas peralatan utama seperti
transformator daya, reaktor pembatas arus, pemutus daya, berbagai peralatan
switching (switch gear), pengamanan terhadap petir, dan peralatan pengukuran serta
proteksi.
Secara umum gardu induk dapat dibedakan dua macam yaitu, GI penaik
tegangan berfungsi sebagai pengumpul daya dan menyalurkannya melalui suatu
tegangan tinggi. GI ini dapat dibangun bersama-sama dengan pusat pembangkit.
Sedangkan GI penurun tegangan ditempatkan pada pusat beban yang disalurkan
melalui distribusi primer, daya disalurkan dengan tegangan yang lebih rendah daripada
tegangan yang masuk.
Secara umum, baik buruk nya penyaluran sistem distribusi tenaga listrik
ditinjau dari hal-hal berikut ini :
a. Kontinuitas pelayanan yang baik, tidak sering terjadi pemutusan, baik karena
gangguan maupun karena hal-hal yang direncanakan. Biasanya, kontinuitas
pelayanan terbaik diprioritaskan pada beban-beban yang dianggap vital dan sama
sekali tidak dikehendaki mengalami pemadaman.
Misalnya : Rumah sakit, pusat pelayanan komunikasi, kantor, militer,dll.
22
kebanyakan bersifat temporer seadangkan pada kabel tanah jumlah gangguannya lebih
sedikit tetapi kebanyakan bersifat sementara. Oleh karenanya banyak dipakai penutup
balik (recloser) untuk SUTM.
Ada beberapa bentuk system distribusi yang umum dipergunakan untuk
menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik yaitu: system Radial, sitem Loop dan
sistem Spindle.
Pemeliharaan dari masing-masing jaringan distribusi tersebut tergantung pada
keperluan dan keandalan system yang diinginkan, seperti kontinuitas penyalur /
pelayanan tenaga listrik, perkembangan beban dan factor ekonomis yang diinginkan.
Khusus dalam pembahasan disini, uraian mengenai bentuk jaringan distribusi
akan dibatasi, akan dibahas antara lain:
1. Jaringan Radial
2. Jaringan Loop
3. Jaringan Spindle
dengan sumber daya distribusi kerapatan arusnya akan semakin besar. Untuk
memperjelas dapat dilihat pada gambar 3.2.
disimpulkan bahwa sifat dari pemeliharaan ini adalah mendadak dan perlu
segera dilaksanakan perbaikan.
2. Jadwal Pemeliharaan Distribusi
Pemeliharaan pada jaringan distribusi memerlukan program yang disusun
dengan baik dan periodik melalui jadwal tertentu. Hal ini merupakan salah satu
usaha untuk meningkatkan mutu, daya guna dan keandalan tenaga listrik. Adapun
jadwal tersebut menurut siklusnya yang dikelompokkan dalam empat kelompok,
yaitu :
1. Pemeliharaan Triwulan
2. Pemeliharaan Semesteran
3. Pemeliharaan Tahunan
4. Pemeliharaan Tiga Tahun
Pemeliharaan perlu mendapat prioritas lebih tinggi, sehingga dengan hal ini
diharap daya guna dan keandalan sistem dapat diperoleh secara optional. Pada
prakteknya pemeliharaan tahunan dapat dilaksanakan dalam keadaan :
1. Pemeliharaan tahunan keadaan bertegangan Pekerjaan yang perlu
dilakukan adalah mengadakan pemeliharaan secara visual dengan maksud
untuk menemukan gangguan yang dikhawatirkan. Gangguan tersebut
menyebabkan kerusakan pada sistem operasi. Pemelihan semacam ini pada
pelaksanaannya menggunakan chek list untuk memudahkan para petugas
memeriksa dan mendata hal - hal yang perlu diperhatikan.
2. Pemeliharaan tahunan keadaan bebas bertegangan. Pekerjaan yang meliputi
Pemeriksaan
Pembersiha
Pengetesan
Penggantian Material Bantu jika ditemukan dalam keadaan rusak dan
tidak layak pakai.
31
2. Perencanaan Sistem
Selain Pengoperasian jarak dekat, saat ini PLN juga bisa mengoperasikan
peralatannya dengan jarak jauh yaitu dengan menggunakan SCADA. SCADA itu
dipasang pada GI yang ada dalam wilayah kerja Area Semarang yang kemudian
dioperasikan, dikontrol dan dipantau lewat Area Semarang dan Rayon. Namun
Pengoperasian tanpa SCADA juga masih diperlukan karena tidak setiap peralatan
dioperasikan dengan menggunakan SCADA.
32
Kegiatan operasi distribusi ini dibedakan dalam dua keadaan yaitu keadaan
normal dan keadaan gangguan. Operasi sistem distribusi juga tergantung dari beberapa
hal, antara lain berdasarkan pada konfigurasi dan pola jaringan sistem distribusi yang
digunakan.
Dalam operasi sistem distribusi, setiap alur tugas dari pekerjaan ditentukan oleh
prosedur tetap yang biasa disebut Standing Operation Procedure ( SOP ), dimana SOP
adalah prosedur yang dibuat berdasarkan kesepakatan / ketentuan yang harus dipatuhi
oleh seseorang atau tim untuk melaksanakan tugas / fungsinya agar mendapatkan hasil
yang optimal dan untuk mengantisipasi kesalahan manuver, kerusakan peralatan dan
kecelakaan manusia.
BAB IV
FUNGSI RECLOSER SEBAGAI PENGAMAN PADA SISTEM JARINGAN
DISTRIBUSI 20 KV
33
34
fuse trip operational, maka waktu 2 detik ini cukup untuk mendinginkan di fuse
beban.
b. Menutup kembali 5 detik.
Selang waktu ini sering digunakan diantara operasi penjatuh tunda dari recloser
substantion untuk memberikan kesempatan guna pendingin fuse disisi sumber,
maka waktu 5 detik ini cukup untuk mendinginkan fuse disisi beban.
c. Waktu reclosing yang lebih lama (longer reclosing interval)
Yaitu selang 10 detik, 15 detik dan seterusnya, biasanya digunakan bila
pengaman cadangan terdiri dari breaker yang terkontrol relay. Ini memungkinkan
taiming disc pada relay lebih mempunyai cukup waktu untuk reset.
Bila arus yang mengalir melewati harga dari minimum trip resistor maka level
detection and timming circuit akan bekerja dengan mengirim sinyal ke trip circuit
sesuai dengan kurva arus waktu yang ditentukan dalam time current plug dan trip
circuit ini akan mengirim perintah ke recloser trip. Setelah recloser trip coil bekerja
maka sequence relay mulai bekerja sesuai dengan urutan waktu yang telah ditentukan
dari waktu kerja (trip) pertama, setelah waktu yang ditentukan selesai maka sequence
relay akan mengirim sinyal ke reclosing circuit yang selanjutnya mengirim perintah ke
recloser close initiating solenoid untuk bekerja. Jika gangguan tersebut adalah
gangguan permanen maka kotak kontrol elektronik tersebut akan bekerja sebanyak tiga
kali dan pada trip yang ke tiga sequence relay pada trip circuit akan membuka sehingga
recloser akan lock out.
Jika gangguan yang terjadi bersifat sesaat maka setelah recloser close initiating
solenoid bekerja kembali dan sensing circuit tidak merasakan adanya arus yang
melewpanel ati dari harga minimum trip resistor waktu yang telah ditentukan dalam
reset delay plug maka reset akan bekerja dan seluruh rangkaian akan kembali seperti
semula (sebelum terjadi gangguan).
Pada recloser tipe VWVE merek cooper, busur api yang ditimbulkan pada saat
pelepasan maupun pemasukannya di padamkan dengan menggunakan media minyak.
Sarana pemasukannya digerakkan oleh selenoid closing oil yang mendapat sumber
tegangan 20 kV pada sisi sumber, sedang pengendaliannya menggunakan remot
melalui elektronik control box dengan tegangan 24 volt yang diperoleh dari batere yang
diisi terus menerus. Syarat pemasuakan recloser tipe VWVE merek cooper :
1. Recloser tipe VWVE merek cooper pemasukannya sepenuhnya dilakukan
oleh selenoid closing oil, di mana alat ini terpasang didalam recloser dan
tersambung dengan tegangan 20 kV maka syarat umumnya adalah harus
ada tegangan 20 kV.
2. Sumber tegangan DC 24 volt dari battery cadmium.
3. DC fuse 0,38 A, dalam keadaan baik.
Reset trip manual stik, yang ada diujung samping atas recloser harus selalu pada
posisi reset.
Keterangan gambar :
1. Tank 7. Central conductor
2. SF6 insulating gas 8. Capacitive Voltage
3. Surge arrester bracket Transformer (CVT)
4. HV cable tail 9. Current Transformer (CT)
5. Bushing boot 10. Vacuum interrupter
6. Bushing 11. Contacts
41
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari semua pembahasan yang telah di tulis ditas
adalah sebagai berikut :
1. Recloser bekerja apabila terjadi arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan
hubung singkat pada jaringan distribusi 20 kV.
2. Selain berfungsi sebagai alat pengaman gangguan terhadap arus lebih, recloser
berfungsi memisahkan daerah atau jaringan yang terganggu sistemnya secara
cepat sehingga dapat memperkecil daerah yang terganggu pada saat terjadi
gangguan.
3. Pemakaian recloser lebih banyak digunakan pada saluran udara tegangan
menengah (SUTM) yang menggunakan bentuk jaringan radial.
4. Recloser dan sectionalizer saling berkaitan pada sistem kerjanya.
5.2 Saran
1. Untuk mengurangi gangguan-gangguan yang sering terjadi pada saluran
udara tegangan menengah (SUTM), sebaiknya penggunaan pengaman arus
lebih ini dapat dioptimalkan penggunaannya.
2. Recloser merupakan hal terpenting pada saluran uadar tegangan menengah
(SUTM) maka, pemeliharaan rutin pada recloser perlu ditingkatkan.
47
DAFTAR PUSTAKA
2. Standar PLN (SPLN) No. 59. 1985. Keandalan Pada Sistem Distribusi
20kV
dan 6kV. Jakarta : Departemen Pertambangan dan Energi.
3. Ir. Wahyudi Sarimun.N. MT. Proteksi Sistem Distribusi Tenaga Listrik, edisi
pertama : April 2012
48